Anda di halaman 1dari 23

PRESENTASI KASUS

FRAKTUR CLAVICULA DAN COSTA

Dokter Pembimbing :
dr. Ita Rima Rahmawati, Sp.Rad

Disusun Oleh :
Anindita Candra Dewi
20110310062

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

BAB I
STATUS PASIEN

I IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Tanggal Masuk RS
No RM
II

: Tn. S
: 38 tahun
: laki-laki
: Rejosari, Pulutan, Sidorejo
: Islam
: 24 Desember 2015
: 15-16-320180

ANAMNESIS
Keluhan Utama
: nyeri pada tangan kiri dan sulit untuk digerakkan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan nyeri pada tangan kiri.
Dari anamnesis dengan pengantar pasien, diketahui sekitar 30 menit sebelum masuk
rumah sakit pasien mengalami kecelakaann lalu lintas motor vs motor. Saat kejadian
pasien pingsan dan tidak bisa mengingat kejadian kecelakaannya. Pasien mengeluh
bahwa nyeri yang dirasakan terasa saangat sakit, bahkan ketika tangan kirinya
digerakkan sedikit saja sudah terasa nyeri. Pasien mengeluhkan pusing namun tidak
merasakan mual dan muntah. Pasien menyangkal mengkonsumsi alkohol sebelum
kecelakaan terjadi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang sama : (-)
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat diabetes mellitus
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat penyakit jantung
: disangkal
Riwayat penyakit ginjal
: disangkal
Riwayat alergi obat
: disangkal
Riwayat operasi
: disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
Riwayat personal sosial
:
Pasien merupakan seorang guru salah satu sekolah dasar di Salatiga. Pasien
tinggal dirumah bersama istri dan ketiga anaknya. Kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol dan obat-obatan terlarang disangkal. Kesan ekonomi cukup.

Anamnesis sistem
Sistem serebrospinal

: tidak ada keluhan

Sistem respiratous

: tidak ada keluhan

Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan


Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan
Sistem muskuloskeletal : pasien merasakan nyeri yang sangat berat di tangan kiri
setelah mengalami kecelakaan. Tangan kiri tidak bisa
digerakkan.
Sistem integumentum : tidak ada keluhan

III

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Keadaan Umum
: Sedang
Tingkat Kesadaran
: Compos mentis
Vital Sign
Tekanan Darah
: 125/77 mmHg
Denyut Nadi
: 74 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Suhu
: 36,0 C
Frekuensi nafas
: 24 x/menit
Pemeriksaan Sistemik
Kepala Leher : Normocephal, oedem periorbita (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), sianosis (-), pembesaran kelenjar getah bening (-/-),
Thoraks
Pulmo :
- Normothoraks
- Simetris kanan - kiri
- Retraksi dinding dada (-/-)
- Nyeri tekan (-/-)
- Bunyi tambahan : RBK (-/-),
wheezing (-/-)

Cor :
Bunyi jantung I-II murni, regular
Murmur (-)
Gallop (-)

Abdomen : supel (+), distensi (-), peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 2 dtk, edema (-/-)

Status Lokalis:
a. Look : deformitas (+), bengkak (+)
b. Feel : nyeri tekan (+), pulsasi bag distal trauma (+)
c. Move : passive movement (ROM terbatas)

IV

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Lekosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Kimia
GDS
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
HBs Ag (rapid)

Hasil

Nilai Rujukan

13.3
44.3
4.95
10,21
270
89,5
26,9
30,1

12 - 16 g/dL
38.00 47.00 %
4 - 5 100 6/uL
4.5 - 11 100 3/uL
150 45 100 3/ul
85 - 100 fL
28 - 31 pg
30 35 g/dl

114
31
0,7
33
30
Negative

80 144 mg/dl
10 50 mg/dl
0.6 1.1 mg/dl
< 31 U/l
< 32 U/l
Negative

Pemeriksaan Radiologi

Gambar 1. Foto Thorax pada proyeksi AP

Foto thorax, AP view, inspirasi cukup, kondisi foto keras


Interpretasi hasil :
Corakan bronkovaskuler di kedua pulmo dalam batas normal
Tak tampak area lusensi tanpa corakan vasculer di kedua pulmo
Diafragma dextra et sinistra tampak licin
Tak tampak penebalan pleural space bilateral
Cor, CTR < 0,5
o Tampak diskontinuitas complete pada os clavicula sinistra pars media, cum
contractionum
o Tampak diskontinuitas pada costa 4 dan 6 posterior sinistra, cum
contractionum

Kesan :
Complete fraktur pada Os Clavicula sinistra pars media, sum
contractionum
Complete fraktur costa 4 dan 6 posterior sinistra, cum contractionum
Tak tampak gambaran hidropneumothorax
Besar cor dalam batas normal

Gambar 2. Foto clavicula sinistra proyeksi AP

Foto clavicula sinistra, AP view, kondisi foto cukup


Interpretasi hasil :
Tampak diskontinuitas pada os clavicula sinistra pars media, aposisi dan

aligment cukup
Tampak diskontinuitas pada costa 4 dan 6posterior sinistra, aposisi dan

aligment cukup
Caput humeri berada dalam fossa glenoidea
Tak tampak penyempitan joint space

Kesan :
Fracture clavicula sinistra pars media, aposisi dan aligment cukup
Fracture costa 4 dan 6 posterior sinistra, aposisi dan aligmnet cukup
Tak tampak dislokasi shoulder joint space

Gambar 3. Foto cranium proyeksi AP dan lateral

Foto cranium AP/lateral view, kondisi foto cukup


Interpretasi hasil :
Tak tampak diskontinuitas pada os nasal
Tak tampak diskontinuitas pada sistema tulang yang tervisualisasi
Tak tampak diskontinuitas pada os mandibularis, maxillaris dan os nasal
Tampak hipertrofi concha nasalis bilateral, tak tampak deviasi septum nasi
Tak tampak gambaran thumb printing pada os calvaria
Kesan :
Hipertrofi concha nasalis bilateral, tak tampak deviasi septum nasi
Tak tampak fracture pada sistema tulang yang tervisualisasi
Tak tampak tanda-tanda penongkatan TIK
V
VI
VII

DIAGNOSIS KLINIS
CKR
Fraktur clavicula sinistra
DIAGNOSIS RADIOLOGI
Fraktur clavicula sinistra pars media
Fracture costa 4 dan 6 posterior sinistra
TERAPI
Infus RL 20 tpm
Inj Ceftriaxon 2.1amp
Inj Citicolin 2. 500 mg
Inj Ketorolac 3. 1amp
Inj Ondancetron 2.1amp
Inj Ranitidin 2.1 amp

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Osteologi
Pada potongan koronal, tulang klavikula merupakan tulang yang kecil dan tipis, lebih
lebar pada sisi medial dan terlihat jelas lebih tipis pada sepertiga lateral. Pada potongan axial,
struktur tiga dimensi tulang klavikula semakin jelas telihat. Tulang klavikula berbentuk
seperti huruf S, pada ujung sisi medial berbentuk cembung dan ujung sisi lateral berbentuk
cekung. Pada proyeksi axial, tulang klavikula baik sisi medial maupun lateral mempunyai
permukaan yang datar, dihubungkan oleh bagian tengah klavikula yang berbentuk seperti
tabung dan tipis. Area transisi pertengahan tulang klavikula menunjukkan struktur
penghubung yang lemah. Pertengahan klavikula, merupakan daerah yang paling sering terjadi
fraktur. Pada akhirnya, jika terlihat pada potongan sagital, luas daerah transisi tulang
klavikula dari anterior ke posterior dapat terlihat dengan jelas

Gambar 1. Osteologi Klavikula

Ligamen medial

Bulbus-bulbus pada ujung medial klavikula menyokong sendi sternoclavicular.


Terdapat beberapa lapis dari ligamen tersebut yang mendukung sendi tersebut, yang sangat
diperlukan secara anatomis apabila terjadi fraktur dan pergeseran tulang.
Ligamen kapsul
Penebalan yang spesifik pada sendi sternoclavicular menunjukkan suatu ligamen
kapsul. Penebalan ini terdapat pada sisi anterosuperior dan posterior dari kapsul. Ligamenligamen ini mungkin merupakan persendian sternoclavicular yang paling kuat dan yang
menghambat pergeseran superior dari sisi medial klavikula, dan pergeseran inferior pada sisi
ujung lateral klavikula. Kapsul posterior ditetapkan sebagai struktur yang paling penting
dalam menahan pergeseran/translasi ke arah anterior maupun posterior pada sendi
sternoclavicular.

Gambar 2. Ligamen sternoclavicular yang kuat menopang klavikula pada posisi yang tepat.

Gambar 3. Ligamen Glenohumeral.

