Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN COMBUSTIO


DI RUANG ICU RUMAH SAKIT ULIN BANJARMASIN

Oleh :
Muhammad Redyansyah
P07120220027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARMASIN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Muhammad Redyansyah


NIM : P07120220027
Judul : Laporan Pendehaluan Pada Pasien Dengan Combustio Di Rumah Sakit
Ulin Banjarmasin

Banjarmasin, Mei 2023

Menyetujui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

……………………… ………………………
A. Definisi

Menurut Arif Mutaqqin (2011) Luka bakar merupakan luka yang unik
diantara bentuk luka-luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar
jaringan mati (escar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu
yang lama. Menurut Sunita Almatsia, (2004) Luka bakar adalah kerusakan
jaringan permukaan tubuh yang disebabkan oleh suhu tinggi yang
menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme. Sedangkan menurut
Pierce dan Neil, (2006) Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan
subkutan terhadap trauma suhu atau termal. Dari pendapat-pendapat diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa luka bakar merupakan respon kulit terhadap
suatu rangsangan dari luar berupa suhu panas yang mengakibatkan kerusakan
jaringan dan sitem metabolisme tubuh.

B. Etiologi luka bakar


Menurut Arif Mutaqqin (2011) Penyebabnya luka bakar dapat dibagi
dalam beberapa jenis, meliputi hal-hal berikut ini.
a. Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya: teko
atau minuman).
b. Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak.
c. Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang, dan api yag disebabkan
oleh merokok di tempat tidur.
d. Benda panas (misalnya radiator).
e. Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari).
f. Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik.
g. Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang
sering menghasilkan kerusakan kulit yang luas.
C. Patofisiologi

Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025m2 pada
dewasa. Bila kulit terbakar akan terjadi peningkatan permeabilitas karena
rusaknya pembuluh darah kapiler, dan area-area sekitarnya. Sehingga terjadi
kebocoran cairan intrakapiler ke intertisial sehingga menimbulkan udem dan
bula yang mengandung banyak elektrolit. Kulit terbakar juga berakibat
kurangnya cairan intravaskuler. Bila kulit terbakar > 20% dapat terjadi syok
hipovolemik dengan gejala: gelisah, pucat, akral dingin, berkeringat, nadi
kecil, cepat, TD menurun, produksi urin berkurang dan setelah 8 jam dapat
terjadi pembengkakan. Saat pembuluh darah kapiler terpajan suhu tinggi, sel
darah ikut rusak sehingga berpotensi anemia. Sedangkan bila luka bakar
terjadi di wajah dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena asap, gas,
atau uap panas yang terhirup, oedema laring menyebabkan hambatan jalan
napas yang mengakibatkan sesak napas, takipnea, stridor, suara parau, dan
dahak bewarna gelap. Selain itu dapat juga terjadi keracunan gas CO2, karena
hemoglobin tidak mampu mengikat O2 ditandai dengan lemas, binggung,
pusing, mual, muntah dan berakibat koma bahkan meninggal dunia. Luka
bakar yang tidak steril mudah terkontaminasi dan beresiko terkena infeksi
kuman gram (+) dan (-) contohnya pseudomonas aeruginosa di tandai dengan
warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Infeksi yang tidak dalam (non
invasif) ditandai dengan keropeng dan nanah. Infeksi invasif ditandai dengan
keropeng yang kering, dan jaringan nekrotik. Bila luka bakar derajat I dan II
sembuh dapat meninggalkan jaringan parut. Sedangkan pada luka bakar
derajat III akan mengalami kontraktur. Pada luka bakar berat akan dapat
ditemukan ileus paralitik dan stress pada luka bakar berat ini akan mudah
mengalami tukak di mukosa lambung “tukak Curling” dan apabila ini
berlanjut kan menimbulkan ulcus akibat nekrosis mukosa lambung.
Kecacatan pada luka bakar hebat terutama pada wajah beresiko mengalami
beban jiwa yang menimbulkan gangguan jiwa yang disebut schizophrenia.
D. Pathways

E. Manifestasi Klinik

Dalam manifestasi klinis luka bakar digolongkan dalam


pengklasifikasian. Menurut Sunita Almatsia, (2004) pengklasifikasian luka
bakar adalah sebagai berikut:

a. Kedalaman Luka Bakar

Pengaruh panas terhadap tubuh, di kenal dengan “derajat luka bakar” I


sampai dengan III

1) Derajat I

Adalah luka bakar dimana terjadi kematian pada lapisan atas


epidermis kulit disertai dengan pelebaran pembuluh darah sehingga
kulit tampak kemerah-merahan
2) Derajat II

Adalah derajat luka bakar dimana terjadi kerusakan epidermis dan


dermis sedangkan pembuluh darah dibawah kulit menumpuk dan
mengeras. Selain timbul warna kemerah-merahan pada kulit juga
timbul gelembung-gelembung pada luka.

3) Derajat III

Adalah derajat luka bakar dimana terjadi kerusakan seluruh epitel


kulit (epidermis, dermis, kutis) dan otot pembuluh darah mengalami
nombisit.

b. Luasnya Luka Bakar

Menurut Sunita Almatsia, (2004) Luasnya luka bakar merupakan


luasnya permukaan tubuh yang terkena panas. Luka bakar dinyatakan
dalam persen luas tubuh untuk dewasa, perkiraan luas tubuh yang terkena
didasarkan pada bagian tubuh yang t yang terkena menurut “rumus 9”
(rule of nine) yang dikembangkan walace (1940), yaitu:

1) Kepala 9 %
2) Tubuh bagian depan 18%
3) Tubuh bagian belakang 18%
4) Ekstremitas atas 18%
5) Ekstremitas kanan 18%
6) Ekstremitas kiri 18%
7) Organ genital 1%

Total 100%
F. Pemeriksaan penunjang

Menurut Marylin E. Doenges, (2000) Pemeriksaan penunjang yang dapat


di lakukan pada pasien dengan luka bakar adalah:

a. LED: mengkaji hemokonsentrasi.


b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia.
Initerutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam
24 jampertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti
jantung.
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar masif.
h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
i. complete blood cell count (CBC)
j. blood urea nitrogen (BUN)
k. serum glucose
l. elektrolit
m. arterial blood gases
n. serum protein
o. albumin
p. urine cultures
q. urinalysis
r. pembekuan darah
s. pemeriksaan servikal
t. kultur luka
G. Penatalaksanaan Medis

Menurut R. Sjamsuhidajat, (2010) Penatalaksanaan medis pada penderita


luka bakar sebagai berikut:

a. Mematikan sumber api

Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada seluruh


tubuh (menyelimuti, menutup bagian yang terbakar, berguling,
menjatuhkan diri ke air).

b. Merendam atau mengaliri luka

Setelah sumber panas hilang adalah dengan merendam luka bakar


dalam air atau menyiram dengan air mengalir selama kurang lebih 15
menit. Pada luka bakar ringan tujuan ini adalah untuk menghentikan
proses koagulasi protein sel jaringan dan menurunkan suhu jaringan agar
memperkecil derajat luka dan mencegah infeksi sehingga sel-sel epitel
mampu berfoliferasi.

c. Rujuk ke Rumah Sakit

Pada luka bakar dalam pasien harus segera di bawa ker Rumah Sakit
yang memiliki unit luka bakar dan selama perjalanan pasien sudah
terpasang infus.

d. Resusitasi

Pada luka bakar berat penanganannya sama seperti diatas . namun


bila terjadi syok segera di lakukan resusitasi ABC.

1) Airway Management
a. Bersihkan jalan napas dengan tangan dan mengangkat dagu pada
pasien tidak sadar.
b. Lindungi jalan napas dengan nasofarigeal.
c. Pembedahan (krikotiroldotomi) bila indikasi trauma
silafasial/gagal intubasi.
2) Breathing/Pernapasan
a. Berikan supplement O2.
b. Nilai frekuensi napas dan pergerakkan dinding toraks.
c. Pantau oksimetri nadi dan observasi.
3) Circulation
a. Nilai frekuensi nadi dan karakternya
b. Ambil darah untuk cross match, DPL, ureum dan elektrolit.
c. Perawatan lokal

Untuk luka bakar derajat I dan II bias dilakukan perawatan lokal


yaitu dengan pemberian obat topical seperti salep antiseptic contoh
golongan: silver sulfadiazine, moist exposure burn ointment, ataupun
yodium providon.

