DITEMPAT KEJADIAN
PERKARA (TKP)
2. KUHAP pasal 7
Ayat (1) penyidik sebagaimana dimaksud dalam
pasal 6 ayat (1) huruf a karena kewajibannya
memiliki wewenang :........
(h) mendatangkan orang ahli yang
diperlukan dalam hubungan dengan
pemeriksaan perkara.
3. KUHAP Pasal 133 ayat 1
“Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya. ”
4. KUHAP Pasal 224
“Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau
juru bahasa menurut undang-undang dengan
sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan
undang-undang yang harus dipenuhinya,
diancam :
Dalam perkara pidana, dengan pidana penjara
paling lama 9 bulan.
Dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling
lama 6 bulan.”
TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TKP)
DEFINISI :
Tersangka
TKP Korban
Segitiga locard
Tindakan pertama di TKP biasanya dikerjakan oleh polisi
yang datang pertama, setelah mendengar, menjumpai,
menerima laporan atau pengaduan dari masyarakat
tentang adanya tindak pidana.
3. Penanganan Korban
Pada korban hidup atau diragukan kehidupannya, prinsipnya
tindakan pertolongan pertama harus diprioritaskan.
Untuk korban mati, selain mengambil dan memeriksa benda
bukti di tubuh korban, dokter juga dibutuhkan dlm
memperkirakan, berapa lama korban meninggal, sebab, cara
dan pola kematiannya ataupun hal-hal lain yang, dianggap
perlu guna kepentingan penyidikan.
4. Penanganan Saksi dan Tersangka
Saksi dan tersangka diadakan interview ataupun
pemeriksaan singkat untuk mengetahui
keterlibatannya dalam tindak pidana yang telah
terjadi.
Pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi
meliputi identitas, kesehatan tubuh, tanda
kekerasan, kesehatan jiwa, adanya barang bukti lain
yang masih terdapat pada tubuh tersangka dan lain
pemeriksaan yang dianggap perlu.
5. BARANG BUKTI
Pada setiap kejahatan hampir selalu ada barang
bukti (trace evidance) yang tertinggal. Barang bukti
tersebut jika diteliti dengan memanfaatkan
berbagai macam disiplin ilmu kedokteran forensik
(forensic science) maka tidak mustahil kejahatan
itu dapat terungkap.
Strip methode
2. Double strip or grid methode.
Dimana tempat kejadian di bagi dalam beberapa
grid dan di periksa satu persatu mengikuti grid-grid
tersebut. Sehingga dengan harapan tidak ada 1
bagian dari daerah TKP yang luput dari
pemeriksaan.
Spiral methode
4. Zone methode.
Penggeledahan mengikuti daerah
kuadran dengan membagi daerah
tempat kejadian pada beberapa
kuadran. Caranya: Luasnya tempat
kejadian perkara di bagi menjadi 4
bagian, dari tiap bagian dibagi-bagi
menjadi 4 bagian. Jadi masing-masing
bagian 1/16 dari luas tempat kejadian
Zone methode perkara seluruhnya. Untuk tiap-tiap 1/16
bagian tersebut di tunjuk 2 sampai 4
orang petugas untuk menggeledahnya.
Methode ini baik untuk perkarangan,
rumah atau tempat tertutup.
Wheel methode
5. Wheel methode.
Methode pemeriksaan yang dimulai pusat menuju
keluar. Caranya: Beberapa orang petugas bergerak
bersama-sama ke arah luar dimulai dari titik tengah
tempat kejadian, dimana masing-masing petugas
menuju ke arah sasarannya sendiri-sendiri sehingga
merupakan arah delapan penjuru angin, methode ini
baik untuk ruangan (hall).
MENENTUKAN IDENTITAS
ATAU JATI DIRI KORBAN :
NEGROID
KAUKASOID
IDENTIFIKASI RANGKA
Dalam identifikasi forensik, dipelajari Ilmu
Antropologi forensik : identifikasi dari sisa hayat
manusia yang jaringan lunaknya telah hilang
sebagian atau seluruhnya sehingga tinggal
kerangka, dalam konteks hukum.
Penentuan jenis kelamin berdasarkan
tulang kepala menurut Krogmann(1986)
1. KEASLIAN RAMBUT
2. BEDAKANDENGAN RAMBUT HEWAN
3. IDENTITAS PEMILIK RAMBUT
(umur, jenis kelamin, ras,golongan darah)
sisik
(kutikula)
korteks
medula
rambut
Akar
pigmen
asal
tumbuhnya
Cara mengambil sampel rambut :