Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SISTEM KETAHANAN NASIONAL (SKN )


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Organisasi Kesehatan
Dosen Pengampu: Wasiyem M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 3

Preti Sinta Harahap ( 0801212368 )


Shopiah Auzi ( 0801212212 )
Wulan Andika ( 0801213107 )
Dwi vilasari ( 0801212372 )

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2024
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Syukur Alhamdulillah pemakalah
ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga
pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Organisasi Kesehatan.
Pemakalah menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Wasiyem, M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Organisasi Kesehatan . yang telah memberikan bimbingan
sehingga makalah ini dapat pemakalah selesaikan dengan baik.
Selain itu,terimakasih juga pemakalah sampaikan kepada rekan-rekan dan semua pihak
yang tela memberikan kontribusi dan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini. Berkat
bantuan dan dorongan tersebut, pemakalah dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar dan
optimal.
Pemakalah menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang pemakalah miliki. Oleh karena itu,
pemakalah mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya pemakalah berharap semoga makalah ini memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Medan, 25 Maret 2024

Kelompok 3
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) secara khusus berkomitmen untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang tinggi sebagai indikator kesejahteraan umum, sebagaimana
tercantum dalam pembukaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 0 Januari 1945, suatu sistem
yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum. Pelayanan Primer Non-Darurat, yang
mengacu pada kontak pertama pasien dengan penyedia layanan kesehatan, seperti puskesmas
setempat, dokter layanan primer atau klinik. Dokter bertanggung jawab atas perlunya merujuk
pasien ke layanan tambahan (rumah sakit tipe D, C, B). Di sisi lain, dokter yang memberikan
layanan tambahan bertanggung jawab untuk merujuk pasien ke layanan tersier, yaitu. rumah
sakit pendidikan tipe A dan B (Kementerian Kesehatan, 2012)
Permasalahan umum yang terjadi di rumah sakit adalah kegagalan rumah sakit dalam
menyediakan hal-hal yang benar-benar menciptakan tingkat kesehatan yang optimal.
Dijelaskannya, tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan setiap
pengguna jasa dalam menjalani pola hidup sehat. Faktor utamanya adalah pelayanan yang
diberikan berkualitas rendah sehingga tidak dapat memberikan pelayanan yang diharapkan
kepada pasien. Rumah sakit merupakan organisasi yang menjual jasa, sehingga mutu pelayanan
merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi. Apabila pasien tidak puas dengan kualitas
pelayanan yang diberikan maka pasien memutuskan untuk tidak melakukan kunjungan
berulang ke rumah sakit (Azwar A. 2007).
Menurunnya pemanfaatan layanan kesehatan disebabkan meningkatnya akses terhadap
layanan kesehatan, namun kualitasnya masih buruk. Permasalahan ini dapat diidentifikasi
dengan meningkatnya keluhan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan, mulai dari
buruknya kondisi fisik, sikap atau pelayanan petugas, sistem birokrasi yang rumit, buruknya
kualitas pelayanan dan pengobatan, serta pendeknya jam kerja. menyebabkan pasien tidak
dapat menerima pengobatan. Menurunnya penggunaan pelayanan gigi dan mulut juga
dipengaruhi oleh kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan gigi dan mulut (Gunarso,
Singgih D. 2004)
Program pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 merupakan terselenggaranya
ketersediaan dan mutu pelayanan kesehatan yang lebih stabil. Tujuan utamanya adalah agar
setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhannya pada tempat
pelayanan yang terstandar, pada pelayanan penyedia layanan kesehatan yang berkualitas,
menggunakan standar pelayanan dengan harga yang wajar dan informasi yang akurat mengenai
pelayanan kesehatannya. . Kementerian Kesehatan RI, 2013)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang
didirikan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional No. 24
Tahun 2011 untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS dibagi menjadi BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Bertanggung jawab langsung kepada presiden, BPJS
mempunyai kewenangan untuk memungut biaya, menginvestasikan dana, memantau dan
mengaudit kepatuhan peserta dan pemberi kerja (Pusat Pelayanan Informasi Kesehatan BPJS,
2014)
Permasalahan tersebut tampak dalam implementasi Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 yang mengatur tentang tarif pelayanan kesehatan
dasar pada pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan lanjutan, dengan harga tetap.
dari program dana asuransi kesehatan. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa biaya
akomodasi bagian rawat jalan RS Pratama, Klinik Pratama, praktik dokter atau puskesmas
sejenis adalah 8000 hingga 10000 rupee, di luar praktik dokter gigi A1 atau B1, 2000 rupee
dan masih banyak lagi rincian terkait lainnya. harga sudah termasuk dalam peraturan ini (Pusat
Pelayanan Informasi Kesehatan BPJS, 2014).