4) Pemberian cairan intravena

Untuk pemberian cairan intravena pada pasien luka bakar bias


menggunakan rumus yang di rekomendasikan oleh Envans, yaitu:

Luas luka dalam persen x BB(kg) = mL NaCl /24 jam


Luas luka dalam persen x BB (kg) = mL Plasma/24 jam
2000 cc gluksosa 5%/24 jam

Separuh jumlah 1+2+3 diberikan 8 jam pertama sisanya 16 jam


berikutnya.

Hari kedua diberikan setengah dari jumlah cairan hari pertama.

Hari ketiga diberikan setengah dari jumlah cairan hari kedua.

Penderita mula-mula dipuasakan karena keadaan syok


menyebabkan peristaltik usus terhambat. Dan di berikan minum
setelah fungsi usus normal kembali. Jika diuresis pada hari ketiga
memuaskan dan penderita dapat minum tanpa kesulitan, infuse
dapat dikurangi, bahkan dihentikan.
a. Pemberian obat-obatan

Pemberian obat seperti antibiotic spectrum luas bertujuan untuk


mencegah infeksi terhadap pseudomonas yang dipakai adalah
golongan aminoglikosida. untuk mengatasi nyeri diberikan opiate
dalam dosis rendah melalui intravena.

b. Nutrisi

Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan


keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu
sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.

Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b/d agen pencidera fisik (luka bakar)


b. Hypovolemia b/d evaporasi
c. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer

Intervensi

NO SDKI SLKI SIKI


.
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
b/d agen keperawatan selama …x24 jam (I.08238
pencidera diharapkan nyeri pasien 1. Identifikasi lokasi,
fisik (luka berkurang dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
bakar) Tingkat nyeri (L.08066) frekuensi, intensitas
- Keluhan nyeri (5) 2. Identifikasi respon
- Meringis (5) nyeri non verbal

- Sikap protektif (5) identifikasi factor

- Frekuensi nadi (5) yang memperberat


dan meringankan
- Pola nafas (5)
nyeri
- Tekanan darah (5)
Indicator:
1. Meningkat/memburuk
2. Cukup meningkat/cukup
memburuk
3. Sedang
4. Cukup menurun/cukup
membaik
5. Menurun/membaik
2. Hypovolemi Setelah dilakukan Tindakan Manajemen hypovolemia
a b/d keperawatan (I.03116)
evaporasi selama…x24 jam diharapkan 1. Periksa tanda dan
kebutuhan cairan pasien gejala hypovolemia
terpenuhi dengan kriteria hasil: 2. Monitor intake dan
Status cairan (L.03028) output vairan
- Turgor kulit (5) 3. Hitung kebutuhan
- Keluhan haus (5) cairan
- Perasaan lemah (5) 4. Berikan asupan
- Frekuensi nadi (5) cairan oral
Tekanan darah (5 5. Anjurkan
- Membrane mukosa (5) memperbanyak
- Intake cairan (5) asupan oral
Indicator 6. Kolaborasi
1. Menurun/meningkat/ pemberian cairan IV
memburuk
2. Cukup menurun/cukup
meningkat/cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup meningkat/cukup
menurun/cukup membaik
5. Meningkat/menurun/
membaik
3. Resiko Setelah dilakukan Tindakan Perawatan luka (I.14565)
infeksi b/d keperawtan selama …x24 jam 1. Identifikasi penyebab
ketidakadeku diharapkan pasien tidak luka bakar
atan mengalami infeksi dengan 2. Identifikasi durasi
pertahanan kriteria hasil: terkena luka bakar
tubuh primer Tingkat infeksi (L.14137) dan Riwayat
- Demam (5) penanganan luka
- Kemerahan(5) sebelumnya
- Nyeri (5) 3. Monitor kondisi luka
- Bengkak (5) 4. Gunakan teknik
- Kadar sel darah putih (5) aseptic selama
Indicator perawatan luka
1. Meningkat/memburuk 5. Lepaskan balutan
2. Cukup meningkat/cukup lama dengan
memburuk menghindari nyeri
3. Sedang dan perdarahan
4. Cukup 6. Bersihkan luka
menurun/cukupmembaik dengan cairan steril
5. Menurun/membaik 7. Lakukan terapi
relaksasi untuk
mengurangi nyeri
8. Gunakan modem
dressing sesuai
dengan kondisi luka
9. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
10. Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
11. Kolaborasi prosedur
debridement
12. Kolaborasi pemberian
antibiotik

Anda mungkin juga menyukai