Anda di halaman 1dari 70

PEMERIKSAAN

DITEMPAT KEJADIAN
PERKARA (TKP)

dr. ROSMAWATY M.Ked(For) SpF.


PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG :

Dalam berkembang ilmu dan teknologi, penjahat juga lebih


profesional dalam berupaya menghilangkan jejak.
Oleh karena itu, penyidik mulai beralih untuk memperoleh
data yang ada di tempat kejadian perkara (TKP) dan mencari
informasi dari para saksi (diantaranya Saksi Ahli = dokter) guna
membuktikan terjadinya suatu pidana.
B. DASAR HUKUM MENDATANGKAN
DOKTER DI TKP

1. KUHAP Pasal 120 ayat 1


“Dalam hal penyidik mengangap perlu, ia
dapat minta pendapat orang ahli atau orang
yang memiliki keahlian khusus.”

2. KUHAP pasal 7
Ayat (1) penyidik sebagaimana dimaksud dalam
pasal 6 ayat (1) huruf a karena kewajibannya
memiliki wewenang :........
(h) mendatangkan orang ahli yang
diperlukan dalam hubungan dengan
pemeriksaan perkara.
3. KUHAP Pasal 133 ayat 1
“Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya. ”
4. KUHAP Pasal 224
“Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau
juru bahasa menurut undang-undang dengan
sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan
undang-undang yang harus dipenuhinya,
diancam :
Dalam perkara pidana, dengan pidana penjara
paling lama 9 bulan.
Dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling
lama 6 bulan.”
TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TKP)
DEFINISI :

Tempat ditemukannya benda bukti atau


tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau
yang diduga kejahatan menurut suatu
kesaksian.

Tempat korban pertama kali ditemukan


disebut sebagai TKP pertama (primary
scene), yang bukan selalu merupakan
tempat dimana sesungguhnya peristiwa
tersebut telah terjadi.
Lokasi-lokasi yang dapat digolongkan
sebagai TKP:
 Tempat dimana korban ditemukan.
 Tempat dimana tubuh korban dipindahkan.
 Tempat dimana telah terjadi serangan yang
mengakibatkan kematian korban.
 Tempat-tempat dimana ditemukan barang bukti
yang ada hubungannya dengan kejahatan (bagian
dari tubuh manusia, kendaraan yang dipakai untuk
mengangkut korban dan lain-lainnya).
Dasar pemeriksaan yang dilakukan adalah
hexameter, yaitu menjawab 6 pertanyaan :
apa yang terjadi, siapa yang tersangkut, dimana
dan kapan terjadi, bagaimana terjadinya, dengan
apa melakukannya, kenapa terjadi peristiwa
tersebut.
Peranan dokter di TKP : membantu
penyidik dalam mengungkap kasus dari
sudut kedokteran forensik: Identifikasi,
pengambilan dan pemeriksaan barang/
benda bukti (biologis).

Beberapa bukti yang harus dikumpulkan dalam kegiatan TKP


PRINSIP DAN TINDAKAN PERTAMA DI TKP

Berdasarkan prinsip segitiga Locard yang mengatakan :


setiap sentuhan meninggalkan kesan atau bekas oleh
bukti-bukti dari pada korban tersangka dan tempat
kejadian perkara begitu juga sebaliknya.

Tersangka

TKP Korban
Segitiga locard
Tindakan pertama di TKP biasanya dikerjakan oleh polisi
yang datang pertama, setelah mendengar, menjumpai,
menerima laporan atau pengaduan dari masyarakat
tentang adanya tindak pidana.

Kegiatan yang dilakukan oleh petugas ini


bertujuan untuk :
 Memberikan perlindungan dan
pertolongan pertama terhadap
masyarakat maupun korban.
 Menutup dan mengamankan TKP
(mempertahankan status quo) terhadap
barang bukti manusia maupun benda
(dengan memasang garis pengaman
polisi).
Beberapa hal, yang harus diketahui dokter
pada proses awal olah TKP yaitu :
 Siapa yang meminta dokter datang ke TKP,
bagaimana permintaan tersebut sampai ke
tangan dokter, dimana TKP itu, serta kapan
permintaan tersebut diajukan.
 Minta informasi secara global tentang
kasusnya, agar dokter dapat membuat
persiapan seperlunya.
 Dokter tidak boleh menambah atau
mengurangi benda-benda yang ada di TKP,
(seperti membuang puntung rokok,
membuang air kecil di kamar mandi, meletakan
sesuatu dengan sembarangan dari luar TKP ke
dalam TKP dan lain-lain).
 Dokter sebaiknya membuat foto atau
sketsa dengan baik. Foto atau sketsa
tersebut harus memenuhi standar
sehingga antara dokter dan penyidik
tidak akan terjadi penafsiran
yang berbeda atas objek yang sama.
 Dokter harus menilai dengan
seksama gambaran umum situasi di
TKP.
 Pemeriksaan atas tubuh korban
hendaknya dilakukan secara
sistematik dan terarah sesuai ilmu
kedokteran forensik.
Bila ada permintaan ke TKP, seorang dokter akan
menghadapi 2 aspek yaitu : aspek pertolongan pertama
korban dan aspek kedokteran forensik.
Peralatan yang perlu dibawa adalah :

