Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) secara khusus berkomitmen untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang tinggi sebagai indikator kesejahteraan umum, sebagaimana
tercantum dalam pembukaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 0 Januari 1945, suatu sistem
yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum. Pelayanan Primer Non-Darurat, yang
mengacu pada kontak pertama pasien dengan penyedia layanan kesehatan, seperti puskesmas
setempat, dokter layanan primer atau klinik. Dokter bertanggung jawab atas perlunya merujuk
pasien ke layanan tambahan (rumah sakit tipe D, C, B). Di sisi lain, dokter yang memberikan
layanan tambahan bertanggung jawab untuk merujuk pasien ke layanan tersier, yaitu. rumah
sakit pendidikan tipe A dan B (Kementerian Kesehatan, 2012)
Permasalahan umum yang terjadi di rumah sakit adalah kegagalan rumah sakit dalam
menyediakan hal-hal yang benar-benar menciptakan tingkat kesehatan yang optimal.
Dijelaskannya, tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan setiap
pengguna jasa dalam menjalani pola hidup sehat. Faktor utamanya adalah pelayanan yang
diberikan berkualitas rendah sehingga tidak dapat memberikan pelayanan yang diharapkan
kepada pasien. Rumah sakit merupakan organisasi yang menjual jasa, sehingga mutu pelayanan
merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi. Apabila pasien tidak puas dengan kualitas
pelayanan yang diberikan maka pasien memutuskan untuk tidak melakukan kunjungan
berulang ke rumah sakit (Azwar A. 2007).
Menurunnya pemanfaatan layanan kesehatan disebabkan meningkatnya akses terhadap
layanan kesehatan, namun kualitasnya masih buruk. Permasalahan ini dapat diidentifikasi
dengan meningkatnya keluhan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan, mulai dari
buruknya kondisi fisik, sikap atau pelayanan petugas, sistem birokrasi yang rumit, buruknya
kualitas pelayanan dan pengobatan, serta pendeknya jam kerja. menyebabkan pasien tidak
dapat menerima pengobatan. Menurunnya penggunaan pelayanan gigi dan mulut juga
dipengaruhi oleh kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan gigi dan mulut (Gunarso,
Singgih D. 2004)
Program pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 merupakan terselenggaranya
ketersediaan dan mutu pelayanan kesehatan yang lebih stabil. Tujuan utamanya adalah agar
setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhannya pada tempat
pelayanan yang terstandar, pada pelayanan penyedia layanan kesehatan yang berkualitas,
menggunakan standar pelayanan dengan harga yang wajar dan informasi yang akurat mengenai
pelayanan kesehatannya. . Kementerian Kesehatan RI, 2013)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang
didirikan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional No. 24
Tahun 2011 untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS dibagi menjadi BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Bertanggung jawab langsung kepada presiden, BPJS
mempunyai kewenangan untuk memungut biaya, menginvestasikan dana, memantau dan
mengaudit kepatuhan peserta dan pemberi kerja (Pusat Pelayanan Informasi Kesehatan BPJS,
2014)
Permasalahan tersebut tampak dalam implementasi Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 yang mengatur tentang tarif pelayanan kesehatan
dasar pada pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan lanjutan, dengan harga tetap.
dari program dana asuransi kesehatan. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa biaya
akomodasi bagian rawat jalan RS Pratama, Klinik Pratama, praktik dokter atau puskesmas
sejenis adalah 8000 hingga 10000 rupee, di luar praktik dokter gigi A1 atau B1, 2000 rupee
dan masih banyak lagi rincian terkait lainnya. harga sudah termasuk dalam peraturan ini (Pusat
Pelayanan Informasi Kesehatan BPJS, 2014).
Rumusan Masalah
1. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional
2. Tujuan Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
3. Subsistem Sistem Kesehatan Nasional ( SKN )
4. Ruang Lingkup Sistem Kesehatan Nasional ( SKN )
5. Tantangan dan Problematika Sistem Kesehatan Nasional ( SKN )
Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Sistem Kesehatan Nasional
2. Untuk Mengetahui Tujuan Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
3. Untuk Mengetahui Subsistem Sistem Kesehatan Nasional ( SKN )
4. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Sistem Kesehatan Nasional ( SKN )
5. Untuk Mengetahui Tantangan dan Probelamatika Sistem Kesehatan Nasional ( SKN )
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN
1. Defenisi Sistem Kesehatan Nasional
Sistem adalah hubungan antara unsur-unsur yang membentuknya dalam suatu
model tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (sistem adalah bagian-bagian atau unsur-
unsur yang saling berhubungan dalam suatu model kerja tertentu). Dari pengertian tersebut,
suatu sistem dapat diartikan mempunyai dua prinsip dasar, yaitu: (1) unsur, komponen, atau
bagian yang menyusun sistem itu; dan (2) keterhubungan, yaitu hubungan antar komponen
model tertentu. Bahkan keberadaan sekelompok unsur, komponen, bagian, orang atau
organisasi, jika tidak terkait dalam beberapa cara untuk mencapai suatu tujuan, tidak
memenuhi kriteria untuk menjadi bagian dari suatu sistem.
