Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MEMBUAT POWERPOINT DAN GAMBAR PENYAKIT SESUAI DENGAN

MATERI YANG ADA DI BAWAH INI SESUAI KELOMPOK MASING2.


DIKUMPULKAN DALAM BENTUK SOFTCOPY DAN HARDCOPY,
DIPRESENTASIKAN !!! 

MASALAH YANG LAZIM TERJADI PADA BAYI DAN BALITA

A. FURUNKEL
1. Definisi
Furunkel (bisul) adalah peradangan pada folikel rambut, kulit, dan jaringan
sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong, kuduk, aksila, badan
dan tungkai. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat yang
biasa disebut furunkulosis.

2. Etiologi
Furunkel disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Iritasi pada kulit
b. Kebersihan kulit yang kurang terjaga
c. Daya tahan tubuh yang rendah
d. Infeksi oleh staphylococcus aureus

3. Tanda dan gejala


a. Nyeri pada daerah ruam
b. Ruam pada daerah kulit berupanodus eritematosa yang berbentuk
kerucut dan memiliki pustul
c. Nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan
nekrotik
d. Setelah seminggu, biasanya furunkel akan pecah sendiri dan sebagian
dapat menghilang dengan sendirinya.

4. Penatalaksanaan
a. Jaga kebersihan daerah yang mengalami furunkel serta daerah
sekitarnya
b. Berikan pengobatan topikal dengan kompres hangat untuk mengurangi
nyeri dan melunakkan nodul
c. Jangan memijit furunkel, terutama yang letaknya di daerah hidung dan
bibir
d. Berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan insisi (operasi), bila
terjadi furunkel di daerah hidung atau telinga
B. MILLIARIASIS
1. Definisi
Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat. Milliariasis disebut juga sudamina,
liken tropikus, biang keringat, keringat buntet atau prickle heat.

2. Etiologi
Milliariasis disebabkan oleh udara panas dan lembab serta adanya infeksi
bakteri

3. Tanda dan gejala


Ada dua tipe milliariasis, yaitu
a. Milliariasis kristalina
- Timbul pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah keringat,
misalnya pada pasien demam yang terbaring di tempat tidur
- Lesi berupa vesikel, bentuk kecil, dan menyerupai titik embun
berukuran 1-2 mm
- Vesikel mudah pecah, karena akibat gesekan dengan pakaian
- Vesikel yang pecah berwarna jernih dan tanpa reaksi peradangan

b. Milliariasis rubra
- Berupa papula vesikel dan eritema disekitarnya
- Keringat menembus ke dalam epidermis dan disertai rasa gatal pada
daerah ruam
- Bisa terjadi infeksi sekunder lainya dan dapat menyebabkan
timbulnya impetigo dan furunkel

4. Penatalaksanaan
a. Mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang
sudah timbul
b. Jaga kebersihan tubuh bayi
c. Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang
cukup serta suhu yang sejuk dan kering
d. Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit
e. Segera ganti pakaian yang basah dan kotor
f. Beri bedak salisil 2% dengan menambahkan menthol 0,5% yang bersifat
mendinginkan ruam

C. DIARE
1. Definisi
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair atau buang air
besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak
dari biasanya.
Bayi dikatakan diare bila lebih dari 3 kali BAB/ hari, sedangkan neonatus
dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali BAB/ hari.

2. Etiologi
Diare disebabkan karena beberapa faktor, seperti infeksi, malabsorbsi,
makann dan psikologis
a. Infeksi
1. Enteral yaitu terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan
penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral meliputi :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, salmonella, shigella campylobacter,
yersinia, aeromonas.
- Infeksi virus : enterovirusseperti virus ECHO, coxsackie,
poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus
- Infeksi parasit : cacing ( Ascaris, Trichiuris, Oxyuris dan
Strongylodies), protozoa ( entamoeba histolytica, giardia lamblia, dan
trichomonas hominis), serta jamur (candidia albican)
2. Parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
misalnya otitis media akut, tonsilofaringotis, bronkopneumonia,
ensefalitis.

b. Malabsorbsi
- Karbohidart
- Lemak
- Protein

c. Makanan (basi, beracun, dan alergi)


d. Psikologis (takut atau cemas)