Perangkat pertolongan pertama korban, seperti : tensi,


stetoskop dan alat kesehatan termasuk obat-obatan untuk
kedaruratan medis (jika diketahui masih ada korban hidup
di TKP).

Perangkat kedokteran forensik, seperti : pinset anatomi,


skalpel, loupe, sarung tangan karet bedah, sarung tangan
lapangan, thermometer, kertas saring, pipet, senter,
meteran, penggaris, botol, plastik, amplop (untuk
spesimen), lak, tali rami, buku catatan, alat tulis, NaCl
0,9%, Formalin, kamera, kompas, dll.
PENGOLAHAN TKP
Pengolahan TKP ini terdiri dari :

Pengamatan umum (general observation).


Membuat sketsa dan pemotretan.
Penanganan korban.
Saksi dan Tersangka.
Pengumpulan barang bukti.

Beberapa kegiatan di TKP


I. PENGAMATAN UMUM :

Pemeriksaan dilakukan untuk meyakinkan bahwa teori


dari kasus yang sedang dihadapi sesuai dengan
pengamatan penyidik. Pemeriksaan TKP dilakukan untuk
mengidentifikasi barang yang dapat memberikan
gambaran umum dari TKP terhadap kronologis kasus
tsbt.)

2. SKETSA DAN FOTO :

Suatu kesatuan yang saling mendukung. Merupakan


cara mengabadikan barang bukti dari TKP. Sebagai
barang bukti yang dapat dihadirkan di persidangan.
Sketsa dan foto di lokasi TKP

3. Penanganan Korban
Pada korban hidup atau diragukan kehidupannya, prinsipnya
tindakan pertolongan pertama harus diprioritaskan.
Untuk korban mati, selain mengambil dan memeriksa benda
bukti di tubuh korban, dokter juga dibutuhkan dlm
memperkirakan, berapa lama korban meninggal, sebab, cara
dan pola kematiannya ataupun hal-hal lain yang, dianggap
perlu guna kepentingan penyidikan.
4. Penanganan Saksi dan Tersangka
Saksi dan tersangka diadakan interview ataupun
pemeriksaan singkat untuk mengetahui
keterlibatannya dalam tindak pidana yang telah
terjadi.
Pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi
meliputi identitas, kesehatan tubuh, tanda
kekerasan, kesehatan jiwa, adanya barang bukti lain
yang masih terdapat pada tubuh tersangka dan lain
pemeriksaan yang dianggap perlu.
5. BARANG BUKTI
Pada setiap kejahatan hampir selalu ada barang
bukti (trace evidance) yang tertinggal. Barang bukti
tersebut jika diteliti dengan memanfaatkan
berbagai macam disiplin ilmu kedokteran forensik
(forensic science) maka tidak mustahil kejahatan
itu dapat terungkap.

pengamanan dari barang bukti serta pengambilan sampel bukti


Beberapa barang bukti yang perlu untuk
diperiksa :
1. Barang bukti biologis seperti : darah, sidik jari, air mani,
rambut, jaringan tubuh, air liur dll.
2. Barang bukti medis seperti : obat-obatan, jarum suntik,
racun, makanan atau minuman, dll.
3. Barang bukti yang ada di tubuh korban/ sekitar tubuh
korban seperti tanda-tanda kekerasan/ trauma (tumpul,
tajam, tembak, kimiawi dll), pakaian, perhiasan, serat
baju, dll.
4. Barang bukti lain (alat) yang di duga terkait dengan
penyebab kematian seperti : senjata (tajam, tumpul,
pistol) , anak peluru atau mesiu, tali/ alat penjeratan,
dll.
BEBERAPA HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN
DALAM PENGAMBILAN BARANG BUKTI, BAHWA:

 Proses pengumpulan biasanya akan dimulai dari barang


bukti yang paling rapuh atau paling mudah hilang atau
yang perlu untuk segera dipindahkan (barang bukti
biologis).
 Pengumpulan barang bukti bisa berlangsung bersamaan
dengan prosedur penyidikan yang lain.
 Pengambilan gambar juga bisa terus dilakukan jika penyidik
menemukan barang-barang bukti baru yang belum
terdokumentasikan sebelumnya karena tersembunyi dari
penglihatan.
 Sebagian besar barang bukti disimpan dalam
wadah kertas seperti paket, amplop dan kantung.
 Benda cair dapat dikirim dalam wadah yang tidak
mudah pecah dan tidak mudah bocor, seperti
tabung reaksi kering.
 Barang bukti bekas terbakar (arson), disimpan
dalam kaleng logam bersih yang kedap udara.
 Barang bukti berupa serbuk disimpan dalam
kantung plastik.
 Barang bukti yang basah atau lembab, jangan
disimpan di dalam wadah plastik. Keadaan lembab
dapat menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme
yang dapat merusak barang bukti tersebut.
 Barang bukti yang berupa bercak kering di atas
dasar keras harus dikerok dan dimasukkan ke dalam
amplop atau kantung plastik.
 Bercak pada kain harus diambil seluruhnya atau
apabila bendanya besar, digunting dan dimasukkan
ke dalam amplop atau kantung plastik.
 Benda-benda keras diambil seluruhnya dan
dimasukkan ke dalam kantung plastik.
 Mayat yang ditemukan, dibungkus dengan
kantong plastik khusus mayat (kantong
mayat) setelah sebelumnya diabadikan letak
dan posisinya serta pemeriksaan sidik jari oleh
penyidik.
 Setiap barang yang bisa saling
mengontaminasi harus disimpan secara
terpisah.
 Wadah harus ditutup dan diamankan untuk
mencegah percampuran dalam proses
pengiriman.
METHODE PENCARIAN BARANG BUKTI
Dalam proses penyidikan dikenal 5 methode/ cara yang
sistematik, yaitu :
1. Strip methode.
Tempat kejadian di periksa dari 1 jalur ke jalur
berikutnya. Caranya: 3 orang petugas masing-masing
berdampingan yang satu dengan yang lain dalam jarak
yang sama dan tertentu (sejajar) kemudian bergerak
serentak dari sisi lain di tempat kejadian perkara.
Apalagi dalam gerak tersebut sampai di ujung sisi
lebar yang lain maka masing-masing berputar ke arah
semula. Methode ini baik untuk daerah yang berlerang.

Strip methode
2. Double strip or grid methode.
Dimana tempat kejadian di bagi dalam beberapa
grid dan di periksa satu persatu mengikuti grid-grid
tersebut. Sehingga dengan harapan tidak ada 1
bagian dari daerah TKP yang luput dari
pemeriksaan.

Double strip methode


3. Spiral methode.
Methode penggeledahan yang di mulai dari luar
menuju ke tengah dalam bentuk bulatan. Caranya : 3
petugas atau lebih menjelajahi tempat kejadian
dengan cara masing-masing berderet ke belakang
(yang satu di belakang yang lain) dengan jarak
tertentu. Kemudian bergerak mengikuti bentuk spiral
berputar ke arah dalam. Methode ini baik untuk
daerah yang lapang, bersemak atau berhutan.

Spiral methode
4. Zone methode.
Penggeledahan mengikuti daerah
kuadran dengan membagi daerah
tempat kejadian pada beberapa
kuadran. Caranya: Luasnya tempat
kejadian perkara di bagi menjadi 4
bagian, dari tiap bagian dibagi-bagi
menjadi 4 bagian. Jadi masing-masing
bagian 1/16 dari luas tempat kejadian
Zone methode perkara seluruhnya. Untuk tiap-tiap 1/16
bagian tersebut di tunjuk 2 sampai 4
orang petugas untuk menggeledahnya.
Methode ini baik untuk perkarangan,
rumah atau tempat tertutup.
Wheel methode

5. Wheel methode.
Methode pemeriksaan yang dimulai pusat menuju
keluar. Caranya: Beberapa orang petugas bergerak
bersama-sama ke arah luar dimulai dari titik tengah
tempat kejadian, dimana masing-masing petugas
menuju ke arah sasarannya sendiri-sendiri sehingga
merupakan arah delapan penjuru angin, methode ini
baik untuk ruangan (hall).
MENENTUKAN IDENTITAS
ATAU JATI DIRI KORBAN :

Identifikasi adalah penentuan atau pemastian


identitas orang hidup maupun mati berdasarkan
beberapa ciri khas yang terdapat pada orang
tersebut. ( DNA, SIDIK JARI, GIGI dan TULANG
RANGKA)
Data identitas yang dikumpulkan terdiri dari
data yang non-medis dan medis :

 Data yang mendukung pengenalan secara visual seperti


wajah, pakaian, perhiasan, dokumen dan kepemilikan
lainnya.
 Data yang mendukung pengenalan yang sebenarnya non-
medis tapi berkaitan dengan medis yaitu sidik jari dan
properti (kepemilikan) tertentu seperti hearing aids, obat-
obatan, protease dan lain-lain.
 Data anatomis dan medis seperti jenis kelamin, ras tinggi
badan, usia, warna mata, warna kulit, warna dan struktur
rambut, ciri tubuh yang khas (cacat, tatto, tahi lalat, jaringan
parut dan lain-lain), golongan darah dan DNA.
 Data ondontologis yaitu tentang gigi geligi.
Data gigi, sidik jari dan DNA
secara tersendiri sudah dapat
digunakan sebagai faktor
identifikasi yang determinan
(primer).

Sedangkan data medis, properti


dan ciri fisik harus kombinasi ,
setidaknya dua jenis untuk
dianggap sebagai ciri identitas
yang pasti (sekunder).
1. DNA

adalah singkatan dari Deoxyribonucleic Acid atau asam


deoksiribonukleat, suatu senyawa kimiawi yang
membentuk kromosom.
DNA adalah materi genetic yang membawa informasi yang
dapat diturunkan.
Di dalam sel manusia DNA dapat ditemukan di dalam inti sel.
Setiap sel manusia yang normal memiliki 46 kromosom yang
terdiri dari 22 pasang kromosom somatic dan 1 pasang
kromosom sex (XX atau XY).
Materi genetik yang berupa asam nukleat baik
DNA (Deoxy-ribose Nucleic Acid) mengandung
tiga komponen, yaitu :

1) basa (purin dan pirimidin)


2) gula (deoksiribosa) dan
3) fosfat.
Basa purin yang terdapat pada DNA, yaitu :
Adenine [A] dan Guanine [G]
Sedangkan basa pirimidin DNA adalah :
Cytocine [C] dan Thymine [T].
Kode untaian DNA berhubungan pada setiap basa.
Setiap basa hanya akan berkaiatan dengan satu
basa lainnya, dengan aturan sebagai berikut :
Adenin (A) hanya akan berkaitan dengan Thymine
(T), Guanie (G) hanya akan berkaitan dengan
Cytosine (C).

Masing – masing basa dihubungkan dengan suatu


molekul gula dan suatu molekul fosfat.
Gabungan basa, gula dan fosfat disebut suatu
nukleotida
Contoh dari satu untaian DNA terlihat seperti ini.
A – A- C – T – G – A – T – A – G- G- T – C – T – A – G

Untaian DNA yang dapat terikat pada untaian DNA di


atas adalah :
T – T- G – A – C – T – A – T – C – C - A – G – A – T – C

Gabungan dari keduanya menjadi :


A – A- C – T – G – A – T – A – G- G- T – C – T – A – G
T – T- G – A – C – T – A – T – C – C - A – G – A – T – C
Struktur DNA
Teknik Pemeriksaaan DNA :
A Polymerase Chain Reaction (PCR)
B RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphysm)

Proses PCR Copy Proses RFLP


BEBERAPA HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN DALAM PROSES
PENGAMBILAN SAMPLE DNA
Bukti DNA harus didokumentasikan dengan tepat,
(asal barang bukti tersebut).
Bukti DNA harus dikumpul dengan cara yang benar,
agar aktivitas biologisnya tidak hilang.
Bukti DNA harus dikemas dan diawetkan dengan baik,
menghindari kontaminasi dan pembusukan yang dapat
terjadi.
Bukti DNA yang ditransfer/ dikirim dengan alat harus
dengan hati-hati, agar terhindar dari kerusakan.
Bukti DNA yang biasanya diserahkan
untuk diperiksa di TKP adalah :
 Darah (baik darah basah maupun darah kering).
 Semen/ cairan mani (cair atau kering) yang berasal
dari vagina, mulut, anus dari korban kekerasan
seksual.
 Salvia (puntung rokok), urin, keringat (sapu tangan).
 Jaringan tulang, gigi, rambut.
Keuntungan dan kerugian DNA :

Keuntungannya tes atau uji DNA dalam ilmu biologi molekuler


atau lebih tepatnya disebut dengan sidik jari/ fingerprint DNA
lebih akurat karena hasil uji DNA sama dengan sidik jari yang
sebenarnya seperti yang dibubuhi pada kartu identitas.

Kerugiannya adalah uji-uji diagnostik yang didasarkan pada


teknik molekuler bukanlah sesuatu yang mudah, melainkan
membutuhkan keterampilan khusus dan mahal. Mengingat
rumitnya proses yang harus dilalui, proses test.
B. SIDIK JARI
Macam-macam sidik jari :

A. Latent prints (Sidik jari Laten)


Berarti kemungkinan adanya impressi/ penekanan
secara tak sengaja yang ditinggalkan dari alur-alur
tonjolan kulit jari pada sebuah permukaan, tanpa
melihat apakah sidik tersebut terlihat atau tak
terlihat pada waktu tersentuh.

B. Patent prints (Sidik jari Paten)


Sidik ini ialah impressi/ penekanan dari alur-alur
tonjolan kulit dari sumber yang tak jelas, yang dapat
langsung terlihat mata manusia.
3. Plastic prints (Sidik jari Plastik)
Sidik plastik adalah impressi/ penekanan dari
sentuhan alur-alur tonjolan kulit jari atau
telapak yang tersimpan di material yang
mempertahankan bentuk dari alur-alur
tersebut secara detail. Contoh umum: pada lilin
cair, deposit lemak pada permukaan mobil.

Pola dermatoglifi (sidik jari) diklasifikasikan pada


total triradii pada jari-jari. Triradii didefinisikan
sebagai tempat pertemuan dari 3 garis dermal yang
membuat sudut kurang lebih 120 derajat dengan
yang lainnya.
Klasifikasikan sidik jari, menjadi 3 pola :
a. Busur/ Arcus (arch) pola dermatoglifi yang tidak
mempunyai triradii dan berbentuk busur (5%).
b. Sinus/ Loop (L) mempunyai satu triradii, berbentuk
lengkung yang dibedakan menjadi Ulna Loop (UL) lengkung
menghadap ke ulna dan Radial Loop (RL) lengkung
menghadap ke radial (60-65%).
c. Pusar/ Vortek/ Whorl (W) mempunyai dua triradii dikenal
dengan vortek atau pola pusaran (30-35%).
Keterangan gambar (kiri ke kanan) :
Gambar A :Arcus/ busur sederhana yang tidak mempunyai triradius.
Gambar B :Arcus/ busur tented yang mempunyai 1 buah triradius.
Gambar C :Tipe pola sinus ulnar.
Gambar D :Tipe pola sinus radial yang masing-masing mempunyai 1
buah Triradius.
Gambar E :Tipe pola pusaran/ vortex spiral.
Gambar F :Tipe pola pusaran/ vortex konsentris.
Gambar G :Tipe pola pusaran/ vortex ganda/ campuran yang masing-
masing mempunyai 2 buah triradius.
Pembentukan Sidik Jari pada manusia, mulai
terbentuk pada 8 minggu setelah konsepsi dan
selesai secara lengkap kira-kira pada minggu ke 16.

Cara pengangkatan sidik jari yang paling


sederhana : dengan methode dusting (penaburan
bubuk). Biasanya metode ini digunakan pada sidik
jari paten/ yang tampak dengan mata telanjang.

Sidik jari laten biasanya menempel pada


lempeng aluminium, kertas atau
permukaan kayu. Agar dapat tampak, para
ahli dapat menggunakan zat kimia, seperti
lem (sianoakrilat), iodin, perak klorida dan
ninhidrin.
Alat-alat yang digunakan dalam
pengambilan sidik jari :
1. Stamping Kit.
2. Kartu Sidik Jari AK-23.
3. Kartu Tik atau Kartu Sidik Jari-24.
4. Tinta Daktiloskopi.
5. Roller.
6. Magnifier/ Loop.
7. Sinyalemen.
C. GIGI
Alasan gigi sebagai sarana identifikasi :
Gigi, bagian terkeras pada tubuh manusia, sehingga
tidak mudah rusak atau busuk.

Gigi terlindung karena berada dalam rongga mulut dan


dilingkupi oleh basahnya air liur. Dengan demikian, gigi
baru menjadi lapuk pada suhu 200 oC dan baru menjadi
abu pada suhu 450oC.

Karakteristik spesifik dan individu (probabilitas untuk


identik antar individu sangat kecil, meliputi susunan,
kerusakan, perawatan).
Keberhasilan identifikasi : > 50 %.
Identifikasi gigi bisa mengetahui umur, ras, jenis
kelamin, golongan darah, dan bentuk wajah atau raut
muka seseorang.
Pemeriksaan Gigi :
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi
(Odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan
dengan menggunakan pemeriksaan manual,
sinar-X dan pencetakan gigi dan rahang.

Odontogram memuat data tentang jumlah,


bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan
sebagainya. Dilakukan indentifikasi dengan cara
membandingkan data temuan dengan data
pembanding antemortem.
Waktu pertumbuhan gigi sulung/ susu/
tidak tetap dan dewasa/ tetap :
•Gigi incisivus 1: 6-8 bulan.
•Gigi incisivus 2 : 8-10 bulan.
•Gigi caninus:16-20 bulan.
•Gigi molar 1 :16-20 bulan, umumnya 18 bulan.
•Gigi molar 2 : 20-30 bulan.

Gigi DEWASA Rahang Atas Rahang Bawah


Incisivus 1 7-8 tahun 6-7 tahun
Incisivus 2 8-9 tahun 7-8 tahun
Caninus 11-13 tahun 8-10 tahun
Premolar 1 10-11 tahun 10-11 tahun
Premolar 2 12-13 tahun 11-12 tahun
Molar 1 (tumbuh di belakang gigi 6-7 tahun 6-7 tahun
molar 2 sebelum ada gigi susu yang
tanggal)
Molar 2 11-13 tahun 11-13 tahun
Molar 3 17-24 tahun 17-24 tahun
MONGOLOID

NEGROID

KAUKASOID
IDENTIFIKASI RANGKA
Dalam identifikasi forensik, dipelajari Ilmu
Antropologi forensik : identifikasi dari sisa hayat
manusia yang jaringan lunaknya telah hilang
sebagian atau seluruhnya sehingga tinggal
kerangka, dalam konteks hukum.
Penentuan jenis kelamin berdasarkan
tulang kepala menurut Krogmann(1986)

Karakter tulang Laki-laki Perempuan


Ukuran secara umum Besar Kecil
Rigi supra orbitalis Lebih menonjol Lebih halus, datar
Proccesus mastoideus Sedang-besar Kecil-sedang
Regio occipital Terdapat tanda perlekatan otot Tidak terdapat tanda
perlekatan otot
Eminensia frontalis Kecil Besar
Eminensia parietal Kecil Besar
Orbita Persegi dengan tepi tumpul Bulat dengan tepi tajam
Dahi Membentuk slope, kurang Vertical
membulat
Tulang pipi Berat, menonjol ke lateral Kecil, ramping
Palatum Besar, lebar, bentuk U Kecil, parabolic
Condylus occipitalis Besar Kecil
Mandibula Besar, simphysis tinggi, ramus Kecil, simphysis rendah
lebar dan ramus lebih kecil
Penentuan jenis kelamin berdasarkan tulang panggul

Pelvis Laki-laki Perempuan


Bentuk Sempit dan panjang Lebar dan pendek
Arcus pubis < 90 derajat > 90 derajat
Foramen obturatorius oval segitiga
Incisura ischiadica Myr lebih dalam spt u lebih dangkal spt v
Os sacrum segi 3 sama kaki Segi 3 sama sisi
Acetabulum diameter rata-rata 52 mm diameter rata-rata 46
lebih ke lateral mm
lebih mengarah ke depan