Menurut WHO, sistem kesehatan adalah suatu proses yang menyatukan berbagai
faktor kompleks yang saling terkait dalam suatu negara untuk memenuhi persyaratan dan
kebutuhan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan komunitas. Pasal 1 ayat (2) Perpres
Nomor 72 Tahun 2012 menyatakan bahwa sistem kesehatan nasional adalah pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia secara terpadu
dan saling menunjang untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Suatu sistem mempunyai maksud atau tujuan, jika suatu sistem tidak mempunyai
tujuan maka tidak ada sistem. Suatu sistem berhasil jika mencapai tujuan atau sasarannya.
4. Ruang Lingkup
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara social dan ekonomis. Berdasarkan hal tersebut dapat
dikemukakan disini bahwa orang yang sehat adalah sehat dalam bidang fisik, mental,
spiritual, dan social (RI, 2009).Ruang lingkup penelitian Kesehatan dapat dikembangkan
berdasarkan Keputusan (Perpres RI No 72 Tahun 2012, 2012) tentang sistem Kesehatan
Nasional. Dengan demikian ruang lingkup penelitian Kesehatan sama dengan subsistem
dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Ruang Lingkup Penelitian Kesehatan
1. Manajemen informasi & regulasi
2. Upaya Kesehatan
3. Pembiayaan
4. SDM Kesehatan
5. Tarmas, alar dan makanan
6. Pemberdayaan masyarakat
7. Penelitian dan pengembangan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Darurat kesehatan masyarakat menjadikan krisis global, yang kini sudah dapat
dikendalikan. Semua negara kini melakukan reformasi sistem kesehatan nasionalnya dengan
memberikan penguatan ketahanan untuk tranformasi kesehatan masyarakat.
Reformasi sistem kesehatan nasionalnya saja belum cukup jika tidak dilandasi dengan
reformasi kebijakan yang meliputi reformasi sistematika kebijakan kesehatan, reformasi
kelembagaan kementrian kesehatan menjadi kementrian kesehatan masyarakat, reformasi
kebijakan kesehatan dengan memperkuat ketahanan Kesehatan.
Untuk Indonesia, sebagai anggota forum Kerjasama Internasional, momentum ini
segera pro aktif untuk mencegah berulangnya ketidakberdayaan sistem kesehatan nasional
dalam menghadapi goncangan hebat yang tidak terduga dengan mengutamakan kearifan dan
kemandirian bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Al Aufa, Badra, Wahyu Sulistiadi, and Faizah Abdullah Djawas. “Measuring Instagram activity
and engagement rate of hospital: A comparison before and during COVID-19
pandemic.” 2020 3rd International Seminar on Research of Information Technology
and Intelligent Systems (ISRITI). IEEE, 2020.
Betan, A., Sofiantin, N., Sanaky, M. J., Primadewi, B. K., Arda, D., Kamaruddin, M. I., & AM,
A. M. A. (2023). Kebijakan Kesehatan Nasional. Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Betan, Abubakar., dkk. (2023) . Kebijakan Kesehatan Nasional. Yayasan Penerbit Muhammad
Zaini
Dewi, Siti Utami., dkk.(2023). Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Tahta Media Group
Ginanjar, E., Sjaaf, A. C., Alwi, I., Sulistiadi, W., Darmawan, E. S., Wibowo, A., & Liastuti, L.
D. (2022). Usefulness of the CODE ST-Segment Elevation Myocardial Infarction
Program to Improve Quality Assurance in Patients With ST-Segment Elevation
Myocardial Infarction. The American Journal of Cardiology, 165, 27-32.
Mahdur, Rika Risalam, and Wahyu Sulistiadi. “Evaluasi Program Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM).” Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat:
Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat 12.1 (2020): 4348.