Gambar 4. Ligamen Sternoclaviular.


Ligamen interclavicula
Ligamen-ligamen yang kuat terbentang dari medial klavikula sampai sisi superior
sternum sampai kontralateral dari klavikula. Ligamen tersebut merenggang pada saat bahu
diangkat tetapi menghambat pergeseran yang menurun dari ujung lateral klavikula.
Ligamen costoclavicula
Ligamen costoclavicula merupakan ligamen yang kuat yang berjalan dari bagian atas
dari iga pertama dan bagian yang berdekatan dari sternum sampai bagian inferior dari
klavikula. Kadang-kadang, ligamen tersebut keluar dari bagian medial klavikula yang
menjadi tempat perlengketan fossa rhomboid. Untuk tujuan studi tentang anatomi, serat-serat
ligamen costoclavicular menstabilkan medial klavikula melawan rotasi keatas dan kebawah.
Ligamen coracoclavicular
Ligamen trapezoid dan conoid merupakan ligamen yang tebal, dan kuat yang berjalan
dari dasar dari processus coracoid dari scapula sampai bagian inferior dari lateral klavikula.
Ligamen trapezoid menempel pada tonjolan tulang yang spesifik, sedangkan ligamen conoid
yang lebih medial berinsersi pada conoid tubercle. Ligamen-ligamen ini memberikan fungsi
yang penting sebagai suspensi dari korset bahu pada klavikula.
Ligamen Acromioclavicular

Kapsul dari sendi acromioclavicular membentuk ligamen-ligamen acromioclavicular.


Pada bagian superior, dan pada bagian posterosuperior, ligamen tersebut menahan pergeseran
anteroposterior dari distal klavikula. Studi biomekanis yang terbaru menyebutkan bahwa
kapsul acromioclavicular menahan translasi anterior-posterior.
Anatomi otot
Beberapa otot yang penting mempunyai origo dan insersi di klavikula. Pada bagian
medial, terdapat origo dari pectoralis mayor dan sternohyoid. Sudut dari fraktur klavikula
yang

paling

penting,

yaitu

pada

superomedial

klavikula

dengan

origo

pada

sternocleidomastoid. Pada fraktur pertengahan klavikula, origo tersebut di konversikan


kepada insersi, sternocleidomastoid menjadi elevator medial klavikula. Pada permukaan
bawah pertengahan klavikula merupakan titik insersi dari otot subclavius. Pada bagian lateral,
anterior klavikula merupakan tempat dari origo deltoid bagian anterior dengan klavikula
bagian posterosuperior juag menjadi insersi tambahan dari otot trapezius. Otot lain yang
penting yang berhubungan dengan anatomi klavikula yaitu platysma. Otot platysma berlokasi
pada jaringan subcutan pada fascia cervical, platysma mempunyai origo diatas deltoid dan
pectoralis mayor dan menyilang pada permukaan anterior superfisial klavikula sebelum
berinsersi pada mandibula, kulit, dan otot mulut.
Anatomi Neurovaskular
Dari segi sudut pandang untuk kepentingan bedah, anatomi neurovaskular dibagi
menjadi anterior dan posterior. Pada bagian anterior, struktur yang paling utama yaitu saraf
supraclavicular. Percabangan dari pleksus cervical, saraf tersebut berorigo sebagai trunkus
pada batas posterior dari sternocleidomastoid. Trunkus tersebut dibagi menjadi anterior,
pertengahan, dan saraf posterior yang melintasi permukaan superfisial dari bagian dalam
klavikula sampai platysma. Jupiter dan Ring merekomendasikan lokasi dan preservasi saraf
supraclavicular selama pendekatan bedah pada pertengahan klavikula.
Tulang klavikula mempunyai fungsi yang penting sebagai tulang pelindung pleksus
brakhialis, vena jugular dan subclavia. Secara spesifik, permukaan superior dari pertengahan
klavikula membentuk batas inferior dari segitiga posterior leher. Isi dari sgitiga tersebut yang
penting adalah pleksus brachialis dan arteri subclavia

Gambar 5. Pleksus brachialis.