Rumusan Masalah
1. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional
2. Tujuan Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
3. Subsistem Sistem Kesehatan Nasional ( SKN )
4. Ruang Lingkup Sistem Kesehatan Nasional ( SKN )
5. Tantangan dan Problematika Sistem Kesehatan Nasional ( SKN )

Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Sistem Kesehatan Nasional
2. Untuk Mengetahui Tujuan Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
3. Untuk Mengetahui Subsistem Sistem Kesehatan Nasional ( SKN )
4. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Sistem Kesehatan Nasional ( SKN )
5. Untuk Mengetahui Tantangan dan Probelamatika Sistem Kesehatan Nasional ( SKN )
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 3
Latar Belakang .................................................................................................................................. 3
Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 4
Tujuan Masalah................................................................................................................................. 4
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6
1. Defenisi Sistem Kesehatan Nasional ........................................................................................ 6
2. Tujuan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) ............................................................................. 6
3. Subsistem Sistem Kesehatan Nasional .................................................................................... 7
4. Ruang Lingkup........................................................................................................................ 11
5. Tantangan dan problematika ketahanan nasional ............................................................... 12
BAB III................................................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................................................ 13
Kesimpulan ...................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 14
BAB II

PEMBAHASAN
1. Defenisi Sistem Kesehatan Nasional
Sistem adalah hubungan antara unsur-unsur yang membentuknya dalam suatu
model tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (sistem adalah bagian-bagian atau unsur-
unsur yang saling berhubungan dalam suatu model kerja tertentu). Dari pengertian tersebut,
suatu sistem dapat diartikan mempunyai dua prinsip dasar, yaitu: (1) unsur, komponen, atau
bagian yang menyusun sistem itu; dan (2) keterhubungan, yaitu hubungan antar komponen
model tertentu. Bahkan keberadaan sekelompok unsur, komponen, bagian, orang atau
organisasi, jika tidak terkait dalam beberapa cara untuk mencapai suatu tujuan, tidak
memenuhi kriteria untuk menjadi bagian dari suatu sistem.
Menurut WHO, sistem kesehatan adalah suatu proses yang menyatukan berbagai
faktor kompleks yang saling terkait dalam suatu negara untuk memenuhi persyaratan dan
kebutuhan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan komunitas. Pasal 1 ayat (2) Perpres
Nomor 72 Tahun 2012 menyatakan bahwa sistem kesehatan nasional adalah pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia secara terpadu
dan saling menunjang untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Suatu sistem mempunyai maksud atau tujuan, jika suatu sistem tidak mempunyai
tujuan maka tidak ada sistem. Suatu sistem berhasil jika mencapai tujuan atau sasarannya.

2. Tujuan Sistem Kesehatan Nasional (SKN)


Tujuan sistem kesehatan nasional adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,
memperluas ketersediaan pelayanan, meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan, dan
meningkatkan keadilan sosial di bidang pelayanan kesehatan. Dengan penerapan yang
berkesinambungan, SKN berusaha beradaptasi dengan perkembangan dan dinamika
pembangunan kesehatan. SKN dapat diadaptasi dan ditingkatkan untuk menghadapi
perubahan kondisi dan situasi.
Di bawah ini beberapa tujuan utama Sistem Kesehatan Nasional:
1. Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan: SKN bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu dan masyarakat. Hal ini
mencakup peningkatan mutu pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan, teknologi
kedokteran, dan sumber daya manusia yang terkait dengan pelayanan kesehatan. SKN
berfokus pada peningkatan pengetahuan dan keahlian tenaga medis profesional serta
pemanfaatan teknologi tepat guna dalam diagnosis, pengobatan, dan perawatan pasien.
2. Peningkatan Akses: Salah satu tujuan utama SKN adalah meningkatkan ketersediaan
layanan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Setiap orang harus memiliki akses yang
sama terhadap layanan kesehatan berkualitas tanpa diskriminasi berdasarkan status
sosial, ekonomi atau geografis. SKN berusaha memastikan setiap orang mempunyai
akses terhadap layanan kesehatan yang dibutuhkannya dengan harga yang wajar.
3. Peningkatan Koordinasi dan Integrasi: SKN berencana untuk meningkatkan koordinasi
dan integrasi antar berbagai bagian sistem kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas
setempat, dokter, lembaga penelitian, dan pemangku kepentingan lainnya. Tujuannya
agar terciptanya pelayanan kesehatan yang terkoordinasi dan terpadu sehingga pasien
mendapat pengobatan yang komprehensif dan berkelanjutan..
4. Peningkatan keadilan sosial dalam pelayanan kesehatan: SKN juga bertujuan untuk
meningkatkan keadilan sosial dalam pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan perbedaan kesehatan antara kelompok yang berbeda, termasuk mereka
yang berada dalam posisi yang lebih lemah dalam masyarakat.
5. Peningkatan Pencegahan dan Promosi Kesehatan: Selain pelayanan kesehatan kuratif,
SKN juga bertujuan untuk meningkatkan pencegahan penyakit dan promosi kesehatan.
Tujuan tersebut antara lain menyadarkan masyarakat akan pentingnya gaya hidup sehat,
vaksinasi, deteksi dini penyakit, dan kegiatan peningkatan kesehatan lainnya. Dengan
meningkatkan fokus pada pencegahan, SKN berharap dengan program yang dibuat
dapat mengurangi beban penyakit dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.

3. Subsistem Sistem Kesehatan Nasional


Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan suatu rangkaian subsistem yang
saling terkait dan bekerja bersama untuk menyediakan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Subsistem dalam SKN mencakup berbagai komponen, termasuk pelayanan
kesehatan, sumber daya manusia, pembiayaan, informasi kesehatan, dan obat- obatan.
1. Pelayanan Kesehatan: Subsistem pelayanan kesehatan dalam SKN berfokus pada
penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi seluruh
penduduk. Ini mencakup pelayanan promotif (upaya untuk mencegah timbulnya
penyakit), preventif (upaya untuk mencegah penyakit), kuratif (upaya pengobatan
penyakit), dan rehabilitatif (upaya pemulihan kesehatan). Pelayanan kesehatan dapat
disediakan melalui berbagai fasilitas, seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, dan
praktik dokter.
2. Sumber Daya Manusia: Subsistem sumber daya manusia dalam SKN melibatkan
tenaga kesehatan yang terlatih dan berkualitas, termasuk dokter, perawat, bidan, dan
tenaga medis lainnya. Dalam subsistem ini, penting untuk memastikan ketersediaan,
distribusi, dan kualitas sumber daya manusia yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat. Ini mencakup pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan, kebijakan penempatan, pengembangan karir, dan peningkatan mutu
profesional.
3. Pembiayaan: Subsistem pembiayaan dalam SKN berkaitan dengan cara pendanaan
sistem kesehatan. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai keadilan dalam
pembiayaan kesehatan, sehingga tidak ada yang terlantar atau menderita akibat biaya
kesehatan yang tinggi. Pembiayaan dapat dilakukan melalui berbagai mekanisme,
seperti asuransi kesehatan, pajak kesehatan, iuran kesehatan, dan subsidi bagi
kelompok masyarakat yang rentan.
4. Informasi Kesehatan: Subsistem informasi kesehatan dalam SKN berfokus pada
pengumpulan, pengolahan, dan penggunaan data dan informasi yang berkaitan
dengan kesehatan. Hal ini diperlukan untuk memantau status kesehatan populasi,
mengidentifikasi masalah kesehatan yang muncul, dan mendukung pengambilan
keputusan berbasis bukti. Sistem informasi kesehatan mencakup registrasi
kependudukan, rekam medis elektronik, pemantauan penyakit, dan pelaporan
kejadian kesehatan.
5. Obat-Obatan: Subsistem obat-obatan dalam SKN mencakup pengadaan, distribusi,
dan penggunaan obat-obatan yang aman, efektif, dan terjangkau. Tujuan subsistem
ini adalah untuk memastikan ketersediaan obat-obatan yang diperlukan, mengontrol
kualitasnya, dan mempromosikan penggunaan yang rasional. Hal ini melibatkan
regulasi obat-obatan, sistem pengadaan, kebijakan penggunaan obat yang bijaksana,
dan pemantauan efek samping obat.
6. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Penyelenggaraan penelitian dan
pengembangan kesehatan dikoordinasikan oleh Pemerintah untuk mendapatkan data
kesehatan dasar dan/atau data kesehatan yang berbasis bukti. Pengelolaan penelitian
dan pengembangan kesehatan terbagi atas penelitian dan pengembangan biomedis
dan teknologi dasar kesehatan, teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik,
teknologi intervensi kesehatan masyarakat, kebijakan kesehatan, serta pemberdayaan
masyarakat.
7. Pemberdayaan Masyarakat : Pemberdayaan perorangan, keluarga, dan masyarakat
dapat menunjang penyelenggaraan SKN yang optimal. Masyarakat termasuk swasta
merupakan subjek dan pelaku yang seharusnya mampu dan mau berperan dalam
pembangunan kesehatan.

Pengintegrasian dan koordinasi antara subsistem- subsistem ini penting untuk


mencapai tujuan SKN, yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, masyarakat, dan sektor swasta juga
diperlukan untuk menjalankan dan memperbaiki setiap subsistem dalam SKN. Selain itu,
penting untuk melakukan evaluasi secara berkala terhadap subsistem ini guna
mengidentifikasi kelemahan dan melakukan perbaikan yang diperlukan agar sistem
kesehatan nasional dapat berfungsi secara optimal.
Konsep Upaya Kesehatan mencakup berbagai strategi dan program yang
diperlukan untuk mempromosikan, membawa dan mendorong peningkatan kualitas
kesehatan bagi individu, komunitas, dan populasi secara umum. Beberapa aspek utama
dalam konsep upaya kesehatan antara lain:
1. Pemerataan kesehatan (Health for All): Mengintegrasikan layanan kesehatan dengan
fokus terhadap kebutuhan dan prioritisasi masalah kesehatan publik.
2. Promosi kesehatan: Memfasilitasi perubahan positif dalam bidang kesehatan melalui
informasi, edukasi, dan promosi sehat.
3. Prevensi penyakit: Melakukan tindakan preventif agar mencegah timbulnya penyakit
atau menurunkan risiko terkena penyakit.
4. Kontrol dan pengendalian penyakit: Menjalankan aktivitas kontrol dan pengendalian
penyakit yang telah timbul.
5. Rehabilitasi dan rekonstruksi: Merawat pasien serta memberikan dukungan untuk
mereka yang sudah merasa kesulitan akibat penyakit.

Upaya kesehatan disebut juga "Strategi Kesehatan" yang didorong oleh


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berdasarkan empat prinsip dasar: aksesibilitas,
efektivitas, efisiensi, dan pertumbuhan. Strategi ini mempunyai tujuan utama untuk
menciptakan sistem kesehatan yang universal, integratif, dan responsif terhadap
kebutuhan masyarakat.
Pada tingkat nasional, Indonesia memiliki Rancangan Nasional Kesehatan (RNK)
yang menjadi pedoman dalam menerapkan upaya kesehatan. RNK ini mencakup
beberapa prioritas penting termasuk:
1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan universalis
2. Perluasan aksesibilitas Kesehatan
3. Peningkatan mutu pelayanan Kesehatan
4. Peningkatan keterampilan profesional karyawan Kesehatan
5. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembinaan Kesehatan
6. Peningkatan kinerja manajemen kesehatan

Dengan implementasi upaya kesehatan sesuai dengan konsep tersebut, maka


Indonesia dapat mencapai visi menjadi negara yang sehat dan ramah lingkungan.
Sistem kesehatan nasional yang seringkali ditembus oleh masuknya mobilisasi,
globalisasi, membuktikan tidak adanya system ketahanan kesehatan. Perlu penguatan mulai
dari manajemen risiko yang memetakan kondisi Indonesia terhadap kerentanan geografi,
globalisasi, pertarungan proksi dll. Dilanjutkan Kebijakan kesiapsiagaan, respon dan
pemulihan pada system kesehatan nasional. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan
payung pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung pada kondisi ada goncangan ataupun
normal yang menjamin tercapainya status kesehatan yang optimal. Refomasi SKN harus
dimulai dan diakhiri dengan mengutamakan manusia, diawali dengan investasi manusia
dan diakhiri dengan manusia yang bermartabat. dengan memberikan penguatan pada [2]:
1. Sub sistem pembiayaan dengan penguatan kualitas dan kuantitas Universal Health
Coverage (UHC). Sistem ini akan melindungi warganegara dari ancaman kesehatan,
memiskinkan pengeluaran kesehatan, dan lonjakan tak terduga dalam permintaan
pelayanan kesehatan.
2. Sub sistem upaya kesehatan primer untuk masyarakat umum dan perhatian layanan
kesehatan khusus lansia dan rentan harus diperkuat. Covid-19 dan bencana
menghadirkan ancaman ganda bagi orang dengan kondisi kronis. Layanan kesehatan
primer yang kuat dengan mempertahankan kesinambungan layanan kesehatan untuk
meningkatkan pengendalian infeksi, mendukung dan melindungi tenaga kesehatan.
3. Sub sistem ketenagaan kesehatan : Pada saat krisis dan goncangan kapasitas tenaga
kesehatan disiapkan yang memadai, termasuk cadangan gtenaga kesehatan yang masih
masa pendidikan kesehatan. Keran Pendidikan kesehatan agar dibuka lebih lebar untuk
mencegah kebutuhan kesehatan masyarakat baik masa darurat ataupun masa aman.
4. Sub sistem penelitian dan pengembangan dengan sistem informasi kesehatan yang
memadai. Krisis telah mempercepat solusi digital inovatif dan penggunaan data digital,
aplikasi smartphone untuk memantau karantina, perangkat robotik, dan artificial
intelligence untuk melacak virus dan memprediksi di mana ia akan muncul selanjutnya.
Demikian pula akses ke telemedicine menjadi lebih mudah ke antar kesehatan dan
sektor lainnya.
5. Sub sistem logistik kesehatan termasuk vaksin yang efektif untuk keberhasilan
kekebalan populasi memberikan strategi keluar dari resiko penularan yang masif.
Pemerintah harus pandai melobi negara maju untuk dapat memproduksi dan ijin edar
logistik farmasi dan alat kesehatan.
6. Sub sistem pemberdayaan masyarakat dalam Pengembangan dan peorganisasian
masyarakat untuk mengaktifkan dan meningkatkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
Partisipasi dan kesertaan kelompok masyarakat dalam upaya kesehatan masyarakat di
tingkat masyarakat, berbasis masyarakat dengan terus mengaktifkan Pos Pelayanan
Terpadu, Pos Pembinaan Terpadu, Desa Siaga, keluarga sehat dan kelompok
masyarakat lainnya. Pemerintah menstimulasi pemberdayaan masyarakat juga melalui
partisipasi penyedia layanan kesehatan swasta, baik rumah sakit, klinik atau layanan
kesehatan swasta lainnya dalam upaya peningkatan kualitas dan pemerataan layanan
kesehatan.
7. Keenam sub sistem diatas diatur, dikelola secara rapih dan bertanggung jawab dengan
kesungguhan yang tidak hanya sekedar jalan atau menjalankan aturan bahkan karena
perintah atasan. Untuk menjalankan system kesehatan diawali dengan dipayungi oleh
kebijakan kesehatan yang holistik dengan agar semua system bergerak sesuai fungsi
dan target pembangunan kesehatan.

