TINJAUAN PUSTAKA
A. Fraktur Mandibula
Definisi
Fraktur
mandibula
adalah
terputusnya
kontinuitas
struktur
tulang
pada
mandibula.Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat berakibat fatal bila
tidak ditangani dengan benar.
Fraktur mandibula dapat dibagi menjadi dua kelompok utama :
1.Fraktur tanpa terbukanya tulang dan tanpa kerusakan jaringan lunak
2. Fraktur dengan terbukanya tulang disertai dengan kerusakan yang hebat dari jaringan
lunak
Mandibula mudah terkena cedera karena posisinya yang menonjol, sehingga mandibula
mudah menjadi sasaran pukulan dan benturan.Daerah yang lemah pada mandibula adalah
daerah subkondilar, angulus mandibula, dan daerah mentalis.
Klasifikasi
Secara umum klasifikasi fraktur mandibula dapat diklasifikasikan berdasarkan
terminologi, yaitu :
1. Tipe fraktur
a. Fraktur simple atau fraktur tertutup, yaitu keadaan fraktur dengan jaringan lunak yang
terkena tidak terbuka.
b. Fraktur kompoun atau fraktur terbuka, yaitu keadaan fraktur yang berhubungan
dengan lingkungan luar, yakni jaringan lunak seperti kulit, mukosa atau ligamen
periodontal terpapar di udara.
c. Fraktur komunisi, yaitu fraktur yang terjadi pada satu daerah tulang yang diakibatkan
oleh trauma yang hebat sehingga mengakibatkan tulang hancur berkeping-keping
disertai kehilangan jaringan yang parah.
d. Fraktur greenstick, yaitu fraktur tidak sempurna dimana pada satu sisi dari tulang
mengalami fraktur sedangkan pada sisi yang lain tulang masih terikat. Fraktur ini
sering dijumpai pada anak-anak.
e. Fraktur patologis, yaitu fraktur yang diakibatkan oleh adanya penyakit pada
mandibula, seperti osteomielitis, tumor ganas, kista atau penyakit tulang sistemik.
Proses patologis pada mandibula menyebabkan tulang lemah sehingga trauma yang
kecil dapat mengakibatkan fraktur.
2. Lokasi fraktur
Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan pada letak anatomi dari fraktur mandibula
dapat terjadi pada daerah-daerah sebagai berikut :
3. Pola fraktur
a. Fraktur unilateral adalah fraktur yang biasanya tunggal pada satu sisi mandibula saja.
b. Fraktur bilateral adalah fraktur yang sering terjadi akibat kombinasi trauma langsung
dan tidak langsung, terjadi pada kedua sisi mandibula.
c. Fraktur multipel adalah variasi pada garis fraktur dimana bisa terdapat dua atau lebih
garis fraktur pada satu sisi mandibula. Lebih dari 50% dari fraktur mandibula adalah
fraktur multipel.
Gejala fraktur mandibula
Gejala yang timbul dapat berupa dislokasi, yaitu berupa perubahan posisi rahang yang
menyebabkan maloklusi atau tidak berkontaknya rahang bawah dan rahang atas.Jika
penderita mengalami pergerakan abnormal pada rahang dan rasa yang sakit jika
menggerakkan rahang, Pembengkakan pada posisi fraktur juga dapat menetukan lokasi
fraktur pada penderita. Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran dari
ujung tulang yang fraktur bila rahang digerakkan, laserasi yang terjadi pada daerah gusi,
mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur, discolorisasi perubahan warna pada daerah fraktur
akibat pembengkaan, terjadi pula gangguan fungsional berupa penyempitan pembukaan
mulut, hipersalifasi dan halitosis, akibat berkurangnya pergerakan normal mandibula dapat
terjadi stagnasi makanan dan hilangnya efek self cleansing karena gangguan fungsi
pengunyahan.
Gangguan jalan nafas pada fraktur mandibula juga dapat terjadi akibat kerusakan
hebat pada mandibula menyebabkan perubahan posisi, trismus, hematom, edema pada
jaringan lunak.Jika terjadi obtruksi hebat saluran nafas harus segera dilakukan trakeostomi,
selain itu juga dapat terjadi anasthesi pada satu sisi bibir bawah, pada gusi atau pada gigi
dimana terjadi kerusakan pada nervus alveolaris inferior.
