B. Etiologi
Etiologi luka bakar akibat cedera termis antara lain:
Air panas (scald), khususnya pada anak.
Api (flame), merupakan 50% penyebab luka bakar pada dewasa.
Pajanan panas langsung (contact), baik oleh sumber api maupun terkena cairan yang mudah terbakar (bensin,
minyak, cairan dari pemantik api)
Pajanan suhu tinggi dari matahari
Selain itu, 3-4% dari luka bakar disebabkan oleh cedera elektrik, yang dapat dikategorikan sebagai berikut:
Cedera akibat listrik dari apliansi rumah tangga, umumnya voltase kecil
Cedera akibat listrik tegangan tinggi, yaitu pada voltase >1000V.
Cedera akibat pajanan listrik sesaat (Flash), ketika terdapat pajanan listrik voltase tinggi namun tidak ada
aliran listrik yang melewati tubuh.
C. Patofisiologi
Luka bakar dikelompokkan menjadi tiga zona berdasarkan derajat kerusakan jaringan dan perubahan pada
aliran darah. Pada bagian pusat atau tengah luka disebut sebagai zona koagulasi, yaitu zona yang paling
banyak terpapar panas dan mengalami kerusakan terberat. Protein akan mengalami denaturasi pada suhu
diatas 41°C, sehingga panas yang berlebih pada tempat luka akan mengakibatkan denaturasi protein,
degradasi, dan koagulasi yangmampu menyebakan nekrosis jaringan. Diluar zona koagulasi terdapat zona
stasis atau zona iskemik yang ditandai dengan menurunnya perfusi jaringan. Zona stasis merupakan zona
yang berpotensi untuk dilakukan penyelamatan jaringan (Moenadjat, 2001)
Pathway
D. Manifestasi Klinis
Menurut Wong and Whaley’s 2003, tanda dan gejala pada luka bakar adalah :
1. Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3 - 7
hari dan tidak ada jaringan parut.
2. Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam), terdapat vesikel (benjolan
berupa cairan atau nanah) dan oedem sub kutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan
basah, mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21 - 28 hari tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-putihan (seperti merah yang
terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan
gosong juga termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin
graf).
Metode Rule of Nines untuk menentukan daerah permukaan tubuh total (Body surface Area : BSA)
untuk orang dewasa adalah :
1. Kepala dan leher : 9%
2. Ekstremitas atas kanan : 9%
3. Ekstremitas atas kiri : 9%
4. Ekstremitas bawah kanan : 18%,
5. Ekstremitas bawah kiri : 18%
6. Badan bagian depan : 18%
7. Badan bagian belakang : 18%
8. Genetalia : 1 %
E. Komplikasi
Dibandingkan dengan luka derajat pertama dan kedua, derajat ketiga lebih berpotensi menimbulkan
terjadinya komplikasi.Dalam kasus yang parah, komplikasi pun dapat berujung pada kematian.Berikut adalah
berbagai komplikasi yang mungkin terjadi apabila luka bakar tidak ditangani sesegera mungkin:
infeksi bakteri,
kehilangan banyak cairan atau hipovolemia,
syok,
tetanus,
sepsis,
hipotermia pada luka akibat udara terlalu dingin,
masalah pernapasan akibat asap atau udara yang terlalu panas,
edema atau penumpukan cairan pada bagian tertentu tubuh, dan
masalah tulang dan sendi.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar yaitu :
1. Laboratorium
A. Hitung darah lengkap :
Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan
peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera,
pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht
turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
B. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.
C. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan
oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi
karbon monoksida.
D. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan
penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi
dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
E. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10
mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan
dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
F. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
G. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
H. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin
dapat meningkat karena cedera jaringan.
I. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.
J. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
K. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat melibatkan berbagai lingkungan
perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan
pertama di unit gawat darurat, penanganan diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain
adalah terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topical.
Pemberian obat-obatan topical anti microbial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi akan
menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan memberikan obat-obatan topical
secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih
menjadi penyebab kematian pasien.( Effendi. C, 1999)
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/16543/3/BAB_I.pdf
http://eprints.umm.ac.id/41523/3/jiptummpp-gdl-wahyudwipu-50809-3-bab2.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7715/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
https://hellosehat.com/hidup-sehat/pertolongan-pertama/luka-bakar/
PRA
Batuk
IM
ERB Sulit bicara
PE Napas cuping hidung
N napas
G C
dingin
KA
JI lema Diaforesis
AN h > 2 detik
Frekuensi nadi normal
Compos mentis Delirium Stupor
Apatis Somnolen Koma
D Pusing
G EYE VERBAL MOTORIK
CS 4 – Buka spontan 5 – Orientasi baik 6 – Patuhi perintah
SK 3 – Buka diperintah 4 – Bingung 5 – Lokalisasi nyeri
O 2 – Buka dengan nyeri 3 – Kata-kata kacau 4 – Fleksi normal terhadap
R
1 – Tidak ada respons 2 – Bersuara tanpa arti nyeri
1 – Tidak ada respons 3 – Fleksi abnormal
TOTAL: 2 – Ekstensi abnormal
1 – Tidak ada respons
NY Tidak nyeri 0 ut
ER
I
1–3
4–6
7 – 10
SO Tidak ada masalah Sulit konsentrasi Merasa Mencederai
PSSI
- Cemas Tegang bersalah orang
IK AL
O Panik Merasa putus lain
Takut
Marah asa Lainnya:
Merasa sedih
Perilaku
agresif
Mencederai
diri
SE TO KEYa
PA
Td k Ya Tdk
E Deformitas
KU LA
Bengkak
ND TO Luka Hematoma
ER HE Nyeri tekan Pupil anisokor
AD
LE Ya Td k Ya Tdk Deformitas Bengkak
PE HE
R Luka
N Distensi vena
G Nyeri tekan jugularis
KA Deviasi trakhea
TH Ya Td Ya Tdk k
JI O
Deformitas Wheezing
RA
AN KS Luka Ronkhi
Nyeri tekan S3 / S4
Bengkak Murmur
Ekspansi
asimetris
ABYa Td k Ya Tdk
D
O Deformitas Distensi abdomen
M Luka Nyeri/kram abdomen
EN
Nyeri tekan Hepatomegali
Anasarka
PE LA
Hb : Na : pH : EK
NU B.Ht : K: BE : Leu : G
NJ Cl : PCO2 : Tr : Ur :
AN RA
G PO2 : GDS : Cr : HCO3 : D.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
(D.0001) (D.0013) Intrakranial (D.0066)
Kulit/Jaringan (D.0129)
pontan (D.0007)
D.0078)
ipovolemia (D.0034)
(D.0010) Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017)
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
(D.0027)
(D.0014)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Manajemen Jalan Napas (I.01011) Perawatan Jantung Akut (I.02076) Pemantauan Tekanan
Pencegahan Aspirasi (I.01018) Perawatan Jantung (I.02075) Intrakranial (I.06198)
Pemantauan Respirasi (I.01014) Pencegahan Perdarahan (I.02067) Manajemen Peningkatan
Terapi Oksigen (I.01026) Manajemen Diare (I.03101) Tekanan Intrakranial (I.06194
Manajemen Asam-Basa (I.02036) Manajemen Cairan (I.03098) Perawatan Luka (I.14564)
Manajemen Hipovolemia (I.03116) Manajemen Elektrolit (I.03102) Manajemen Nyeri (I.08238)
Manajemen Hipervolemia (I.03114) Resusitasi Jantung Paru (I.02083) Pencegahan Infeksi (I.14539)
Pencegahan Syok (I.02068) Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
Manajemen Syok (I.02048) Manajemen Hipoglikemia (I.03116)
DO:
2.
1. Tangan pasien tampak Gangguan Integrasi Kulit / Bahan Kimia Iritatif
kemerahan Jaringan
2. tangan pasien tampak
melepuh
3. tangan pasien tampak
bengkak
4. Pasien tampak
meringis menahan
nyeri
5. TTV
TD : 120/80
Suhu : 36,6
nadi : 90
rr : 20
DS:
1. Pasien mengeluh nyeri
skala 5
2. Pasien mengatakan
tangannya terkena
minyak panas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama / Umur : Dimas / 10 tahun
Kamar / Ruang : 201 / Ruang Melati
17.35 Dx1
2. Identifikasi skala nyeri
DO : pasien mengatakan skala nyeri 5
DS : skala nyeri 5 dan pasien tampak gelisah
17.45 Dx2 4.Bersihkan luka dengan cairan steril ( mis. NaCl 0,9 %,
cairan antiseptik )
DS : pasien mengatakan kedua tangannya terlihat lebih
baik dari sebelumnya
DO : - luka dibersihkan dengan cairan NaCl
- Luka tampak melepuh dan bengkak
CATATAN PERKEMBANGAN