Anda di halaman 1dari 57

KEGAWATDARURATAN

TRAUMA
MUSKULOSKELETAL

PENDAHULUAN
30% dari multitrauma
Pasien patah tulang tdk hanya lesi pd tulang
Intervensi dini trauma muskuloskeletal harus
dilakukan dgn benar, prognosis lebih baik .
Pengetahuan dasar u/ diagnosis wajib sebelum
merawat pasien.

TRAUMA MUSKULOSKELETAL
Sering terjadi, jarang
mengancam jiwa
Bisa merupakan bagian
dari multi trauma
Ingat ABC

MEKANISME CEDERA
Penting ditanyakan
Petunjuk akan cedera yg mungkin diderita pasien
Kesesuaian cerita dgn berat ringannya cedera
Child abuse
Terdapat gaya yg cukup u/ menyebabkan kerusakan
tulang atau jaringan lunak / fraktur atau dislokasi
Orang tua/osteoporosis
Gaya yang diperlukan
Ca metastase
lebih kecil

MEKANISME TRAUMA
Langsung :
Kena pukulan.
Jatuh dari
ketinggian.

Tidak langsung :
Efek benda lain yg kena
trauma (pengemudi
terbentur dasboard saat
mobil tabrakan).
Melintir Mis : kasus
olahragawan ,

MEKANISME CEDERA

AKIBAT CEDERA

OPEN FRACTURES

AKIBAT CEDERA

CEDERA PADA SENDI

Occult joint
instability
Subluksasi

Dislokasi

PERDARAHAN PD TRAUMA MUSKULOSKELETAL


Mekanisme fisiologis tubuh :
Mengaktifkan sistim pembekuan darah u/ mengurangi
perdarahan
Memperbaiki integritas membran sell dan kapiler
untuk meningkatkan reabsorbsi cairan
Meningkatkan aliran darah kolateral u/ merangsang
penyembuhan

AKIBAT CEDERA MUSKULOSKELETAL

AMPUTASI
Dapat parsial atau total
Life over limb
Luka tajam lebih baik
prognosanya untuk
disambung kembali
dibandingkan trauma avulsi
Pikirkan kemungkinan
replantasi

AMPUTASI
Gambaran klinis :
Hilangnya bagian tubuh
Nyeri
Perdarahan
Syok

CRUSH INJURIES
Kerusakan jaringan lunak
yang hebat
Kerusakan seluler, vaskuler
dan saraf
Hancurnya tulang dan otot
Syok hipovolemia

c.Pengelolaan
Penghentian perdarahan stabilisasi mekanik dari
pelvic ring dan eksternal counter pressure.
Teknik sederhana Traksi kulit longitudinal atau traksi
skeletal dpt dikerjakan sebagai tindakan pertama.
Pasang kain pembungkus melilit pelvis yg berfungsi
sebagai siling atau vacuum type long spine splinting
device atau PASG. Cara-cara sementara ini dapat
membantu stabilisasi awal.

2. Perdarahan Besar Arterial

Trauma tumpul fraktur atau dislokasi sendi dekat arteri


merobek arteri. perdarahan besar pd luka terbuka atau
perdarahan di dlm jaringan lunak.
b. Pemeriksaan
Ekstremitas
diperiksa adanya perdarahan eksternal,
hilangnya pulsas inadi yg sebelumnya masih teraba, perubahan
kualitas nadi, dan perubahan pd
pemeriksaan Doppler dan
ankle/brachial index.
Ekstremitas yg dingin, pucat, dan menghilangnya pulsasi
menunjukkan gangguan aliran darah arteri.
Hematoma yg membesar dgn cepat, menunjukkan adanya trauma
vaskuler.

Penyebab Kompartement Syndrome


1. Penurunan volume kompartemen
Kondisi ini disebabkan oleh:
Penutupan defek fascia
Traksi internal berlebihan pd fraktur ekstremitas
2. Peningkatan tekanan eksternal
Balutan yg terlalu ketat
Berbaring di atas lengan
Gips

3. Peningkatan tekanan pd struktur komparteman


Pendarahan atau Trauma vaskuler
Peningkatan permeabilitas kapiler
Penggunaan otot yang berlebihan
Luka bakar
Operasi
Gigitan ular
Obstruksi vena
yang paling sering adalah cedera, dimana 45 % kasus terjadi akibat
fraktur, dan 80% darinya terjadi di anggota gerak bawah.

Manifestasi Klinis kompartemen syndroma


1. Pain

5P

2. Pallor.
3. Pulselesness
4. Parestesia
5. Paralysis

beberapa gejala khas, antara lain:


1.Nyeri yang timbul saat aktivitas, terutama saat
olehraga. Biasanya setelah berlari atau beraktivitas
selama 20 menit.
2.Nyeri bersifat sementara dan akan sembuh setelah
beristirahat 15-30 menit.
3.Terjadi kelemahan atau atrofi otot.

Penatalaksanaan Kompartement Syndrome


Tujuan mengurangi defisit fungsi neurologis dgn
lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui
bedah dekompresi.
Walaupun fasciotomi disepakati sebagai terapi yg
terbaik, namun beberapa hal, seperti timing, masih
diperdebatkan.
Semua ahli bedah setuju bahwa adanya disfungsi
neuromuskular adalah indikasi mutlak u/ melakukan
fasciotomi

Penanganan kompartemen secara umum meliputi:


1. Terapi Medikal/non bedah
jika diagnosa kompartemen masih dlm bentuk
dugaan sementara. meliputi:
a.
Menempatkan
kaki
setinggi
jantung,
u/
mempertahankan ketinggian kompartemen yg minimal,
elevasi dihindari karena dpt menurunkan aliran darah
dan akan lebih memperberat iskemia.
b. Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips
harus di buka dan pembalut kontriksi dilepas.

c. Pd kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun


dpt
menghambat
perkembangan
sindroma
kompartemen.
d. Mengoreksi hipoperfusi dgn cairan kristaloid dan
produk darah.
e. Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan
pemakainan manitol dpt mengurangi tekanan
kompartemen. Manitol mereduksi edema seluler,
dgn memproduksi kembali energi

2. Terapi Bedah
Fasciotomi dilakukan jika tekanan intrakompartemen mencapai >
30 mmHg. Tujuan dilakukan tindakan ini adalah menurunkan
tekanan dengan memperbaiki perfusi otot.
Jika tekanannya < 30 mm Hg maka tungkai cukup diobservasi
dengan cermat dan diperiksa lagi pada jam-jam berikutnya. Kalau
keadaan tungkai membaik, evaluasi terus dilakukan hingga fase
berbahaya terlewati. Akan tetapi jika memburuk maka segera
lakukan fasciotomi. Keberhasilan dekompresi untuk perbaikan
perfusi adalah 6 jam.

Terdapat dua teknik dlm fasciotomi yaitu teknik insisi tunggal


dan insisi ganda.

Insisi ganda pada tungkai bawah paling sering digunakan


karena lebih aman dan lebih efektif, sedangkan insisi tunggal
membutuhkan diseksi yang lebih luas dan resiko kerusakan
arteri dan vena peroneal.

PENILAIAN AWAL TRAUMA MUSKULOSKELETAL


Proses awal ini dikenal dengan Initial assessment ( penilaian awal ).
Penilaian awal meliputi:
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey (ABCDE)
4. Resusitasi
5. Secondary survey
Urutan kejadian diatas diterapkan seolah-seolah berurutan namun
dalam praktek sehari-hari dapat dilakukan secara bersamaan dan
terus menerus.

3. Primary Survey
a. Airway dgn kontrol servikal
1) Penilaian
Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)
Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
2) Pengelolaan airway
Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dgn kontrol servikal
in-line immobilisasi
Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning
dengan alat yg rigid
- Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
- Pasang airway definitif sesuai indikasi.

3) Fiksasi leher
4) Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur
servikal pd setiap penderita multi trauma, terlebih
bila ada gangguan kesadaran atau perlukaan diatas
klavikula.
5) Evaluasi

b. Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi

1) Penilaian
Buka leher dan dada penderita, dgn tetap memperhatikan
kontrol servikal in-line immobilisasi
Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks u/ mengenali
kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks
simetris atau tdk , pemakaian otot-otot tambahan dan tandatanda cedera lainnya.
Perkusi thoraks u/ menentukan redup atau hipersonor
Auskultasi thoraks bilateral

2) Pengelolaan
Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 1112 liter/menit)
Ventilasi dgn Bag Valve Mask
Menghilangkan tension pneumothorax
Menutup open pneumothorax
Memasang pulse oxymeter
3) Evaluasi

b. Circulation Dgn Kontrol Perdarahan


1) Penilaian
Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
Mengetahui sumber perdarahan internal
Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus
paradoksus. Tdk diketemukannya pulsasi dari arteri besar
merupakan pertanda diperlukannya resusitasi masif segera.
Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
Periksa tekanan darah

2) Pengelolaan
Penekanan langsung pd sumber perdarahan eksternal
Kenali perdarahan internal, kebutuhan u/ intervensi bedah serta
konsultasi pd ahli bedah.

Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil


sampel darah u/ pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan
(pada wanita usia subur), golongan darah dan cross-match serta
Analisis Gas Darah (BGA).

Beri cairan kristaloid yg sudah dihangatkan dgn tetesan cepat.

Pasang PSAG/bidai pneumatik u/ kontrol perdarahan pd pasienpasien fraktur pelvis yg mengancam nyawa.

Cegah hipotermia
3) Evaluasi

c. Disability
1) Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/APVU
2) Nilai pupil : besarnya, isokor / tdk , reflek cahaya dan awasi
tanda-tanda lateralisasi
3) Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan
circulation.
d. Exposure/Environment
1) Buka pakaian penderita
2) Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pd
ruangan yg cukup hangat.

a. Re-evaluasi ABCDE
b. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pd
dewasa dan 20 mL/kg pd anak dgn tetesan cepat
c. Evaluasi resusitasi cairan
Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal ( lihat
gambar 3, tabel 3 dan tabel 4 )
Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi
urin ) serta awasi tanda-tanda syok

F.

Fahrenheit (suhu tubuh)

Kaji :
1.

Suhu tubuh

2.

Suhu lingkungan

G.

Get Vital Sign/ Tanda-tanda vital secara kontinyu

Kaji :
1.

Tekanan darah

2.

Irama dan kekuatan nadi

3.

Irama, kekuatan dan penggunaan otot bantu

4.

Saturasi oksigen

H.

HEAD TO TO ASSESMENT

Pengkajian Head to toe


a.

Riwayat Penyakit

1)

Keluhan utama dan alasan klien ke rumah sakit

2)

Lamanya waktu kejadian sampai dgn dibawa ke rumah sakit

3)

Tipe cedera, posisi saat cedera, lokasi cedera

4) Gambaran mekanisme cedera dan penyakit seperti nyeri pada

organ tubuh yg mana, gunakan : provoked (P), quality (Q),


radian (R), severity (S) dan time (T)

5)

Kapan makan terakhir

6)

Riwayat
penyakit
lain
pembedahan/kehamilan

yg

pernah

dialami/operasi

7) Riwayat pengobatan yg dilakukan u/ mengatasi sakit sekarang,


imunisasi tetanus yg dilakukan dan riwayat alergi klien.
8)

Riwayat keluarga yg mengalami penyakit yg sama dgn klien.

Pengkajian kepala, leher dan wajah


1)

Periksa wajah, adakah luka dan laserasi, perubahan tulang wajah


dan jaringan lunak, adakah perdarahan serta benda asing.

2) Periksa mata, telinga, hidung, mulut. Adakah tanda-tanda perdarahan,


benda asing, deformitas, laserasi, perlukaan serta adanya keluaran
3)

Amati bagian kepala, adakah depresi tulang kepala, tulang wajah,


kontusio/jejas, hematom, serta krepitasi tulang.

4)

Kaji adanya kaku leher

5)

Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, deviasi trachea, distensi


vena leher, perdarahan, edema, kesulitan menelan, emfisema
subcutan dan krepitas pada tulang.

c.

Pengkajian dada

1)

Pernafasan : irama, kedalaman dan karakter pernafasan

2)

Pergerakan dinding dada anterior dan posterior

3)

Palpasi krepitas tulang dan emfisema subcutan

4)

Amati penggunaan otot bantu nafas

5)

Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera : petekiae,


perdarahan, sianosis, abrasi dan laserasi.

d.

Abdomen dan pelvis

Hal-hal yang dikaji pd abdomen dan pelvis :


1)
2)

Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen


Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, laserasi,
abrasi, distensi abdomen, jejas.

3)

Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas

4)

Nadi femoralis

5)

Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)

6)

Bising usus

7)

Distensi abdomen

8)

Genitalia dan rectal : perdarahan, cedera, cedera pada


meatus, ekimosis, tonus spinkter ani

e.

Ekstremitas

Pengkajian di ekstremitas meliputi :


1)

Tanda-tanda injuri eksternal

2)

Nyeri

3)

Pergerakan dan kekuatan otot ekstremitas

4)

Sensasi keempat anggota gerak

5)

Warna kulit

6)

Denyut nadi perifer

FEEL (NEUROVASC EXAM)

f.

Tulang belakang

Pengkajian tulang belakang meliputi :


1)

Jika tidak didapatkan adanya cedera/fraktur tulang


belakang, maka pasien dimiringkan untuk mengamati :

Deformitas tulang belakang

Tanda-tanda perdarahan

Laserasi

Jejas

Luka

2)

Palpasi deformitas tulang belakang

g.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan meliputi :
1)
2)

Radiologi dan scanning


Pemeriksaan laboratorium : Analisa gas darah, darah tepi,
elektrolit, urine analisa dan lain-lain

2.
1.

DIAGNOSA kEPERAWATAN DAN iNTERVENSI


Nyeri (akut) b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang,
edema, cedera pd jaringan lunak, pemasangan alat / traksi.

2. Kerusakan integritas kulit / jaringan b/d fraktur terbuka :


bedah permukaan ; pemasangan kawat, perubahan sensasi,
sirkulasi, akumulasi eksresi atau sekret / immobilisasi fisik.
3. Gangguan mobilitas fisik b/d cedera jaringan sekitar fraktur
dan kerusakan rangka neuromuskuler.
4. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer b/d
aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih,
hipovolemik dan pembentukan trombus.

5. Resiko infeksi b/d tdk adekuatnya pertahanan primer,


kerusakan kulit dan trauma jaringan
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
b/d kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak
mengenal sumber informasi.

SELAMAT BELAJAR
DAN SUKSES

Anda mungkin juga menyukai