Anda di halaman 1dari 15

Subyektif Pasien anak perempuan usia 4 tahun dibawa oleh kakek dan neneknya datang ke IGD RS Dr.

Bratanata Jambi dengan keluhan luka bakar pada wajah, dada, dan lengan kiri karena terkena api sejak 3 hari SMRS. Tiga hari SMRS, saat nenek pasien menyalakan lampu petromax tibatiba lampu tersebut meledak dan menyambar pasien yang sedang lewat dan mengenai wajah, dada, dan lengan kiri pasien. Pada saat kejadian pasien menggunakan kaos lengan panjang, sehingga api sempat membakar pakaian pasien. Setelah kejadian, keluarga pasien membawa pasien ke praktek dokter terdekat. Di tempat tersebut pasien diberikan pertolongan pertama dengan perawatan luka dan diberi obat pulang antara lain obat penurun panas, antibiotik, salep, serta edukasi untuk banyak minum. Saat di praktik dokter tersebut pasien tidak disuntikkan ATS. Ke esokan harinya, pasien baru dibawa ke IGD RS Dr. Bratanata jambi Nyeri (+) pada daerah yang terbakar, terkurung dalam ruangan (-), menghirup asap (-), demam (-), sesak nafas (-), pingsan (-), pusing (-), mual (-), muntah (-).

Obyektif 1. Pemeriksaan fisik: Keadaan umum : tampak sakit sedang Kesadaran Tanda vital : Nadi Suhu BB : 11 kg Status generalis : : 120 x/menit : 37 c Frekuensi Pernapasan : 29 x/menit : Compos mentis GCS 15

Kepala Bentuk Rambut Wajah Mata Hidung : Normocephali, simetris : Hitam, lurus, rambut terbakar (-), penyebaran merata, tidak mudah dicabut : Tampak krusta pada hidung, pipi kiri, serta bagian pinggir bibir atas : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, lensa jernih, pupil isokor, reflek cahaya (+/+) : bulu hidung terbakar (-), nafas cuping hidung -/- , septum deviasi (-),
3

sekret -/-, mukosa hiperemis(-) Mulut Leher : Bibir kering (+), edema (+), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), faring tidak hiperemis (-) : trahea ditengah, KGB tidak teraba membesar Thoraks Paru Inpeksi Palpasi Perkusi : Bentuk dada normal, pergerakan nafas kanan kiri simetris, retraksi (-), luka bakar pada dada kiri : Fremitus sulit dilakukan : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru, wheezing -/-, ronki -/Inspeksi Palpasi Perkusi : Iktus kordis tidak terlihat : Iktus kordis teraba di ICS V 2 cm medial dari linea midklavikula sinistra : Batas jantung dalam batas normal

Jantung

Auskultasi: Bunyi jantung I - II reguler murni, murmur (-), gallop (-) Inspeksi Palpasi Perkusi : Perut datar, simetris : Supel, asites (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba : Timpani : Akral hangat, edema (-), CRT <2, status lokalis

Abdomen Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas Status lokalis - Wajah - Dada

: 1%, tampak krusta pada hidung, : 2 %, hiperemis, tepi luka

pipi kiri, serta bagian pinggir bibir atas kehitaman, bullae (-), nyeri (+) saat penekanan - Lengan kiri atas : 2 %, hiperemis, bullae (-), nyeri (+) saat penekanan - Lengan kiri bawah : 1 %, dasar luka berwarna putih, bullae (-), nyeri (+) saat penekanan - Jari dan punggung tangan kiri: 1% , dasar luka berwarna putih,
4

bullae (-), nyeri (+) saat penekanan - Total 2. Pemeriksaan penunjang: Laboratorium : Tanggal 01 03 2013 Darah Lengkap Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit MCV MCH MCHC RDW Gol Dar/ RH MIX (Eo Mo Ba) Limfosit Netrofil DDR Kimia Darah BUN CR-S Ureum Elektrolit Calsium Natrium Kalium Chlorida 11 0,30 23,5 7,5 139,0 4,40 104,0 15 40 mg/dL 0,50 1,10 mg/dL 10,0 50,0 mg/dL 8,5 10,5 mg/dL 135,0 155,0 mmol/L 3,60 5,50 mmol/L 95,0 108,0 mmol/L Hasil 11,7 35,10 14000 323000 83,0 28,9 35 12,7 (0) / (+) 12,6 14,7 72,7 Plasmodium ditemukan tidak 3 10 % 20 40 % 40 70 % Nilai normal 11 - 16 g/dL 35 47 % 4000 = 11000 /L 150000 450000 /L 80 100fl 26 34 pg 32 36 g/dL 11 16 % :8%

Assessment Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka
5

bakar merupakan salah satu jenis trauma yang mempunyai angka morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok ) sampai fase lanjut. Pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, dan lebih rentan untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan). Dalam perjalanan penyakit dibedakan 3 fase pada luka bakar, yaitu : 1. Fase awal, fase akut, fase syok Pada fase ini problem yang berkisar pada gangguan saluran nafas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini juga terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit, akibat cedera termis yang bersifat sistemik. 2. Fase setelah syok berakhir / diatasi / fase subakut Fase ini berlangsung setelah syok berakhir / dapat di atasi. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) dapat menimbulkan masalah, yaitu : a. Proses inflamasi Proses inflamasi yang terjadi pada luka bakar berbeda dengan luka sayat elektif; proses inflamasi di sini terjadi lebih hebat disertai eksudasi dan kebocoran protein. Pada saat ini terjadi reaksi inflamasi lokal yang kemudian berkembang menjadi reaksi sistemik dengan dilepaskannya zat-zat yang berhubungan dengan proses immunologik, yaitu kompleks lipoprotein (lipid protein complex, burn-toxin) yang menginduksi respon inflamasi sistemik (SIRS = Systemic Inflammation Response syndrome). b. Infeksi yang dapat menimbulkan sepsis c. Proses penguapan cairan tubuh disertai panas / energi ( evaporative heat loss) yang menyebabkan perubahan dan gangguan proses metabolisme. 3. Fase lanjut Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbul penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena kerapuhan jaringan atau organ-organ stuktural. Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu tinggi, adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar derajat I, II, atau III: Derajat I
6

Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn. Derajat II Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya jaringan yang masih sehat tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri. Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi full-thickness burn atau luka bakar derajat III. Derajat III Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula.

Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:

Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.

Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa Pada dewasa digunakan rumus 9, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa. Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.

Metode Lund dan Browder Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan pada anak.

Berdasarkan berat-ringannya luka bakar (American Burn Association): 1. Luka Bakar Berat ( Major Burn Injury ) o Derajat II, terbakar >25% area permukaan tubuh pada dewasa o Derajat III, terbakar >25% area permukaan tubuh pada anak-anak o Derajat III, terbakar >10% area permukaan o Kebanyakan meliputi tangan, muka, mata, telinga, kaki atau perineum Kebanyakan pasien meliputi : - Luka inhalasi - Luka elektrikal - Luka bakar dengan komplikasi trauma 2. Luka Bakar Sedang - Derajat II, terbakar 15-25% area permukaan tubuh pada dewasa - Derajat II, terbakar 10-20% are permukaan tubuh pada anak-anak - Derajat III, terbakar <10% area permukaan tubuh. 3. Luka Bakar Ringan - Derajat II, terbakar <15% area permukaan tubuh pada dewasa - Derajat II, terbakar <10% area permukaan tubuh pada anak-anak
9

- Derajat III, terbakar <2% area permukaan tubuh. Indikasi rawat inap : 1. 2. 3. 4. Derajat 2 lebih dari 15% pada dewasa, dan lebih dari 10% pada anak Derajat 2 pada muka, tangan, kaki, perineum Derajat 3 lebih dari 2% pada dewasa, dan setiap derajat 3 pada anak Luka bakar yang disertai trauma visera, tulang, dan jalan napas Secara sistematik penatalaksanaan dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning. Cooling : o Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air dingin yang mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar o Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi o Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia o Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir. Cleaning : pembersihan luka tergantung dari derajat berat luka bakar, kriteria minor cukup dilakukan dengan zat anastesi lokal, sedangkan untuk kriteria moderate sampai major dilakukan dengan anastesi umum di ruang operasi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang. Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial partial thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyusui dengan bayi kurang dari 2 bulan.
10

Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, akan menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi. Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa : - Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg - Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus - Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC (Airway, Breathing, Circulation). Airway and Breathing Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap. Circulation Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh. Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan

11

pada bayi dengan luka bakar. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu 0,5-1cc/kgBB/jam. Komplikasi yang terjadi pada luka bakar, diantaranya : 1. Syok hipovolemik Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan yang masuk ke bula pada luka bakar derajat II dan pengeluaran cairan dari kropeng pada luka bakar derajat III . Bila luas luka bakar < 20% biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasi tetapi bila > 20 % terjadi Syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin , berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan lahan dan maksimal pada delapan jam. 2. Udem laring Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bila luka terjadi di muka,. Dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas , asap, uap panas yang terhisap, udem yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena udem laring. Gejala yang timbul adalah sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap karena jelaga. Setelah 12 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi dan penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah . ini ditandai dengan meningkatnya diuresis. 3. Keracunan gas CO Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda-tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila > 60 % hemoglobin terikat dengan CO, penderita dapat meninggal. 4. SIRS (systemic inflammatory respone syndrome)
12

Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit untuk mengalami penyembuhan karena tidak terjangkau oleh pembuluh darah kapiler yang mengalami trombosis. Kuman penyebab infeksi berasal dari kulitnya sendiri, juga dari kontaminasi kuman dari saluran nafas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya berbahaya karena banyak yang sudah resisten terhadap antibiotik. 5. MOF (Multi Organ Failure) Adanya perubahan permeabilitas kapiler pada luka bakar menyebabkan gangguan sirkulasi. Di tingkat seluler, gangguan perfusi menyebabkan perubahan metabolisme. Pada tahap awal terjadi proses perubahan metabolisme anaerob yang diikuti peningkatan produksi dan penimbunan asam laktat menimbulkan asidosis. Dengan adanya gangguan sirkulasi dan perfusi, sulit untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel, iskemi jaringan akan berakhir dengan nekrosis. Gangguan sirkulasi makro menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan jaringan organ penting terutama otak, hepar, paru, jantung, ginjal, yang selanjutnya mengalami kegagalan menjalankan fungsinya. Dalam mekanisme pertahanan tubuh, terjadi gangguan pada sistem keseimbangan tubuh (homeostasis), maka organ yang dimaksud dalam hal ini adalah ginjal. Dengan adanya penurunan atau disfungsi ginjal ini, beban tubuh semakin berat. Resusitasi cairan yang inadekuat pada fase ini menyebabkan berjalannya proses sebagaimana diuraikan diatas. Sebaliknya bila terjadi kelebihan pemberian cairan (overload) sementara sirkulasi dan perifer tidak atau belum berjalan normal, atau pada kondisi syok; cairan akan ditahan dalam jaringan paru yang manifestasi klinisnya tampak sebagai edema paru yang menyebabkan kegagalan fungsi paru sebagai alat pernafasan, khususnya pertukaran oksigen dengan karbondioksida, kadar oksigen dalam darah sangat rendah, dan jaringan hipoksik mengalami degenerasi yang bersifat irreversible. Selsel otak adalah organ yang paling sensitive; bila dalam waktu 4 menit terjadi kondisi hipoksik, maka selsel otak mengalami kerusakan dan kematian; yang menyebabkan kegagalan fungsi pengaturan di tingkat sentral. Sementara edema paru juga merupakan beban bagi jantung sebagai suatu pompa. Pada mulanya jantung menjalankan mekanisme kompensasi, namun akhirnya terjadi dekompensasi. 6. Kontraktur
13

Kontraktur merupakan salah satu komplikasi dari penyembuhan luka, terutama luka bakar. Kontraktur adalah jenis scar yang terbentuk dari sisa kulit yang sehat di sekitar luka, yang tertarik ke sisi kulit yang terluka. Kontraktur yang terkena hingga lapisan otot dan jaringan tendon dapat menyebabkan terbatasnya pergerakan. Pada tahap penyembuhan luka, kontraksi akan terjadi pada hari ke-4 dimana proses ini bersamaan dengan epitelisasi dan proses biokimia dan seluler dari penyembuhan luka. Kontraktur fleksi dapat terjadi hanya karena kehilangan lapisan superfisial dari kulit. Biasanya dengan dilakukan eksisi dari jaringan parut yang tidak elastik ini akan menyebabkan sendi dapat ekstensi penuh kembali. Pada luka bakar yang lebih dalam, jaringan yang banyak mengandung kolagen akan meliputi neurovascular bundles dan ensheathed flexor tendons, juga permukaan volar dari sendi akan mengalami kontraksi atau perlekatan sehingga akan membatasi range of motion. Kontraktur yang disebabkan oleh hilangnya kulit atau luka bakar derajat III pada daerah persendian harus segera dilakukan skin grafting. Tips pencegahan luka bakar: 1. Jauhkan sumber panas (korek api, kompor, listrik, lampu minyak, bahan kimia) dari jangkauan anak-anak 2. Jangan tinggalkan sumber api tanpa pengawasan. 3. Gunakan pelindung tangan (sarung tangan) pada saat memegang benda panas atau bahan kimia. 4. Gunakan sarung tangan karet dan alas kaki bersol kering jika sedang memperbaiki atau bekerja dengan alat elektronik, terutama yang bertekanan tinggi. 5. Gunakan krim peindung ultraviolet (sun block) pada kulit bila terpapar sengatan matahari. 6. Hindari berada pada tempat terbuka pada saat hujan petir. Hindari berlindung dibawah pohon di lapangan, meski demikian hutan merupakan tempat perlindungan yang aman. Plan Diagnosis masuk : Combustio 8% Diagnosis pulang : Cobustio 8% Grade II Regio Facialis, Thorax dan Humeri Sinistra. Pengobatan selama perawatan di RS:
14

- UGD IVFD Ringer Laktat 15 tetes/menit Inj Cefotaxim 2 x 400 mg Inj ATS (skin test dahulu) Bunazin Oint Konsul dr Deden SpB - Rawat Inap IVFD KAEN 1B 500ml + Ketorolac 30 mg = 15 tetes/menit Inj Cefotaxime 2 x 500 mg Paracetamol syr 3 x 1 cth Rawat luka dengan Burnazin Ganti verband tiap hari dgn Mebo, sebelumnya mandi dengan air + detol

Penatalaksanaan 1. Tirah Baring 2. Medikamentosa O2 4L/menit nasal kanul IVFD Ringer Laktat 15 tetes/menit Morphine intravena 1,1mg dengan dosis titrasi bolus Inj ATS (skin test dahulu) Inj Cefotaxime 2 x 500 mg Paracetamol puyer 3 x 250 mg Rawat luka dengan perawatan terbuka Mebo cream Awasi produksi urin (1 cc/KgBB/Jam) 3. Diet TKTP 4. Rehabilitasi dan Fisioterapi

Pendidikan : - Edukasi perawatan luka untuk mencegah kontraktur - Fisioterapi untuk memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi.
15

Kontrol : Kegiatan Periode Hindari udara panas Selama perawatan Jangan terlalu tegang pada Selama perawatan luka bakar yang berada di ekstremitas Nasihat Setiap kali kunjungan Hasil yang diharapkan Mencegah penguapan Pencegahan timbulnya kontraktur Memantau kemajuan terapi dan menghindari komplikasi Follow Up Demam Nyeri pd luka bakar Keadaan umum Kesadaran Nadi Nafas Suhu Status generalis Status lokalis 2/03/2013 3/03/2013 4/03/2013 (+) (+) (+) (+) (+) (+) Tampak sakit sedang Tampak sakit sedang Tampak sakit sedang Compos mentis Compos mentis Compos mentis 107x/mnt 102x/mnt 100x/mnt 29x/mnt 24x/mnt 20x/mnt o o 37 C 37 C 37oC Dbn dbn dbn I : tampak luka bakar I : tampak luka bakar I : tampak luka bakar yg mulai menghitam, yg mulai menghitam, yg mulai menghitam, hiperemis (+), edema hiperemis (+), edema hiperemis (+), edema (-), pus (-) Diagnosis Terapi (-), pus (-) (-), pus (-) Pa : nyeri tekan (+) Combustio 8% Gr II Th/Lanjutkan Pasien pulang APS Edukasi perawatan luka d rumah Pa : nyeri tekan (+) Pa : nyeri tekan (+) Combustio 8% Gr II Combustio 8% Gr II IVFD KAEN 1B Th/ Lanjutkan 500ml + Ketorolac 30 mg = 15 tetes/menit Inj Cefotaxime 2 x 500 mg Paracetamol syr 3 x 1 cth Rawat Burnazin Ganti verband tiap hari dgn Mebo, sebelumnya mandi dengan air + detol
16

luka

dengan

Prognosis Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam : dubia Quo ad sanationam : dubia

17

Anda mungkin juga menyukai