Anda di halaman 1dari 8

Laporan pendahuluan pasien combustion

Hariz saputra

Definisi
Menurut Arif Mutaqqin (2011) Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk
luka-luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (escar) yang tetap
berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Menurut Sunita Almatsia, (2004) Luka
bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh yang disebabkan oleh suhu tinggi yang
menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme. Sedangkan menurut Pierce dan Neil,
(2006) Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu atau
termal.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa luka bakar merupakan
respon kulit terhadap suatu rangsangan dari luar berupa suhu panas yang mengakibatkan
kerusakan jaringan dan sitem metabolisme tubuh.

Etiologi
1. Menurut Arif Mutaqqin (2011) Penyebabnya luka bakar dapat dibagi dalam
beberapa jenis, meliputi hal-hal berikut ini.
2. a. Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya: teko atau
minuman).
3. b. Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak.
4. c. Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang, dan api yag disebabkan oleh
merokok di tempat tidur.
5. d. Benda panas (misalnya radiator).
6. e. Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari).
7. f. Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik.
8. g. Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang sering
menghasilkan kerusakan kulit yang luas

Patofisiologi
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025m 2 pada dewasa. Bila kulit
terbakar akan terjadi peningkatan permeabilitas karena rusaknya pembuluh darah kapiler, dan
area-area sekitarnya. Sehingga terjadi kebocoran cairan intrakapiler ke intertisial sehingga
menimbulkan udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit.
Kulit terbakar juga berakibat kurangnya cairan intravaskuler. Bila kulit terbakar > 20%
dapat terjadi syok hipovolemik dengan gejala: gelisah, pucat, akral dingin, berkeringat, nadi
kecil, cepat, TD menurun, produksi urin berkurang dan setelah 8 jam dapat terjadi
pembengkakan. Saat pembuluh darah kapiler terpajan suhu tinggi, sel darah ikut rusak sehingga
berpotensi anemia. Sedangkan bila luka bakar terjadi di wajah dapat terjadi kerusakan mukosa
jalan napas karena asap, gas, atau uap panas yang terhirup, oedema laring menyebabkan
hambatan jalan napas yang mengakibatkan sesak napas, takipnea, stridor, suara parau, dan dahak
bewarna gelap. Selain itu dapat juga terjadi keracunan gas CO 2, karena hemoglobin tidak mampu
mengikat O2 ditandai dengan lemas, binggung, pusing, mual, muntah dan berakibat koma bahkan
meninggal dunia.
Luka bakar yang tidak steril mudah terkontaminasi dan beresiko terkena infeksi kuman
gram (+) dan (-) contohnya pseudomonas aeruginosa di tandai dengan warna hijau pada kasa
penutup luka bakar. Infeksi ysng tidak dalam (non invasif) ditandai dengan keropeng dan nanah.
Infeksi invasif ditandai dengan keropeng yang kering, dan jaringan nekrotik.
Bila luka bakar derajat I dan II sembuh dapat meninggalkan jaringan parut. Sedangkan
pada luka bakar derajat III akan mengalami kontraktur. Pada luka bakar berat akan dapat
ditemukan ileus paralitik dan stress pada luka bakar berat ini akan mudah mengalami tukak di
mukosa lambung tukak Curling dan apabila ini berlanjut kan menimbulkan ulcus akibat
nekrosis mukosa lambung. Kecacatan pada luka bakar hebat terutama pada wajah beresiko
mengalami beban jiwa yang menimbulkan gangguan jiwa yang disebut schizophrenia.

Manifestasi klinis
Dalam manifestasi klinis luka bakar digolongkan dalam pengklasifikasian. Menurut Sunita
Almatsia, (2004) pengklasifikasian luka bakar adalah sebagai berikut:
a. Kedalaman Luka Bakar
Pengaruh panas terhadap tubuh, di kenal dengan derajat luka bakar I sampai dengan III
1) Derajat I
Adalah luka bakar dimana terjadi kematian pada lapisan atas epidermis kulit disertai dengan
pelebaran pembuluh darah sehingga kulit tampak kemerah-merahan
2) Derajat II
Adalah derajat luka bakar dimana terjadi kerusakan epidermis dan dermis sedangkan pembuluh
darah dibawah kulit menumpuk dan mengeras. Selain timbul warna kemerah-merahan pada kulit
juga timbul gelembung-gelembung pada luka.
3) Derajat III
Adalah derajat luka bakar dimana terjadi kerusakan seluruh epitel kulit (epidermis, dermis, kutis)
dan otot pembuluh darah mengalami nombisit.
b. Luasnya Luka Bakar
Menurut Sunita Almatsia, (2004) Luasnya luka bakar merupakan luasnya permukaan tubuh yang
terkena panas. Luka bakar dinyatakan dalam persen luas tubuh untuk dewasa, perkiraan luas
tubuh yang terkena didasarkan pada bagian tubuh yang t yang terkena menurut rumus 9 (rule
of nine) yang dikembangkan walace (1940), yaitu:
1) Kepala 9 %
2) Tubuh bagian depan 18%
3) Tubuh bagian belakang 18%
4) Ekstremitas atas 18%
5) Ekstremitas kanan 18%
6) Ekstremitas kiri 18%
7) Organ genital 1%
Total 100%
Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2) Kedalaman luka bakar.
3) Anatomi lokasi luka bakar.
4) Umur klien.
5) Riwayat pengobatan yang lalu.
6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.
American college of surgeon membagi dalam:
1) Parah critical:
a) Tingkat II : 30% atau lebih.
b) Tingkat III : 10% atau lebih.
c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
2) Sedang moderate:
a) Tingkat II : 15 30%
b) Tingkat III : 1 10%
3) Ringan minor:
a) Tingkat II : kurang 15%
b) Tingkat III : kurang 1%

Pemeriksaan penunjang
Menurut Marylin E. Doenges, (2000) Pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada
pasien dengan luka bakar adalah:
a. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Initerutama penting untuk
memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jampertama karena peningkatan kalium dapat
menyebabkan henti jantung.
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera
inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka
bakar ketebalan penuh luas.
f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
i. complete blood cell count (CBC)
j. blood urea nitrogen (BUN),
k. serum glucose
l. elektrolit
m. arterial blood gases
n. serum protein
o. albumin
p. urine cultures
q. urinalysis
r. pembekuan darah
s. pemeriksaan servikal
t. kultur luka

Penatalaksanaan :
a) Menurut derajat Luka Bakar.
Derajat 1 : cuci larutan antiseptik dan beri analgesik. Bila mengenai daerah muka, genital rawat inap.
Derajat 2 : inj. TAS 1500 IU im atau inj. Tetanus Toksid (TT) 1 ml im.
Derajat 2 : tidak luas tetapi terbuka : dicuci dengan larutan antiseptik, ditutup kasa steril, beri zalf
levertran. Bila tidak ada tanda infeksi, kasa diganti tiap 2 minggu.
Derajat 3 : rujuk ke RSUD dengan infus terpasang.
b) Menurut Berat Luka Bakar
Ringan tanpa komplikasi : berobat jalan
Sedang : sebaiknya rawat inap untuk observasi
Berat : rujuk ke RSUD dengan infus terpasang.
c) Indikasi Rawat Inap
Luka bakar didaerah wajah dan leher
Luka bakar didaerah tangan
Luka bakar di daerah mata
Inhalasi
Luka bakar bisa membuat seseorang menderita, bahkan meninggal. Semua ini tergantung
derajat kedalaman dan kerusakan jaringan yang diakibatkan luka bakar itu. Misalnya kita harus
memberikan perhatian pada luas dan bagian tubuh yang terbakar. Luas luka yang lebih dari 25
persen permukaan tubuh harus diwaspadai. Demikian juga halnya dengan bagian tubuh yang
penting, misalnya wajah, jalan nafasm leher, dan alat kelamin.
d) Perawatan
Terdapat tiga prioritas penting dalam perawatan luka bakar ringan.
Selalu dahulukan tindakan medis dan bedah. Sebagai contoh dalam menghadapi seorang pasien
yang mengalami kesulitan bernafas, prioritas pertama kita ialah mengatasi msalah pernafasan.
Setelah tuntas dengan urusan emergency, baru kita berupaya memeprtahankan bentuk dan fungsi
bagian tubuh yang terkena luka bakar.
Prioritas berikutnya ialah upaya mencintapkan penampakan jaringan parut sebaik mungkin. Hal
ini merupakan problem utama dari pasien-pasien luka bakar. Upaya terpenting yang bisa
dikaerjakan ialah dengan pemberian tekanan diatasnya selama 6 12 bulan.
Pasien dapat menunggu terjadinya pertumbuhan kulit baru. Penantian ini umunya
memakan waktu yang lebih lama. Lternatif yang lebih cepat ialah dengan skin graft (cangkok
kulit).
Cara ini dikerjakan dengan mengambil kulit dari suatu bagian tubuh yang kemudian
ditanam pada daerah yang memerlukan. Lokasi pengambilan (donor site) biasanya di daerah
paha karena ini lebar dan gampang sembuh. Agar pertumbuhan terjadi, dibutuhkan beberapa
syarat.
Kulit donor haruslah kulit yang sehat. Lokasi resipien (tempat donor ditanam) mesti
memiliki jaringan pembuluh darah yang baik. Jika tidak, kulit donor tidak akan bisa tumbuh.
Stetelah kulit donor diletakkan, satu-satunya hal yang mesti dikerjakan ialah membiarkannya.
Jangan memberi tekanan apapun. Kita hanya melindungi cangkok tersebut dan menantinya
tumbuh. Umumnya petumbuhan akan terjadi dalam 4 -7 hari.
e) Pengobatan
Sekitar 85% luka bakar bersifat ringan dan penderitanya tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Untuk membantu menghentikan luka bakar dan mencegah luka lebih lanjut, sebaiknya lepaskan
semua pakaian penderita. Kulit segera dibersihkan dari bahan kimia (termasuk asam, basa dan
senyawa organik) dengan mennguyurnya dengan air.
Penderita perlu dirawat di rumah sakit jika :
Luka bakar mengenai wajah, tangan, alat kelamin atau kaki
Penderita akan mengalami kesulitan dalam merawat lukanya secara baik dan benar di rumah
Penderita berumur kurang dari 2 tahun atau lebih dari 70 tahun
Terjadi luka bakar pada organ dalam

KOMPLIKASI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR


1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka
bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume
darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi
aliran darah sehingga terjadi iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah
mengancam jiwa pasien.
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka
bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi
sekunder akibat stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh
darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan
tanda-tanda ulkus curling.
5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang terjadi
sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental
berubah, perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada tekanan darah,
curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi.
6. Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang tidak adekuat
khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.

Anda mungkin juga menyukai