3. Tanda dan gejala

a. Cengeng, rewel
b. Gelisah
c. Suhu meningkat
d. Nafsu makan turun
e. Feses cair dan berlendir kadang disertai darah
f. Anus lecet
g. Dehidrasi
h. BB menurun
i. Turgor kulit menurun
j. Mata dan ubun-ubun cekung
k. Mukosa bibir kering

4. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
b. Diatetik (pemberian makanan)
c. Obat-obatan
- Jumlah cairan diberikan adalah 100 ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali
setiap 2 jam, jika diare tan dehidrasi
- Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, berikan cairan
25-100ml/kgBB dalam sehari setiap jam 2 kali
- Sesuaikan dengan umur anak :
 <2th diberikan ½ gelas
 2-6th diberikan 1 gelas
 >6th diberikan 400cc (2 gelas)
- Oralit diberikan sebanyak kurang lebih 100ml/kgBB setiap 4-6 jam
pada kasus dehidrasi ringan sampai berat
d. Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan daya
tahan tubuh anak.

D. OBSTIPASI
1. Definisi
Obstipasi adalahpenimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau
adanya obstruksi pada saluran pencernaan.

2. Etiologi
a. Kebiasaan makan
b. Hipotiroidisme
c. Keadaan mental
d. Penyakit organik
e. Kelainan kongenital

3. Tanda dan gejala


a. Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam
pertama, sedangkan pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3
hari atau lebih.
b. Sakit dan kejang pada perut
c. Pada pemeriksaan rektal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium
yang menyemprot
d. Feses besar dan tidak dapat digerakkan dalam rektum
e. Bising usus yang janggal
f. Merasa tidak enak badan, anoreksia, dan sakit kepala
g. Terdapat luka pada anus

4. Komplikasi
a. Perdarahan
b. Ulserasi
c. Obstruksi parsial
d. Diare intermiten
e. Distensi kolon

5. Penatalaksanaan
a. Mencari penyebab obstipasi
b. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan
memperhatikan gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis
c. Pengosongan rektum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah
dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi.

E. INFEKSI
1. Definisi
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa
antenatal, intranatal, dan postnatal.

2. Etiologi
Infeksi perinatal disebabkan oleh berbagai bakteri seperti Escherichia coli,
Pseudomonas pyocyaneus, Klebsielia, Staphylococcus aureus dan Coccus
gonococcus.

3. Tanda dan gejala


a. Bayi malas minum
b. Gelisah dan mungkin juga terjadi letargi
c. Frekuensi pernapasan meningkat
d. BB menurun
e. Pergerakan kurang
f. Muntah
g. Diare
h. Sklerema dan udema
i. Perdarahan, ikterus, dan kejang
j. Suhu tubuh dapat normal, hipotermi atau hipetermi

4. Penatalaksanaan
a. Berikan posisi semifowler agar sesak berkurang
b. Apabila suhu tinggi, lakukan kompres dingin
c. Berikan ASI perlahan-lahan, sedikit demi sedikit
d. Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur
miring ke kiri atau ke kanan
e. Apabila ada diare, perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan
f. Rujuk segera ke rumah sakit, lakukan informed consent pada keluarga

F. SINDROM KEMATIAN BAYI MENDADAK (SUDDEN INFANT DEATH


SYNDROME_ SIDS)
1. Definisi
Sindrom kematian bayi mendadak (SIDS) terjadi pada bayi sehat, saat
ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam kemudian.

2. Etiologi
a. Ibu yang masih remaja
b. Bayi dengan jarak kehamilan yang dekat
c. Bayi laki- laki dengan berat badan di bawah normal
d. Bayi yang mengalami displasia bronkopulmoner
e. Bayi prematur
f. Gemeli (bayi kembar)
g. Bayi dengan sibling
h. Bayi dari ibu dengan ketergantungan narkotika
i. Prevelensi pada bayi dengan posisi tidur terlungkap
j. Bayi dengan virus pernapasan
k. Bayi dengan infeksi botulinum
l. Bayi dengan apnea yang berkepanjangan
m. Bayi dengan ganggua pola napas herediter
n. Bayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli

3. Penatalaksanaan
a. Bantu orang tua mengatur jadwal untuk melakukan konseling
b. Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua, ajak orang tua untuk
mengungkapkan rasa dukanya
c. Berikan penjelasan mengenai SIDS
d. Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan
adalah hal yangwajar.
PADA NEONATUS BAYI DAN BALITA DENGAN RESIKO TINGGI

A. Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan
zat asam arang dari tubuhnya.