.
2.2

Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi dan tulang rawan

epifise yang bersifat total maupun parsial. Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang
mengalami kepatahan, harus diketahui keadaan fisik tulang dan keadaaan trauma yang dapat
menyebabkan tulang patah. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan
tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Fraktur klavikula adalah

kerusakan dari tulang klavikula (biasanya disebut dengan tulang selangka). Tulang tersebut
menghubungkan sternum ke bahu.12
Fraktur klavikula dapat terjadi pada tiga tempat :
Pertengahan klavikula : merupakan tempat yang paling sering terjadi.
Sepertiga distal : ujung dari klavikula yang menghubungkan klavikula dengan bahu.
Sepertiga medial : ujung klavikula yang menghubungkan klavikula dengan sternum.
2.3

Etiologi
a. Trauma langsung : trauma bahu hantaman langsung ke bahu atau adanya

tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras.
Contoh : kecelakaan lalu lintas
b. Trauma tidak langsung : outstreched hand akibat jatuh dengan posisi
lengan terputar/tertarik keluar dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan
tangan sampai clavicula.
Trauma tidak langsung
Pada penjelesan awal dari klasifikasi fraktur, Allmanmenjelaskan bahwa mekanisme
trauma fraktur klavikula yaitu jatuh dengan tangan terulur atau jatuh dengan bahu sebagai
tumpuan. Berdasarkan data-data terbaru, trauma langsung merupakan penyebab utama fraktur
klavikula. Stanley et al meneliti 122 pasien yang terkena fraktur klavikula, 87% terjadi
dengan bahu sebagai tumpuan, dan hanya 6% yang jatuh dengan tangan terulur. Tidak
ditemukan hubungan antara lokasi fraktur dan mekanisme trauma. Mekanisme utama
penyebab fraktur klavikula adalah kompresi. Untuk sebagian besar fraktur klavikula,
diperlukan ruda paksa secara langsung pada bagian lateral bahu. Kecuali bila lengan atas
secara signifikan terulur ke bahu, akan menyebabkan ketegangan dan bukan kompresi yang
menyebabkan fraktur klavikula

Gambar 6. Mekanisme trauma paling sering terjadi pada fraktur klavikula adalah trauma pada
superolateral bahu
Trauma langsung
Oleh karena jaringan subcutan klavikula yang tipis, membuat klavikula rentan
terhadap trauma. Dengan posisi langsung, sama seperti tibia atau ulna. Mekanisme tersebut
dapat terjadi baik karena trauma tumpul maupun trauma tajam. Karena trauma langsung tidak
tergantung dari kekuatan otot atau posisi lengan atas, semua regio klavikula mudah terkena.
Aktivitas olahraga dapat menyebabkan trauma langsung terhadap klavikula termasuk
bersepeda maupun bermain ski. Berdasarkan studi terbaru dari swedia didapat bahwa
bersepeda merupakan penyebab utama terjadinya fraktur klavikula baik pada laki-laki
maupun perempuan.

2.4

Patogenesis
Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun

ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula


bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian

medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur
dibandingkan daerah distal ataupun proksimal. Karena posisinya yang teletak
dibawah kulit (subcutan) maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah (Hahn B,
2007).

2.5 Klasifikasi
Lokasi patah tulang pada clavicula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun 1967 dan
dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang clavicula menjadi 3
kelompok:
1. Kelompok 1 : patah tulang pada sepertiga tengah tulang clavicula (insidensi
kejadian 75-80%) pada daerah ini tulang lemah dan tipis serta umumnya
terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2 : patah tulang clavicula pada sepertiga distal (15-25%).
Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni
(yakni, conoid dan trapezoid).
a. Tipe 1 : Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan
tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
b. Tipe 2A : Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan
ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
c. Tipe 2B : Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua-duanya
d. Tipe 3 : Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC joint.
e. Tipe 4 : Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen proksimal
berpindah keatas.
f. Tipe 5 : Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.

3. Kelompok 3 : patah tulang clavicula pada sepertiga proksimal (5%) pada


kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler
Walaupun membantu dalam pembagian tempat trauma, sistem tersebut tidak membagi
berdasarkan pergeseran, kominutif, atau pemendekan, dimana semua variabel tersebut sangat
potensial dalam menentukan prognosa dan penanganan.
Neer membagi klasifikasi berdasarkan Allman tipe 2 menjadi tiga tipe :
Tipe I : Ligamen coracoclavicular utuh.
Tipe II : Ligamencoracoclavicular lepas dari segmen medial tetapi ligamen trapezoid utuh
sampai ke segmen distal.
Tipe IIA :Conoid dan trapezoid menempel sampai ke segmen distal.
Tipe IIB : Ligamen Conoid sobek, trapezoid menempel sampai ke segmen distal.
Tipe III : Intra-articular meluas sampai ke sendi acromioclavicular.
Subgrup tipe III yaitu:
Type I: Pergeseran minimal.
Type II: Bergeser .
Type III:Intraarticular.
Type IV: Terpisah pada epifisis.
Type V: Komunitif

2.6

Gejala Klinik
Gambaran klinis pada fraktur klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan

jatuh atau trauma. Pasien merasakan sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan.
Fraktur klavikula sangat mudah didiagnosa dengan pemeriksaan fisik karena jaringan
subkutis yang sangat tipis. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah
fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit
yang menonjol akibat desakan dari fragmen fraktur. Pembengkakan lokal akan terlihat
disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang
mengikuti fraktur. Trauma pada pleksus brakhial yang berhubungan dengan fraktur klavikula
dapat terjadi. Kerusakan vaskular walaupun jarang tetapi dapat terjadi terutama pada arteri
subklavia
2.7

Diagnosis

Gejala Klinis
Diagnosis dari fraktur clavicula biasanya didasari dari mekanisme kecelakaan dan lokasi
adanya ekimosis, deformitas, ataupun krepitasi. Pasien biasanya mengeluh nyeri

setelah

terjadinya kecelakaan tersebut dan sulit untuk mengangkat lengan atau bahu. Fraktur pada
bagian tengah clavicula, pada inspeksi bahu biasanya asimetris, agak jatuh kebawah, lebih
kedepan ataupun lebih ke posterior (Trurnble TE, et al, 2006).
b. Pemeriksaan Radiologi: Foto Polos
- Mid Clavicula proyeksi standar anteroposterior (AP).
- Medial Clavicula dan Sternoclavicula Joint proyeksi standar PA,
lateral, oblique.
- Lateral Clavicula dan Acromioclavicula Joint proyeksi standar AP.

2.8

Pemeriksaan Radiologi

2.9 Penatalaksanaan

Pada prinsipnya penangan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai


penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan sisa
kelainan bentuk.Kebanyakan patah tulang klavikula telah berhasil ditangani dengan metode
tanpa operasi.Perawatan nonoperative dengan cara mengurangi gerakan di daerah patah
tulang. Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya dengan cara
reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan
berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini,
menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap
klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi
terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus
dipantau. Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligament
coracoclavicular atau acromioclavicular dapat ditangani dengan sling dan pembatasan
gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya ligamen coracoclavicular,
akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna.
Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan latihan gerakan tapi harus
menghindari aktivitas yang berat.Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan
yang dijadwalkan 1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan kemudian
setiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis. Pemeriksaan foto rontgen tidak
perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan
tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase
remodeling pada proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah
berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh,
dan kekuatan kembali normal
Proses penyembuhan pada fraktur clavicula memerlukan waktu yang cukup lama.
Penanganan nonoperative dilakukan dengan pemasangan arm sling selama 6 minggu. Selama
masa ini pasien harus membatasi pergerakan bahu, siku dan tangan. Setelah sembuh, tulang
yang mengalami fraktur biasanya kuat dan kembali berfungsi. Pada beberapa patah tulang,
dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan. Atau mobilisasi pada tulang untuk
mempercepat penyembuhan. Patah tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan
(immobilisasi) (Trurnble TE, et al, 2006).
Imobilisasi bisa dilakukan melalui :
a. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.

b. Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang


patah

Modifikasi

spika

bahu

(gips

clavicula)

atau

balutan berbentuk

yang
angka

delapan atau strap clavicula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik
bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap clavicula,
ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap
pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau

c. Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota, gerak pada
tempatnya.
d. Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan (plate) atau
batang logam pada pecahan-pecahan tulang atau sering disebut open reduction with internal
fixation (ORIF).
e. Fiksasi eksternal : Immobilisasi lengan atau tungkai menyebabkan otot menjadi

lemah

dan menciut. Karena itu sebagian besar penderita perlu menjalani terapi fisik
2.10

Komplikasi

1) Komplikasi dini
Cedera pembuluh darah : Hal ini jarang terjadi , biasanya terjadi karena trauma awal
atau tekanan sekunder dari kallus atau deformitas yang tersisa.
Pneumouthorax
Haemothorax
Cedera pleksus Brachialis
2) Komplikasi lanjut
Malunion: Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal. Biasanya berupa
pemendekan dengan adanya angulasi. Sebagian besar merupakan masalah kosmetik,

dimana fungsi dari bahu masih normal. Eskola melaporkan bahwa pemendekan yang
lebih dari 15 mm dapat menimbulkan nyeri oleh karena adanya penonjolan dari
fragmen tulang. Diperlukan osteotomy, cangkok tulang, dan fiksasi untuk
memperbaiki deformitas tersebut.
Nonunion: didiagnosa dari jika tidak ada penyambungan tulang secara radiografi
selama 4 sampai 6 bulan. Daerah yang paling sering terkena yaitu pada pertengahan
klavikula karena hanya sedikit jaringan lunak yang menempel. Insidensi sekitar 0,9 %
sampai 4 %. Faktor predisposisinya yaitu karena immobilisasi yang tidak adekuat,
fragment fraktur yang terlalu bergeser, lokasi daerah fraktur, fraktur terbuka, dan
adanya refaktrur.
2.11

Prognosis
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat ringannya

trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan usia penderita. Pada
anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan sangat cepat, sementara pada orang
dewasa prognosis tergantung dari penanganan, jika penanganan baik maka komplikasi dapat
diminimalisir. Fraktur clavicula disertai multiple trauma memberi prognosis yang lebih
buruk daripada pognosis fraktur clavicula murni (Trurnble TE, et al, 2006).

BAB III
PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan pasien datang ke IGD RSUD Salatiga dengan nyeri di
daerah punggung sejak 2 bulan SMRS. Selain itu pasien juga mengeluh sesak napas,
dimana keluhan tersebut sudah dialami selama bertahun-tahun. Pasien juga merasa lemas
pada kedua tungkai sehingga menyebabkan pasien tidak kuat berjalan sejak 3 hari SMRS.
Pasien hanya tiduran saja, bahkan untuk duduk juga tidak kuat. Pasien mengatakan bahwa
nyeri yang dirasakan hilang timbul. Pasien menyangkal pernah menderita keringat dingin
pada malam hari dan trauma pada tulang belakang. Mual (-), muntah (-).
Pasien juga pernah berobat ke RSUD Ambarawa 1 tahun yang lalu dengan keluhan
yang sama yaitu nyeri punggung dan sesak napas disertai dengan batuk lama. Pasien
mendapat terapi OAT selama 6 bulan tetapi baru 1 bulan minum OAT pasien sudah tidak
kuat. Pasien merasa lemas, pusing, dan nafsu makan berkurang sehingga pasien memutuskan
untuk berhenti minum obat OAT.
Dari anamnesis serta pemeriksaan lainnya mendukung diagnosis TB Paru dari pasien
tersebut. Hal tersebut juga sesuai dengan teori penegakan diagnosis dari TB Paru yaitu
adanya riwayat batuk lama (lebih dari 2 minggu), pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi
basah kasar (+/+).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya RBK pada pulmo kanan dan kiri, wheezing
(-). Dari hasil pemeriksaan hematologi didapatkan adanya peningkatan lekosit, LED1 dan II,
serta hitung jenis basofil, eosinofil, limfosit dan monosit. Dari pemeriksaan radiologi
didapatkan

perselubungan

semiopaq

inhomogen

dengan

peningkatan

corakan

bronchovaskular di kedua pulmo, dominan di lobus superior pulmo dengan air bronchogram
(+) dimana menyokong gambaran TB Paru aktif lesi luas dan tampak compressi corpus V.TH
12 grade 3 dengan tanda infeksi di sekitarnya mengarah gambaran et causa infeksi proses
spesifik (Spondylitis TB).

DAFTAR PUSTAKA

Amin Zulkifli, Asril Bahar. Tuberkulosis Paru. dalam: Aru W. Sudoyo (ed.) et. al.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 11 edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia. 2006.


Dewi lk, edi a, suarthana e, spondilitis tuberkulosa,

in

mansjoer

a,

suprohaita,wardhani wi, setiowulan w, eds, kapita selekta kedokteran media


3

aesculapius,jakarta
Jose A Hidalgo, MD, George Alangaden, MD. Pott Disease (Tuberculous Spondylitis)

in: http://www.emedicine.medscape.com
Price Sylvia A. dan Mary P. Standridge. Tuberkulosis Paru. dalam: Sylvia A. Price,
Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 6.

Jakarta: EGC. 2005.


Wim de jong, spondilitis tbc, dalam buku ajar ilmu bedah, jakarta

Anda mungkin juga menyukai