Pemeriksaan Penunjang
-
CT scan :memungkinkan dokter untuk survei fraktur wajah daerah lain, termasuk tulang
frontal, kompleks naso-ethmoid-orbital, orbit, dan seluruh sistem horizontal dan vertical
yang menopang kraniofasial.
Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat kedaruratan seperti
jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah termasuk penanganan syok
(circulation), penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi sementara serta evaluasi
terhadap kemungkinan cedera otak.Tahap kedua adalah penanganan fraktur secara definitif
yaitu reduksi/reposisi fragmen fraktur (secara tertutup (close reduction) dan secara terbuka
(open reduction)), fiksasi fragmen fraktur dan imobilisasi, sehingga fragmen tulang yang
telah dikembalikan tidak bergerak sampai fase penyambungan dan penyembuhan tulang
selesai.
ANALGESIA
Terjadi hambatan sensoris,stimulasi nyeri dihambat secara sentral sehingga tidak
dapat diartikan di korteks serebri.Analgesia bisa terjadi dalam berbagai tingkatan di mulai
dengan light analgesia (stadium I) sampai (true analgesia) di mana semua sensasi hilang.
- RELAKSASI
Bisa terjadi karena adanya hambatan motorik dan hambatan reflek .pada hambatan
motoris terjadi depresi area motorik di otak dan hambatan implus efferent,sehingga terjadi
relaksasi otot skelet.Efek depresi motoris ini tergantung dari kedalaman anestesi, di mana otot
pernapasan / diafragma yang paling akhir di tekan.Pada hambatan refrek, terjadi penekanan
reflek misalnya ada sistem respirasi untuk mencegah spasme bronhus, spasme laring,
pembentukan mukus.Pada sirkulasi untuk mencegah terjadinya aritmia dan pada
gastrointestinal untuk mencegah mual dan muntah.
-
HIPNOTIK
Terjadi hambatan mental.Ada beberapa tingkatan dimulai dari tenang,sedasi, light
Pada anestesi umum inhalasi,masuknya obat sangat unik karena masuk melalui sistem
pernapasan. Gas anestetik melalui paru lalu masuk ke dalam darah arterial, dari darah arterial
masuk ke jaringan, demikian sebaliknya gas anestetik akan ke luar dari jaringan lalu masuk
ke dalam darah vena dan akhirnya ke paru dan seterusnya ke udara luar.
Pada saat induksi anestesi ,konsentrasi gas anestesi tertinggi adalah pada alveoli, sedangkan
pada eleminasi konsentrasi tertinggi adalah pada otak dan jaringan yang kaya pembuluh
darah lainnya.
Pada anestesi umum inhalasi atau intravena, trias anestesi dapat di peroleh dengan dosis
besar satu macam obat anestesi inhalasi atau intravena, tetapi akan di sertai adanya efek
samping. Misalnya dengan pentotal saja atau dengan halotan saja. Untuk mencegah efek
samping tersebut, maka anestesi umum dilakukan dengan konsep anestesi balans (anestesi
seimbang) di mana pasien diberikan obat untuk setiap komponen anestesi, yaitu hipnotik,
analgetik, dan relaksasi. Untuk terjadinya trias ini,maka pada anestesi umum inhalasi terjadi
blok sensoris, blok motorik,blok reflek dan blok mental.
BLOK SENSORIS
Stimulli pada endorgan di blok secara sentral dan stimuli tidak masuk ke dalam kortek
Tingkatan bervariasi ,dari stadium 1 sampai dengan stadium III di mana semua sensasi
hilang
Yang di tekan adalah kortek, hipotalamus, subcortical thalamik nuclei,semua sel sensoris
kranial
BLOK MOTORIS
Yang ditekanadalah premotor dan motor kortek subcortical dan extrapyramidal yang
terakhir di pengaruhi adalah otot pernapasan, mula-mula pada otot intercostal bawah, lalu
otot intercostal atas, dan kemudian otot diafragma.