B. Klasifikasi dan tanda gejala


1. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Pada asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan
perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera.
Tanda gejala :
a. Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 x/menit
b. Tidak ada usaha napas
c. Tonus otot lemah hampir tidak ada
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah
persalinan

2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)


Pada asfiksia sedang, tanda gejalanya yaitu :
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 x/menit
b. Bayi tampak sianosis
c. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses
persalinan

3. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)


Pada asfiksia ringan, tanda gejalanya yaitu :
a. Takipnea dengan napas lebih dari 60x/menit
b. Bayi ampak sianosis
c. Adanya retraksi sela iga
d. Bayi merintih
e. Adanya pernapasan cuping hidung
f. Bayi kurang aktivitas
g. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales dan wheezing
positif

C. Penyebab kegagalan pernapasan


1. Pada janin
a. Gangguan sirkulasi dari ibu ke janin, disebabkan oleh :
 Gangguan aliran pada tali pusat, hal ini berhubungan dengan
adanya lilitan tali pusat, tekanan yang kuat pada tali pusat,
ketuban telah pecah yang menyebabkan tali pusat menumbung
dan kehamilan lebih bulan (post-term)
 Adanya pengaruh obat, misalnya tindakan SC yang menggunakan
narkosa
b. Faktor dari ibu selama kehamilan
 Gangguan his, misalnya karena atenia uteri yang dapat
menyebabkan hipertoni
 Adanya perdarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta
yang dapat menyebabkan turunya tekanan darah secara
mendadak
 Vasokontriksi arterial pada kasus hipertensi kehamilan dan
preeklampsia dan eklamspia
 Kasus solusio plasenta yang dapat menyebabkan gangguan
pertukaran gas

2. Menurut Towel, asfiksia bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :


a. Ibu
Apabila ibu mengalami hipoksia, maka janin juga akan mengalami
hipoksia yang dapat berkelanjutan menjadi asfiksia dan komplikasi lain.
b. Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta
c. Fetus
Kompresi umbilikus akan dapat mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran
gas antara ibu dan janin
d. Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapatterjadi karena
bebrapa hal, yaitu :
 Pemakaian anstesi yang berlebihan pada ibu
 Trauma yang terjadi selama persalinan
 Kelainan kongenital pada bayi

D. Penatalaksanaan
1. Bersihkan jalan napas dengan pengisap lendir dan kasa steril
2. Potong tali pusat dengan tekbik aseptik dan antiseptik
3. Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk/kain kering yang bersih dan
hangat
4. Nilai status pernapasan :
a. Segera baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan penolong
berdiri di sisi kepala bayi dari sisa air ketuban
b. Miringkan kepala bayi
c. Bersihkan mulut dengan kasa yang dibalut pada jari telunjuk
d. Isap cairan dari mulut dan hidung
5. Lanjutkan menilai status pernapasan
Nilai status pernapasan apabila masih ada tanda asfiksia, caranya dengan
menggosok punggung bayi, bila tidak ada perubahan segera berikan napas
buatan

B. KEJANG
Kejang merupakan suatu gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai
penyebab kejang atau adanya kelainan susunan saraf pusat.

