Anda di halaman 1dari 20

1.

(Luka Bakar menurut buku kowalak -welsh- mayer


A. Luka Bakar
Luka bakar diklasifikasi menjadi luka bakar derajat pertama (first degree),
derajat dua dengan ketebalan yang dalam te tapi parsial (second-degree deep partial
thickness), derajat tiga dengan ketebalan pub and degree full thickness), dan derajat
empat or gree) Luka bakar derajat pertama terbatas pada lapisan epidermis Contoh
luka bakar derajat pertama yang paling sering ditemukan adalah luka bakar karena
sengaun cahaya matahari (runburn Pada luka bakar derajat dua lapsan epidermis dan
sebagian dermis mengalami kerugian Laka bakar derajat tiga merusak lapisan
epidermis serta demus, dan pembuluh darah serta jaringannya dapat dihhat Pada
luka bakar derajat empat, kerusakan meluas melalui jaringan subkutan yang menjadi
arang hingga mengerat otot dan tulang Luka bakar yang paling berat adalah luka
bakar dengan cedera mengerikan sehingga memerlukan tindakan yang
menimbulkan rasa nyeri dan program rehabilitasi untuk waktu yang lama.
Setiap tahun di Amerika Serikat terdapat sekitar dua juta orang yang
menderita cedera luka bakar Dan jumlah 1 ini, 300.000 individu mengalami luka
bakar serius dan lebih dari 6000 di antaranya meninggal dunia. Dengan demikian,
luka bakar merupakan penyebab utama ke tiga untuk kematian karena kecelakaan di
Amerika Serikat. Sekitar 600 000 individu dirawat setiap tahun karena luka bakar
Luka bakar yang paling signifikan terjadi di rumah Angka kematian yang tertinggi
akibat luka bakar terlihat pada kebakaran rumah.
Pada korban luka bakar usia kurang dari empat tahun dan korban yang
berusia lebih dari 60 tahun terdapat insidensi komplikasi yang lebih tinggi dan
dengan demikian angka mortalitas juga lebih tinggi. Penanganan luka bakar yang
agresif dan segera akan memperbesar peluang pasien untuk bertahan hidup
Selanjutnya, tindakan suportif dan teknik steril yang ketat dapat meminimalkan
insidensi infeksi. Perawatan luka bakar yang teliti dan komprehensif dapat
memberikan perbedaan antara hidup dan mati. Ke mungkinan untuk bertahan hidup
dan sembuh setelah meng alami luka bakar beral lebih besar jika luas luka bakar
kurang dari 20 % luas total permukaan tubuh.
B. Penyebab
Luka bakar termal, tipe yang paling sering ditemukan, secara umum terjadi karena.
 Kebakaran rumah
 Kecelakaan kendaraan
 Bermain dengan korek api menggunakan petasan dengan cara yang salah
menggunakan bensin dengan cara yang salah
 Cedera melepuh dan kecelakaan di dapur (seperti anak yang memanjat
kompor gas atau memegang alat setrika yang panas)
 Pelecehan anak atau lanjut usia (lansia) oleh dewasa
 Pakaian yang terbakar
Luka bakar kimia disebabkan setyawa yang asam, alkali, atau merupakan vesikan
(zat yang menimbulkan lepuhan) yang mengenai tubuh korban karena kontak, ter
minum, terhirup (inhalasi), atau karena suntikan.
Luka bakar listrik biasanya terjadi karena kontak kawat listrik yang mengandung
arus listrik atau dengan sumber arus listrik tegangan tinggi Kadang-kadang luka
bakar listrik terjadi pada anak-anak yang menggigit kabel listrik.
Luka bakar gesekan atau ekskoriast terjadi ketika kulit mengalami gesekan hebat
dengan permukaan yang kasar.
Luka bakar karena sengatan matahari (runborn) terjadi ketika seseorang terpajan
cahaya matahari secara ber lebihan.
C. Patofisiologi
Agens yang menyebabkan cedera akan menimbulkan dena turasi protein sel
Sebagian sel akan mati karena mengalami nekrosis traumatik atau iskemik
Kehilangan ikatan kolagen juga terjadi bersama proses denaturasi sehingga timbul
gradien tekanan osmotik dan hidrostatik yang abnormal dan men menyebabkan
perpindahan cairan intravaskuler ke dalam ruang interstisial. Cedera sel memicu
pelepasan mediator inflamasi yang turut menimbulkan peningkatan permeabilitas
kapiler secara lokal, sedangkan pada kasus luka bakar yang berat, pelepasan
mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler secara sistemik
Kejadian patofisiologi yang spesifik bergantung pada penyebab dan klasifikasi luka
bakar (Lihat Klasifikati luka bakar)
Luka bakar derajat pertama. Luka bakar derajat pertama (derajat-satu)
menyebabkan cedera setempat atau destruksi setempat pada kulit (hanya lapisan
epidermisnya) akibat kontak langsung (seperti terkena tumpahan bahan kimia) atau
kontak tidak langsung (seperti sengatan matahari) Fungsi barrier (sawat) pada kulit
tetap utuh dan luka bakar jenis ini tidak mengancam hidup korban.
Luka bakar derajat dua dengan ketebalan parsial superfisial (second-degree
superficial partial-thickness). Luka bakar ini meliputi destruksi epidermis dan
sebagian dermis Lepuh yang dindingnya upis dan berisi cairan terjadi dalam tempo
beberapa menit setelah cedera. Ketika lepuh ini pecah, ujung-ujung saraf akan
terpajan dengan udara. Karena respons nyeri dan taktil masih utoh, pe nanganan
luka bakar ini menimbulkan nyen yang sangat. Fungsi sawar pada kulit sudah hilang
pada derajat luka bakar ini.
Luka bakar derajat dua dengan ketebalan parsial dalam (second-degree deep
partial-thickness). Luka bakar ini meliputi destruksi epidermis dan dermis yang
menim bulkan lepuh dan edema yang ringan hingga sedang serta rasa nyeri. Folikel
rambut masih utuh sehingga rambut masih dapat tumbuh kembali. Apabila
dibandingkan luka bakar second-degree superficial partial-thickness maka pada luka
bakar ini tidak begitu terdapat rasa nyeri karena neuron sensoris sudah mengalami
destruksi yang luas. Daerah di sekitar luka bakar sangat sensitif terhadap rasa nyeri.
Fungsi sawar pada kulit menghilang.
Luka bakar derajat tiga dan empat. Luka bakar ini merupakan luka bakar yang
berat dan mengenai setiap sistem serta organ tubuh. Luka bakar derajat tiga meluas
lewat epidermis serta dermis dan mengenai lapisan jaringan subkutan. Luka bakar
derajat empat meliputi otot, tulang, dan jaringan interstisial. Dalam waktu beberapa
jam saja, cairan dan protein berpindah dari kapiler ke ruang inter stisial sehingga
terjadi edema. Pada keadaan ini timbul respons imunologi yang segera terhadap
cedera luka bakar sehingga sepsis akibat luka bakar merupakan ancaman yang
serius. Akhirnya, peningkatan kebutuhan kalori se sudah seseorang mengalami luka
bakar akan meningkatkan laju metabolik.
D. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala bergantung pada tipe luka bakar dan dapat meliputi:
 Nyeri dan eritema setempat yang biasa terjadi tanpa ebab dan lepuh dalam
waktu 24 jam pertama (luka bakar derajat
 Menggigil, sakit kepala, edema lokal dan nausea serta pertama vomitus
(pada luka bakar derajat satu yang lebih berat
 Lepuhan berdinding tipis berisi cairan, yang muncul dalam tempo beberapa
menit sesudah cedera disertai edema ringan hingga sedang dan rasa nyeri
(luka bakar derajat dua dengan ketebalan parsial-superfisial)
 Tampilan putih seperti lilin pada daerah yang rusak (luka bakar derajat dua
dengan ketebalan parsial dalam)
 Jaringan seperti bahan dari kulit yang berwarna putih, cokelat, atau hitam
dengan pembuluh darah yang ter lihat dan mengalami trombosis akibat
destruksi elasti sitas kulit (bagian dorsum tangan merupakan lokasi paling
sering terdapat vena yang mengalami trombosis) tanpa disertai lepuhan (luka
bakar derajat tiga)
 Daerah yang menonjol dan berwarna seperti perak, yang biasa terlihat pada
tempat terkena arus listrik (luka bakar elektrik)
 Bulu hidung yang berbau sangit, luka bakar mukosa, ka bakar perubahan
suara, batuk-batuk, mengi, hangus pada mulut atau hidung, dan sputum
berwarna gelap (karena inhalasi asap dan kerusakan paru).
E. Komplikasi
Komplikasi luka bakar yang mungkin terjadi meliputi:
 Kehilangan funger (luka bakar pada wajah, tangan,kaki, dan genitalia).
 Penyumbatan total sirkulasi dalam ekstremitas (akibat edema karena luka
bakar yang melingkar)
 Obstruksi jalan napas (luka bakar leher) atau ekspansi roperasi yang terbetas
(luka bakar pada dada)
 Cedera paru (akibat inhalasi asap atau emboli paru)
 Sindrom gawat napas dewasa (akibat dekompensasi jantung kiri infark
miokard)
 Kerusakan yang lebih besar daripada yang terlihat pada haka bakar
permukaan (luka hakar elektrik atau kimia) atau kerusakan jaringan internal
di sepanjang lintasan hantaran ana listrik (luka bakar elektrik)
 Aritmia jantung (akibat luka bakar elckink din perpindahan cairan)
 Hipotensi yang terjadi sekunder karens syok atau hipovolemis
 Luka bakar yang terinfeksi
 Stroke, serangan jantung, atau emboli paru (kibat pembentukan bekuan
darah yang terjadi karena aliran darah yang melambat)
 Syok luka bakar (akibat perpindahan cairan ke luar kompartemen vaskuler
yang mungkin menimbulkan kerusakan ginjal dan gagal ginjal)
 Penyakit ulkus peptikum atau deus (akibat penurunan pasok an darah di
daerah abdomen)
 Koagulasi diseminats intravaskuler (pada luka bakar yang lebih berat)
 Nyeri tambahan, depresi, dan beban finansial (akibat bagian yang bersifat
psikologis dan keadaan cacat yang dialami korban)
F. Diagnosa
Penegakan diagnosis meliputi penentuan luas luka bakar dan klasifikasi luka.
Metode berikut ini digunakan untuk menentukan luas luka bakar:
 Persentase luss permek aan tubuh yang terbakar dengan menggunakan peta
Rule of Nines
 Peta Lund-Browder (yang lebih akurat karena mem perhitungkan perubahan
luas permukaan tubuh akibat utta) kedalaman dan luas loka bakar harus
diper hitungkan untuk memperkirakan intensitasnya (Lihat Penggunaan peta
Rule of Nines dan Lund Browder)
Luka bakar berat diklasifikasi menjadi:
 Luka bakar derajat tiga yang melebihi 10% luas per mukaan tubuh
 Luka bakar derajat yang melebihi 25% luas permukaan tubuh pada orang
dewasa (melebihi 20% pada anak-anak)
 Luka bakar pada tangan, wajah, kaki, atau genitalia
 Luka bakar yang disertai komplikasi fraktur atau kerusakan pernapasan
 Luka bakar elektrik
 Semua luka bakar pada pasien yang berisiko buruk
Luka bakar sedang diklasifikasi menjadi:
 Luka bakar derajat tiga yang melebihi 2% hingga 10% luas permukaan tubuh
 Luka bakar derajat dua yang melebihi 15% hingga 25% luas permukaan
tubuh pada dewasa (10% hingga 20% pada anak-anak).
Luka bakar ringan diklasifikasi menjadi:
 Luka bakar derajat tiga yang kurang dari 2% luas permukaan tubuh
 Luka bakar derajat dua yang kurang dari 15% luas per mukaan tubuh pada
dewasa (10% pada anak-anak).

2. Luka Bakar menurut buku keperawatan kritis vol.2 Edisi 8


A. Definisi
Luka bakar adalah luka akut dibagi menjadi derajat satu dua tiga atau
digambarkan dengan ketebalan parsial atau penuh. tujuan perawatan luka dalam
luka bakar adalah luka bersih yang bebas dari infeksi .luka bakar dibersihkan
dengan salin normal steril atau sabun lembut dan air. Salep topikal seperti
basitrasin, polymyxin atau sulfadiazin perak dapat digunakan. Setelah
membersihkan luka balutan dipasang, balutan dipasang.jenis balutan bergantung
pada jenis luka bakar, jumlah jaringan terkena, kebijakan institusi , dan pilihan
dokter. Pilihan lain adalah balutan yang melepaskan perak ke dasar luka saat basah,
seperti acticort atau aquacel.Hidrokoloid , agar - agar kalsium, dan balutan busa
juga dapat digunakan, bergantung pada jenis dan lokasi luka bakar.
Terapi antibiotik spektrum luas tidak digunakan secara rutin karena
kemungkinan adanya resistensi terhadap antibiotik. infeksi hanya ditangani jika
terjadi dan terdokumentasi hasil kultur positif. Antibiotik yang dipilih berdasarkan
hasil sensitifitas. Diskusi yang lebih menyeluruh mengenai perawatan pasien luka
diberikan.
B. Drainase volume Besar
Beberapa luka mungkin memiliki eksudat ( drainase) bervolume besar .
eksudat merupakan respons tubuh terhadap inflamasi. Drainase luka terdiri atas
neutrofil , makrofag , debris selular, protein , toksin.drainase luka bervolume besar
menghasilkan drainase yang lebih besar banyak di bandingkan yang dapat ditangani
oleh balutan kassa biasa, pada keadaan diatas balutan hidrokoloid, agar- agar
kalsium , hidrogel, atau balutan busa. Balutan gabungan juga dapat digunakan.
Balutan jenis ini menggabungkan sifat fisik dua atau lebih balutan untuk
meningkatkan kemampuan absortif .
Apabila eksudat tidak dapat dikontrol dengan tindakan ini , maka harus
dipertimbangkan alternatif lain . Tujuan perawatan luka dalam hal ini adalah
menampung drainase dan melindungi jaringan disekitar dari kerusakan . seringkali,
luka dapat "dibuat kantong" suplai yang sama seperti digunakan untuk kantong
ostomi juga digunakan untuk kantong luka, atau sebuah produk yang telah
dirancang khusus untuk menampung Drainase luka bervolume besar juga dapat
digunakan . menampung drainase luka bervolume besar dalam kantong
kemungkinan pengukuran drainase yang keluar dari luka secara akurat dan
melindungi area disekeliling tepi luka
C. Patofisiologi
Respon jaringan local
Cedera seluler dimulai saat jaringan terpajan sumber energi ( suhu kimia,
listrik , atau radiasi). kedalaman cedera akibat panas ditunjukkan dengan kedalaman
cedera menembus lapisan kulit. Menunjukkan area terjadi pusat cedera luka bakar.
Area hyperemia sembuh dengan cepat dan tidak terjadi kematian sel. Pada area, sel
dapat sembuh atau mengalami nekrosis dalam 24 jam pertama. Di area koagulasi
suhu telah capai 45 derajat Celcius nanya.jaringan berwarna hitam abu-abu coklat
kekuningan atau putih telah mengalami koagulasi protein dan kematian sel.

3. Luka Bakar menurut buku Nanda NIC-NOC edisi revisi jilid 2


A. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radias
(Smeltzer, suzanna, 2002) . Untuk membantu mempermudah penilaian dalam
memberikan terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan
penyebab, kedalaman luka dan keseriusan luka, yakni:
1) Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia d. Luka bakar karena listrik
d. Luka bakar karena radiasi
e. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2) Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat 1
b. Luka bakar derajat Il
- Derajat Il dangkal (superficial)
- Derajat II dalam (deep)
c. Luka bakar derajat III
3) Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga
kategori:
a. Luka bakar Mayor
b. Luka bakar Moderat
c. Luka bakar Minor
4) Ukuran luas luka bakar Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita
dapat menggunakan beberapa metode yaitu:
Rule of nine
 Kepala dan leher: 9%
 Dada depan dan belakang : 18% - Abdomen depan dan belakang : 18%
 Tangan kanan dan kiri: 18%
 Paha kanan dan kiri: 18%
 Kaki kanan dan kiri: 18%
 Genital: 1%
B. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melalui konduksi
atau radiasi elektromagnetik.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
1. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena
adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat
sistemik.
2. Fase subakut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan
jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah
inflamasi,sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi
Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut
hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.
C. Manifestasi Klinis
1) Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat 1
 Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
 Kulit kering, hiperemi berupa eritema
 Tidak dijumpai bullae
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi -Penyembuhan
terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat 2
 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reak
inflamasi disertai proses eksudasi.
 Dijumpai bullae
 Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
 Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi
diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
Derajat II dangkal (superficial)
 Kerusakan mengenal bagian superfisial dari dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
Derajat II dalam (deep)
 Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
 Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa
Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III
 Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih
dalam.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan.
 Tidak dijumpai bulae.
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering
letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar
 Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-
ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
 Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi
spontan dari dasar luka.
2) Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga
kategori
a. Luka bakar mayor
 Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan
lebih dari 20% pada anak-anak
 Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
 Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum
 Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa
memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
 Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
 Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20%
pada anak-anak
 Luka bakar fullthickness kurang dari 10%
 Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki,
dan perineum
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yg didefinisikan oleh Trofino (1991) dan
Griglak (1992) adalah :
 Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan
kurang dari 10 % pada anak-anak
 Luka bakar fullthickness kurang dari 2%
 Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
 Luka tidak sirkumfer
 Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur
D. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit,
Kreatinin,Ureum, Proteln, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, AGD (bila
diperlukan), dll.
2. Rontgen Foto Thorax, dan lain-lain
3. EKG
4. CVP: untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih
dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak
E. Penatalaksanaan
Pertolongan Pertama
1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen pada api yang menyala.
2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket,
karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi forniket oedem
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir setidaknya sedikitnya lima belas menit.
Akan tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas
karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung
pada luka bakar apapun.

4. Luka Bakar menurut buku Brunner and Suddarth's


A. KLASIFIKASI LUKA BAKAR
Luka bakar dideskripsikan menurut kedalaman luka dan luas permukaan tubuh yang
terluka.
1) Kedalaman Bakar
Luka bakar diklasifikasikan menurut kedalaman kerusakan jaringan sebagai
luka sebagian ketebalan superfisial, luka sebagian tebal dalam, atau luka
full-thickness. Kedalaman luka bakar menentukan apakah epitelisasi akan
terjadi. Menentukan kedalaman luka bakar bisa jadi sulit bahkan untuk
penyedia perawatan luka bakar yang berpengalaman. (Kategori luka bakar
dengan ketebalan parsial superfisial, dalam, dan luka bakar full-thickness
mirip dengan, tetapi tidak sama dengan, luka bakar tingkat pertama, kedua,
dan ketiga.)
Pada luka bakar dengan ketebalan parsial superfisial, epidermis rusak
atau terluka dan sebagian dermis mungkin terluka. Kulit yang rusak
mungkin terasa sakit dan tampak merah dan kering, seperti terbakar sinar
matahari, atau mungkin melepuh.
Luka bakar dengan ketebalan parsial yang dalam melibatkan
kerusakan epidermis dan lapisan atas dermis dan cedera pada bagian dermis
yang lebih dalam. Lukanya terasa sakit, tampak merah, dan mengeluarkan
cairan. Pengisian kapiler mengikuti blansing jaringan. Folikel rambut tetap
utuh. Luka bakar dengan ketebalan parsial yang dalam membutuhkan waktu
lebih lama untuk sembuh dan lebih cenderung menghasilkan bekas luka
hipertrofik. Luka bakar full-thickness melibatkan penghancuran total
epidermis dan dermis dan, dalam beberapa kasus, juga jaringan di
bawahnya. Warna luka bervariasi dari putih ke merah, coklat, atau hitam.
Daerah yang terbakar tidak menimbulkan rasa sakit karena serabut saraf
rusak. Lukanya tampak kasar; folikel rambut dan kelenjar keringat
dihancurkan.
Faktor-faktor berikut dipertimbangkan dalam menentukan kedalaman luka
bakar:
 Bagaimana cedera itu terjadi
 Agen penyebab, seperti api atau cairan panas
 Suhu agen pembakaran
 Durasi kontak dengan agen
 Ketebalan kulit
2) Luas Area Permukaan Tubuh yang Terluka
Berbagai metode digunakan untuk memperkirakan TBSA yang
terkena luka bakar; di antaranya adalah aturan sembilan, metode Lund and
Browder, dan metode telapak tangan.
a. Aturan sembilan
Estimasi TBSA yang terlibat dalam luka bakar disederhanakan
dengan menggunakan aturan sembilan. Aturan sembilan adalah cara cepat
untuk menghitung luas luka bakar. Sistem memberikan persentase dalam
kelipatan sembilan ke permukaan tubuh utama.
b. Metode lund dan browder
Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas luka bakar
adalah metode Lund and Browder, yang mengakui bahwa persentase TBSA
dari berbagai bagian anatomi, terutama kepala dan tungkai, dan berubah
seiring pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi area yang sangat
kecil dan memberikan perkiraan proporsi TBSA yang dicatat oleh bagian
tubuh tersebut, seseorang dapat memperoleh perkiraan yang andal dari
TBSA yang terbakar. Evaluasi awal dilakukan pada saat kedatangan pasien
di rumah sakit dan direvisi pada hari kedua dan ketiga pasca luka bakar
karena demarkasi biasanya tidak jelas sampai saat itu.
c. Metode kelapa sawit
Pada pasien dengan luka bakar tersebar, metode untuk
memperkirakan persentase luka bakar adalah metode telapak tangan. Ukuran
telapak tangan pasien kira-kira 1% dari TBSA
B. Efek pada Cairan, Elektrolit, dan Volume Darah
Volume darah yang bersirkulasi menurun drastis selama syok luka bakar.
Selain itu, kehilangan cairan evaporatif melalui luka bakar dapat mencapai 3 sampai
5 L atau lebih selama 24 jam sampai permukaan luka bakar tertutup.
Selama syok luka bakar, kadar natrium serum bervariasi sebagai respons
terhadap resusitasi cairan. Biasanya hiponatremia (penipisan natrium) hadir.
Hiponatremia juga sering terjadi selama minggu pertama fase akut, karena air
berpindah dari ruang interstisial ke ruang vaskular.
Segera setelah luka bakar, hiperkalemia (kalium yang berlebihan) terjadi
akibat destruksi sel yang masif. Hipokalemia (penipisan kalium) dapat terjadi
kemudian dengan perpindahan cairan dan penggantian kalium yang tidak memadai.
Pada saat luka bakar, beberapa sel darah merah mungkin rusak dan yang lain
rusak, yang mengakibatkan anemia. Meskipun demikian, hematokrit dapat
meningkat karena kehilangan plasma. Kehilangan darah selama prosedur
pembedahan, perawatan luka, dan studi diagnostik dan hemolisis yang sedang
berlangsung selanjutnya berkontribusi pada anemia. Transfusi darah diperlukan
secara berkala untuk mempertahankan kadar hemoglobin yang memadai untuk
pengiriman oksigen. Kelainan koagulasi, termasuk penurunan trombosit
(trombositopenia) dan waktu pembekuan dan protrombin yang berkepanjangan,
juga terjadi pada luka bakar.
C. Patofisiologi Luka Bakar
Luka bakar disebabkan oleh transfer energi dari sumber panas ke tubuh.
Panas dapat ditransfer melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar
dikategorikan sebagai termal (termasuk luka bakar listrik), radiasi, atau kimia.
Kerusakan jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein, atau ionisasi isi
seluler. Kulit dan mukosa saluran udara bagian atas adalah tempat kerusakan
jaringan. Jaringan dalam, termasuk jeroan, dapat rusak oleh luka bakar listrik atau
melalui kontak yang lama dengan sumber panas. Gangguan pada kulit dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan, infeksi, hipotermia, jaringan parut,
kekebalan yang terganggu, dan perubahan fungsi, penampilan, dan citra tubuh.
Kedalaman cedera tergantung pada suhu bahan bakar dan durasi kontak
dengan bahan tersebut. Misalnya, dalam kasus luka bakar pada orang dewasa, 1
detik kontak dengan air keran panas pada suhu 68,9°C (156°F) dapat
mengakibatkan luka bakar yang merusak kulit ari dan dermis, menyebabkan cedera
ketebalan penuh (derajat ketiga). Lima belas detik paparan air panas pada 56,1°C
(133°F) mengakibatkan cedera full-thickness yang serupa. Suhu kurang dari 111°F
ditoleransi untuk waktu yang lama tanpa cedera.
D. Penatalaksanaan Pasien dengan Luka Bakar
Perawatan luka bakar harus direncanakan sesuai dengan kedalaman luka bakar dan
respon lokal, luas luka, dan adanya respon sistemik. Perawatan luka bakar kemudian
dilanjutkan melalui tiga fase: fase darurat/resusitasi, fase akut/menengah, dan fase
rehabilitasi. Meskipun ada prioritas untuk setiap fase, fase tumpang tindih, dan
penilaian serta pengelolaan masalah dan komplikasi spesifik tidak terbatas pada fase
ini tetapi berlangsung selama perawatan luka bakar.

5. Luka Bakar menurut buku patologi dan patofisiologi penyakit


A. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh
panas pada suhu tinggi yang menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme.
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik ,bahan
kimia, dan petir yang mengenai mukosa dan jaringan yang lebih dalam. luka bakar
adalah bukan yang disebabkan oleh kontak mata dengan suhu tinggi seperti api, air,
panas listrik , bahan kimia, radiasi juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah.
B. Etiologi
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan atau kemajuan dalam dekade
terakhir ini, yang mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar.
Pusat-pusat perawatan luka bakar telah tersedia cukup baik, dengan anggota tim
yang menangani luka bakar terdiri dari berbagai disiplin yang saling bekerja sama
untuk melakukan perawatan pada klien dan keluarganya.di Amerika kurang lebih 2
juta penduduknya memerlukan pertolongan medis setiap tahunnya untuk injury
yang disebabkan karena luka bakar. 70.000 diantaranya dirawat di rumah sakit
dengan injuri yang berat. Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat
kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering
mengalami luka bakar dibanding wanita. Terutama pada orang tua dan lanjut
usia( diatas 70 thn.
C. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran radiasi elektromagnetik.
Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia .
Destruksi jaringan akibat koagulasi ,denaturasi protein atau ionisasi sel. Kulit dan
mukosa saluran napas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam,
termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau
kontak yang lama dengan agens penyebab (burning Agent). Nekrosis dan kegagalan
organ dapat terjadi. Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka
bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai contoh, pada kasus luka
bakar tersiram air panas pada orang dewasa, konteks selama 1 detik dengan air yang
panas dari shower dengan suhu 68,90 celcius dapat menimbulkan luka bakar yang
merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi di cedera derajat 3 ( fullthickness
injury) pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,10
Celcius mengakibatkan cedera fullthickness yang serupa .suhu yang kurang dari
440c . Dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka
bakar.
D. Klasifikasi
Fase luka bakar
1) Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas) .breething (mekanisme
nafas), dan circulation (sirkulasi) . Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi
segera atau beberapa saat setelah, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernapasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera
inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut.pada fase
akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera
termal yang berdampak sistemik
2) Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok masalah yang terjadi kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi
b. Problem penutupan luka Dengan titik perhatian pada luka telanjang atau
tidak perbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ-organ fungsional
Kauaian hipermetabolisme
3) Fase lanjut
Selanjutnya akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyakit berupa perut yang hipertropik. Kleoid ,
gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
Klasifikasi
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan
perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka,
keseriusan luka, yakni :
1) Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah ( frost bite)
2) Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat 1
 Kerusakan terjadi pada bagian lapisan epidermis
 Tampak merah dan kering luka bakar matahari
 Tidak dijumpai bulae
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
 Penyembuhan terjadi spontan dalam 5 -10 hari
b. Luka bakar derajat II
 kerusakan meliputi epidermis dan sebagiu dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses ekskudasi
 Dijumpai bullae
 Nyeri karena ujung saraf teriritasi
 Dasar luka berwarna merah atau pucat,sering terletak lebih
tinggi diatas kulit normal.

c. Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :


 Derajat II dangkal (supetficial)
Kerusakan mengenai bagian superficial dan dermis. Organ-organ
kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh. Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10
sampai 14 hari
 Derajat II dalam (deep)
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang
lebih dalam. Organ-organ kulit seperti folikel rambut kelenjar
keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan. Tidak dijumpai
bulae, kulit yang terbakar berwarna putih hingga merah, coklat
atau hitam,.terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis
yang dikenal sebagai eskar . Tidak dijumpai rasa nyeri dan
hilang sensasi. Oleh karena ujung-ujung saraf sensorik
mengalami kerusakan atau kematian.penyembuhan terjadi lama
karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka
DAFTAR PUSTAKA

Morton, Patricia Gonce dkk. (2008). Keperawatan kritis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Kowalak, Jennifer P. (2003). Buku ajar patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015). Nanda Nic-Noc (Jilid 3). Jogjakarta:
Medication
Smeltzer, Suzanne C. (2010). Brunner and Suddarth's Textbook of Medical-Surgical Nursing
(Ed 12). Lippincott Williams & Wilkins. Tersedia dalam libgen.is
HR, Hasdianah dan Sentot imam suprapto. (2017). Patologi & Patofisiologi penyakit.
Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai