Anda di halaman 1dari 11

TREN DAN ISSUE KEPERAWATAN

DOSEN PENGAMPUH :
Ns. Sarwan Maco, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 3


Mitha Fadhilah Al-rasyid 1901051
Reka Puspita Djumaati 1901073
Anggelia Van Gobel 1901012
Ditia Puili 1901094

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO


PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
T.A 2022
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, akhirnya makalah Tren Dan
Issue Dalam Keperawatan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan
tentang kumpulan pendapat dari masing-masing anggota kelompok tentang pemenuhan
tenaga kesehatan.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Ns.Sarwan, S.Kep M,Kep selaku dosen
mata kuliah ini yang telah memberi tugas ini sehingga kami dapat memperoleh banyak ilmu,
informasi dan pengetahuan selama kami membuat dan menyelesaikan makalah ini.
kami berharap semoga makalah ini berguna bagi pembaca meskipun terdapat banyak
kekurangsempurnaan di dalamnya. Akhir kata kami meminta maaf sebesar-besarnya kepada
pihak pembaca jika terdapat kesalahan dalam penulisan, penyusunan maupun kesalahan lain
yang tidak berkenan di hati pembaca, karena hingga saat ini kami masih dalam proses belajar.
Oleh karena itu kami memohon kritik dan sarannya demi kemajauan bersama.

Manado, Oktober 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………......……………………................................…………..i
DAFTAR ISI…………………………...………………………………...................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………...…………………………..............................…..
B. Rumusan Masalah………………………………...…………..............................…….
C. Tujuan ………………………………...……………………...............................……..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Jurnal 1 : Masalah Utama Pelayanan Kesehatan Di Indonesia..........………................
B. Jurnal 2 : Pemerataan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lamongan..........…………….
C. Jurnal 3 : Pertanggung Jawaban Hukum perawat dalam Hal pemenuhan Kewajiban
dan Kode Etik Dalam Praktik Keperawatan................................................................
D. Jurnal 4 : Faktor-faktor terkait penempatan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama daerah terpencil / sangat
terpencil…..................................................................................................................
E. Jurnal 5 (Kualitas Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Bahu Kecamatan
Malalayang………………………………………………………………………………….
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya
sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik
dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya
maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungannya setiap saat (Potter dan Perry, 2005).
Kesehatan yang merupakan salah satu bidang ilmu yang terus berevolusi dan
berinovasi dari masa ke masa. Sayangnya saat ini di Indonesia, jumlah tenaga kesehatan
yang dimiliki masih sangat minim jumlahnya dibandingkan dengan jumlah penduduk
Indonesia secara keseluruhan dengan rasio 1 : 4000 penduduk Indonesia. Sedangkan rasio
di Negara maju memiliki perbandingan 1 : 1000 penduduk ke bawah. Selain itu,
persebaran tenaga kesehatan di Indonesia dikatakan belum merata. Rendahnya kualitas
tenaga kesehatan di Indonesia disebabkan karena minimnya fasilitas pendidikan kesehatan
yang dimiliki beberapa perguruan tinggi selama ini. Dengan pemenuhan fasilitas
pendidikan kesehatan diyakini akan berdampak pada meningkatnya kualitas tenaga
kesehatan (Rahadian, 2015).
Permasalahan dalam pemenuhan dan pemerataan tenaga kesehatan saat ini yaitu
terbatasnya jumlah dan jenis SDM Kesehatan yang belum dapat memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, belum meratanya distribusi SDM Kesehatan
sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, belum memadai dukungan
regulasi dalam pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan. Sehingga, retribusi
sulit untuk dilakukan dan berdampak pada tidak diketahuinya ketersediaan SDM
Kesehatan, maldistribusi dan pelayanan kesehatan menjadi tidak optimal (Rakerkesnas,
2017).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pendapat anda dalam pemenuhan tenaga kesehatan di Indonesia agar
terpenuhi?