ETIOLOGI
Penyebab utama kejang adalah kelainan bawaan di otak, sedangkan penyebab
skundernya adalah gangguan metabolik atau penyakit lain seperti infeksi.
Penyebab kejang pada neonatus, baik primer maupun skunder umumnya
berkaitan erat dengan kondisi bayi di dalam kandungan dan saat proses
persalinan serta masa-masa bayi baru lahir.
Faktor penyebab kejang yaitu :

1. Komplikasi pada saat kehamilan dan kelahiran


a. Ibu tidak imunisasi TT sehingga dapat menyebabkan infeksi
b. Perdarahan pada saat usia kehamilan kurang dari 28 minggu, sehingga
menyebabkan hipoksia
c. Gawat janin pada masa kehamilan dan persalinan yang mengharuskan
dilakukanya induksi persalinan, sehingga menyebabkan asfiksia
d. Alat-alat yang digunakan saat persalinan tidak steril, sehingga
menyebabkan infeksi
e. Persalinan dengan tindakan vacum ekstraksi, cunam, forcep dapat
menyebabkan trauma susunan saraf pusat
f. Trauma pada janin selama dalam kandungan atau selama persalinan
dapat menyebabkan perdarahan intrakranial

2. Kelainan metabolisme seperti hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesemia,


hiponatremia, hiperbilirubinemia, ketergantungan piridoktrin, dan kelainan
metabolisme asam amino

PENATALAKSANAAN kejang (TOLONG


DICARI SENDIRI)

PADA NEONATUS BAYI DAN BALITA DENGAN KELAINAN BAWAAN

1. Labioskizis dan labiopalatoskizis


Labioskizis dan labiopalatoskizis adalah deformitas daerah mulut berupa celah
atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan
embrional di mana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh
bersatu.

a. Klasifikasi
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum
di belahan foramen insisivum
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior
terhadap foramen
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer
dan palatum sekunder
4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya
utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum

b. Etiologi
1. Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia
2. Obat-obatan yang dapat merusak sel muda (radiasi)
3. Obat-obatan yang memengaruhi metabolisme, misalnya defisiensi vitamin
B6, asam folat, dan vit. C
4. Faktor keturunan

c. Tanda dan gejala


1. Terjadi pemisahan langit-langit pada bibir
2. Terjadi pemisahan bibir
3. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
4. Infeksi telinga
5. BB turun
6. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui ketika keluarnya air
susu dari hidung

d. Penatalaksanaan
1. Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu mempunyai
refleks mengeluarkan air susu dengan baik yang mungkin dapat dicoba
dengan sedikit menekan payudara
2. Bila anak sukar mengisap sebaiknya gunakan botol peras, untuk mengatasi
gangguan mengisap, pakailah dot yang panjang dengan memeras botol maka
susu dapat di dorong jatuh di belakang mulut hingga dapat dihisap, jika
anak tidak mau berikan dengan cangkir dan sendok
3. Tindakan bedah, dengan kerja sama yang baik antara ahli bedah.

e. Syarat labioplasti
1. Umur 3 bulan atau > 10 minggu
2. BB kira-kira 4,5 kg
3. Hb >10 kg/dl
4. Hitung jenis leukosit <10.000

f. Syarat palatoskizis
Palatoskizis biasanya ditutup pada umur 9-12 bulan menjelang anak belajar
bicara, yang penting dalam oprasi ini adalah harus memperbaiki lebih dulu
bagian belakangnya agar anak bisa dioprasi umur 2 th. Oprasi dilakukan jika
BB normal, penyakit lain tidak ada, serta memiliki kemampuan makan dan
minum yang baik. Untuk mengetahui berhasil tidaknya operasi harus ditunggu
sampai anak tersebut belajar bicara antara 1-2 th.

2. Atresia esofagus
Atresia esofagus adalah kelainan bawaan di mana ujung saluran esofagus buntu.
a. Etiologi
Kelainan bawaan pada saluran pencernaan

b. Tanda gejala
1. Liur yang netes terus-menerus
2. Liur berbuih
3. Adanya aspirasi ketika bayi diberi minum (bayi tersedak)
4. Bayi tampak sianosis akibat aspirasi yang dialami
5. Bayi akan mengalami batuk seperti tercekik saat bayi diberi minum dan
muntah
c. Penatalaksanaan
1. Posisikan bayi setengah duduk apabila atresia esofagus disertai fistula.
Namun apabila atresia tanpa disertai fistula bayi diposisikan dengan
kepala lebih rendah dan seringlah mengubah-ubah posisi
2. Segera lakukan pemasangan kateter ke dalam esofagus dan bila
memungkinkan lakukan pengisapan terus-menerus
3. Berikan perawatan seperti bayi normal lainya, seperti pencegahan
hipotermi, pemberian nutrisi adekuat dll
4. Rangsang bayi untuk menangis
5. Lakukan inform consent kepada keluarga

