• Menurut the National Institutes Of General Medical Sciences, sekitar 1,1 juta luka-luka bakar yang membutuhkan perawatan medis setiap tahun
di Amerika Serikat. Diantara mereka terluka, sekitar 50.000 memerlukan rawat inap dan sekitar 4.500 meninggal setiap tahun dari luka bakar.
Ketahanan hidup setelah cedera luka bakar telah meningkat pesat selama abad kedua puluh. Perbaikan resusitasi, pengenalan agen antimikroba
topikal dan yang lebih penting praktek eksisi dini luka bakar memberikan kontribusi terhadap hasil yang lebih baik. Namun, cedera tetap
mengancam jiwa (National Institutes Of General Medical Sciences 2007).
• Permasalahan yang dialami oleh penderita luka bakar, selain komplikasi, adalah proses penyembuhan luka bakar yang lama. Epitelisasi
merupakan proses yang penting pada saat penyembuhan luka bakar karena epitel melindungi tubuh dari paparan lingkungan. Selain itu, epitel
juga berguna dalam melindungi tubuh dari invasi bakteri, trauma, dan kehilangan cairan. Semakin cepat proses repitelisasi epidermis, maka
semakin cepat proses penyembuhan luka. Oleh karena itu diperlukan suatu terapi yang dapat digunakan untuk mempercepat proses repitelisasi
epidermis pada luka bakar
Luka bakar di bagi menjadi 3 fase yaitu
tanda dan gejala dari luka bakar dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Berdasarkan kedalaman luka
a. Luka bakar deraj at I
- Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
- Kulit kering, hiperemi berupa eritema
- Tidak dijumpai bulae
- Nyeri karena ujung-ujungsaraf sensori teriritasi
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
a. Luka bakar derajat II
- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
- Dijumpai bulae
- Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi
- Dasar luka berwarnah merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal
Berdasarkan tingkat keseriusan luka
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar dapat
diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakarkarena api
b. Luka bakarkarena air panas
c. Luka bakarkarena bahan kimia
d. Luka bakarkarena listrik
e. Luka bakarkarena radiasi
f. Luka bakarkarena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalam luka bakar
a. Luka bakar deraj at I
b. Luka bakar derajat II
- Derajat II dangkal (superficial)
- Deraj at II dalam (deep)
a. Luka bakar derajat III
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
b. Luka bakar mayor
c. Luka bakar moderat
d. Luka bakar minor
1. Ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode, yaitu:
a. Rule of nine
- Kepala dan leher : 9%
- Dada depan dan belakang : 18%
- Abdomen depan dan belakang : 18%
- Tangan kanan dan kiri : 18%
- Paha kanan dan kiri : 18%
- Kaki kanan dan kiri : 18%
- Genital : 1%
TINJAUAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.I
Umur : 36 Tahun
Pendidikan : SLTA
Suku : Chaniago
Agama : Islam
1. Airway
a. Jalan nafas :
Jalan nafas paten
a. Nafas : Spontan
d. Turgor : Normal
•Disablity
b. GCS : 15 (E4V5M6)
c. Pupil : Isokor (2/2)
d. Keluhan Lain : Tidak Ada
pengkajian sekunder
1. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama
Pasien masuk melalui IGD Dengan mengalami luka bakar di ekstremitas bawah kanan dan kiri sejak pukul 10:00 WIB,pada saat
pengkajian klien mengatakan kronologi kejadian luka bakar ini di sebabkan karna,awalnya klien hanya ingin membakar setumpuk sampah
dengan mengunakan minyak bensin posisi klien pada saat membakar sampah itu sedang duduk jongkok dengan memegang botol yang berisi
minyak bensin ,tanpa di sadari api menjalar ke botol yang berisi minyak bensin tersebut,lalu klien terkejut api lansung menjalar ke kedua
kaki,kaki kanan dan kaki kiri.
B.Riwayat Kesehatan sekarang
Pasien tampak terkena luka bakar, kaki bengkak,pada luka terdapat cairan,luka di rawat terbuka mengunakan salaf, dengan luka derajat 2
(partial thickness), proposi luas luka bakar 18 % (Right light ),luka tampak berwarna hitam,tidak terdapat penggunaan otot bantu napas,
napas pasien spontan dengan RR 20x/menit. Pasien terpasang RL 2 kolf/24jam pada ekstremitas atas kiri. Akral hangat dengan CRT <2 detik.
Kesadaran pasien composmentis dengan GCS 15 (E4V5M6), N: 110x/menit, TD: 135/84 mmHg, S: 37o, SpO2: 98%. BB pasien 58 kg dan
TB 160 cm.
C.Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada saat di lakukan Pasien mengatakan ia memiliki riwayat penyakit Tipus pada tahun 2016 yang lalu,pada saat menderita
penyakit tersebut pasien mengatakan ia tidak dirawat.
D.Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada saat di lakukan pengkajian klien mengatakan keluarga tidak ada penyakit seperti yang di alami pasien sekarang.klien juga
mengatakan keluarga juga tidak ada penyakit turunan seperti DM (diabetes melitus ) atau hipertensi .