Tulang dapat digunakan untuk membedakan ras

Penilaian Ras Kaukasoid Ras Negroid Ras Mongoloid

Appertura nasalis Sempit Lebar Bentuk bulat, berukuran medium


Ramus assendens os mandibula ”pinched” Slented Lebar, vertikal
Os nasal depressed nasion Nasal overgrowth
BARANG BUKTI
BIOLOGIS :
DARAH.
CAIRAN MANI.
RAMBUT.
SALIVA.
KERINGAT.
URIN.
Dll = Jaringan tubuh (DNA), sidik
jari, Tulang rangka, gigi, (telah di
jelaskan pada bab sebelumnya)
DARAH
Bercak Darah (Korban Hidup/ Mati)
Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah :
Letak bercak darah untuk mengetahui bagaimana posisi
korban saat menerima luka dan untuk mengetahui dari
mana darah tersebut berasal.
Kedua perlu diperhatikan bentuk atau gambaran bercak
darah untuk mengetahui bagaimana cara darah menempel
pada obyek dan dari mana darah berasal.
Pemeriksaan laboratoris dilakukan untuk membuktikan:
bercak tersebut benar darah atau bukan.
Menentukan darah manusia atau hewan.
Menentukan jenis golongan darah jika darah tersebut
berasal dari manusia, darah tersebut darah menstruasi atau
bukan.
Beberapa contoh
percikan darah
di TKP (memiliki makna
tertentu) :
Cara membawa darah dari TKP ke
laboratorium :
Bercak Darah Kering
Jika benda yang terkena noda darah berukuran
kecil dan mudah diangkut, maka kemas dalam kantung
kertas atau amplop.

Jika benda yang terkena noda darah terlalu besar


dan sulit diangkut ke laboratorium, maka teknik
berikut bisa digunakan untuk mengumpulkan
bercak darah :
1. Memotong bagian benda yang terkena noda.
2. Menggunakan selotip.
3. Mengerok dan masukkan ke dalam wadah kertas.
4. Menyerap dengan gulungan benang (benang putih
no 8) yang lembab.
5. Menyerap dengan duk/ kain kecil (bahan katun).
Bercak Darah Basah :
1. Jika melekat pada benda kecil, masukkan dalam
kantung plastik, lalu keringkan.
2. Jika melekat pada benda besar, serap dengan kain
katun, lalu dikeringkan.

Test penyaringan (presumptive test) untuk membedakan apakah


bercak merah itu benar-benar darah atau bukan :

Dengan menggunakan LUMINOL ( Cairan kimia yang jika


digunakan pada bercak darah, meskipun bercak sudah tipis, dapat
bercahaya dalam gelap = tampak luminesensi berwarna biru pucat).
Positif palsu, bila beraksi dengan unsur besi atau tembaga.
Untuk meyakinkan bahwa darah yang diperiksa
benar-benar darah manusia dan bukan darah
binatang, lakukan test :
1. Test serologis (Test presipitin).
2. Test kimiawi (Test Takayama danTeichmann).
3. Test Spetroskopik (Penggunaan reagen).
4. Mikroskopik (melihat struktur mikroskopis).

Penentuan golongan darah bisa menggunakan


berbagai macam metode penggolongan darah,
yang terkenal adalah sistem ABO. Golongan darah
dapat diperiksa pada cairan tubuh lain (Saliva,
keringat) yang bertipe secretoric.
Reaksi Benzidine
(+) jika ada warna biru gelap pada kertas saring.
prinsip aktifitas hb dgn enzim peroksidase, dipercepat
reaksi oksidasenya oleh benzidine.
Reaksi Presipitin
Dengan serum anti human (darah manusia disuntik di
kelinci) (+) terbentuk cincin keruh.
Reaksi Takayama
(+) terbentuk kristal piridin-hemokromogen berbentuk
bulu warna jingga.
Reaksi Teichman
(+) terbentuk kristal hemin HCl berbentuk batang
berwarna coklat.

TEST GOLONGAN DARAH ABO


CAIRAN MANI/ SPERMA :

1.PEMERIKSAAN CAIRAN MANI/ SEMEN


Cairan mani : agak kental, putih kekuningan,
keruh, vol. 3-5 cc/ 1xejakulasi, PH 7,2-7,6.
Jika mengandung sperma berjumlah 400-500 juta/
ejakulasi
Menilai Adanya cairan mani dengan menilai unsur :
Asam Fosfatese (test as. Fosfatase),
Spermin (test Berberio) = menilai adanya sperma,
Choline (test Florens)=kristal cholin seprti daun bambu
(coklat)

2. PEMERKSAAN SPERMA/ SEL SPERMATOZOA


Spesimen basah diambil dari liang senggama oesse palatina/
pipet, disemprotkan (cairan fisiologi) kemudian di centifuse,
endapannya diambil dan periksa dimikroskop.
Spesimen kering dikerok, lalu ditetesi cairan
fisiologis/ asam asetat glasial.
Bercak pada kain/ pakaian yang dicurigai air mani ,
digunting batas bercak , di masukkan ke amplop.
Jika bercak menempel pada pakaian, sulit dikerok,
lalu bercak yang masih menempel itu diletakkan di
atas gelas obyek & ditetesi cairan HCl 1%/ asam
asetat glasial 0,3% , periksa di mikroskop
mikroskop langsung/ pewarnaan.
RAMBUT MELIPUTI :

