OLEH :
NI KETUT AYU WIRATNI
(P07120213032)
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m 2 pada anak
baru lahir sampai 2 m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan
suhu tinggi, maka pembuluh kapiler di bawahnya, area sekitar, dan area yang
jauh sekalipun akan rusak dan menyebabkan permeabilitasnya meningkat.
Terjadilah kebocoran cairan intrakapiler ke interstisial sehingga terjadi oedema
dan bula yang mengandung banyak elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar
akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan penahan
penguapan.
Kedua penyebab diatas dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan
intravaskuler. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%, mekanisme
kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas
(lebih dari 20%) dapat terjadi syok hipovolemik disertai gejala yang khas,
seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, serta produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan,
maksimal terjadi setelah delapan jam.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permebilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
anemia. Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah
dapat terjadi kerusaakan mukosa jalan napas dengan gejala sesak napas,
takipnoe, stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. Dapat
juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon monoksida
sangat kuat terikat dengan hemoglobin sehingga hemoglobin tidak lagi mampu
mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan, yaitu lemas, binggung, pusing,
mual dan muntah.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi
mobilisasi serta penyerapan kembali cairan dari ruang intertisial ke pembuluh
darah yang ditandai dengan meningkatnya diuresis. Luka bakar umumnya tidak
steril. Kontaminasi pada kulit mati yang merupakan medium yang baik untuk
pertumbuhan kuman akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi
karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami
trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau
antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain berasal dari kulit
penderita sendiri, juga kontaminasi dari kuman saluran napas atas dan
kuman
gram
negatif.
Pseudomonas
aeruginosa
yang
dapat
berwarna putih , coklat, merah atau hitam. Luka ini tidak akan
menimbulkan rasa nyeri karena semua reseptor sensoris telah
mengalami kerusakan total. Kerusakan meliputi seluruh ketebalan
dermis dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan,
kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih rendah
dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein pada lapisan
epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama
karena tidak ada proses epitelisasi spontan
Luka bakar derajat III :
1) Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen
2) Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan
pembuluh darah sudah hancur.
3) Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan
tulang.
4) Luka bakar grade IV
Berwarna hitam
b. Berdasarkan tingkat keseriusan luka, menurut American Bum Association
terdiri dari :
1) Luka Bakar Mayor
Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih
dari 20% pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness lebih dari 20%
Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum
2) Luka Bakar Moderat
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20%
pada anak-anak
Luka bakar fullthickness kurang dari 10%
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki,
dan perineum
3) Luka Bakar Minor
Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan
kurang dari 10% pada anak-anak
Luka bakar fullthickness kurang dari 2%
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, dan kaki
Luka tidak sirkumfer
Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur
Setelah mengalami luka bakar maka seorang penderita akan berada dalam tiga
tingkatan fase, yaitu : (dalam Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan
Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas
karena adanya cidera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi
gangguan keseimbagan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis
bersifat sistemik. Disebut fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan napas),
breathing (mekanisme bernapas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan
airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernapasan akibat
cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah
penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase akut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal
yang berdampak sistemik.
b.
b.
c.
c.
Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada
fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan
pigmentasi, deformitas, dan kontraktur.
Luas luka bakar pada dewasa dihitung menggunakan rumus sembilan (Rule of
nine) yang diprovokasi oleh Wallace, yaitu :
1. Kepala dan leher
2. Lengan masing-masing 9%
3. Badan depan 18%, badan belakang 18%
4. Tungkai masing-masing 18%
5. Genitatalia/perineum
Total
: 9%
: 18%
: 36%
: 36%
: 1%
: 100%
Pada anak-anak menggunakan tabel dari lund atau Browder yang mengacu
pada ukuran bagian tubuh terbesar pada seorang bayi/anak (yaitu kepala)
(Moenadjat, 2009).
Usia (tahun)
A-kepala (muka
0
9
1
8
5
6
10
5
15
4
Dws
3
belakang)
B-1 paha (muka belakang)
belakang)
Menurut Kahan dan Raves (2011) :
Derajat
Derajat 1 atau
Lokasi yang
Terlibat
Epidermis.
Karakteristik
Eritema dan nyeri.
Perkembangan Klinis
Terapi
ketebalan
anti imflamasi
partial
non steroid.
superficial.
Derajat 2 atau
Melewati
(mengelupas).
Luka bakar dermis
Dilakukan eksisi
ketebalan
epidermis
mengeluarkan
partial
dan sampai
cairan,
luka bakar
superficial
ke dermis.
pembengkakan dan
dermis yang
dalam.
dalam.