3. Atresia ani
Adalah kelainan bawaan pada bayi terjadi karena tidak adanya lubang pada anus
a. Etiologi
Cacat dalam pengembangan janin pada saat dikandungan

b. Tanda gejala
1. Selama 24-48 jam pertama kelahiran, bayi mengalami muntah-muntah
dan tidak ada defekasi mekonium, selain itu anus tampak merah
2. Perut kembung kemudian muntah
3. Tampak gerakan usus dan bising usus meningkat (hiperperistaltik) pada
auskultasi
4. Tidak ada lubang anus
5. Terkadang tampak ileus obstruktif
6. Dapat terjadi fistel. Pada bayi perempuan sering terjadi fistel rektovaginal,
sedangkan pada bayi laki-laki sering terjadi fistel rektourinal

c. Penatalaksanaan
1. Puasakan bayi dan ganti pemberian cairan intravena sesuai dengan
kebutuhan
2. Pembedahan segera dilakukan, setelah tinggi atresia ditentukan
3. Eksisi membran anal
4. Kolostomi sementara dan lakukan perbaikan total setelah 3 bulan

4.Obstruksi Billiaris

Adalah suatu kelainan bawaan karena adanya penyumbatan pada saluran empedu,
sehingga cairan empedu idak dapat mengalir ke dalam usus dan akhirnya
dikeluarkan dalam feses

a. Etiologi
Penyumbatan pada saluran batu empedu

b. Tanda gejala
Gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama ketika bayi tampak ikterus.
Selain itu,feses tampak berwarna putih keabu-abuan, terlihat seperti dempul
dan urine tampak berwarna lebih tua karena mengandung urobilin

c. Penatalaksanaan
1. Berikan perawatan layaknya bayi normal lainya, seperti pemberian nutrisi
yang adekuat, pencegahan hipotermi, pencegahan infeksi dll
2. Lakukan konseling pada orang tua agar mereka menyadari bahwa
menguningnya tubuh bayi bukan disebabkan oleh masalah yang biasa, tetapi
karena adanya penyumbatan pada saluran empedu

5. Omfalakel dan gastroskizis


Adalah suatu kelainan bawaan yang ditandai dengan tampaknya protrusi dan
kantong yang berisi usus dan visera abdomen. Sedangkan gastroskizis adalah
suatu keadaan ketika isi abdomen keluar melalui defek dinding abdominal pada
umbilikus tanpa membran pembungkus

a. Etiologi
Terjadinya omfalokel dan gastroskizis disebabkan karena adanya kegagalan
organ dalam untuk kembali ke rongga abdomen. Kegagalan ini terjadi ketika
janin berumur 10 minggu.

b. Tanda gejala
1. Omfalakel : nyeri, usus yang menonjol pada perut
2. Gastroskizis : usus menebal, pendek, kaku dengan edema di dinding usus
3. Peristaltik tidak ada
4. Rongga abdomen janin menjadi sempit

c. Penatalaksanaan
1. Penanganan yang diberikan hampir sama dengan penanganan bayi normal
lainya
2. Lakukan tindakan pencegahan infeksi sebelum pembedahan dengan cara
mengolesi merkurokrum dan menutupnya dengan kasa steril, lalu ditutup
dengan kapas yang agak tebal dan ditutup gurita
3. Berikan inform consent kepada keluarga untuk melakukan pembedahan

6. Hernia diafragmatika
Adalah kelainan bawaan yang terjadi karena tidak terbentuknya sebagian
diafragma, sehingga ada bagian isi perut masuk ke dalam rongga torak.
a. Etiologi
Cacat lahir bawaan yang ditandai dengan adanya lubang yang abnormal
pada diafragma akibat penyatuan yang tidak sempurna dari struktur
diafragma selama perkembangan janin
b. Tanda gejala
1. Kulit berwarna pucat
2. Sesak bernafas
3. Retraksi sela iga dan substernal
4. Perut kecil dan cekung
5. Suara napas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut
6. Terdengar bising usus di daerah dada
7. Muntah

c. Penatalaksanaan
1. Berikan oksigen bila bayi tampak pucat atau biru
2. Posisikan bayi semifowler atau fowler sebelum atau sesudah operasi agar
tekanan dari isi perut terhadap paru berkurang dan agar diafragma dapat
bergerak bebas
3. Awasi bayi jangan sampai muntah, apabila hal tersebut terjadi, maka
tegakkan bayi agar tidak terjadi aspirasi

7.Atresia duodeni
Adalah buntunya saluran pada duodenum yang biasanya terjadi pada ampula
vateri
a. Etiologi
Kelainan bawaan yang penyebanya belum diketahui secara jelas, namun
kerusakan pada duodenum terjadi karena suplay darah yang rendah pada masa
kehamilan sehingga duodenum mengalami penyempitan dan menjadi obstruksi

b. Tanda gejala
1. Sering mengalami muntah yang berwarna hijau segera setelah lahir
2. BB menurun dan sukar bertambah

c. Penatalaksanaan
1. Perbaiki keadaan umum dengan mengatasi defisit cairan tubuh yang
ditimbulkan oleh muntah-muntah sebelum operasi
2. Berikan inform consent sebelum dilakukan rujukan atau tindakan
pembedahan

8. Meningokel dan ensefalokel


Adalah kelainan bawaan dimana terjadi pemburutan selaput otak dan isi kepala
keluar melalui lubang pada tengkorak atau tulang belakang

a. Etiologi
Penyebabnya karena adanya defek pada penutupan spina bifida yang
berhubungan dengan pertumbuhan yang tidak normal

b. Tanda gejala
1. Meningokel
Biasanya terdapat di daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas.
Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda
spinalis (dalam durameter tidak terdapat saraf)
2. Ensefalokel
Biasanya terjadi pada bagian oksipital. Pada bagian ini terdapat kantong
berisi cairan, jaringan saraf atau sebagian otak. Ensefalokel akan
berkaitan dengan kelainan mental yang berat meskipun sudah dilakukan
operasi

c. Penatalaksanaan
1. Sebelum operasi, bayi dimasukkan ke dalam inkubator dengan kondisi
tanpa baju
2. Bayi dalam posisi telungkup atau tidur jika kantongnya besar untuk
mencegah infeksi
3. Berkolaborasi dengan dokter untuk tindakan pembedahan dengan
sebelumnya melakukan inform consent pada keluarga

9. Hidrosefalus
Adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis dikarenakan adanya tekanan intrakranial yang meningkat.

a. Etiologi
Disebabkan karena terjadinya penyumbatan cairan serebrospinalis (CSS)
pada salah satu pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi
dalam ruang subarakhnoid.

b. Klasifikasi
1. Berdasarkan sumbatan
a. Hidrosefalus obstruktif
Tekanan CSS yang meningkat disebabkan adanya obstruksi pada salah
satu tempat pembentukan CSS
b. Hidrosefalus komunikan KS
Adanya peningkatan tekanan itrakranialtanpa disertai adanya
penyumbatan pada salah satu tempat pembentukan CSS

2. Berdasarkan perolehanya
a. Hidrosefalus kongenital
Bawaan sejak lahir (sejak dalam kandungan), ini disebabkan pada saat
lahir, otak terbentuk kecil atau pertumbuhan otak terganggu akibat
terdesak oleh banyaknya cairan dalam kepala dan tingginya tekanan
intrakranial.
b. Hidrosefalus didapat
Terjadinya pertumbuhan otak yang udah sempurna dan kemudian
terjadi gangguan oleh karena adanya tekanan intrakranial yang tinggi

c. Tanda gejala
1. Tengkorak kepala mengalami pembesaran
2. Muntah dan nyeri kepala
3. Kepala erlhat lebih besar dari tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar dan tidak menutup pada waktunya, teraba
tegang dan menonjol
5. Dahi lebar, kulit kepala tipis, tegang dan mengkilat
6. Pelebaran vena kulit kepala
7. Saluran tengkorak belum menutup dan teraba melebar
8. Pergerakan bola mata tidak teratur
9. Gangguan kesadaran
10. Kejang

d. Penatalaksanaan
1. Umum
a. Pengawasan suhu atau mencegah hipotermi
b. Pencegahan infeksi
c. Observasi aktivitas, reaksi dan rangsangan
d. Intake dan output
e. Perawatan setelah BAB dan BAK
2. Khusus
a. Pengukuran lingkar kepala
b. Pengawasan dan pencegahan muntah
- Catat kapan terjadinya muntah dan berapa frekuensinya selama 24
jam serta banyaknya yang dimuntahkan
- Berikan minum sedikit-sedikit tapi sering
- Bila sampai terjadi muntah segera lakukan suction untuk mencegah
aspirasi pnemonia
c. Pengawasan kejang
- Hitung berapa lama kejang terjadi dan frekuensinya selama 24 jam
- Pasang tongue spatel untuk mencegah retraksi lidah yang dapat
menyebabkan perdarahan atau sumbatan pada saluran pernapasan
d. Persiapan operasi
- Lakukan inform consent
- Siapkan hasil pemeriksaan darah, X-Ray dan CT-Scan
- Surat izin operasi dari dokter
- Oksigen
- Inkubator

10.Fimosis
Adalah kelainan bawaan di manaterdapat penyempitan prepusium pada bayi laki-

laki

a. Etiologi
Balanoplasti yaitu peradangan menyeluruh pada kepala penis dan kulitnya.
Peradangan bisa terjadi akibat infeksi jamur/bakteri di bawah kulit pada penis
yang tidak disunat

b. Tanda gejala
1. Bayi sukar buang air kecil
2. Kulit prepusium mengembung seperti balon
3. Bayi menangis keras sebelum berkemih

c. Penatalaksanaan
1. Dilakukan sirkumsisi (sunat) pada bayi

11. Hipospadia
- Kelainan bawaan di mana lubang uretra terletak di bagian bawah dekat
pangkal penis. Jika lubang kecil tidak memerlukan tindakan, tetapi jika lubang
besra perl dilakukan pembedahan.
- Suatu keadaan dimana uretra terbuka di permukaan bawah penis,
scrotum/peritenium

a. Etiologi

1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone. Hormone yang dimaksud disini


adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria) atau
bisa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri didalam tubuh yang
kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah
terbentuk cukup akan tetapi apabila resepyornya tidak ada tetap saja tidak
akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim ya yang berperan
dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama
2. Genetika terjadi karena gagalnya sintesis androgen.hal ini biasanya terjadi
karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga
ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3. Lingkungan. Biasanya menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat
teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi

b. Tanda gejala

1. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di
dasar penis.
2. Penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan
penis
3.  Jika berkemih, anak harus duduk.
4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
5. Sering disertai undes cended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
6. Penis yang melengkung ke arah bawah yang akan tampak lebih jelas pada saat
ereksi.

c. Penatalaksanaan

1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling

Dilakukan pada usia 1,5-2 tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi eksisi
chordee dari  muara uretra sampai ke glands penis. Setelah eksisi chordee maka
penis akan menjadi lurus tetapi meatus uretra masih terletak abnormal. Untuk
melihat keberhasilan eksisi dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan
menyuntikkan NaCL 0,9% kedalan korpus kavernosum. Langkah selanjutnya
adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit preputium penis untuk
menutup sulcus uretra.

2. Operasi uretroplasty.
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretroplasty yaitu membuat fassa
naficularis baru pada glans penis yang nantinya akan dihubungkan dengan canalis
uretra yang telah terbentuk sebelumnya melalui tahap pertama.
Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia adalah penanganan
pascabedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat digunakan untuk lewat urin
karena biasanya dokter akan memasang sonde untuk memfiksasi canalis uretra yang
dibentuknya. Urin untuk sementara dikeluaskan melalui sonde yang dimasukkan pada
vesica urinaria (kandung kemih) melalui lubang lain yang dibuat olleh dokter bedah
sekitar daerah di bawah umbilicus (pusar) untuk mencapai kandung kemih.

Anda mungkin juga menyukai