Pemeriksaan Fisik Pada Pasien
1. Pemeriksaan kepala
a. Inspeksi : Normochepal, bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada penonjolan tulang, rambut dan
kulit kepala bersih, warna rambut hitam, penyebaran rambut merata, skabies (-), ketombe (-), rambut
tipis, tidak berbau.
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ubun-ubun datar, pembengkakan (-), tekstur rambut normal, rambut
tidak mudah di cabut
2. Pemeriksaan wajah
a. Inspeksi : simetris, anikterik, ruam (-), tidak ada kelumpuhan otot-otot fasialis,
b. Palpasi : tidak ada penonjolan tulang, tidak ada nyeri tekan pada zygomatikum, tidak ada
massa/tumor, edema (-), krepitasi (-)
3. Pemeriksaan mata
a. Inspeksi : simetris kiri dan kanan, alis mata dan bulu mata simetris, ada lingkaran pupil isokor
Pemeriksaan telinga
a. Inspeksi : bentuk daun telinga normal, posisi simetris kiri dan kanan, membran telinga utuh,
kemampuan mendengar baik, tidak ada penggunaan alat bantu dengar, serumen (-), lesi (-)
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
pembengkakan massa.
Pemeriksan Hidung
a. Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada terpasang alat bantu nafas, bentuk tulang hidung
dan septum normal, deformitas (-), mukosa hidung normal, tidak ada penumpukan sekret, aliran
pengeluaran udara kiri dan kanan normal, pernapasan cuping hidung (-), lesi (-), polip (-), warna
kulit kemerahan (-), perdarahan (-), ketajaman penciuman normal.
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan massa
c. Perkusi : tidak ada nyeri ketuk di sekitar sinus
5. Pemeriksaan mulut dan bibir
a. Inspeksi : simetris, deformitas (-), mukosa merah muda dan lembab, lesi di
sekitar bibir (-), stomatitis (-), gigi tidak lengkap, lidah kotor, tidak ada bau
nafas, edema pada gusi (-), ukuran tonsi T1, T1 (normal), palatum lengkap,
lendir (-), suara pasien jelas, dan tidak ada tanda-tanda infeksi
b . Palpasi : palpasi pada palatum normal, nyeri tekan (-), tidak ada nyeri tekan di
sekitar maksilaris dan mandibularis, tidak ada pembengkakan/massa di sekitar
maksilaris dan mandibularis.
6. Pemeriksaan leher
a. Inspeksi : simetris, lesi (-), pergerakan leher normal, jaringan parut (-), perubahan warna
kulit (-), tidak ada kaku kuduk, terlihat denyut nadi karotis, tidak tampak pembengkakan di
sekitar leher
b. Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid tidak teraba, tidak ada
pembesaran tiroid, posisi trakea teraba normal, tidak ada pergeseran trakea, tidak ada nyeri
tekan, refleks menelan normal, JVP 5 cm H2O
7. Pemeriksaan Aksila
a. Inspeksi : simetris kiri dan kanan, lesi (-), tak tampak pembesaran kelenjar limfe aksila
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada aksila, tidak teraba benjolan massa pada aksilla, tidak
teraba pembesaran kelenjar limfe aksila
8. Pemeriksaan Paru dan Thorak
a. Inspeksi : Normal chest, tidak ada nyeri di dada pasien, eupneu, RR 20x/i, kedalaman
napas norm
b. al, irama pernapasan regular, bentuk postur normal, lesi (-), kemerahan (-), edema (-),
memar (-).
b. Palpasi : integritas kulit kering, temperature kulit hangat, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan massa, ekspansi paru simetris, taktil fremitus teraba sama antara kanan dan
kiri.
c. Perkusi : perkusi paru sonor
d. Auskultasi : suara nafas pada daerah bronkus tidak ada suara napas tambahan stridor (-/-),
ronkhi (-/-), wheezing (-/-) dan suara nafas paru vesikuler.
10. Periksaan Jantung
a. Inspeksi : Bentuk precordial normal dan simetris, pulsasi apex cordis (ictus cordis) Normal, nampak pada ICS 5 Mid Clavicula
selebar 1 cm (selebar ibu jari), tidak tampak pulsasi pada daerah katup aorta, katup pulmonalis, katup trikuspidalis dan katup
bikuspidalis.
b. Palpasi : HR 110 x/i denyut jantung teraba reguler, palpasi pada ictus cordis teraba.
c. Perkusi : batas kiri jantung suara sonor ke redup dengan bagian atas adalah ICS II mid sternalis (pinggang jantung), bagian bawah
adalah ICS V kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri (tempat iktus), batas kanan jantung suara sonor ke redup dengan bagian atas
adalah ICS II kanan linea parasternalis kanan, bagian bawah adalah ICS III-IV kanan, di linea parasternalis kanan.
d. Auskultasi : S1 pada :
1) ICS IV linea sternalis kiri (Tricuspidalis) terdengar LUB
2) pada ICS V Mid Clavicula (Bicuspidalis) terdengar LUB
S2 pada:
1) ICS II linea sternalis kanan (Aorta) terdengar DUB
2) ICS II atau III linea sternalis kiri (Pulmonal) terdengar DUB.
Irama jantung terdengar reguler, intensitas bunyi jantung pada S1 daerah bikuspidalis dan trikuspidalis lebih tinggi di bandingkan S2 pada
Aorta dan Pulmonal, Tidak ada suara jantung S3 dan S4, murmur (-).
1. Pemeriksaan Abdomen (Perut)
a. Inspeksi : simetris, tidak membusung, spider naevi (-), anikterik, asites (-), kulit di
sekitar bawah pusar tampak memerah dan mengelupas, distensi (-), gerakan dinding
abdomen normal, tak tampak pembesaran organ dan massa.
b. Auskultasi : bising usus 16x/i, suara bising usus terdengar sedikit panjang dan keras
sesekali.
c.Palpasi : tidak terdapat nyeri lepas pada ulu hati, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba
pembengkakan/massa, turgor kulit baik.
d.Palpasi Hepar : pada saat pasien inspirasi hepar di palpasi tidak terdapat nyeri tekan,
hepar teraba lunak, tidak teraba pembesaran pada hepar, permukaan hepar
e. Palpasi Lien : saat di palpasi bimanual limpa tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba
pembesaran limpa, limpa teraba lunak
f.Palpasi Ginjal : ginjal tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran
massa, tidak ada nyeri lepas
g.Perkusi : perkusi secara umum normal, suara perkusi tympani, tidak terdapat shifting
dullnes
Perkusi Hepar : suara pekak
Perkusi limpa : suara pekak
Perkusi ginjal : suara pekak
12. Pemeriksaan Genitalia
a. Inspeksi : tidak terpasang kateter, penyebaran dan kebersihan
rambut pubis normal, tidak tampak pembengkakan dan pembesaran
pada area testis, tidak ada gangguan ereksi dan ejakulasi.
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa dan
benjolan pada sekitar testis dan anus.
13. Pemeriksaan Ekstermitas Atas (Bahu, Siku, Tangan, kuku)
a. Inspeksi : Terpasang infus NACL 0,9 % 8jam/kolf di ekstremitas atas
sinistra., Sianosis (-), ikterik (-), kulit kering, range of motion aktif, kekuatan
otot normal, edema (-), kekuatan otot
555I555
b. Palpasi : normal, turgor kulit baik, tidak teraba pembengkakan, tidak ada
nyeri tekan pada area flebitis/memar, CRT <2 detik, akral teraba hangat.
14. Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki
dan kuku)
a. Inspeksi : struktur muskuloskletal simetris kiri dan kanan, ROM pasif, kekuatan
otot berkurang, lesi (+),combustion (+), kekuatan otot
555 I 555
333 I 333
Pada saat di lakukan pengkajian (20 januari 2023 ) klien mengeluh nyeri dan tampak
menahan nyeri,terdapat luka bakar pada ektremitas bawah yaitu kaki kanan dan kaki
kiri,luka tampak berwarna hitam dan beresi cairan,Sebagian kulit melepuh dan berisi
cairan,nyeri hilang timbul,skala nyeri 8 dari (0-10),takut bergerak karna nyeri pada
daerah luka bakar,tampak lemas,klien merasa khwatir dengan kondisi luka yang di
hadapinya saat ini.
b. Palpasi : akral teraba hangat , CRT < 2 detik,
Pemeriksaan penunjang
1.Pemeriksaan labor
NEUT# 11.36 103/uL N 1.8-8
LYMPH# 1.53 1 03/uL N 0.9-5.2
PDW 11.2 fL
MPV 9.8 fL
P-LCR 23.8%
PCT 0.26%
Pemeriksaan Elektrolit
Urinalisa
Kimia Urine
Protein +
PDW 11.2 fL
MPV 9.8 fL
P-LCR 23.8%
PCT 0.26%
Pemeriksaan Elektrolit
Urinalisa
Kimia Urine
Protein +
Berdasarkan analisa kasus pada klien dengan diagnosa medis luka bakar
ditemukan tiga diagnosa keperawatan antara lain yaitu,ganguan integritas
kulit/jaringan,nyeri akut,ganguan citra tubuh.
A . Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan Rumah Sakit dapat menyusun Standar Operasional Prosedur
tentang intervensi dan implementasi terbaru dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien luka bakar sebagai acuan bagi perawat.
2. Bagi Perawat Rumah Sakit
Diharapkan dapat mengaplikasikan intervensi dan implementasi terbaru dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien luka bakar
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada pihak institusi pendidikan untuk dapat mengembangkan
intervensi dan implementasi terbaru dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien luka bakar yang dapat digunakan untuk meningkatkan saturasi
oksigen dan mencegah terjadinya peningkatan TIK.