Semua
ketebalan
lapisan
seperti beludru,
penuh.
melewati
dermis.
nyeri
Dilakukan eksisi
dan graft.
e. Luka bakar listrik mungkin mirip dengan luka bakar panas, atau mungkin
tampak sebagai daerah keperakan yang menjadi gembung. Luka bakar
listrik biasanya timbul dititik kontak listrik. Kerusakan internal akibat luka
bakar listrik mungkin jauh lebih parah daripada luka yang tampak dibagian
luar.
Luka bakar memiliki tanda dan gejala tergantung derajat keparahan dari luka
bakar tersebut, yaitu :
a. Derajat I : Kemerahan pada kulit (Erythema), terjadi pembengkakan
hanya pada lapisan atas kulit ari (Stratum Corneum), terasa sakit, merah
dan bengkak.
b. Derajat II : Melepuh (Bullosa) pembengkakan sampai pada lapisan kulit
ari, luka nyeri, edema, terdapat gelembung berisi cairan kuning bersih
(eksudat).
c. Derajat III : Luka tampak hitam keputih-putihan (Escarotica), kulit terbuka
dengan lemak yang terlihat, edema, tidak mumcat dengan tekanan, tidak
nyeri, folikel rambut dan kelenjar keringat rusak.
d. Derajat IV : Luka bakar sudah sampai pada jaringan ikat atau lebih dari
karena dari luar tampak sebagai kerusakan kulit yang hanya kecoklatan,
padahal daya rusak masih terus menembus kulit, kadang sampai 72 jam.
Pada umumnya penanganan dilakukan dengan mengencerkan zat kimia
secara masif, yaitu dengan mengguyur penderita dengan air mengalir
dan kalau perlu diusahakan membersihkan pelan-pelan secara mekanis.
Netralisasi dengan zat kimia lain merugikan karena membuang waktu
untuk mencarinya, dan panas yang timbul dari reaksi kimianya dapat
menambah kerusakan jaringan.
Sebagai tindak lanjut, kalau perlu dilakukan resusitasi, perbaikan
keadaan umum, serta pemberian cairan dan elektrolit.
Pada kecelakaan akibat asam fluorida, pemberian calsium glukonat
10% dibawah jaringan yang terkena, bermanfaat mencegah ion fluor
menembus jaringan dan menyebabkan dekalsifikasi tulang. Ion fluor
akan terikat menjadi kalsium fluorida yang tidak larut. Jika ada luka
dalam, mungkin diperlukan debridemen yang disusul skin grafting dan
rekonstruksi. Pajanan zat kimia pada mata memerlukan tindakan darurat
segera berupa irigasi dengan air atau sebaiknya larutan garam 0,9%
secara terus menerus sampai penderita ditangani di rumah sakit.
3) Luka bakar arus listrik
Terlebih dahulu arus listrik harus diputus karena penderita mengandung
muatan listrik selama masih terhubung dengan sumber arus. Kemudian
kalau perlu, dilakukan resusitasi jantung paru. Cairan parenteral harus
diberikan dan umumnya diperlukan cairan yang lebih banyak dari yang
diperkirakan karena kerusakan sering jauh lebih luas. Kadang luka
bakar di kulit luar tampak ringan, tetapi kerusakan jaringan ternyata
lebih dalam. Kalau banyak terjadi kerusakan otot, urin akan berwarna
gelap karena mengandung banyak mioglobin dan resusitasi pasien ini
mengharuskan pengeluaran urin 75-100 ml per jam. Selain itu, urin
harus diubah menjadi basa dengan natrium bikarbonat intravena yang
menghalangi pengenda-pan mioglobulin. Bila urin tidak segera bening
atau pengeluaran urin tetap rendah, walaupun sudah diberikan sejumlah
besar cairan, maka harus diberikan diuretik yang kuat bersama manitol.
Pada penderita cedera otot yang masif, dosis manitol (12,5 gram per
dosis) mungkin diperlukan selama 12-24 jam. Pasien yang gagal
trauma
inhalasi.
Pemasangan
pipa
nasofaringeal,
diperlukan
pada
kasus-kasus
dengan
untuk
menyebabkan
hipervolemia
yang
ditandai
dengan
terjadinya
peningkatan CVP.
3. Melepaskan penghalang
Tujuan melakukan penilaian serta mencegah terjadinya konstriksi sekunder
akibat edema
4. Resusitasi cairan
Pada luka bakar mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan
diikuti dengan ekstrapasasi cairan (plasma protein dan elektro-lit) dari
intravaskuler
ke
jaringan
interstisial
mengakibatkan
terjadinya
4cc/kgBB/%lukabakar/24 jam.
Contoh :
Korban gawat darurat dengan BB 50kg, luas luka bakar 20%. Maka
korban gawat darurat akan mendapat 50 x 20 x 4 cc / 24 jam = 4000 cc /
24 jam. Separuhnya 2000 cc (4 kolf) dalam 8 jam pertama.
Catatan : 2000cc x 20 (tetes infus set) = 80 tetes / menit.
4 (jam) x 60 (menit)
Rumus ini hanya merupakan patokan awal, dan menilai cukupnya cairan
yang diberikan lebih tepat dengan menilai reproduksi urin setiap jam, yaitu
30 50 cc setiap jam pada orang dewasa. Atau dapat menggunakan ukuran
1-1,5 cc / kgBB / jam. Contohnya, korban yang Bbnya 50 kg, maka
produksi urin normalnya antara 50 70 cc / jam.
Bila masa pra rumah sakit hanya singkat, maka tidak perlu pemasangan
kateter uretra ( pemasangan DC, Dauer Catheter). Namun dalam keadaan
khusu dimana masa pra-rumah sakit yang lama ( transportasi yang sangat
lama ), maka perlu pemasangan DC sehingga dapat di lakukan monituring
produksi urin.
5. Fluid Creep Phenomena
Dalam dekade terakhir, resusitasi cairan pada pasien luka bakar telah
dilakukan
sebagai
proses
yang
rutin.
Kebanyakan
dari
klinisi
bertujuan
adalah
pemberian
antibiotik
sistemik
bertujuan
8.
b.
c.
iskemik.
Infeksi yang meluas hingga mengenai sebagian besar anggota
gerak.
Perawatan Luka Pada Luka Bakar
Terdapat 2 jenis perawatan luka pada luka bakar, yaitu :
1) Perawatan luka bakar terbuka (exposure method)
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka
yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit
berkembang. Kerugiannya bila digunakan obat tertentu, misalnya mitrasargenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan keluargapun merasa kurang
enak karena melihat luka yang tampak kotor. Perawatan terbuka ini
memerlukan ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan aktif. Keadaan
luka harus diamati beberapa kali dalam sehari. Cara ini baik untuk
merawat LB yang dangkal. Untuk LB III dengan eksudasi dan
pembentukan pus harus dilakukan pembersihan luka berulang-ulang untuk
menjaga luka tetap kering. Penderita perlu dimandikan tiap hari, tubuh
sebagian yang luka dicuci dengan sabun atau antiseptik dan secara
bertahap dilakukan eksisi eskar atau debridement.
2) Perawatan luka bakar tertutup (occlusive dressing method)
Perawatan
tertutup
dilakukan
dengan
memberikan
balutan
yang
banyak
pembalut
dan antiseptik.
Untuk menghindari
Tindakan Bedah
Tindakan bedah selanjutnya pada penderita LB yang dapat melewati fase
aktif adalah eksisi dan penutupan luka. Hal ini sangat penting bila ingin
menghindarkan kematian oleh sepsis dan akibat-akibat hipermetabolisme
yang sulit diatasi. Eksisi eskar dilakukan secara tangensial. Seluruh
jaringan nekrotik dibuang, bila perlu sampai fascia atau lebih dalam.
Keuntungan eksisi eskar dan penutupan luka yang dini adalah :
1. Keadaan umum cepat membaik.
2. Jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri dihilangkan.
3. Penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan skin graft.
4. Timbulnya jaringan parut dan kontraktur dikurangi.
5. Sensitivitas lebih baik.
8.
merupakan
proses
: 1. ringan
2. sedang
3. berat
b) Status gizi
c) Sikap
: 1. gemuk
: 1. tenang
2. normal
2. gelisah
3. kurus
3. menahan
nyeri
d) Personal hygiene : 1. bersih
2. kotor
3. lain-lain
e) Orientasi waktu/ tempat/ orang :
1. baik
2. Terganggu
4) Pemeriksaan fisik head to toe
a) Kepala
: bentuk, lesi/luka
b) Rambut
: warna, kelainan
c) Mata
: penglihatan, sclera, konjungtiva, pupil, kelainan
d) Hidung
: penciuman, secret/darah/polip, tarikan cuping
hidung
e) Telinga
: pendengaran, secret/cairan/darah
f)
Mulut dan gigi
(1) Bibir
:
1. lembab
2. kering
3. cianosis
4. pecah-pecah
(2) Mulut dan tenggorokan :
1. normal
2. lesi
3. Stomatitis
(3) Gigi
:
1. penuh/normal 2. ompong 3. lain-lain
g) Leher
: pembesaran tyroid, lesi, nadi karotis, pembesaran
h) Thorax
i)
Abdomen
j)
Genetalia
k) Kulit
l) Ekstermitas
limfoid
: Jantung, paru-paru, retraksi dada
: peristaltic usus, kembung, nyeri tekan, ascites
: pimosis, alat bantu, kelainan
: turgor, laserasi, warna kulit
: kekuatan otot, ROM, hemiplegic, akral, CRT,
edema
b.
Pemeriksaan diagnostik
1) Sinar X
Melihat gambaran terakhir atau mendekati struktur luka bakar
2) Venogram
Menggambarkan arus vaskularisasi
3) Konduksi saraf dan elektromiogram
Mendeteksi cidera saraf
4) Angiografi
Berhubungan dengan pembuluh darah
5) Antrotropi
Mendeteksi keterlibatan sendi
6) Radiografi
Menentukan integritas tulang
7) CT-Scan
Memperlihatkan luka bakar atau mendeteksi struktur luka bakar
8) Pemeriksaan urine
Berat jenis urine, warna urine, pH, kadar glukosa, aseton, protein
serta nilai haemoglobin
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia, radiasi, dan luka
bakar terbuka.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit, pertahanan
e.
f.
g.
2. Perencanaan Keperawatan
No
1.
Diagnosa
Keperawatan
Kekurangan volume
cairan b.d kehilangan
cairan aktif.
Tujuan dan
Intervensi
Kriteria Hasil
NOC :
NIC:
Fluid Balance
Fluid Management
Hydration
Nutritional Status : a. Timbang
Food
and
Fluid
Intake
diperlukan
b. Pertahankan
Kriteria Hasil :
a. Mempertahanka
n urine output
sesuai
dengan
popok/pembalut
normal,
HT normal
b. Tekanan darah,
jika
catatan
mukosa,
diperlukan
d. Monitor vital sign
batas e. Monitor
masukan
normal
c. Tidak ada tanda-
makanan/cairan
dan
tanda dehidrasi,
harian
elastisitas turgor f. Kolaborasikan
kulit
baik,
pemberian cairan IV
g. Monitor status nutrisi
membrane
h. Berikan
cairan
IV
mukosa lembab,
membantu
pasien makan
l. Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
m. Kolaborasi
dengan
dokter
n. Atur
kemungkinan
tranfusi
o. Persiapan
untuk
tranfusi
Hypovolemia
Management
a. Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb
dan Hematokrit
d. Monitor tanda vital
e. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
f. Monitor berat badan
g. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
h. Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
i. Monitor adanya tanda
2.
Nyeri akut
berhubungan dengan
agen cidera.
NOC :
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria Hasil
a. Mampu
gagal ginjal
NIC:
Pain management
a. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
mengontrol
termasuk lokasi,
nyeri (tahu
karakteristik, durasi,
penyebab nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
b. Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
managemen
nyeri
c. Mampu
faktor presipitasi
b. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
c. Gunakan tehnik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
d. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
e. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
f. Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain tentang
mengenali nyeri
ketidakefektifan
(skala,
intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
lampau
g. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan dukungan
h. Control lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
Kerusakan integritas
kulit b.d zat kimia,
radiasi
NOC
Tissue integrity :
skin and mucous
membranes
Hemodyalisis akses
Kriteria hasil
a. Integritas kulit
gejala
NIC
Pressure management
a. Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian
yang longgar
b. Hindari kerutan pada
tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit
dipertahankan
(sensai,
elastisitas,
temperature,
hidrasi,
pigmentasi)
b. Tidak ada
luka/lesi pada
kulit
c. Perfusi jaringan
baik
d. Menunjukkan
pemahaman
dalam proses
perbaikan kulit
kering
d. Mobilisasi pasien
(ubah posisi pasien)
setiap dua jam sekali
e. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
f. Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada
daerah yang tertekan
g. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
h. Monitor status nutrisi
pasien
i. Memandikan pasien
dengan sabun dan air
dan mencegah
hangat
Insision site care
terjadinya cedera
a. Membersihkan,
berulang
memantau dan
e. Mampu
meningkatkanproses
melindungi kulit
penyembuhan pada
dan
luka yang ditutup
mempertahankan
dengan jahitan, klip
kelembaban kulit
atau straples
perawatan alami
b. Monitor proses
kesembuhan area
insisi
c. Monitor tanda dan
gejala infeksi pada
area insisi
d. Bersihkan area sekitar
jahitan atau straples,
emnggunakan lidi
kapas steril
e. Gunakan preparat
antiseptic sesuai
program
f. Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program
Dialysis acces
4.
Risiko infeksi.
NOC
Immune status
Knowledge :
infection control
Risk control
Kriteria hasil
a. Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
b. Mendeskripsikan
proses
penularann
penyakit, factor
yang
maintenance
NIC
Infection Control
a. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain
b. Pertahankan teknik
isolasi
c. Batasi pengunjung bila
perlu
d. Instruksikan pada
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
berkunjung
mempengaruhi
meninggalkan pasien
e. Gunakan sabun
penularan serta
antimikroba untuk
penatalaksanaan
nya
c. Menunjukkan
kemampuan
untuk mencegah
timbulnya
infeksi
d. Jumlah leukosit
dalam batas
normal
e. Menunjukkan
cuci tangan
f. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
g. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
penlindung
h. Pertahankan lingkunan
aseptic selama
pemasangan alat
i. Ganti letak IV perifer
dan line central dan
perilaku hidup
sehat
m. Dorong istirahat
n. Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotic sesuai resep
o. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
p. Ajarkan cara
menghindari infeksi
q. Laporkan kecurigaan
infeksi
r. Laporkan kultur
5.
Gangguan rasa
nyaman b.d gejala
terkait penyakit.
NOC
Ansiety
Fear level
Sleep deprivation
Comfort,readiness
for enchanced
Kriteria hasil
a. mampu
mengontrol
kecemasan
b. status
lingkungan yang
nyaman
c. mengontrol nyeri
d. kualitas tidur
dann istirahat
adekuat
e. agresi
pengendalian diri
f. respon terhadap
pengobatan
g. kontrol gejala
h. status
kenyamanan
meningkat
i. dapat
positif
NIC
Anxiety reduction
a. gunakan pendekatan
yang menenangkan
b. jelaskan semua
prosedur dan apa yang
dirasakan selama
prosedur
c. pahami perspektif
pasien terhadap situasi
stres
d. instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
e. identifikasi tingkat
kecemasan
mengontrol
ketakutan
j. support social
6.
Defisiensi
NOC:
NIC :
pengetahuan b.d
Kowledge : disease
Teaching : disease
kurang pajanan.
process.
Kowledge : health
process
a. Berikan penilaian
Behavior
tentang tingkat
Kriteria Hasil :
pengetatuhan pasien
a. Pasien dan
keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang
penyakit,
kondisi,
prognosis dan
program
pengobatan.
b. Pasien dan
keluarga mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan
secara benar.
c. Pasien dan
keluarga mampu
yang spesifik
b. Jelaskan patofiiologi
dari penyakit dan
bagaimana hal ini
berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat
c. Gambarkan tanda dan
gejala yangbiasa
muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
d. Gambarkan proses
penyakit dengan cara
yang tepat
e. Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengan cara
menjelaskan
yang tepat
f. Sediakan informasi
kembali apa
pada pasien,tentang
yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan
lainnya
yang tepat
g. Hindari jaminan yang
kosong
h. Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
i. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan dating dan
atau proses
pengontrolan penyakit
j. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
k. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
l. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di
komunitas local,
dengan cara yang tepat
m. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
7.
NOC :
yang tepat.
NIC :
Body image
Body Image
Self esteem
Enhancement
Body image
Mampu
terhadap tubuhnya
mengidentifikasi -
Monitor frekuensi
kekuatan
mengkritik dirinya
-
Jelaskan tentang
Mendiskripsikan
pengobatan, perawatan,
secara faktual
kemajuan, dan
perubahan
prognosis penyakit
fungsi tubuh
-
positif
personal
-
Dorong klien
Mempertahanka
mengungkapkan
n interaksi sosial
perasaannya
-
Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
Fasilitasi kontak
dengan individu lain
dalam kelompok kecil
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat.(2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Cetakan II.
Jakarta : Salemba Mardika.
Cecily Lynn Betz & Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri ed
5. Jakarta : EGC
Corwin, Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : EGC
Effendi, C. 2005. Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta: EGC
Herdman, Heater. 2012. Nursing Diagnoses Definition and Classification 20122014. Jakarta : EGC
Mahasiswa
............................................
.............................................
NIP.
NIM.
Pembimbing/CT
................................................
NIP.