BLOK REFLEKS
Reflek yang tidak menyenangkan harus di blok, misalnya pada sistem respirasi adalah
pembentukan mukus,spasme laring, spasme bronchus, pada sistem kardiovaskuler adanya
aritmia, pada sistem gastrointestinal adanya salivasi dan muntah
BLOK MENTAL
Untuk mencapai tidur ada beberapa tahapan ;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tenang
Sedasi (ngantuk)
Hipnosis (light sleep)
Narkosis (deep sleep)
Anestesi penuh (complete anesthesia)
Paralisis pada medula (medullari paralysis)
Pada pemberian anestesi umum inhalasi, urutan bagian SSP yang terdepresi :
cortex cerebri
basal ganglia dan cerebellum
medula spinalis
medula oblongata
C. Obat obat Anestesi
ANESTETIK INHALASI
-
peningkatan
tekanan
akhir
diastolik
ventrikel
kanan.
N 2O
N2O
menyebabkan
vasokonstriksi
pembuluh
darah
kutaneus.Efek
2) Respirasi
N2O meningkatkan frekuensi pernapasan dan menurunkan volume tidal akibat
stimulasi sistem saraf pusat dan aktivasi reseptor regangan paru (> 1 MAC). Efek
bersih yang dihasilkan adalah perubahan minimal pada ventilasi semenit (MV) dan
kadar CO2 arteri saat istirahat. Hypoxic drive, yang merupakan respon ventilasi
terhadap hipoksia arterial yang dimediasi oleh kemoreseptor perifer di sinus caroticus,
terdepresi oleh sejumlah kecil N2O. N2O akan mendepresi respon ventilasi terhadap
hipoksemia yang secara normal di mediasi oleh sinus caroticus. N2O tidak
meningkatkan PaCO2.
3) Serebral
Melalui peningkatan CBF dan volume darah serebral, N 2O menghasilkan
elevasi ringan pada TIK. N2O tidak menimbulkan amnesia retrograd atau gangguan
fungsi intelektual. Meskipun jarang, aktivitas kejang tonik klonik terjadi setelah
pemberian N2O pada anak sehat. N2O merupakan vasodilator serebral yang lebih
poten dibanding isofluran. N2O tidak meningkatkan produksi CSF.
4) Neuromuskuler
N2O tidak menyebabkan otot skelet relaksasi, dan dengan dosis > 1 MAC
(diberikan dalam ruang hiperbarik) akan menghasilkan rigiditas otot skelet. N2O tidak
memiliki efek penghambat neuromuskuler. N2O merupakan pencetus hipertermia
maligna yang lemah.
5) Hepar
Aliran darah hepar berkurang selama pemberian N2O, tetapi terkecil di antara
agen volatil.
6) Gastrointestinal
N2O merupakan penyebab mual dan muntah paska operasi akibat aktivasi dari
chemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di medulla.
-
ISOFLURAN
Isofluran merupakan metil etil eter terhalogenasi yang pada suhu ruangan berbentuk
cairan bening, mudah menguap dan tidak mudah terbakar.Isofluran memiliki bau
menyengat.Derajat kelarutan dalam darah sedang, potensi tinggi, sehingga memiliki onset
dan pemulihan anestesi yang cepat.Isofluran tidak memerlukan tambahan pengawet
dikarenakan stabilitasnya.
Efek terhadap Sistem Organ
1) Kardiovaskuler
Depresi cardiac minimal terjadi pada pemberian isofluran. Cardiac output
dipelihara dengan peningkatan denyut jantung karena pemeliharaan baroreflek sinus
caroticus. Stimulasi ringan adrenergik meningkatkan aliran darah otot skelet,
menurunkan resistensi vaskuler sistemik, dan menurunkan tekanan darah arterial.
Isofluran mendilatasi arteri coronaria, tetapi tidak poten.Pada neonatus, pemberian
isofluran menyebabkan penurunan respon reflek sinus caroticus, yang terlihat dari
penurunan tekanan darah tanpa disertai peningkatan denyut jantung. Isofluran
meningkatkan tekanan atrial kanan dan aliran darah cutaneus. Isofluran merupakan
vasodilator koroner.