1. KEASLIAN RAMBUT
2. BEDAKANDENGAN RAMBUT HEWAN
3. IDENTITAS PEMILIK RAMBUT
(umur, jenis kelamin, ras,golongan darah)

sisik
(kutikula)
korteks
medula
rambut
Akar
pigmen
asal
tumbuhnya
Cara mengambil sampel rambut :

Dengan menyentuhkan rambut pada permukaan yang


lengket dari selotip transparan , lalu selotip dilekatkan
pada kaca obyek ( hati – hati ) sehingga rambut berada di
antara kaca dan selotip
Rambut tersebut harus disimpan dan diberi label
terpisah.
Perbedaan Rambut manusia Rambut binatang
Morfologi Halus dan tipis diameter , 150 Kasar dan tebal , diameter
mikron <25 atau > 300 mikro
Kutikula Bersisik kecil dan bergerigi Bersisik lebar dan
polihidral
Medula Sempit, kadang-kadang tidak Lebar
ada
Kortek Tebal Tipis
Index medulla (1 : 3) , < 0,3 mikron (1:2), >0,5 mikron
CAIRAN TUBUH LAIN :
URINE
SALIVA
KERINGAT

Merupakan sarana yang dinilai untuk pengujian alkohol


dan narkoba . Selain itu dapat juga untuk identifikasi (test
DNA dan golongan darah – pada tipe secretoric) pada
kasus tertentu yang meninggalkan jejas gigitan atau
pada benda yang terkena air liur atau keringat (rokok,
sapu tangan, sisa makanan, dll)
URIN
Pemeriksaan tambahan yang dapat dipakai dibidang forensik.
Menurut penelitian, menentukan identitas, pada pemeriksaan
urin keberhasilannya ± 33,3%, sedangkan pada
pemeriksaan DNA dari darah bisa mencapai 100%.
Pemeriksaan urin diperlukan pada kasus pembunuhan,
pelecehan seksual dan toksikologi.

Adapun cara pengambilan sample


dari korban yang meninggal :
1. Pada korban yang diotopsi, bahan dapat
diambil langsung dari kandung kemih
2.Pada korban yang tidak diotopsi, bahan
diambil dengan menggunakan jarum
panjang yang dimasukkan pada bagian
bawah dinding perut trus sampai tulang
pubis.
SALIVA
Atau cairan mulut sangat penting untuk
investigasi penggunaan narkoba dan dinilai
lebih nyaman daripada tes urine. Narkoba
dapat dideteksi sampai beberapa hari setelah
penggunaan, antara lain :
• Marijuana dan ganja (THC): Satu jam setelah proses menelan,
dan hingga 24 jam tergantung digunakan.
• Kokain : Dari proses menelan waktu hingga 2 hingga 3 hari.
• Opium : Dari proses menelan waktu hingga 2 sampai 3 hari
• Methamphetamine dan ecstasy (MDMA) : Dari proses menelan
waktu hingga 2 hingga 3 hari.
• Benzodiazepines : Dari proses menelan waktu hingga 2 sampai
3 hari
KERINGAT
Cara mendeteksi narkoba melalui keringat dikenal
dengan metode Sweat Drug Test, dengan mekanisme
sebagai berikut :

Menggunakan Patch ditempelkan pada kulit


Untuk mengumpulkan keringat 10 – 14 hari
Mempunyai keamanan agar tidak mudah dilepas dan dipasang
kembali
Selama patch melekat di tubuh seseorang, memberikan hasil
positif apabila menggunakan narkoba
KESIMPULAN

1. Pemeriksaan langsung pada Tempat Kejadian


Perkara akan memberikan lebih banyak informasi
yang berharga dalam proses penyelidikan perkara
sehingga pengungkapan suatu tindak kejahatan
akan lebih mudah.
2. Untuk itu dokter perlu menghindari hal-hal yang
dapat mempersulit penyidikan, seperti memegang
setiap benda di TKP tanpa sarung tangan,
menggangu bercak darah, membuat jejak baru atau
memeriksa sambil merokok.
3. Setiap barang bukti yang ditemukan pada Tempat
Kejadian Perkara harus dikumpulkan dan ditangani
secara hati-hati agar tidak menghilangkan petunjuk
penyelidikan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai