ANGGOTA KELOMPOK:
Amalia putri
Asri libra
Dewi sinta
Eem sumarni
Ika yuniastuti
Mardhatila
Novi Triany
Retno annisa
Siti syarah
Usnaidi
A. Definisi
Cedera yang terjadi dari kontak
langsung ataupun paparan
terhadap sumber panas, kimia,
listrik, atau radiasi disebut luka
bakar. Cedera luka bakar terjadi
ketika energi dari sumber panas
dipindahkan ke jaringan tubuh.
Kedalaman cedera berhubungan
dengan suhu dan rentang waktu
paparan atau kontak (Black &
Hawks, 2014)
Luka bakar suhu tinggi
(Thermal Burn)
1. Fase inflamasi
2. Fase proliferasi
3. Fase maturasi
Pemeriksaan penunjang
1. Hitung darah lengkap
2. leukosit
3. GDA (Gas Darah Arteri)
4. Elektrolit Serum
5. Alkali Fosfat
6. Albumin Serum
7. BUN atau Kreatinin
Perawatan Luka Bakar
1. fase darurat/resusitasi
2. fase akut atau intermediet
3. fase rehabilitasi
Kasus Dan Pembahasan
1. Pengkajian
Data Subjektif
Pasien mengatakan nyeri, khawatir luka lama sembuh dan meninggalkan bekas.
Data Objektif:
• Luka bakar pada area wajah: 4,5%
• Luka bakar pada dada depan: 9%
• Luka bakar pada kedua lengan: 18%
• Luka mengenai lapisan lemak dan subcutis: grade 3
• TD: 90/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR: 26x/menit
• BB: 38 kg, TB: 159 cm
• Pasien tampak menangis
• Resusitasi cairan: 4ccx38kgx31,5%= 4.788;2=2.394
• 8 jam pertama: 2.394
• 8 jam kedua: 1.197
• 8 jam ketiga: 1.197
SKENARIO KASUS
Data Objektif :
Luka bakar pada area wajah, dada depan, dan
kedua tangan
Luka bakar mengenai lapisan lemak dan subkutis
Pasien menangis
Nadi:100 x/menit RR : 26x/menit
Data Objektif :
Luka bakar pada area wajah, dada depan, dan
kedua tangan
Luka bakar mengenai lapisan lemak dan subkutis
BB: 38 kg TB: 159 cm
Masalah Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan penurunan cairan intravaskuler.
2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya respon kimia pada proses
imflamasi pada area luka bakar .
3. Ansietas berhubungan dengan luka bakar dan proses
penyembuhan luka yang lama.
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan terjadinya hipermetabolik.
INTERVENSI BERDASARKAN MASALAH YANG MUNCUL
1. Hipovolemia
Intervensi :
Manajemen hipovolemia
• Periksa tanda dan gejala hipovolemia
• Hitung kebutuhan cairan
• Berikan asupan cairan oral
• Anjurkan memperbanyak asupan oral
• Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis, hipotonis, dan koloid
Manajemen syok hipovolemik
• Monitor status cairan
• Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
• Berikan posisi syok (modified trendelenburg)
• Pasang jalur IV berukuran besar
• Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung
• Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2 L pada dewasa
• Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
2. Nyeri akut
Intervensi :
Manajemen nyeri
• Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
• Identifikasi skala nyeri
• Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
• Ajakan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
• Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Pemberian analgesik
• Identifikasi karakteristik nyeri
• Monitor tanda tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
• Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika
perlu
• Jelaskan efek terapi dam efek samping obat
• Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
3. Ansietas
Intervensi :
Reduksi ansietas
• Monitor tanda tanda ansietas
• Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
• Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
• Latih teknik relaksasi
• Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
Terapi relaksasi
• Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
• Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain,jika sesuai
• Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
KEBUTUHAN CAIRAN DAN NUTRISI PADA KASUS
a. Cairan