2) Respirasi
SEVOFLURAN
Sevofluran merupakan metil isopropil eter terfluorinasi.Sevofluran tidak berbau
THIOPENTAL
Larutan thiopental merupakan larutan yang sangat basa (pH 10.5), stabil dan steril
sampai 6 hari. Larutan ini kompatibel untuk di campur dengan opioid, katekolamin, dan
pelumpuh otot.
Efek terhadap Sistem Organ
1) Kardiovaskuler
Pada pasien normovolemia, thiopental 5 mg/kg, menyebabkan penurunan
sementara tekanan darah sebesar 1020 mmHg yang dikompensasi dengan peningkatan
denyut jantung.Thiopental menimbulkan efek depresi miokard yang minimal hingga
tidak ada.Kompensasi takikardia dan tidak berubahnya kontraktilitas miokard disebabkan
peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis perifer yang dimediasi baroreseptor sinus
caroticus.
Pemberian thiopental intravena perlahan lebih memungkinkan bekerjanya respon
reflek kompensasi sehingga meminimalkan penurunan tekanan darah sistemik.Pemberian
dosis 50 mg secara perlahan dan bertahap untuk mencapai tujuan klinis utama lebih baik
daripada pemberian dosis tunggal intravena.
2) Respirasi
Thiopental menurunkan sensitivitas pusat ventilasi medulla terhadapstimulasi CO2.
3) Serebral
Infus kontinyu thiopental, 4 mg/kg, menghasilkan EEG isoelektrik yang konsisten
mendekati penurunan maksimal kebutuhan O2 metabolik otak.
4) Hepar
Thiopental menghasilkan penurunan ringan aliran darah hepar.Dosis induksi
thiopental tidak mengganggu tes fungsi hati paska operasi.
5) Reaksi Alergi
Thiopental menghasilkan gejala reaksi alergi tanpa paparan sebelumnya, sebagai
-
reaksi anafilaktoid.
BENZODIAZEPIN
Benzodiazepin merupakan obat yang digunakan untuk mendapatkan efek utama
farmakologik :
Anxiolisis
Sedasi
Anti konvulsan
Amnesia anterograd
mengendalikan grand mal seizures. Dosis sedatif oral menghasilkan amnesia anterograd.
Efek pelumpuh otot ringan dari obat ini dimediasi pada tingkat medulla spinalis, bukan di
neuromuscular junction. Anxiolisis, amnesia, dan efek sedatif terlihat pada dosis rendah
dan berlanjut ke stupor dan tidak sadar pada dosis induksi. Dibandingkan dengan
thiopental, induksi dengan benzodiazepin menghasilkan penurunan kesadaran lebih
lambat dan pemulihan lebih panjang. Benzodiazepin tidak memiliki efek analgesik
langsung.
-
MIDAZOLAM
Midazolam merupakan benzodiazepin larut air dengan cincin midazolam yang
menjadi stabil dalam larutan aqueus dan metabolisme yang cepat. Midazolam
menggantikan peran diazepam sebagai medikasi pre operatif dan sedasi. Dibandingkan
diazepam, midazolam 23 kali lebih poten. Midazolam memiliki afinitas untuk reseptor
benzodiazepin 2 kali dari diazepam. Efek amnesia midazolam lebih poten daripada efek
sedatif.
Efek terhadap Sistem Organ
1) Kardiovaskuler
Midazolam 0.2 mg/kg intravena, untuk induksi anestesi memproduksi penurunan
yang lebih besar pada tekanan darah sistemik dan peningkatan denyut jantung
daripada diazepam 0.5 mg/kg intravena. Midazolam menginduksi perubahan
hemodinamik yang sama dengan perubahan yang disebabkan oleh thiopental 3 4
mg/kg intra vena. Cardiac output tidak diubah oleh midazolam, menandakan bahwa
perubahan tekanan darah disebabkan oleh penurunan resistensi vaskuler sistemik.
2) Respirasi
Midazolam menghasilkan penurunan dalam ventilasi dengan dosis 0.15 mg/kg
intra vena sama dengan diazepam 0.3 mg/kg intra vena. Apneu transien dapat terjadi
setelah injeksi dosis besar yang cepat dari midazolam (> 0.15 mg/kg intravena),
terutama pada medikasi pre operatif. Midazolam menekan reflek menelan dan
menurunkan aktivitas saluran pernapasan.
3) Serebral
Midazolam menghasilkan penurunan kebutuhan metabolik O2 serebral dan aliran
darah serebral analog terhadap propofol dan barbiturat. Midazolam tidak
menyebabkan EEG isoelektrik. Midazolam menyebabkan penurunan aliran darah
serebral regional dalam area otak yang berhubungan dengan fungsi normal dari
arousal, perhatian, dan memori. Vasomotor serebral sensitif terhadap CO2 selama
anestesi midazolam. Midazolam merupakan alternatif untuk barbiturat pada induksi
anestesi untuk pasien dengan lesi intra kranial. Seperti thiopental, induksi anestesi
dengan midazolam tidak mencegah peningkatan TIK yang berhubungan dengan
laringoskopi direk atau intubasi trakea. Midazolam merupakan anti konvulsan poten
yang efektif untuk terapi status epileptikus.
Penggunaan Klinis
Midazolampaling sering digunakan untuk medikasi preoperatif pada pediatrik.
1) Medikasi Pre Operatif
Midazolam oral sirup 2 mg/ml, efektif untuk menghasilkan sedasi dan anxiolisis pada
dosis 0.25 mg/kg dengan efek minimal pada ventilasi. Saturasi O2diberikan pada
dosis1 mg/kg (maksimum 20 mg). Midazolam 0.5 mg/ kg diberikan secara oral 30
menit sebelum induksi menghasilkan sedasi dan anxiolitis pada anak tanpa
pemanjangan pulih sadar.Amnesia retrograd terjadi ketika diberikan secara oral 10
menit sebelum operasi.
2) Sedasi Intravena
Midazolam dosis 1.02.5 mg intravena efektif untuk sedasi selama anestesi
regional.Efek samping yang signifikan adalah depresi ventilasi yang disebabkan
penurunan dalam hipoksia.Efek depresan ventilasi dari midazolam lebih dari
lorazepam dan diazepam.Midazolam menginduksi depresi ventilasi, sinergis dengan
opioid dan obat depresan SSP lainnya.
3) Induksi Anestesi
Induksi anestesi dengan pemberian 0.10,2 mg/kg intra vena. Onset ketidaksadaran
difasilitasi
ketika
opioid
mendahului
injeksi
midazolam
1 3 menit.
4) Pemeliharaan anestesi
Midazolam diberikan sebagai suplemen opioid, propofol, atau anestesi inhalasi
selama pemeliharaan anestesi. Kebutuhan akan agen anestesi menurun dalam dosis
terkait dengan midazolam. Pulih sadar induksi dengan midazolam 1 2.5 kali lebih
lama dibanding penggunaan thiopental.
5) Sedasi Pasca Operatif
Pemberian intra vena midazolam jangka panjang (loading dose 0,5 4 mg intra vena
dan dosis pemeliharaan 1 7 jam intra vena) memproduksi sedasi pada pasien yang
diintubasi.
6) Gerakan Paradoks pita suara
Merupakan penyebab obstruksi jalan napas atas non organik dan stridor paska operasi.
Midazolam dosis 0.5 1.0 mg intra vena.
-
DIAZEPAM
Merupakan benzodiazepin larut lipid tinggi dengan durasi aksi yang lebih panjang di banding
midazolam.
Efek terhadap Sistem Organ
1) Kardiovaskuler
Diazepam dosis 0.5 1 mg/kg intra vena menghasilkan penurunan minimal tekanan
darah sistemik, cardiac output dan resistensi vaskuler sistemik.
2) Respirasi
Diazepam menghasilkan efek depresan minimal pada ventilasi yang tampak dengan
tidak terjadinya peningkatan PaCO2 hingga dosis 0,2 mg/kg intra vena. Efek depresan
ventilasi dipulihkan dengan stimulasi operasi tetapi tidak dengan nalokson.
3) Otot Skelet Neuromuskuler
Efek relaksan otot skelet menggambarkan aksi diazepam pada neuron spinal
internuncial dan tidak beraksi pada hubungan neuromuskuler.
Penggunaan Klinik
Diazepam merupakan obat medikasi preoperatif untuk dewasa dan benzodiazepin yang
sering dipilih untuk terapi delirium.Efek relaksasi otot skelet sering digunakan dalam tata
laksana penyakit discus lumbal.
Aktivitas Antikonvulsan
Diazepam 0.1 mg/kg intra vena efektif dalam menghilangkan aktivitas kejang yang
disebabkan lidokain, delirium, dan status epileptikus.
OBAT ANESTESI INTRA VENA NON BARBITURAT
-
KETAMIN
oleh
blokade
simpatis
atau
cadangan
katekolamin
yang
makin
pasien
dengan
resiko
tinggi
terjadinya
pneumonia
aspirasi
yang
kuat
dicapai
dengan
dosis
sub
anestesi
ketamin
0.20.5 mg/kg intra vena. Efek analgesia ketamin adalah primer sesuai aktivitas di
thalamus dan sistem limbik, yang bertanggung jawab terhadap interpretasi nyeri.
Dosis kecil ketamin digunakan sebagai ajuvan opioid analgesia.
b) Analgesia Neuroaksial
Efek epidural ketamin relatif kecil, tetapi kombinasi dengan analgesia epidural
sebagai ajuvan, menghasilkan efek sinergis. Pemberian intratekal (50 mg dalam 3
ml salin) menghasilkan analgesia ringan. Ketamin dikombinasikan dengan
epinefrin untuk memperlambat absorpsi.
c) Induksi Anestesi
Induksi anestesi dihasilkan dengan pemberian ketamin 12 mg/kg intra vena atau
48 mg/kg intra muskuler. Injeksi ketamin intra vena tidak menimbulkan nyeri
atau
iritasi
vena.
Kesadaran
hilang
dalam
3060 detik setelah pemberian intra vena dan 24 menit setelah injeksi intra
muskuler. Pulih sadar terjadi dalam 1020 menit setelah dosis induksi ketamin
diberikan, tetapi orientasi penuh membutuhkan tambahan waktu 6090 menit.
Induksi anestesi pada pasien akut hipovolemia sering dilakukan dengan ketamin,
dengan keuntungan efek stimulasi kardiovaskuler. Kombinasi dosis sub anestesi
ketamin dengan propofol menghasilkan anestesi dengan hemodinamik yang lebih
stabil dibanding propofol dengan fentanil, untuk mencegah reaksi pemulihan yang
tidak diinginkan dari pemberian ketamin dosis besar.
Keuntungan ketamin pada saluran pernapasan adalah efek bronkhodilatasi yang
menjadikan ketamin sebagai obat pilihan induksi cepat pada pasien asma.
Ketamin sebaiknya dihindari pada pasien dengan hipertensi pulmonal atau
sistemik atau TIK meningkat. Ketamin diberikan pada pasien dengan hipertermia
maligna.
d) Pemulihan Toleransi Opioid
Pemberian sub anestesi ketamin (0.3 mg/kg/jam) menurunkan kejadian toleransi
opioid dan menghasilkan anestesi.
e) Perbaikan Depresi Mental
Reseptor NMDA untuk glutamat dilibatkan pada patofisiologi depresi mental dan
mekanisme kerja antidepresan. Sebagai antagonis NMDA, ketamin dalam dosis
kecil memperbaiki depresi post operatif pada pasien dengan depresi mental.
Efek Samping
a) Sistem Saraf Pusat
Ketamin meningkatkan aliran darah serebral.
b) Tekanan Intrakranial
Pasien dengan lesi intrakranial secara umum lebih mudah mengalami peningkatan
-
detik. Kesadaran yang diperoleh setelah induksi anestesi dengan propofol lebih cepat dan
sempurna di banding obat lain yang digunakan untuk induksi anestesi intra vena.
Efek terhadap Sistem Organ
1) Kardiovaskuler
Efek utama propofol terhadap sistem kardiovaskuler adalah penurunan tekanan
darah arteri akibat resistensi vaskuler sistemik yang menurun drastis (inhibisi aktivitas
vasokonstriktor simpatis), kontraktilitas jantung, dan preload.Hipotensi lebih jelas
dibanding dengan thiopental tetapi ditutupi oleh rangsangan yang menyertai laringoskopi
dan intubasi. Faktor faktor yang memperburuk hipotensi antara lain dosis yang besar,
suntikan cepat, dan umur tua. Propofol dengan jelas mengganggu respons normal
baroreflek arteri menjadi hipotensi, terutama sekali pada kondisi normokarbia atau
hipokarbia. Perubahan pada denyut jantung dan cardiac output bersifat sementara dan
tidak signifikan pada pasien sehat, tetapi dapat berubah menjadi sangat berat hingga
memicu asistol, terutama pada pasien dengan usia ekstrim, dalam terapi kronotropik
negatif, atau sedang dalam prosedur operasi yang berhubungan dengan reflek
oculocardiac.
Pasien dengan fungsi ventrikel yang terganggu dapat mengalami penurunan drastis
pada cardiac output sebagai akibat penurunan tekanan pengisian ventrikel dan
kontraktilitas.Meskipun konsumsi oksigen miokard dan aliran darah koroner menurun,
produksi laktat sinus koroner meningkat pada beberapa pasien. Hal ini mengindikasikan
adanya mismatch antara permintaan dan suplai oksigen miokard.
2) Respirasi
Propofol merupakan depresan sistem pernapasan yang dalam yang biasanya
menyebabkan apneu setelah dosis induksi. Ketika digunakan untuk pemberian sedasi
yang sadar pada dosis sub anestesi, infus propofol menghambat pengarah ventilatory
hypoxic dan menekan respon normal terhadap hiperkarbia. Depresi reflek saluran
pernapasan atas yang diinduksi oleh propofol melebihi thiopental dan sangat membantu
selama intubasi atau insersi LMA tanpa pemakaian pelumpuh otot.Propofol dapat
menyebabkan
pelepasan
histamin.Propofol
menyebabkan
bronkhodilatasi
dan
Pemberian propofol untuk menghasilkan sedasi pada pasien dengan lesi desak
ruang intra kranial tidak meningkatkan TIK.Dosis besar propofol dapat menurunkan
tekanan darah sistemik dan perfusi serebral.Autoregulasi serebrovaskuler terjadi sebagai
respon terhadap perubahan tekanan darah sistemik dan reaktivitas aliran darah serebral
terhadap perubahan PaCO2 pada pemberian propofol dan midazolam.
Penggunaan Klinis
Propofol digunakan sebagai obat induksi pilihan untuk berbagai induksi, terutama ketika
pulih sadar dibutuhkan cepat dan sempurna. Pemberian propofol sebagai infus kontinyu
digunakan untuk menimbulkan efek sedasi bagi pasien yang di rawat di ICU.
1) Induksi Anestesi
Dosis induksi propofol 1.52.5 mg/kg intra vena, dengan konsentrasi di darah 26 g/ml
menghasilkan ketidaksadaran pada pasien. Kesadaran terjadi pada konsentrasi propofol
plasma 1 1.5 g/ ml.
2) Sedasi Intra Vena
Pemulihan cepat tanpa efek residual dan insiden nausea dan vomitus yang rendah
membuat propofol lebih sesuai untuk teknik sedasi pada pasien sadar secara ambulatorik.
Dosis khusus untuk sedasi pada pasien sadar 25 100 g/ kg/menit intra vena, dimana
akan menghasilkan efek analgesia minimal dan efek amnesia. Midazolam dan opioid
dapat ditambahkan pada propofol untuk sedasi intravena yang kontinyu.
3) Pemeliharaan Anestesi
Dosis
propofol
yang
digunakan
untuk
pemeliharaan
anestesi
adalah
100 300 g/kg/menit intra vena seringkali di kombinasi dengan opioid kerja singkat.
4) Efek Anti Emetik
Insiden nausea dan vomitus post operatif menurun ketika propofol diberikan, tanpa
memperhatikan teknik anestesi atau obat anestesi yang digunakan. Dosis sub hipnotik
propofol (1015 mg intravena) digunakan dalam perawatan post operatif untuk
mengatasi nausea dan vomitus. Konsentrasi propofol plasma sebagai anti emetik didapat
pada dosis tunggal intra vena sebesar 10 mg diikuti 10 g/kg/menit.
5) Efek Anti Pruritus
Propofol 10 mg intra vena efektif dapat mengatasi pruritus yang berhubungan dengan
opioid neuroaksial atau kolestasis.
6) Aktivitas Anti Konvulsi
Propofol memiliki efek anti epileptik.
7) Bronkhokonstriksi
Propofol menurunkan prevalensi wheezing setelah induksi anestesi dan intubasi
endotrakheal pada pasien sehat dan penderita asma.
Interaksi Obat
Pelumpuh otot non depolarisasi dapat dipotensiasi oleh formulasi propofol sebelumnya, yang
berisi cremophor.Formulasi terbaru tidak menimbulkan interaksi potensiasi.
Konsentrasi fentanil dan alfentanil dapat meningkat pada pemberian propofol secara
bersamaan. Penambahan dosis kecil midazolam
menghasilkan efek sinergistik.
BAB II
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Umur
: 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat
: Pandean, Ngablak, Magelang
Agama
: Islam
Tanggal Masuk RS : 8 Oktober 2015
II.
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Patah pada tulang rahang bawah
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk RSUD Salatiga dengan keluhan patah pada tuang rahang bawah.Keluhan
tersebut dialami pasien sejak 2 hari yang lalu karena kecelakaan lalu lintas.Gigi depan
bagian atas dan bawah pasien juga patah dan lepas. Selain itu pasien juga mengalami
nyeri pada rahang bawah terutama pada saat membuka mulut.Tidak ada keluhan nyeri
III.
kepala, sesak napas, batuk, mual dan muntah.Tidak ada gangguan pada BAB dan BAK.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat diabetes mellitus
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat penyakit jantung
: disangkal
Riwayat penyakit ginjal
: disangkal
Riwayat alergi obat
: disangkal
Riwayat operasi sebelumnya : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kondisi Umum
: Sedang
BB :60 kg
Tingkat Kesadaran
: Composmentis
TB :162 cm
Status Gizi
: Cukup
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Denyut Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 36,6C
Pernapasan
: 22 x/menit
Kepala Leher :
Thoraks
Paru :
- Normothoraks
- Ekspansi dada simetris kiri-kanan
- Retraksi dinding dada (-/-)
- Nyeri tekan (-/-)
- Bunyi paru : bronkovesikuler
- Bunyi tambahan : ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
IV.
Jantung :
Bunyi jantung I-II murni, regular
Murmur (-)
Gallop (-)
Abdomen :supel (+), distensi (-), peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-)
Ekstremitas :Akral hangat (+/+), CRT < 2 dtk
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Lekosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
PTT
APTT
LED 1
LED 2
Kimia
GDS
Ureum
Creatinin
Hasil
Nilai Rujukan
16.3
51.5
5.65
22.21
201
91.0
28.8
31.7
13.2
32.1
2
3
12 - 16 g/dL
38.00 47.00 %
4 - 5100 6/uL
4.5 - 11 100 3/uL
150 45100 3/ul
85 - 100 fL
28 - 31 pg
30 35 g/dl
11.5 15.5 detik
24 36.2 detik
P: 3-8 mm , W: 6-11 mm
P: 5-18 mm , W: 6-20 mm
90
24
0.5
56
80 144 mg/dl
10 50 mg/dl
0.6 1.1 mg/dl
< 31 U/l
SGOT
SGPT
Imuno / serologi
HbsAg (rapid)
27
< 32 U/l
negative
negative
Foto panoramic
Hasil :
- tampak discontinuitas complete pada corpus mandibula sinistra
- premolar 2 sinistra aspek inferior tampak fracture
Kesan :
V.
VI.
TERAPI
Fiksasi dan reposisi fraktur mandibula
VII. RENCANA ANESTESI
Jenis Anestesi
: Anestesi umum (TIVA)
Tehnik anestesi
: Intubasi dengan NTT no. 6
Posisi
: Supine
Premedikasi
: Sulfas atropine 0,25 mg , Midazolam (anesfar) 2 mg, 02 2
lpm
Medikasi/induksi :
Atracuriumbesylate 10 mg
Maintenance
: Sevoflurane, O2 2 lpm, N20 2 lpm
Ketamin
100
mg,
Propofol
(proanes)
120
mg,
BAB III
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Latief
said
A.,
Suryadi
kartini
A.,
Daehlan
M.
Ruswan,
Petunjuk
praktis