C. Tujuan
Membantu mahasiswa memahami langkah dan upaya apa dalam pemenuhan
tenaga kesehatan agar dapat terpenuhi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jurnal 1 (Masalah Utama Pelayanan Kesehatan Di Indonesia)
Nama Penulis : Muhamad Reza Sulaiman
Tahun Terbit : 2019
Judul : Masalah Utama Pelayanan Kesehatan Di Indonesia
Lokasi Terbit : Jl Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat
Menurut saya, Masalah pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) tidaklah sedikit. Mulai dari tak ada listrik hingga pasien yang sepi menjadi
hambatan. Masyarakat lebih memercayai dukun tradisional sehingga tidak mau berobat ke
puskesmasLain masalah yang ada di Puskesmas Lindu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Di daerah ini, listrik dan air bersih belum tersedia di puskesmas. Alhasil, alat-alat
kesehatan yang tersedia tak bisa dioptimalkan karena tak bisa dijalankan.Sementara di
Puskesmas Sikakap, Kabupaten Mentawai Sumatera Barat, akses menuju puskesmas
menjadi masalah. Masyarakat malas datang ke puskesmas karena jauh dan akhirnya
memilih untuk tidak berobat.Intervensi pun dilakukan tim Pencerah Nusantara. Untuk
kasus Puskesmas Bayangkan orang di pedalaman di mana orang harus tiga hingga empat
jam naik perahu untuk menuju ke Rumah Sakit, ditambah harus menyambung lagi satu
jam dengan naik kendaraan darat. Mereka terkadang punya biaya untuk berobat tapi ngga
punya biaya untuk transportasinya
Dari jurnal yang saya baca adalah Masyarakat mengharapkan tenaga kesehatan
puskesmas melakukan pelayanan pengobatan di rumah atau di tempat yang dekat dengan
tempat tinggal mereka. Oleh karena itu masyarakat cenderung untuk memanggil tenaga
kesehatan ke rumah dengan pertimbangan biaya yang sama bila mereka harus mendatangi
ke puskesmas serta dipermudah dengan adanya telepon seluler. Keadaan ini menunjukkan
tingginya waktu yang tidak efektif digunakan oleh perawat dan bidan dalam melaksanakan
tugasnya di puskesmas Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia di puskesmas belum
mampu menyelesaikan seluruh upaya kesehatan wajib yang dilaksanakan di puskesmas
terutama pelayanan diluar gedung, karena luas wilayah puskesmas dan kesulitan untuk
menjangkau sasaran. Oleh karena itubeberapa kegiatan dikurangi jumlah kunjungannya
yang seharusnya sebulan sekali menjadi 3 bulan sekali terutama untuk desa dengan
kondisi geografis yang sulit. Sebagai akibatnya cakupan pelayanan di luar gedung menjadi
lebih rendah dibanding dengan desa yang lebih mudah dijangkau. Sebagai contoh adanya
kasus gizi buruk di wilayah puskesmas Sajingan Besar, hal ini kemungkinan disebabkan
kurangnya pelaksanaan upaya perbaikan gizi masyarakat yang merupakan upaya
kesehatan wajib Dokter-dokter di pedalaman dapat melakukan tes-tes radiologi kemudian
mengirimkan hasilnya ke dokter ahli di kota. Dan nantinya, hasil diagnosa bisa diberikan
untuk tindakan medis selanjutnya.
B. Jurnal 2 (Pemerataan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lamongan)
Nama Penulis : Henny Hidayanti
Tahun Terbit : 2018
Judul Jurnal : Pemerataan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lamongan
Lokasi Terbit Jurnal : Jl. Gayung Kb. Sari. 56, Gayungan, Surabaya
Seperti yang kita ketahui sendiri, di Indonesia untuk tenaga kesehatannya sudah
mencukupi bahkan lebih akan tetapi pemerataannya belum sepenuhnya sampai ke daerah-
daerah terpencil. Jadi pendapat saya dalam pemenuhan tenaga kesehatan di Indonesia
sendiri pemerintah perlu memperhatikan tempat-tempat atau wilayah-wilayah tertentu
yang belum atau masih kurang tenaga kesehatannya dengan cara memperhatikan
kebutuhan atau menggunakan dengan baik SDM yang sudah tersedia. Dan ada beberapa
cara lainnya agar dapat terpenuhi yaitu dengan meningkatkan akses, mengembangkan
kemampuan dari tenaga kesehatan serta mengadakan latihan kerja agar setiap tenaga
kesehatan memiliki point plus untuk menjalankan tugas.
Pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) kesehatan
merupakan salah satu prioritas pembangunan kesehatan karena Indonesia masih
menghadapi masalah tenaga kesehatan, baik jumlah, jenis, kualitas maupun distribusinya.
Menurut subsistem SDM kesehatan sendiri bahwa tenaga kesehatan merupakan unsur
utama yang mendukung subsistem kesehatan lainnya dengan bertujuan pada tersedianya
tenaga kesehatan yang bermutu secara mencukupi, yang terdistribusi secara adil, serta
memanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Maka dalam jurnal di bahas tentang permasalahan dari ketidakmerataan tenaga
kesehatan. Dan dalam Undang-Undang Kesehatan yang baru (UU No. 36 Tahun 2009)
ketentuan tentang tenaga kesehatan juga membahas bagaimana struktur pemerataan tenaga
kerja mulai dari perencanaan hingga penempatan tenaga kesehatan.
C. Jurnal 3 (Pertanggung Jawaban Hukum perawat dalam Hal pemenuhan Kewajiban
dan Kode Etik Dalam Praktik Keperawatan)
Nama Penulis : Baiq Setiani
Tahun Terbit : 2018
Judul Jurnal : Pertanggung Jawaban Hukum perawat dalam Hal pemenuhan Kewajiban
dan Kode Etik Dalam Praktik Keperawatan
Lokasi Terbit : Jln. Jatinegara Barat No.144, Kp. Melayu,Jakarta Timur 13320
Menurut pendapat saya, Tenaga kesehatan dalam melakukan praktik keperawatan
harus menjunjung tinggi asas etik dan profesionalisme karena masih banyak tenaga
kesehatan yang kadang lalai dalam melaksanakan tugasnya dan bahkan ada beberapa
kasus yang selalu ada hanya karena tindakan kesehatan yang dilakukan bergeser dari sop
bahkan kode etik yang sudah ditentukan.
Tenaga kesehatan sangat penting untuk berada diseluruh wilayah manapun bahkan
di tempat terpencil sekalipun harus ada tenaga kesehatan yang tetap standby dan
berwenang diwilayah tersebut demi mewujudkan Indonesia sehat, karena masyarakat yang
ada didesa terpencil selalu kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan yang berada
didalam kota. Hal tersebut biasanya terjadi karena banyak masyarakat yang masih
kesulitan ekonomi,transportasi dan bahkan informasi mengenai kesehatan.
Bukan hanya didesa ataupun ditempat terpencil,tetapi di daerah kota pun masih
banyak tempat pelayanan kesehatan yang belum terpenuhi dengan baik segala
pelayanannya,masih banyak tenaga kesehatan yang selalu mementingkan orang
terdekatnya dari pada kesehatan orang lain yang sudah sangat membutuhkan pertolongan.
Dari jurnal yang saya baca perkembangan keperawatan menjadi acuan bagi perawat
untuk melakukan perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Pekerjaan perawat yang
semula vokasional bergeser menjadi perawat profesional, masalah etik keperawatan
sebagian besar terjadi pada pelaksanaan pelayanan keperawatan. Rasa ketidakpuasan yang
sering kali timbul karena pasien merasa kebutuhannya tidak terpenuhi dan merasa tidak
diperhatikan oleh perawat dalam pelayanan kesehatan.
Masalah etik yang sering muncul menyebabkan konflik antar tenaga kesehatan
dengan tenaga kesehatan yang lain maupun dengan pasien. Dan interkasi antar
perawat,pasien bahkan keluarga pasien pun harus diperbaiki dan harus dengan etika yang
baik, karena terkadang masih banyak tenaga kesehatan yang masih belum berinteraksi
baik dengan pasien yang dapat menyebabkan pasien tidak terpenuhi dengan baik
kesehatannya dan nantinya akan berdampak pada kesehatan mental dari pasien.
Oleh karena itu pada prinsipnya perencanaan,pengadaan,pendayagunaan, pembinaan
dan pengawasan mutu tenaga kesehatan ditujukan kepada seluruh tenaga kesehatan dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan demi menciptakan Indonesia sehat dan tepenuhinya
kebutuhan tenaga kesehatan.
D. Jurnal 4 (Faktor-faktor terkait penempatan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama daerah terpencil/sangat terpencil)
Nama Penulis : Iin Nurlinawati & Rudi Hendro Putranto
Tahun Terbit : 2020
Judul : Faktor-faktor terkait penempatan tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama daerah terpencil/sangat
terpencil.
Lokasi Terbit Jurnal : Pusat penelitian dan pengembangan sumber daya dan pelayanan
kesehatan, Jalan percetakan Negara no.29 Jakarta 10560,
Indonesia
Menurut pendapat saya, Perlu adanya ketersediaan dan sebaran fasilitas pelayanan
kesehatan karena masih belum merata antar daerah meski jumlah fasilitas pelayanan
kesehatan yang dibangun setiap tahunnya mengalami peningkatan baik oleh pemerintah
maupun swasta. Karena masyarakat yang tinggal di daerah terpencil umumnya mengalami
kesulitan untuk mengakses pelayanan kesehatan primer yang berkualitas. Hal tersebut
disebabkan kondisi transportasi, akses komunikasi, tingginya tingkat kemiskinan
penduduk, dan berbagai masalah sosial lainnya, yang mereka hadapi.
Dari jurnal yang saya baca, saat ini masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan
pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, terutama puskesmas yang berlokasi di
daerah terpencil/sangat terpencil. Data Risnakes 2017 menunjukkan, masih terdapat
puskesmas yang tidak memiliki dokter gigi (37,5%), dokter (7,7%), tenaga kesehatan
masyarakat (24%), bahkan tenaga laboratorium medis (60,3%). Salah satu penyebab
kekurangan tersebut adalah adanya penolakan dokter dan nakes lainnya untuk bekerja di
daerah pedesaan. Kekurangan nakes tersebut akan berdampak pada tidak optimalnya
pelaksanaan upaya kesehatan masyarakat di puskesmas. Maka dari itu pentingnya
komitmen daerah dalam menyediakan rumah serta sarana/prasarana, seperti air bersih,
listrik, serta transportasi, menjadi hal penting bagi nakes yang akan ditugaskan. Karena
salah satu hal yang memengaruhi tingkat kepuasan dari pekerjaan nakes adalah dukungan
dan fasilitas yang tersedia bagi mereka. Peluang mengembangkan profesi dan melayani
kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Selain tempat tinggal, perlu juga ada jaminan bagi
penerimaan lingkungan terhadap pegawai baru yang berasal dari daerah setempat. Karena
hubungan pribadi dengan lingkungan dan rekan kerja yang baik merupakan sumber
kekuatan dan dukungan dalam bekerja. Ketersediaan alat transportasi yang sesuai
merupakan hal yang penting juga karena transportasi yang sesuai merupakan upaya agar
dapat menjangkau masyarakat secara lebih efektif.
E. Jurnal 5 (Kualitas Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Bahu Kecamatan
Malalayang
Nama Penulis : Ican Octavianus Panambunan
Tahun Terbit : 2019
Judul Jurnal : Kualitas Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Bahu
Kecamatan Malalayang
Lokasi Terbit Jurnal : -
Pendapat Saya informasi yang dapat saya bagikan dari jurnal yang saya baca ada
beberapa hal pertama yaitu yang melatarbelakangi masalah dalam jurnal adalah pelayanan
yang dilakukan puskesmas bahu masyarakat merasa pelayanan yang diberikan sudah
bagus dan maksimal dan juga sarana dan prasaran sudah memadai dalam melayani
masyarakat akan tetapi puskesmas bahu tidak memiliki banyak program kerja karena
mereka berfokus pada rutinitas kegiatan pelayanan kesehatan dan program pemerintah.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
menggunakan pendekatan kuantitatif karena menurut penulis penelitian deskriptif karena
focus utama dari pada model penelitian ini yaitu menjelaskan objek dan menjawab
peristiwa dan fenomena apa yang terjadi Dan menggunakan pendekatan kuantitatif
merupakan penelitian lebih terukur dan hasil lebih sistematis.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Wawancara
( Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya
jawab antara peneliti dengan informan yang telah dijadikan sumber data. Observasi
( Observasi Adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan
secara langsung dari dekat terhadap fenomena obyek yang terjadi atau diteliti),
Dokumentasi ( Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara meneliti dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan penelitian )
Kemudian hasil & pembahasan yang ada di dalam jurnal tersebut yaitu Untuk mengetahui
seberapa besar kinerja Pelayanan pada Puskesmas Bahu, maka peneliti menggunakan
Teori Agus Darma yang mengemukakan tiga dimensi untuk menilai kinerja dalam suatu
organisasi yaitu dari dimensi kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu.berikut ini
pemaparan Kinerja Pelayanan di Puskesmas Bahu, berdasarkan hasil penelitian penulis
dapat di tarik kesimpulan :
1) Kuantitas
Kinerja pelayanan Puskesmas Bahu dari segi kuantitas sudah bagus dimana program
kerja dan kegiatan semuanya dapat terealisasi dengan baik, bahkan ada dua kegiatan
yang pencapaiannya melebihi target yang direncanakan yaitu, pemeriksaan ibu hamil
dan K4.
2) Kualitas pekerjaan
Tangible (bukti Fisik), menurut pasien memuaskan dilihat dari kebersihan,
ketersediaan peralatan medis, dan ketersediaan obat.
3) Ketepatan waktu
Dari segi ketepatan waktu juga sudah bagus, dilihat dari disiplin pegawai yang datang
tepat pada waktunya sehingga mereka dapat menyelesaiakan pekerjaan tepat pada
waktunya. Adapun program kerja di Puskesmas Bahu dapat terealisasikan tepat waktu
dikarenakan tingginya disiplin pegawai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa jurnal maupun pendapat dari setiap anggota kelompok dapat di tarik
kesimpulan untuk jurnal pertama membahas tentang masalah utama pelayanan kesehatan
di Indonesia sendiri yaitu di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) masalah kesehatan
yang ada tidaklah sedikit. Mulai dari tak ada listrik hingga pasien yang sepi menjadi
hambatan di karenakan masih banyak yang mempercayai dukun. Maka hal yang perlu di
perhatikan bagaimana membuka pemikiran dari warga daerah dengan adanya fasilitas
kesehatan. Untuk jurnal dua membahas tentang pemerataan tenaga kesehatan di
Kabupaten Lamongan, dengan mengembangkan dan menggunakan SDM yang sudah
tersedia dapat membantu pemerataan tenaga kesehatan. Untuk jurnal ke tiga pertanggung
jawaban hukum perawat dalam hal pemenuhan kewajiban dan kode etik dalam praktik
keperawatan, tenaga kesehatan dalam melakukan praktik keperawatan harus menjunjung
tinggi asas etik dan profesionalisme karena masih banyak tenaga kesehatan yang kadang
lalai dalam melaksanakan tugasnya dan bahkan ada beberapa kasus yang selalu ada hanya
karena tindakan kesehatan yang dilakukan bergeser dari sop bahkan kode etik yang sudah
ditentukan. Dan untuk jurnal ke empat Faktor-faktor terkait penempatan tenaga kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama daerah terpencil / sangat terpencil perlu
adanya ketersediaan dan sebaran fasilitas pelayanan kesehatan karena masih belum merata
antar daerah meski jumlah fasilitas pelayanan kesehatan. Karena masyarakat yang tinggal
di daerah terpencil umumnya mengalami kesulitan untuk mengakses pelayanan kesehatan
primer yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai