Oleh :
Muhammad Redyansyah
P07120220027
Menyetujui,
……………………… ………………………
A. Definisi
Menurut Arif Mutaqqin (2011) Luka bakar merupakan luka yang unik
diantara bentuk luka-luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar
jaringan mati (escar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu
yang lama. Menurut Sunita Almatsia, (2004) Luka bakar adalah kerusakan
jaringan permukaan tubuh yang disebabkan oleh suhu tinggi yang
menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme. Sedangkan menurut
Pierce dan Neil, (2006) Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan
subkutan terhadap trauma suhu atau termal. Dari pendapat-pendapat diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa luka bakar merupakan respon kulit terhadap
suatu rangsangan dari luar berupa suhu panas yang mengakibatkan kerusakan
jaringan dan sitem metabolisme tubuh.
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025m2 pada
dewasa. Bila kulit terbakar akan terjadi peningkatan permeabilitas karena
rusaknya pembuluh darah kapiler, dan area-area sekitarnya. Sehingga terjadi
kebocoran cairan intrakapiler ke intertisial sehingga menimbulkan udem dan
bula yang mengandung banyak elektrolit. Kulit terbakar juga berakibat
kurangnya cairan intravaskuler. Bila kulit terbakar > 20% dapat terjadi syok
hipovolemik dengan gejala: gelisah, pucat, akral dingin, berkeringat, nadi
kecil, cepat, TD menurun, produksi urin berkurang dan setelah 8 jam dapat
terjadi pembengkakan. Saat pembuluh darah kapiler terpajan suhu tinggi, sel
darah ikut rusak sehingga berpotensi anemia. Sedangkan bila luka bakar
terjadi di wajah dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena asap, gas,
atau uap panas yang terhirup, oedema laring menyebabkan hambatan jalan
napas yang mengakibatkan sesak napas, takipnea, stridor, suara parau, dan
dahak bewarna gelap. Selain itu dapat juga terjadi keracunan gas CO2, karena
hemoglobin tidak mampu mengikat O2 ditandai dengan lemas, binggung,
pusing, mual, muntah dan berakibat koma bahkan meninggal dunia. Luka
bakar yang tidak steril mudah terkontaminasi dan beresiko terkena infeksi
kuman gram (+) dan (-) contohnya pseudomonas aeruginosa di tandai dengan
warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Infeksi yang tidak dalam (non
invasif) ditandai dengan keropeng dan nanah. Infeksi invasif ditandai dengan
keropeng yang kering, dan jaringan nekrotik. Bila luka bakar derajat I dan II
sembuh dapat meninggalkan jaringan parut. Sedangkan pada luka bakar
derajat III akan mengalami kontraktur. Pada luka bakar berat akan dapat
ditemukan ileus paralitik dan stress pada luka bakar berat ini akan mudah
mengalami tukak di mukosa lambung “tukak Curling” dan apabila ini
berlanjut kan menimbulkan ulcus akibat nekrosis mukosa lambung.
Kecacatan pada luka bakar hebat terutama pada wajah beresiko mengalami
beban jiwa yang menimbulkan gangguan jiwa yang disebut schizophrenia.
D. Pathways
E. Manifestasi Klinik
1) Derajat I
3) Derajat III
1) Kepala 9 %
2) Tubuh bagian depan 18%
3) Tubuh bagian belakang 18%
4) Ekstremitas atas 18%
5) Ekstremitas kanan 18%
6) Ekstremitas kiri 18%
7) Organ genital 1%
Total 100%
F. Pemeriksaan penunjang
Pada luka bakar dalam pasien harus segera di bawa ker Rumah Sakit
yang memiliki unit luka bakar dan selama perjalanan pasien sudah
terpasang infus.
d. Resusitasi
1) Airway Management
a. Bersihkan jalan napas dengan tangan dan mengangkat dagu pada
pasien tidak sadar.
b. Lindungi jalan napas dengan nasofarigeal.
c. Pembedahan (krikotiroldotomi) bila indikasi trauma
silafasial/gagal intubasi.
2) Breathing/Pernapasan
a. Berikan supplement O2.
b. Nilai frekuensi napas dan pergerakkan dinding toraks.
c. Pantau oksimetri nadi dan observasi.
3) Circulation
a. Nilai frekuensi nadi dan karakternya
b. Ambil darah untuk cross match, DPL, ureum dan elektrolit.
c. Perawatan lokal
b. Nutrisi
Diagnosa Keperawatan
Intervensi