Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN

KEPERAWATAN
DEMENSIA

Heri triwibowo
DEMENSIA ???
Pengertian Demensia
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan
kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita
demensia seringkali menunjukkan beberapa
gangguan dan perubahan pada tingkah laku
harian (behavioral symptom) yang
mengganggu (disruptive) ataupun tidak
menganggu (non-disruptive)
(Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).
 Demensia adalah satu penyakit yang
melibatkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal.Hanya satu terminologi yang
digunakan untuk menerangkan penyakit otak
degeneratif yang progresif.
 Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan
emosi terjejas bila mengalami demensia.
Tanda dan Gejala Demensia
 Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah
adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga
mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
 Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri,
mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa
meletakkan suatu barang.
 Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang
terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir
terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi,
namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia
kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat.
 Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya
berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak
dengan lingkungan dan lebih sensitif.
 Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh
munculnya penyakit lain dan biasanya akan
memperparah kondisi Lansia
 Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita
demensia ke rumah sakit di mana demensia
bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
 Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan
tidak terkaji oleh tim kesehatan.
 Tidak semua tenaga kesehatan memiliki
kemampuan untuk dapat mengkaji dan
mengenali gejala demensia.
 ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus
dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang
individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf,
pengkajian status mental dan sebagai penunjang
perlu dilakukan juga tes laboratorium.
 Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah
laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi
keluarga memahami dengan baik perubahan tingkah laku yang
dialami oleh Lansia penderita demensia.
 Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia dapat
memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan oleh para
anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka.
 Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi
pada Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi,
halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi
spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak
dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan,
marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal
(Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).
Peran Keluarga
 Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam
perawatan lansia penderita demensia yang tinggal di
rumah.
 Pada tahap awal demensia penderita dapat secara
aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya.
Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum
obat secara teratur.
 Ini sangat membantu dalam menekan laju
kemunduran kognitif yang akan dialami penderita
demensia.
 Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam
merawat anggota keluarga yang menderita
demensia.
 Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita
demensia tidak mengetahui apa yang terjadi
pada dirinya. Merekapun berusaha dengan
keras untuk melawan gejala yang muncul
akibat demensia.
 Saling menguatkan sesama anggota keluarga
dan selalu meluangkan waktu untuk diri
sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan
teman-teman lain dapat menghindarkan
stress yang dapat dialami oleh anggota
keluarga yang merawat Lansia dengan
demensia.
Tingkah Laku Lansia
 Pada suatu waktu Lansia dengan demensia
dapat terbangun dari tidur malamnya dan
panik karena tidak mengetahui berada di
mana, berteriak-teriak dan sulit untuk
ditenangkan.
 Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu
membuat Lansia rileks dan aman.
 Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia
dengan demensia bertanya sesuatu yang sama
berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi
terus saja pertanyaan yang sama disampaikan.
 Menciptakan lingkungan yang aman seperti
tidak menaruh benda tajam sembarang
tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat
yang tidak diketahui oleh Lansia
Pencegahan & Perawatan Demensia
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel
otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir
hendaknya dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita
sehat dan aktif
1. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
2. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan
teman yang memiliki persamaan minat atau hobi
4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk
tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat
membuat otak kita tetap sehat.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
 Demensia adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami penurunan kemampuan
daya ingat dan daya pikir tanpa adanya
penurunan fungsi kesadaran.
 Berdasarkan beberapa hasil penelitian, diperoleh
data bahwa demensia sering terjadi pada usia
lanjut yang telah berumur di atas 60 tahun.
 Sampai saat ini diperkirakan sekitar 500.000
penderita demensia di indonesia.
B. Tanda dan Gejala
a. Kesukaran dalam g. kesulitan belajar dan
melaksanakan kegiatan mengingat informasi baru
sehari-hari h. kurang konsentrasi
b. Pelupa
i. kurang kebersihan diri
c. Sering mengulang kata-kata
j. Rentan terhadap
d. Tidak mengenal dimensi
kecelakaan: jatuh
waktu, misalnya tidur di
ruang makan k. Mudah terangsang
e. Cepat marah dan sulit di l. Tremor
atur. m. Kurang koordinasi
f. Kehilangan daya ingat gerakan
D. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan


pada saat pengkajian, maka ditetapkan
diagnosa keperawatan:

1. Gangguan Proses Pikir


2. Risiko Cedera: jatuh
E. Tindakan Keperawatan
Diagnosa I
“Lansia depresi dengan gangguan proses pikir;
pikun/pelupa.”
Tujuan :
Mengenal/berorientasi terhadap waktu orang
dan tempat
Melakukan aktifitas sehari-hari secara optimal
Tindakan
• Dx I :
a. Beri kesempatan bagi pasien untuk mengenal barang milik
pribadinya misalnya tempat tidur, lemari, pakaian dll.
b. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengenal waktu
dengan menggunakan jam besar, kalender yang mempunyai
lembar perhari dengan tulisan besar.
c. Beri kesempatan kepada pasien untuk menyebutkan namanya
dan anggota keluarga terdekat
d. Beri kesempatan kepada klien untuk mengenal dimana dia
berada.
e. Berikan pujian jika pasien bila pasien dapat menjawab dengan
benar.
f. Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas
sehari-hari
• Tindakan untuk keluarga
Tujuan:
– Keluarga mampu mengorientasikan pasien
terhadap waktu, orang dan tempat
– Menyediakan saran yang dibutuhkan pasien untuk
melakukan orientasi realitas
– Membantu pasien dalam melakukan aktiftas
sehari-hari.
• Tindakan
a. Diskusikan dengan keluarga cara-cara mengorientasikan waktu,
orang dan tempat pada pasien
b. Anjurkan keluarga untuk menyediakan jam besar, kalender dengan
tulisan besar
c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang pernah dimiliki
pasien
d. Bantu keluarga memilih kemampuan yang dilakukan pasien saat ini.
e. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan pujian terhadap
kemampuan terhadap kemampauan yang masih dimiliki oleh pasien
f. Anjurkan keluarga untuk memantu lansia melakukan kegiatan
sesuai kemampuan yang dimiliki
g. Anjurkan keluarga untuk memantau kegiatan sehari-hari pasien
sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
h. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan
yang masih dimiliki pasien
• Dx II :
• Tindakan pada pasien.
Tujuan
1. Pasien terhindar dari cedera
2. Pasien mampu mengontrol aktifitas yang dapat
mencegah cedera.
• Tindakan
a. Jelaskan faktor-faktor risiko yang dapa
menimbulkan cedera dengan bahasa yang
sederhana
b. Ajarkan cara-cara untuk mencegah cedera: bila
jatuh jangan panik tetapi berteriak minta tolong
c. Berikan pujian terhadap kemampuan pasien
menyebutkan cara-cara mencegah cedera.
• Tindakan untuk keluarga
Tujuan :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
menyebabkan cedera pada pasien
2. Keluarga mampu menyediakan lingkungan yang
aman untuk mencegah cedera
• Tindakan
1. Diskusikan dengan keluarga faktor-faktor yang dapat
menyebabkan cedera pada pasien
2. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang aman
seperti: lantai rumah tidak licin, jauhkan benda-benda tajam
dari jangkauan pasien, berikan penerangan yang cukup,
lampu tetap menyala di siang hari, beri alat pegangan dan
awasi jika pasien merokok, tutup steker dan alat listrik lainnya
dengan plester, hindarkan alat-alat listrik lainnya dari
jangkauan klien, sediakan tempat tidur yang rendah
3. Menganjurkan keluarga agar selalu menemani pasien di
rumah serta memantau aktivitas harian yang dilakukan
Evaluasi
1. Gangguan proses pikir: bingung
Kemampuan pasien:
1. Mampu menyebutkan hari, tanggal dan tahun
sekarang dengan benar
2. Mampu menyebutkan nama orang yang dikenal
3. Mampu menyebutkan tempat dimana pasien berada
saat ini
4. Mampu melakukan kegiatan harian sesuai jadual
5. Mampu mengungkapkan perasaannya setelah
melakukan kegiatan
• Kemampuan keluarga
1. Mampu membantu pasien mengenal waktu
tempat dan orang
2. Menyediakan kalender yang mempunyai
lembaran perhari dengan tulisan besar dan jam
besar
3. Membantu pasien melaksanakan kegiatan harian
sesuai jadual yang telah dibuat
4. Memberikan pujian setiap kali pasien mampu
melaksanakan kegiatan harian
2. Risiko cedera
Kemampuan pasien:
1. Menyebutkan dengan bahasa sederhana
faktor-faktor yang menimbulkan cedera
2. Menggunakan cara yang tepat untuk
mencegah cedera
3. Mengontrol aktivitas sesuai kemampuan
Kemampuan keluarga :
1. Keluarga dapat mengungkapkan faktor-faktor
yang dapat menimbulkan cedera pada pasien
2. Menyediakan pengaman di dalam rumah
3. Menjauhkan alat-alat listrik dari jangkauan
pasien
4. Selalu menemani pasien di rumah
5. Memantau kegiatan harian yang dilakukan
pasien
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai