Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS ELECTRICAL BURN INJURY DI RUAGAN LUKA


BAKAR DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

DISUSUN OLEH :

NAMA : HILMA HANIFA NURDIN

AIC122106

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Smeltzer,
suzanna, 2014).
Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma pada kulit atau jaringan lainnya yang
disebabkan oleh kontak terhadap panas atau pajanan akut lain baik secara langsung
maupun tidak langsung. Luka bakar terjadi saat sel yang ada pada kulit atau jaringan
lainnya mengalami kerusakan akibat cairan panas, benda panas, api, radiasi, bahan
radioaktif, sengatan listrik, dan bahan kimia berbahaya. Proses penyembuhan luka bakar
bervariasi sesuai dengan derajat kedalaman luka bakar. Kedalaman luka bakar
ditentukan oleh berbagai faktor seperti besarnya temperatur, luas trauma, lamanya
kontak dengan sumber panas, dan ketebalan kulit (Brunner & Suddarth.2014).
Electrical injury atau luka akibat arus listrik adalah kerusakan jaringan tubah yang
disebabkan oleh arus listrik yang melintasi tubuh. Dapat berupa kulit yang terbakar,
kerusakan organ internal dan jaringan dan berhentinya pemapasan. Luka elektrik ringan
dapat ditimbulkan peralatan dirumah misalnya menyentuhi peralatan yang dialiri arus
listrik sering dialami secara kebetulan dalam rumah. Paparan yang lebih berat sering
menimbulkan kematian bahkan di AS sebagai penyebab 400 kematian dalam setahun
(Brunner & Suddarth.2014).

B. ETIOLOGI
Menurut Andra, S.N. (2013), luka bakar dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya
adalah:
1) Paparan api
Benda panas (kontak) : Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka
bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya
adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.
2) Air panas
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama
kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau
akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus
kecelakaan, luka umumnya menunjukkan luka percikan, yang satu sama lain
dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka pada
umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan
garis yang menandai permukaan cairan.
3) Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang menembus jaringan tubuh. Umumnya luka
bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan
membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.

C. PATOFISIOLOGI
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung utau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa kerusakan
bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan
temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan
konduksi panas. Kerusakan pembuluh durah ini mengakibatkan cairan intravaskuler
keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein
plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang
hampir menyeluruh, penimbunan jaringan masif di interstitial menyebubakan kondisi
hipovolemik. Volume cairan untravaskuler mengalami de fisit, timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok
(Musliha, 2010).

D. MNIFESTASI KLINIS
Menurut Andra, S.N. (2013), manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar sesuai
dengan kerusakannya :
1) Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri sekali,
sembuh dalam 3-7 hari dan tidak ada jaringan parut

Gambar 1. Lapisan yang terkena pada luka derajat I


2) Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam), Kulit
akan ditemukan bulla, warna kemerahan, sedikit edem dan nyeri berat. Bila ditangani
dengan baik, luka bakar derajat II dapat sembuh dalam 7 hingga 20 hari dan akan
meninggalkan jaringan parut.

Gambar 2. Lapisan yang terkena pada luka derajat II

3) Grade III
Derajat III (full thickness) melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, termasuk
tulang, tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tampak kering dan mungkin
ditemukan bulla berdinding tipis, dengan tampilan luka yang beragam dari warna
putih, merah terang hingga tampak seperti arang. Nyeri yang dirasakan biasanya
terbatas akibat hancurnya ujung saraf pada dermis. Penyembuhan luka yang terjadi
sangat lambat dan biasanya membutuhkan donor kulit.

Gambar 3. Lapisan yang terkena pada luka derajat III

E. KOMPLIKAIS
Menurut Puwardianto, A., (2019), komplikasi luka bakar adalah :
1) Sindrom kompartemen
Merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan
menghilang dan cairan mengaliir kembali ke dalam kompertemen vaskuler, volume
darah akan meningkat.
2) Adult respiratory distress syndrome
Syndrome Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertuk
aran gas sudah mengancam jiwa pasien
3) Ileus Paralink dan Ulkos Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ilus pamlik
akibat luka bakar.
4) Syok sirkulasi
Terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang terjadi sekunder
akibat resusitasi cairan yang adekuat.
5) Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusitasi cair yang tidak dekat
khususnya hemoglobin atau moglobin terekti dalam urine.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Brenda G. Bare. (2019) diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar
yaitu :
1) Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan/ kehilangan cairan.
2) Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDM dan
penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.
3) Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam
dan kehilangan protein.
4) Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasi
5) Scan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
6) EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.
7) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
8) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
9) Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan
10) Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanan pada Luka Bakar (Yovita, 2012)
1) Kaji ABC (airway, breathing, circulation):
a) Perhatikan jalan nafas (airway)
Membebaskan jalan nafas dari sumbatan yang terbentuk akibat edema mukosa jalan
nafas ditambah sekret yang diproduksi berlebihan (hiperekskresi) dan mengalami
pengentalan
b) Pastikan pernafasan adekuat (breathing
Adanya kesulitan bernafas, masalah pada pengembangan dada terkait keteraturan
dan frekuensinya. Adanya suara nafas tambahan ronkhi, wheezing atau stridor.
c) Kaji sirkulasi (circulation)
Perubahan patofisiologi yang disebabkan oleh luka bakar listrik yang berat selama
awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ
yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase
hiperdinamik serta hipermetabolik.
2) Patalaksanaan luka bakar
Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,
covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat
dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas
kesehatan
a) Clothin
Singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase
cleaning.
b) Cooling
Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir
selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama
pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian
luka bakar – Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap
memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang
terlokalisasi – Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah
mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan
risiko hipotermia – Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah
mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila
penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru
disiram air yang mengalir.
c) Cleaning
Pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan
membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan
risiko infeksi berkurang.
d) Chemoprophylaxis
Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial
partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian antitetanus).
Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan
kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat
alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang
dari 2 bulan
e) Covering
Penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar.
Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar.
Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat
penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
f) Comforting
Dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.

H. PENCEGAHAN
Sebagian besar cedera tersengat listrik sebetulnya dapat dicegah, sehingga
pencegahan merupakan aspek terpenting. Pencegahan dapat dilakukan baik di lingkungan
kerja maupun rumah. Di rumah, pencegahan cedera tersengat listrik dapat dilakukan
dengan mengikuti tata cara penggunaan peralatan listrik, menghindari pemakaian alat
elektronik di kamar mandi basah, dan mematikan circuit breaker jika akan memperbaiki
peralatan elektronik. Pada anak, dapat dilakukan dengan memasang penutup pada
stopkontak dan menjauhkan anak dari kabel listrik.
Pada lingkungan kerja, pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari
kontak tidak aman dengan sumber listrik. Hal tersebut dicapai dengan menerapkan
pedoman keselamatan kerja, memeriksa instalasi listrik secara berkala, mematikan
peralatan elektronik jika tidak digunakan, mengikuti rekomendasi jarak aman dari sumber
listrik, dan melakukan pelatihan hazard recognition.

I. PERHITUNGAN LUAS LUKA BAKAR


Luas luka bakar dihitung berdasarkan presentase seluruh luas permukaan tubuh.
Untuk menentukan luas luka bakar pada orang dewasa dapat menggunakan metode Rule
of Nine. Dasar dari perhitungan ini adalah dengan membagi tubuh ke dalam bagian-
bagian anatomi, yang setiap bagian tersebut mencerminkan luas 9% dari luas permukaan
tubuh atau kelipatan dari 9% dengan total 100%. Namun apabila luas luka bakar sedikit
dapat digunakan rumus rule of palm yaitu mengukur luas menggunakan telapak tangan
pasien
Bagian Depan Bagian Belakang
 Bagian kepala depan 4.5%  Bagian kepala belakang 4.5%
 Lengan kanan 4.5%  Lengan kanan 4.5%
 Lengan kiri 4.5%  Lengan kiri 4.5%
 Dada dan perut 18%  Punggung 18%
 Kaki kanan 9%
 Kaki kanan 9%
 Kaki Kiri 9%
 Kaki Kiri 9%
 Kemaluan 1%

Bagian Depan Bagian Belakang


 Kepala bagian depan 9%  Kepala bagian belakang 9%
 Tangan kanan 4.5%  Tangan kanan 4.5%
  Tangan kiri 4.5%   Tangan kiri 4.5%
 Bagian dada dan perut 18%  Bagian Punggung 13%
 Kaki kanan 7%  Bokong kiri 2.5%
 Kaki kiri 7%  Bokong kanan 2.5%
 Kaki kanan 7%
 Kaki kiri 7%

J. RESUSITASI CAIRAN
Perhitungan cairan digunakan rumus Baxter, yang Hasil tersebut dibagi 2,
setengah jam diberikan dalam 8 jam dan setengah nya lagi diberikan setelah 16 jam
berikutnya. Perhitungan jam ini dimulai sejak kejadian.

Rumus Baxter
Dewasa: 4 cc x kg BB x luas luka bakar
Anak : 2 cc x kg BB x luas Luka Bakar (%) + kebutuhan maintenance
kebutuhan maintenance :
BB 1-10 kg :100ml/kg BB
BB 10-20 kg : 1000 ml + 50 ml/kg BB
BB>20 kg : 1500 ml + 20 ml/kg BB

Produksi urin: 0,5-1 cc/ kg BB/ jam

Contoh soal :
Seorang laki-laki berusia 24 tahun masuk UGD dengan keluhan tersiram air panas. Hasil
pengkajian terdapat luka bakar besar dengan uas 25%. TD 110/70 mmHg, Nadi 1-00 x/m,
frekuensi napas 24x/m. BB50 dan TB 160 cm. maka kebutuhan cairan yang dibutuhkan
penderita tersebut dalam 24 jam dengan rumus bbaxter adalah :
 4 ml x 50 x 25% = 5000 ml/2= 2.500
Pemberian 8 jam pertama adalah 50% dari total kebutuhan cairan sehingga pada 8 jam
pertama diberikan
 8 jam = 2.500 x 20 (faktor tetes makro) = 50.000 =104
8x60 480
 16 jam = 500 x 20 (faktor tetes makro) = 50.000 =52
16x60 960
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkjian keperawatan
1) Pengkajian Primer
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya hurus dicok
Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu (doengos, 2019)
a) Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, malca segera pasang
Endotracheal Tube (ET) Tanda-tanda adanya trauma halast antara lain adalah:
terkurung dalam apt, luka bakar pada wajah, balu hidung yang terbakar, dan
spamam yang hitam
b) Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada untuk bernapas,
segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma lain yang dapat
menghambat pernapasan misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costar
c) Curculation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jarigan sehingga menimbulkan edema, pada
luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovoluk karuna kebocoran plasma yang
luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula
Baxter Formula Baxter
- Total canin 4 x berat badan x luas luka bakar
- Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, sisanya dalam 16 jam
berikutnya
2) Pengkajian sekunder
a) Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda anak dibawah 2 tahun dan diatas 60 tahun
mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun ebih rentan terkena
infeksi.
b) Riwayat kesehatan sekarang
1. Sumber kecelakaan
2. Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
3. Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
4. Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
5. Keadaan fisik disekitar luka bakar
6. Peristiwa yang terjadi sau luka sampai masuk rumah sakit
7. Beberapa kandian lain yang memeperberat luka bakar
c) Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien mampunyai penyakk yung merubah
kemampuan utuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahan terhadap
infeksi (seperti DM. gagal jantung, sirosis hepatis. gangguan pemafasan).
B. Diagnosa keperawatan (PPNI, 2018)
Berikut diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan Electrical injury
1) Nyeri Akut/kronis berhubungan dengan agen pencederaan fisik
2) Perfusi perifer tidak efektif berhubugan degan kekuragan volume cairan
3) Gangguan integritas kulit/jarigan berhubugan degan faktor mekanis
4) Gangguan mobilitas fisik berhubugan degan nyeri
5) Resiko infeksi berhubugan degan kerusakan integritas kulit
C. Intervensi Kepperawatan (PNI, 2018)

No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi
agen pencederaan .... jam Pasien akan - Identifikasi lokasi,
fisik Luaran utama karakteristik, durasi,
Menunjukan tingkat frekuensi, kualitas,
nyeri menurun intensitas nyeri
dibuktikan dengan - Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil berikut :
Terapeutik
- Keluhan nyeri
menurun - berikan teknin
- Sikap protektif nonfarmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri
- Meringis menurun - fasilitas istrahat dan tidur
- kontrol lingkugan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
- jelaskan penyebab, priode
dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi
meredakan nyeri
- anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik

2. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Pemantauan tanda vital


efektif berhubugan tindakan keperawatan
Observasi
degan kekuragan .... jam Pasien akan
volume cairan Luaran utama - Monitor tekanan darah
Menunjukan perfusi - Monitor nadi
perifer membaik - Monitor oksimetri nadi
dibuktikan dengan
Teraputik
kriteria hasil berikut:
- Pengisian kapiler - Atur interval pemantuan
membaik sesuai kondisi pasien
- Turgor kulit - Dokumentasi hasil
membaik pemantauan
- TD diastolk
Edukasi
membaik
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan

3. Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit


kulit/jarigan tindakan keperawatan Observasi
berhubugan degan .... jam Pasien akan
- Identifikasi penyebab
faktor mekanis Luaran utama
integritas kulit (perubahan
Menunjukan tingkat
status nutrisi)
integritas
Terapeutik
kulit/jarigan
menurun dibuktikan - Ubah posisi tiap 2 jam
dengan kriteria hasil jika tirai baring
berikut: Edukasi
- Ajnjurkan minum air
-
kerusakan jarigan
yang cukup
menurun
- Anjurkan meningkatkan
- kerusakan lapisan
asupan nutrisi
kulit menurun
4. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
fisik berhubugan intervensi Observasi
degan nyeri keperawatan selama ... - Monitor kondisi umum
jam saat melakukan mobilisasi
Pasien akan - Identifikasi tleransi fisik
Luaran utama melukan pergerakan
Menunjukan - Monitor frekuensi jantung
Mobilitas Fisik dan tekanan darah sebelum
Meningkat melakukan mobillisasi
dibuktikan dengan Terapeutik
kriteria hasil berikut - Fasilitasi aktivitas
- Kekuatan otot mobilisasi dengan alat
cukup meningkat bantu (mis.pagar tempat
- Pergerakan pada tidur)
ekstremitas cukup - Fasilitasi melakukan
meningkat pergerakan,
- Kelemahan fisik - Libatkan keluarga untuk
cukup menurun membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk di
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
5. Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
berhubugan degan intervensi Observasi
kerusakan integritas keperawatan selama ... - Monitor tanda dan gejala
kulit jam Pasien akan infeksi lokal dan sistemik
Luaran utama Terapeutik
Menunjukan Tingkat - Batasi jumlah pegunjung
infeksi menurun - Berikan perawatan kulit
dibuktikan dengan pada area edema
kriteria hasil berikut: - Cuci tagan sebelum dan
- Nyeri menurun sesudah kontak degan
- Bengkak menurun pasien dan lingkugan
- Cairan berbau pasien
busuk menurun
- Pertahankan teknik aseptik
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci tagan
degan benar

D. Implementasi
Merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan
kolaborasi. Tindakan mandiri adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan
sendiri dan bukan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi
adalah tindakan yang didasarkan dengan keputusan bersama, seperti dokter dan petugas
kesehatan lain (PPNI,2017)
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan.tahap evaluasi dalam
proses keperawatan mengangkut pengumpulan data subjektif dan objektif yang
merupakan apakah tujuan asuhan keperawatan suda tercapai sepenuhnya, sebagian atau
belum tercapai, serta menentukan masalah apa yang perluh dikaji, direncanakan,
dilaksanakan, dan dinilai kembali. Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikn umpan
balik rencana keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui
perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan hasilnya dengan standar yang telah
diberikan terlebih dahulu (PPNI,2017) . Adapun tahapan dari evaluasi yang terdiri dari
SOAP. SOAP digunakan dalam asuhan keperawatan untuk mendokumentasikan catatan
perkembangan pasien menurut (PPNI,2017) sebagai berikut :
- S (subjektif) : yakni segalah bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien
- O (objektif ) : yakni data yang diobservasi dari hasil pemeriksaan oleh perawat atau
tenaga kesehatan lain
- A (analisis) : yakni kesimpulan dari objektif dan subjektif
- P (perencanaan) : yakni rencana tindakan yang dilakukan berdasarkan analisis

Penyimpagan KDM

Listrik
Cidera luka bakar

Kerusakan kapiler meningkat

Cairan sel pindah dari intravaskuler ke interstitel

Vesikulasi Kehilagan protein dan cairan


plasma ke dalam interstitel

Vesikulasih dalam keadaan luas Sel plasma

Luka terbuka, kulit terkelupas, Perfusi jarigan


epidermis dan dermis rusak perifer tidak efktif

Merangsang mielin C
Kerusakan kulit luas

SSP

Gangguan integritas
kulit Eferen Kerusakan barier kulit

Perifer Pertahanan primer


menurun

Nyeri akut Nyeri dipersepsikan


Resiko infeksi

DAFTAR PUSTAKA
Andra, S.N. (2013). KMB 2 : Keperawatan medikal bedah, keperawatan dewasa teori dan contoh
askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Brunner & Suddarth.2014. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
Brenda G. Bare. 2019. Keperawatan medical bedah (8thed). Jakarta: EGC.
Doenges, E. Marilynn. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
EGC
Musliha, 2010. Keperawatan Gawat darurat. Yogyakarta : Nuha Medika
Puwardianto, A., & Sampurna. B. 2000. Kedaruratan Medik (Edisi Revisi). Jakarta : Binarupa
Aksara
Smeltzer, 2014 .Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3.ECG : Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil. DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai