Anda di halaman 1dari 15

ASKEP LUKA BAKAR (COMBUSTIO) ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO) A.

KONSEP DASAR MEDIS 1. Definisi Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, dan radiasi (en.wikipedia.org). Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). ETIOLOGI Panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis bahan kimia danarus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar. Biasanya bagian tubuh yang terbakar adalah kulit, tetapi luka bakar juga bisa terjadi pada jaringan di bawah kulit, bahkan organdalampun bisa mengalami luka bakar meskipun kulit tidak terbakar.Sebagai contoh, meminum minuman yang sangat panas atau zat kaustik (misalnya asam) bisamenyebabkan luka bakar pada kerongkongan dan lambung. Menghirup asap dan udara panasakibat kebakaran gedung bisa menyebabkan terjadinya luka bakar pada paru-paru.Luka bakar listrik bisa disebabkan oleh suhu diatas 4982 Celsius, yang dihasilkan oleh suatu aruslistrik yang mengalir dari sumber listrik ke dalam tubuh manusia.Resistensi (kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat aliran listrik) yang tinggiterjadi pada kulit yang bersentuhan dengan sumber listrik, karena itu pada kulit tersebut banyak energi listrik yang diubah menjadi panas sehingga permukaannya terbakar.Luka bakar listrik juga menyebabkan kerusakan jaringan dibawah kulit yang sangat berat. Ukurandan kedalamannya bervariasi dan bisa menyerang bagian tubuh yang jauh lebih luas daripada bagian kulit yang terluka.Kejutan listrik yang luas bisa menyebabkan kelumpuhan pada sistem pernafasan dan gangguanirama jantung sehingga denyut jantung menjadi tidak beraturan.Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh sejumlah iritan dan racun, termasuk asam dan basa yangkuat, fenol dan kresol (pelarut organik), gas mustard dan fosfat.

2. a. b. c. d.

Etiologi Luka bakar termal (cedera terbakar, kontak dan kobaran api). Luka bakar listrik. Luka bakar kimia. Luka bakar radiasi.

3. a.

Fase Luka Bakar Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.

b.

Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: 1) Proses inflamasi dan infeksi. 2) Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional. 3) Keadaan hipermetabolisme. c. Fase lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur. Klasifikasi Luka Bakar Dalamnya luka bakar. Kedalam Penyebab Penampilan an Ketebalan Jilatan api, Kering tidak ada partial sinar ultra gelembung. superfisia violet Oedem minimal l (terbakar atau tidak ada. (tingkat I) oleh Pucat bila ditekan matahari). dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas. Lebih Kontak Blister besar dan dalam dengan lembab yang

4. a.

Warna Bertambah merah.

Perasaan Nyeri

Berbintikbintik yang

Sangat nyeri

dari ketebalan partial (tingkat II) - Superfisi al - Dalam

bahan air ukurannya kurang jelas, atau bahan bertambah besar. putih, coklat, padat. Pucat bial ditekan pink, daerah Jilatan api dengan ujung jari, merah coklat. kepada bila tekanan dilepas pakaian. berisi kembali. Jilatan langsung kimiawi. Sinar ultra violet. Ketebalan Kontak Kering disertai kulit Putih, kering, sepenuhn dengan mengelupas. hitam, coklat ya bahan cair Pembuluh darah tua. (tingkat atau padat. seperti arang Hitam. III) Nyala api. terlihat dibawah Merah. Kimia. kulit yang Kontak mengelupas. dengan Gelembung jarang, arus listrik. dindingnya sangat tipis, tidak membesar. Tidak pucat bila ditekan.

Tidak sakit, sedikit sakit. Rambut mudah lepas bila dicabut.

b.

Luas luka bakar Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu: 1) Kepala dan leher : 9% 2) Lengan masing-masing 9% : 18% 3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% 4) Tungkai maisng-masing 18% : 36% 5) genetalia/perineum : 1% Total : 100%

c.

Berat ringannya luka bakar American college of surgeon membagi dalam: 1) Parah critical: a) Tingkat II : 30% atau lebih. b) Tingkat III : 10% atau lebih. c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah. d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas. 2) Sedang moderate: a) Tingkat II : 15 30% b) Tingkat III : 1 10%

3)

Ringan minor: a) Tingkat II b) Tingkat III

: kurang 15% : kurang 1%

Gejala Klinis Luka Bakar


a) b) Luka bakar derajat I: Kerusakan terbakar pada lapisan epidermis (superficial). Rasa nyeri mereda jika didinginkan Kesemutan Hiperestesia (super sensitivitas) Penampilan luka memerah dan menjadi putih jika ditekan. Minimal atau tanpa edema (tanpa bullae) Luka bakar derajat II Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis Hiperestesia Sensitif terhadap udara dingin Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penampilan luka melepuh, dasar luka berbintik-bintik merah. Edema (terdapat bullae) Derajat II dangkal (superficial). Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Penyembuhan spontan dalam waktu 10-14 hari, tanpa skin graft Derajat II dalam (deep). Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan lebih dari satu bulan. Bahkan perlu dengan operasi penambalan kulit (skin graft). c) Luka bakar derajat III Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam.

Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian. Syok Hematuria dan kemungkinan hemolisis (detruksi sel darah merah). Kering: luka bakar berwarna putih atau gosong Edema

(Smeltzer, 2002).

A. Komplikasi Syok hipovolemik Kekurangan cairan dan elektrolit Hypermetabolisme Infeksi Gagal ginjal akut Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri, edema. Paru dan emboli

Sepsis pada luka Ilius paralitik


II. III. a) Respon Kardiovaskuler

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Keadaan ini merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respon, sistem saraf simpatik akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokontriksi) dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung (Smeltzer, 2002).

IV. V. VI. b) Respon Renalis

Ginjal berfungsi untuk menyaring darah jadi dengan menurunnya volume intravaskuler maka aliran darah ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal (Smeltzer, 2002).

VII. VIII. IX. c) Respon Gastro Intestinal

Ada dua komplikasi gastrointestinal yang potensial, yaitu ileus paralitik (tidak adanya peristaltik usus) dan ulkus curling. Berkurangnya peristaltik usus dan bising usus merupakan manifestasi ileus paralitik yang terjadi akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatkan vomitus kecuali jika segera dilakukan dekompresi lambung (dengan pemasangan sonde lambung). Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stres fisiologik yang masif dapat ditandai oleh darah dalam feses atau vomitus yang berdarah. Semua tanda ini menunjukkan erosi lambung atau duodenum (ulkus curling) (Smeltzer, 2002).

X. XI. XII. d) Respon Imonologi

Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Sebagian basis mekanik, kulit sebagai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka (Smeltzer, 2002).

XIII. XIV. XV. e) Respon Pulmoner

Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon lokal. Cedera pulmoner dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu cedera saluran napas atas terjadi akibat panas langsung, cedera inhalasi di bawah glotis terjadi akibat menghirup produk pembakaran yang tidak sempurna atau gas berbahaya seperti karbon monoksida, sulfur oksida, nitrogen oksida, senyawa aldehid, sianida, amonia, klorin, fosgen, benzena, dan halogen. Komplikasi pulmoner yang dapat terjadi akibat cedera inhalasi mencakup kegagalan akut respirasi dan ARDS (adult respiratory distress syndrome) (Smeltzer, 2002).

II.Riwayat Kesehatan A.Riwayat Kesehatan Sekarang1.Keluhan utama saat masuk rumah sakitMenurut penuturan keluarga klien 1 hari sebelum masuk RS sedang memasak kemudianepilepsinya kambuh dan menyenggol kompor sehingga air panas tumpah ke tubuh dari paha ke kaki kanan dan kiri. Klie kepanasan dan mencari air dia menemukan air yangdia sangka air dingin kemudian dia siramkan ke tubuhnya ternyata air itu juga air panassehingga tangan, wajah dan dada serta sebahagian punggung juga menderita luka bakar.2 . K e l u h a n s a a t d i k a j i Klien mengeluh panas dan nyeri pada tubuhnya, nyeri dirasakan sangat mengganggu,nyerinya dirasakan pada kedua kaki, tangan, wajah dan seluruh area lukanya, skala yagdirasakannya skala 5, nyeri dirasakan sering dan setiap saat. B.Riwayat Kesehatan Yang lalu Klien mempunyai penyakit epilepsy sejak tahun 1990 tepatnya setelah klien mempunyai 2orang anak, tetapi belum pernah dirawat hanya berobat ke puskemas saja. C.Riwayat Kesehatan Keluarga Dalam keluarga klien tidak ada penyakit yang serupa dengan klien hanya suami klienmempunyai penyakit hipertensi. III.Data Pola Kebiasaan A.Aspek Biologis 1 . P o l a m a k a n d a n M i n u m Sebelum sakit klien makan 2-3 kali/hari jenis lauk pauk dan nasi serta sayur, dan minumsehari + 6-7 gelas perhari air putih dan pada saat dirawat atau saat sakit klien makan 23kali perhari dengan jenis bubur cair / susu karena ada gangguan dalam menelan. Danminum + 5 -6 gelas saja.2 . P o l a E l e m i n a s i B A B d a n B A K Sebelum sakit klien BAB + 2 kali sehari dengan konsistensi lembek, tidak ada keluhanapapun dan BAK klien + 4-5 kali/hari dengan bau khas amoniak dan warna kuning jernih. Pada saat sakit klien BAB baru 2 kali selama di rumah sakit konsistensinya agak lembek. Dan BAK klien memakai cateter + 1300 perhari warna kuning pekat.3 . P o l a I s t i r a h a t T i d u r Sebelum sakit klien tidur + 6-7 jam perhari dan tidak ada kesulitan tidur klien jarangtidur siang dan malam tidur dari jam 21.30 -05.00 pagi. Pada saat sakit klien sering danterus tertidur namun tidak pernah lama hanya sebentar-sebentar karena rasa nyeri yangterus dirasakannya membuat dia gelisah.4.Pola Kebersihan (personal hygiene)Sebelum sakit klien mandi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu, gosok gigi setiapmandi, mengganti pakaian 2 kali/hari. Pada saat sakit klien belum perah di lap atau mandi, hanya diganti verban saja setiap hari.5 . P o l a a k t i v i t a s s e h a r i h a r i Sebelum sakit klien mampu bersosialisasi dengan tetangga dan keluarga namun setelahsakit klien hanya terbaring saja di tempat tidur. IV.Pemeriksaan Fisik A.Tanda tanda Vital TD: 128/70 , Nadi 148 kali permenit, respirasi 26 kali permenit, suhu 39

o C B.Sistem Neurologis Kesadaran GCS : 15 (E 4 ; M 6 ; V 5), bentuk kepala normal chepal bulat, Rambut hitamdan mata dapat melihat dengan jelas ada edema, warna sclera putih, ada luka baker di leher. C.Sistem Muskulo Skeletal Aktifitas klien hanya terbaring saja di tempat tidur, pada ekstremitas terdapat luka bakar,nyeri terasa turgor sedang. Persendian dapat pula bergerak namun tidak terlalu aktif dikarenakan nyeri akibat luka bakar. D.Sistem Pernapasan Hidung klien simetris dengan septum berada di tengah, terpasang kanul O2 2 liter/mntdada bentuknya normal chest, tidak ada nyeri. Pola pernapasan teratur, frekuensi 26 kali permenit, bunyi napas vesikuler. E.Sistem cardiovaskuler tidak ada keluhan dan kelainan yang tampak, nadi 142 kali permenit. F.Sistem Gastrointestinal Mulut kotor, tidak ada perdarahan pada gigi tidak terdapat caries, lidah kotor. Abdomencontour agak lembek, tidak ada distensi abdomen. G.Sistem Perkemihan Klien BAK memakai cateter + 1300 perhari warna kuning pekat, tidak ada keluhan nyeri. H.Sistem Reproduksi Tidak ada keluhan dan kelainan yang tampak I. Sistem Integumen Turgor kulit Sedang, tampak luka bakar di kulit tangan kaki, muka, dada, dan punggung,luka masih basah dan mengeluarkan pus. V.Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan tanggal 28 05 06 V I . T h e r a p y -Ceftriaxone 2 gr 1 x 1- U l c u m e t 1 a m p l 3 x 1 - R e m o p a i n 1 a m p l 3 x 1 Kutoin 1 ampl 1 x 1-Dermazin salep-Infuse RL 20 tts VII.Data Sosial Klien dapat berkomuikasi dengan perawat dan keluarga VIII.Data spiritual Klien beragama islam, sebelum sakit klien sering mengikuti pengajian d i m e s j i d d e k a t rumahnya.

Patofisiologi Luka Bakar


Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock (syok hipovolemik) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh terhadap kondisi ini adalah: a) Respon Kardiovaskuler

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Keadaan ini merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respon, sistem saraf simpatik akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokontriksi) dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung (Smeltzer, 2002).

b)

Respon Renalis

Ginjal berfungsi untuk menyaring darah jadi dengan menurunnya volume intravaskuler maka aliran darah ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal (Smeltzer, 2002).

c)

Respon Gastro Intestinal

Ada dua komplikasi gastrointestinal yang potensial, yaitu ileus paralitik (tidak adanya peristaltik usus) dan ulkus curling. Berkurangnya peristaltik usus dan bising usus merupakan manifestasi ileus paralitik yang terjadi akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatkan vomitus kecuali jika segera dilakukan dekompresi lambung (dengan pemasangan sonde lambung). Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stres fisiologik yang masif dapat ditandai oleh darah dalam feses atau vomitus yang berdarah. Semua tanda ini menunjukkan erosi lambung atau duodenum (ulkus curling) (Smeltzer, 2002).

d)

Respon Imonologi

Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Sebagian basis mekanik, kulit sebagai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka (Smeltzer, 2002).

e)

Respon Pulmoner

Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon lokal. Cedera pulmoner dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu cedera saluran napas atas terjadi akibat panas langsung, cedera inhalasi di bawah glotis terjadi akibat menghirup produk pembakaran yang tidak sempurna atau gas berbahaya seperti karbon monoksida, sulfur oksida, nitrogen oksida, senyawa aldehid, sianida, amonia, klorin, fosgen, benzena, dan halogen. Komplikasi pulmoner yang dapat terjadi akibat cedera inhalasi mencakup kegagalan akut respirasi dan ARDS (adult respiratory distress syndrome) (Smeltzer, 2002).

Klasifikasi Luka Bakar


a) Berdasarkan Tingkat Keseriusan Luka

American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu: Luka bakar mayor Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak. Luka bakar fullthickness lebih dari 20%. Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum. Terdapat trauma inhalasi dan multipel injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka. Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.

Luka bakar moderat Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak. Luka bakar fullthickness kurang dari 10%. Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.

Luka bakar minor anak. Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-

Luka bakar fullthickness kurang dari 2%. Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki. Luka tidak sirkumfer. Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

Ukuran luas luka bakar Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan metode yaitu : Rule of nine kepala dan leher : 9% Dada depan dan belakang : 18% Abdomen depan dan belakang : 18% Tangan kanan dan kiri : 18% Paha kanan dan kiri : 18% Kaki kanan dan kiri : 18%

Genital : 1%

b) -

Berdasarkan Dalamnya Jaringan Yang Rusak Derajat I (Superficial partial thickness) Dapat diakibatkan karena tersengat matahari, terkena api dengan intensitas yang rendah. Bagian kulit yang terkena pada lapisan epidermis

Gambar 1: Luka bakar derajat I * * Derajat II (Partial thickness) Dapat diakibatkan tersiram air mendidih dan terbakar oleh api. Bagian yang terkena adalah lapisan dermis dan epidermis Luka bakar derajat II dibagi lagi menjadi 2, yaitu : Derajat IIa yang mengenai sebagian kecil dermis Derajat IIb yang mengenai sebagian besar dermis

Gambar 2: Luka bakar derajat II Derajat III (full thickness)

Luka bakar yang diakibatkan nyala api, terkena cairan mendidih dalam waktu yang lama, tersengat arus listrik. Bagian yang terkena epidermis, keseluruhan dermis, dan kadang-kadang jaringan subkutan.

Gambar 3: Luka bakar derajat III

Gejala Klinis Luka Bakar


a) Luka bakar derajat I: Kerusakan terbakar pada lapisan epidermis (superficial). Rasa nyeri mereda jika didinginkan Kesemutan Hiperestesia (super sensitivitas) Penampilan luka memerah dan menjadi putih jika ditekan. Minimal atau tanpa edema (tanpa bullae)

b) -

Luka bakar derajat II Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis Hiperestesia Sensitif terhadap udara dingin Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penampilan luka melepuh, dasar luka berbintik-bintik merah. Edema (terdapat bullae) Derajat II dangkal (superficial). Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Penyembuhan spontan dalam waktu 10-14 hari, tanpa skin graft Derajat II dalam (deep). Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan lebih dari satu bulan. Bahkan perlu dengan operasi penambalan kulit (skin graft). c) Luka bakar derajat III Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam.

Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian. Syok Hematuria dan kemungkinan hemolisis (detruksi sel darah merah). Kering: luka bakar berwarna putih atau gosong Edema

(Smeltzer, 2002).

Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Hitung darah lengkap: peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan/kehilangan cairan. Elektrolit serum: kalium meningkat karena cedera jaringan/kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.

Alkalin fosfat: peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitiil/ganguan pompa natrium. Urine: adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein. Foto rontgen dada: untuk memastikan cedera inhalasi Skan paru: untuk menentukan luasnya cedera inhalasi EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan. Fotografi luka bakar: memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

(Doenges, 2000)

Penatalaksanaan
Secara sistematik dapat dilakukan 6c: clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering, dan comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan Clothing: singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning. Cooling: Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar. Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi. Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia. Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir. Cleaning: Pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang. Chemoprophylaxis: Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial partial thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan Covering: Penutupan luka bakar dengan kasa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi. Comforting: Dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa

Paracetamol dan codein (PO-per oral) 20-30mg/kg Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg

(Rosfanty, 2009)

Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC yaitu Airway and breathing

Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap. Circulation

Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh. Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari Parkland : 3-4 cc/kgBB/%TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4cc/kgBB/%TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam (Rosfanty, 2009).

Komplikasi
Gagal ginjal akut Gagal respirasi akut Syok sirkulasi Sindrom kompartemen Ilius paralitik Ulkus curling

Prognosis
Prognosis lebih baik pada anak dengan usia di atas 5 tahun, dan pada dewasa dengan usia kurang dari 40 tahun. Berat ringan luka bakar tergantung pada: kedalaman luka bakar, luas, usia, lokasi, agent, riwayat penyakit, dan trauma.

Anda mungkin juga menyukai