29/05/2020
3. JELASKAN 7 kelainan gangguan elekrolit pada Luka bakar dan bagaimana koreksinya.
5. JELASKAN poin diagnosis/temuan khas pada fraktur blow out, let fort, ZMC Dan
mandible fracture.
9. JELASKAN bagaimana assessment Dan tindakan pada trauma soft tissue wajah.
Fase akut, terjadi dalam 48 jam pertama. Fase ini adalah ketika pasien berada di
tempat kejadian atau sudah ird. Problemnya dapat berupa gangguan pernafasan, cairan
serta luka itu sendiri. Sehingga butuh resusitasi yang adekuat
fase sub akut, terjadi pada 48 jam – 21 hari atau ketika pasien sudah dalam perawatan.
Saat fase ini pasien memiliki problem luka, infeksi dan sepsis.
fase lanjut, setelah 21 hari hingga 1 tahun atau merupakan fase setelah pasien
dipulangkan atau berobat jalan. Problem yang dapat terjadi adalah parut dan
kontraktur.
fase akut, dimana dilakukan evaluasi inisial dan resusitasi, terapi dengan tujuan
resusitasi cairan sesuai kebutuhan pasien dan evaluasi terhadap semua kemungkinan
cidera yang ada
fase sub akut, dimana dilakukan initial wound excision dan penutupan secara
biological, dengan manajemen berupa memastikan assessment luka yang akurat
disertai penstabilan hemodinamik dn eksisi luka dengan minimal ablasi. Selain itu
dilakukan juga penggantian luka dengan autograft dan penutupan luka yang kompleks
fase lanjut, dimana dilakukan rehabilitasi, rekonstruksi dan reintegrasi, yang
berfungsi untuk menguatkan dan mempertahankan jarak. Serta menguatkan emosi dan
mental pasien
3. JELASKAN 7 kelainan gangguan elekrolit pada Luka bakar dan bagaimana
koreksinya.
Hiponatremia, resusitasi dengan RL atau NS, dua ampul sodium laktat ditambahkan
kedalam 1000cc NS untuk meningkatkan osmolaritas
Hiperkalemia, mengemablikan efek potassium pada membrane seluler dengan kalsium
klorida 10%, transfer potassium ekstraseluer kedalam sel dengan glucose 250-500cc +
insulin 5-10iu, sodium bikarbonat 50-100mEq selama5-10 menit, hiperventilasi
Hipernatremia, cairan hipotonik (rendah sodium dengan atau tanpa glukosa) NaCl 0,45%
atau NaCl 0-15%, pada beberapa kasus dapat ditambahkan diuretik
Hipokalemia, berikan 20-30 mEq ptasium atau cairan hipotonik untuk mengkompensasi
kehilangan urin dan pergeseran intraseluler
Hipokalsemia, pemberian kalsium intravena atau jika Ca kurang dari 3,5 maka dapat
diberikan kalsium klorida 10% 10-20cc selama 10-15 menit diikuti dengan calcium
elemental 0,3-2,0 mg/kg/jam
Hipomagnesia, berikan larutan magnesiumsulfat, pada kasus ringan berikan secara IM 10
mEq setiap 4-6 jam.atau pada kasus berat dapat diberikan 48 mEq selama 24 jam, jika
sampai terjadi kejang maka berikan sebanyak 8-16mEq selama 30-60 menit
Hipofosfatemia, larutan sodium atau potassium fosfat 2-5mg/kg diberikan per infus
selama 6 jam, yg diberikan sampai kadar fosfat mencapai 1mg/dl
Luka bakar yang melibatkan wajah, tangan, kaki, genital, perineum dan sendi utama
Partial thickness burn lebih dari 10% tbsa
Third degree burns pada semua kelompok umur
luka bakar listrik termasuk petir
Luka bakar kimia
Trauma inhalasi
Luka bakar pada pasien dengan gangguan mental
Semua pasien dengan disertai trauma
Luka bakar pada anak-anak
5. JELASKAN poin diagnosis/temuan khas pada fraktur blow out, let fort, ZMC Dan
mandible fracture.
Blowout Fracture, Temuan klinis : Enophthalmos, diplopia, emfisema orbital, mati rasa pada
region malar, hypoglobus
Mandible fracture, Temuan klinis : nyeri mandibular, maloklusi pada gigi, separasi pada gigi
disertai intraoral bleeding, tidak mampu membuka mulut secara penuh, positive tongue
blade test
Le fort
Lefort 1 : bengkak minimal dan edem pada bagian bawah wajah tengah dan atas bibir,
epistaksis, nyeri dan sulit digerakkan, pergerakan maksila ketika nasal bridge tetap stabil
Lefort 2 : Nasal flattening, marked facial edema, traumatic telecanthus, epistaksis atau CSF
rhinorrhea, pergerakan dari rahang atas dan hidung.
Lefort 3: edem yang parah pada wahjah, dish faced deformity, epistaksis atau CSF
rhinorrhea, pergerakan dari maksila, nasal bones, dan zygoma, obstruksi jalan nafas yang
parah.
Kontraktur adalah keaadan yang timbul karena proses kontraksi jaringan parut terutama pada
sendi, atau hasil akhir yang disebabkan dari kontraksi suatu luka dan merukan bentuk yang
patologis. Dimana kontraksi merupakan proses dinamik yang aktif yang melibatkan fungsi
miofibroblas. Aktivitas miofibroblas dipelihara oleh kolagen dan aktivitas ini mulai
berlangsung kira-kira 4 haru setalah kolagen terbentuk.
Klasifikasi
- Tendogen : mengenai jaringan dibawah kulit karena pemendekan otot atau tendon.
Berdasarkan bentuknya :
- Kontraktur Linier : bentuk garis lurus pada sendir, dipinggir garis lurus ini terdapat web,
dapat diterapi dengan release kontraktur dengan z-plasty
- Kontraktur Diffusa : berbentuk difuse pada sendi, terapi dengan release kontraktur +FTSG
atau Flap
Jenis Operasi
-.Z-plasty atau S-Plasty, Indikasi bila kontraktur bersama dengan adanya sayap dan dengan
kulit sekitar yang lunak. Kadang sayap sangat panjang sehingga memerlukan beberapa Z-
Plasty
- Skin Graft, apabila didapat jaringan parut yang sanat lebar. Dilepas dengan insisi transversal
pada seluruh lapisan parut, selanjutnya dilakukan eksisi jaringan parut secukupnya. Pada skin
graft terdapat dua macam proses kontraksi yaitu primary contraction dan secondary
contraction.
- Flap, dimana kontraktur yang luas dan jaringan parutnya terdiri dari jaringan fibrous yg
luas, diperlukan eksisi parsial dari parut dan mengeluarkan pembuluh darah serta saraf tepi
tanpa ditutupi jaringan lemak.
Klasifikasi Flap
Blood supply
Random
Axial : one vascular pedicle, dominant pedicles dan minor pedicles, two dominant pedicles,
segemental vascular pedicles, one dominant pedicle, and secondary segemental pedicles
Flaps yang terdiri dari satu tipe jaringan seperti, kulit, fascia, otot, tulang, dan visceral.
Sedangkan composite flap termasuk fasciocutaneous, myocutaneous, osseocutaneous,
sensory flap
9. JELASKAN bagaimana assessment Dan tindakan pada trauma soft tissue wajah.
Wound assessment pada kasus trauma soft tissue di wajah dapat dimulai dengan
anamnesis dari kejadian yg menyebabkan trauma da juga pemeriksaan klinis. Dimana riwayat
kejadian yang lengkap dapat mengarahkan kita bagaiman luka tersbut dapat terjadi. Jika tidak
dapat diperoleh dari pasien dapat kita dapatkan dari orang lain atau saksi mata yang
ada.mengetahu mekanisme dari cidera dapat membuat seorang dokter menjadi lebih waspada
terhadap cedera yg saja dapat terjadi di tempat lain.
Biomekanik, mengetahui tentang RSTL (Relaxed Skin Tension Lines) sangat penting untuk
mengtahui trauma dan juga hasil akhirnya.
Memisahkan fraktur selama assessment, banyak kejadian dimana dokter terlalu cepat
mengobati jaringan lunak tanpa memperhatikan adanya fraktur atau trauma jaringan keras.
Manajemen:
- Stabilisasi
- Early wound management, irigasi dengan normal salin sampai benda asing dan debris
kecil terbuang, lakukan control perdarahan, tutup luka sesegera pasien dalam kondisi
stabil
- Primary closure, beberapa cidera minor dapat ditindak dengan penjahitan primer,
jaringan harus dijahit lapis demi apis sampai tulang atau kartilago tertutup.
- Wound care, dapat membuat luka tetap lembab dan mencegah terjadinya scab.
- Pada kasus yg parah setelah dilakukan stabilisasi dan life saving maka harus focus
terhadap proses rekonstruksi untuk mendapatkan hasil estetik terbaik untuk pasien,
prinsip dasarnya dapat memindahkan jaringan ke kepala atau leher.