4. Ruang Lingkup
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara social dan ekonomis. Berdasarkan hal tersebut dapat
dikemukakan disini bahwa orang yang sehat adalah sehat dalam bidang fisik, mental,
spiritual, dan social (RI, 2009).Ruang lingkup penelitian Kesehatan dapat dikembangkan
berdasarkan Keputusan (Perpres RI No 72 Tahun 2012, 2012) tentang sistem Kesehatan
Nasional. Dengan demikian ruang lingkup penelitian Kesehatan sama dengan subsistem
dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Ruang Lingkup Penelitian Kesehatan
1. Manajemen informasi & regulasi
2. Upaya Kesehatan
3. Pembiayaan
4. SDM Kesehatan
5. Tarmas, alar dan makanan
6. Pemberdayaan masyarakat
7. Penelitian dan pengembangan

5. Tantangan dan problematika ketahanan nasional


Hal tersebut merupakan pilihan dinamis yang memerlukan pertimbangan
komprehensif terhadap sistem perilaku (behavioral), kebijakan dan strategi nasional yang
didukung oleh patriotisme dan energi ketahanan kesehatan nasional dalam memenuhi zona
peran TNI dan memantapkan pembangunan kesehatan yang menggambarkan efisiensi.
pada kepercayaan diri dan ketahanan nasional. Ketahanan kesehatan suatu negara, dari
perspektif struktural dan partisipatif, didasarkan pada kemampuan untuk memobilisasi
kepemimpinan, komunitas kesehatan metabolik, dan perubahan yang memenuhi peringkat
kredibilitas High Reliability Organization (HRO). Keandalan yang dihasilkan memicu
jaringan inovasi dan perubahan yang diwujudkan dalam kegiatan keandalan profesional
yang meneruskan potensi kesehatan dan ketahanan nasional bangsa. Sinergi Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Kesehatan Kementerian Pertahanan (Siskeshan)
merupakan jaringan yang saling terhubung yang mendukung upaya penguatan nilai-nilai
strategis kesehatan nasional.
Sistem ketahanan kesehatan di semua tahap, mempersiapkan pencegahan,
pemantauan dan observasi, respon dan pemulihan. Dalam pembiayaan layanan kesehatan,
sistem ketahanan kesehatan mengasumsikan kapasitas keuangan yang stabil mulai dari
pencegahan hingga pemulihan jika terjadi guncangan. Pendanaan layanan kesehatan
setidaknya sesuai kemampuan mereka, masyarakat yang menginginkan gaya hidup sehat
mendapat upaya kesehatan masyarakat, masyarakat yang menjalani gaya hidup tidak sehat
cenderung mahal. Oleh karena itu, negara harus hadir untuk menciptakan fleksibilitas
keuangan dengan mengatur dan mengarahkan pola hidup sehat pada seluruh lapisan
masyarakat. Sumber daya untuk hidup sehat dianggarkan dan didistribusikan dari rumah
tangga ke kementerian untuk mengurangi risiko penyakit. Negara hanya mendukung
masyarakat miskin yang ingin hidup sehat, dan menghargai desa sehat di atas kota dan
daerah.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Darurat kesehatan masyarakat menjadikan krisis global, yang kini sudah dapat
dikendalikan. Semua negara kini melakukan reformasi sistem kesehatan nasionalnya dengan
memberikan penguatan ketahanan untuk tranformasi kesehatan masyarakat.
Reformasi sistem kesehatan nasionalnya saja belum cukup jika tidak dilandasi dengan
reformasi kebijakan yang meliputi reformasi sistematika kebijakan kesehatan, reformasi
kelembagaan kementrian kesehatan menjadi kementrian kesehatan masyarakat, reformasi
kebijakan kesehatan dengan memperkuat ketahanan Kesehatan.
Untuk Indonesia, sebagai anggota forum Kerjasama Internasional, momentum ini
segera pro aktif untuk mencegah berulangnya ketidakberdayaan sistem kesehatan nasional
dalam menghadapi goncangan hebat yang tidak terduga dengan mengutamakan kearifan dan
kemandirian bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Al Aufa, Badra, Wahyu Sulistiadi, and Faizah Abdullah Djawas. “Measuring Instagram activity
and engagement rate of hospital: A comparison before and during COVID-19
pandemic.” 2020 3rd International Seminar on Research of Information Technology
and Intelligent Systems (ISRITI). IEEE, 2020.
Betan, A., Sofiantin, N., Sanaky, M. J., Primadewi, B. K., Arda, D., Kamaruddin, M. I., & AM,
A. M. A. (2023). Kebijakan Kesehatan Nasional. Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Betan, Abubakar., dkk. (2023) . Kebijakan Kesehatan Nasional. Yayasan Penerbit Muhammad
Zaini
Dewi, Siti Utami., dkk.(2023). Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Tahta Media Group
Ginanjar, E., Sjaaf, A. C., Alwi, I., Sulistiadi, W., Darmawan, E. S., Wibowo, A., & Liastuti, L.
D. (2022). Usefulness of the CODE ST-Segment Elevation Myocardial Infarction
Program to Improve Quality Assurance in Patients With ST-Segment Elevation
Myocardial Infarction. The American Journal of Cardiology, 165, 27-32.
Mahdur, Rika Risalam, and Wahyu Sulistiadi. “Evaluasi Program Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM).” Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat:
Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat 12.1 (2020): 4348.

Repository Poltekes Kemenkes Semarang. 2020.( https://repository.poltekkes-


smg.ac.id/repository/2.%20BAB%20I%20Dwi%20Kartiningsih%20P1337425117093
.pdf)
R Hapsara Habib Rachmat, D. P. H. (2018). Penguatan upaya kesehatan masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di Indonesia. UGM PRESS.
Soroy Lardo, author. 2020. Strategi Pembangunan Kesehatan dan Ketahanan Nasional dalam
Perspektif Daya Juang Bangsa. Hal. 61-88. URI:
https://lib.ui.ac.id/detail?id=20512608&lokasi=lokal
Sulistiadi, W., Rahayu, S., Veruswati, M., & Asyary, A. (2022). Health Personnel Improvement
in the Implementation of Shariah’s Ethical Code of Conduct in Tangerang Hospital,
Indonesia. Journal of Environmental and Public Health, 2022
Wahyu Sulistiadi, Sri Rahayu Slamet, and Nanny Harmani. “Handling of public stigma on
covid-19 in Indonesian society.” Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
(National Public Health Journal) (2020).

Anda mungkin juga menyukai