Anda di halaman 1dari 61

LUKA BAKAR

(COMBUSTIO/ BURN)

Prof.Dr.dr.BAMBANG PARDJIANTO SpB,SpBP-RE(K)


SMF BEDAH PLASTIK, REKONSTRUKSI DAN ESTETIK
BAGIAN BEDAH FKUB / RSUD. DR. SAIFUL ANWAR
MALANG.

MERAUKE 11 OKTOBER 2014

1
Tragedi 11 Nopember (WTC, USA)

2
Tragedi 11 Nopember (WTC, USA)

3
Tragedi Bom Bali

4
Evakuasi korban luka bakar

5
PENDAHULUAN.

1. Sampai saat ini luka bakar masih merupakan masalah yang sangat
serius, karena dapat mengenai masyarakat luas dan penanganannya
masih mengalami banyak problem.
2. Pasien luka bakar kebanyakan berasal dari masyarakat dengan sosial
ekonomi yang kurang (menengah - bawah), sedangkan penyakit yang
diakibatkan luka bakar memerlukan biaya perawatan yang tinggi.
3. Morbiditas dan mortalitasnya tinggi
4. Perawatan memerlukan waktu yang panjang, dimana rekonstruksi, repair
dan rehabilitasinya sering membutuhkan perawatan sepanjang hidupnya.
5. Perawatan membutuhkan multidisipliner yang terdiri dari Bedah Plastik,
Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Penyakit Dalam, Paru, Jantung, Psychiatri,
Anestesi, Radiologi dan Rehabilitasi Medis

6
LUKA BAKAR

Ialah luka yang disebabkan oleh termis, elektris maupun khemis

 Termis : - benda panas: padat, cair, udara/uap

- api

- sengatan matahari / sinar panas

 Elektris : - aliran listrik tegangan tinggi

 Khemis : - asam kuat, basa kuat

7
LUAS LUKA BAKAR

1. Rumus – 9 (Rule of Nine)


dari Wallace

2. Telapak tangan = 1%

8
DIAGNOSIS LUKA BAKAR

Berdasar :
1. Luas luka bakar
2. Derajat (kedalaman) luka bakar
3. Lokasi
4. Penyebab

9
1.1. LUAS LUKA BAKAR : RULE OF NINE

10
11
Diagnosis lanjutan

1.2. DERAJAT LUKA BAKAR


- Derajat I
- Mengenai epidermis
- Lapisan basal masih baik (dermal-epidermal junction baik)
- Eritema, oedematus, nyeri
- Sembuh 5-7 hari
- Contoh : Sun Burn
- Derajat II
- Epidermis & Dermis
- Bagian dasar kulit masih baik
- Dermal-epidermal junction rusak epidermolisisbula
(IIa) Superfisial (dangkal)
- sebagian dermis rusak
- Bulla
- Oedema, erithema, nyeri
(IIb) Deep (dalam)
- Hampir mengenai seluruh lap kulit sp seluruh lap. 12
kulit
13
LUKA BAKAR DERAJAT-II DALAM :

- pergelangan tangan
- telapak tangan

14
LUKA BAKAR DERAJAT-II DALAM DAN ESKAR

15
-Derajat III

- Seluruh lapisan kulit sp bawah kulit


- Tidak nyeri
- Jaringan putih, abu-abu, kecoklatan (nekrosis)
- Apendises kulit rusak (kel.rambut, kel.keringat,
kel. Sebasea)

16
LUKA BAKAR DERAJAT-III

17
DERAJAT LUKA BAKAR

18

Luka Bakar Derajat I

Luka Bakar Derajat II

Luka Bakar Derajat III

19
II A

II B

III

20
PENILAIAN KEDALAMAN (DERAJAT) LUKA BAKAR

 Penilaian klinis
– Pengamatan klinis
– Pin-Prick Test

 Prosedur Pembedahan (invasif)


– Eksisi tangensial
– Punch biopsy

 Laser Doppler Imaging (LDI, non invasif)

21
22
Diagnosis lanjutan

1.3. LOKASI
Muka, dada, paha, punggung dsb

1.4. PENYEBAB
Api, air panas, listrik, asam kuat, basa
kuat dsb

23
Luka Bakar di tungkai bawah

24
Luka Bakar di Lengan

25
ZONA KERUSAKAN JARINGAN PADA LUKA BAKAR

 Zona kuagulasi/ zona nekrosis


– Denaturasi protein

 Zona Stasis
– Permeabilitas kapiler meningkat
– Inflamasi lokal

 Zona hiperemia
– Vasodilatasi kapiler
– Penyembuhan spontan

26
27
ESKAR

 Kerusakan jaringan akibat trauma termis


 Denaturasi & koagulasi protein
 Jaringan non vital/ nekrose
 Warna putih keabu-abuan sp.kekuningan
 Eskar padat kenyal kering/basah

28
A

A. Eskar tipis B. Eskar tebal

29
PATOFISIOLOGI

Luka bakar  perubahan mikrosirkulasi


- Penurunan jumlah darah di lokasi luka bakar
- Dilatasi arteriole
- Edema

Proses pembentukan edema :


pada kondisi normal :
- Terjadi pergeseran cairan dari ruang intra vaskuler ke jaringan
interstisium (ekstrapasasi yang disebabkan permeabilitas
kapiler)
- Cairan yang keluar dari intra vaskuler tersebut akan dialirkan
melalui pembuluh limfe (diserap) dalam keadaan seimbang

30
Patofisiologi lanjutan

- Edema akan terjadi bila kondisi tersebut tidak seimbang, dimana


cairan yang keluar dari intra vaskuler lebih banyak dari
penyerapannya oleh pembuluh limfe :
1. peningkatan permeabilitas kapiler karena
kerusakan endotel sebagai akibat luka bakar
2. keluarnya cairan dan protein dari ruang intra
vaskuler ke jaringan interstisium yang banyak 
peningkatan tekanan osmotik jaringan interstisium

Edema :
Luka bakar tak luas  puncak 8 – 12 jam Pasca
Luka bakar luas  puncak 8 – 24 jam trauma

31
TRAUMA INHALASI

 Trauma luka bakar yang disebabkan oleh udara panas yang


mengenai mukosa saluran nafas.  edema

 Edema mukosa jalan napas atas dan edema interstisium


disekitar alveoli, penumpukan fibrin pada mukosa alveoli 
terbentuk membran tebal  gangguan difusi dan perfusi oksigen
(Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

 Terjadi pada kebakaran dalam ruang tertutup atau akibat


ledakan bom.

 Gejala : bulu rambut hidung terbakar, terdapat jelaga, dahak


mengandung jelaga, bila berat dapat muncul gangguan
pernafasan akibat oedem mukosa saluran nafas

32
Inflamasi mukosa lumen  sempit

33
LUKA BAKAR RINGAN

O O
 LB 2 dan 3 <10% pada kelompok usia < 10 th > 50 th
O O
 LB 2 dan 3 <15% pada kelompok usia lain
O O
 LB 2 dan 3 <10% pada semua kelompok usia, tanpa
cedera pada tangan, kaki dan perineum

34
LUKA BAKAR SEDANG (MODERAT)

O O
 LB 2 dan 3 10-20% pada kelompok usia <10 th >50th
O O O
 LB 2 dan 3 15-25% pd kelompok usia lain, dengan LB 3 < 10%
O
 LB 3 <10% pada semua kelompok usia; tanpa cedera pada
tangan, kaki & perineum

35
LUKA BAKAR KRITIS, BERAT DAN MASIF.

O O
 LB 2 dan 3 >20% pada kelompok usia <10 th dan >50 th
O O
 LB 2 dan 3 >25% pada kelompok usia lain

 Trauma Inhalasi

 LB Multiple

 LB pada populasi resiko tinggi

 LB Listrik tegangan tinggi

 LB tangan, kaki & perineum

36
PROSES KEJADIAN LUKA BAKAR

1. FASE AKUT
Sejak terjadinya trauma sampai 48 jam

Problema Fase Akut :


- Gangguan pada jalan nafas
(trauma inhalasi)
- Shock
- Cairan dan elektrolit

37
2. FASE PASCA AKUT

Problema Fase Pasca Akut :


- Infeksi : nosokomial, terjadi 48 jam
setelah MRS
- Sepsis : febris, septic shock

38
PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR

A. FASE AKUT ( IRD )

1. Hentikan dan hindarkan kontak langsung


dengan penyebab luka bakar
2. Nilai KU penderita  Obstruksi airway, nadi,
tensi dan kesadaran (ABC)
- Obstruksi airway  Bebaskan airway
(intubasi, trakeostomi)
- Shock  segera infus (grojog), tanpa
memperhitungkan luas luka bakar dan
kebutuhan cairan (RL)
- Tidak shock  segera infus
sesuai perhitungan kebutuhan cairan

39
Fase akut lanjutan
3. Trauma inhalasi ?
4. Perawatan luka  debridement
a. Dimandikan / cuci : air steril + antiseptika
Bula kecil ( ± 2-3 cm) dibiarkan.
Bula besar ( > 3 cm )  bulektomi (dipecah)
b.Obat-obat lokal (topikal) untuk luka :
Silver Sulfadiazine (SSD) contoh : Silvaden,
Burnazine, Dermazine dll
c. Balut dengan kasa steril
d.Pemberian antibiotika bersifat profilaktis jenis
spektrum luas
e. Analgetika, ATS / Toxoid, Antasida
5. Gangguan AVN distal karena tegang (Compartment syndrome)
 eskarotomi atau fasiotomi
6 Pasang catheter  ukur produksi urin
7 NGT (Nasogastric Tube)  hindari ileus paralitik
40
ESKAROTOMI
41

 FASIOTOMI
42
B. FASE PASCA AKUT / SUB-AKUT

PERAWATAN LUKA :

1. Luka dangkal (superficial wound)

2. Luka dalam (deep wound)

43
LUKA DANGKAL (Superficial Wound)

 Mengenai epidermis dan sebagian dermis


 Reepitelialisasi spontan (Hair Follicle, sebacea gland,
sudorifera gland, basal cell)

 Tujuan perawatan luka :


Reepitelialisasi segera berlangsung

antibiotika
 Cegah infeksi debridement
escarectomi
necrotomi
 Perbaikan KU
44
LUKA DALAM ( Deep Wound)
 Mengenai epidermis, dermis, subcutis, dapat sampai seluruh
jaringan dibawahnya
 Kerusakan seluruh komponen pembentuk epitel
 Hipertropic scar (parut hipertropik) - jaringan fibrous
( kontraktur sendi )
Tujuan perawatan luka :
 Cegah terjadinya hipertropic scar, kontraktur
 Segera dilakukan skin grafting

antibiotika
- Cegah infeksi : debridement
escarectomi
necrotomi
tangensial excition

- Perbaikan KU.
45
PEMBERIAN CAIRAN PADA SHOCK LUKA BAKAR

1. 2-4 ml/ kg BB/ luas luka bakar (ATLS)

2. 3x25% {10%(60%xBB)}  adekuat

10% : volume sirkulasi cairan = 10% jml total cairan tubuh

60% : jml. total cairan tubuh = 60%x kgBB

3. - Akibat kebocoran kapiler  lebih 2/3 masuk ke ruang

interstisiel

- 1/3 cairan dalam kapiler

- jumlah cairan yang dibutuhkan minimal 3 x lipat

46
Terapi lanjutan

PEDOMAN PEMBERIAN CAIRAN :

1. Per oral saja


Penderita dengan luka bakar tak luas
(< 15% grade II) dangkal

2. Infus (IVFD) : pada luka bakar > 15%

47
RUMUS PEMBERIAN CAIRAN & ELEKTROLIT
( dalam 24 jam – I )

BAXTER/PARKLAND (1968)

RL = 4cc x BB x %LB

1. ½ jumlah cairan diberikan dalam


8 jam I post trauma
½ jumlah cairan diberikan dalam
16 jam berikutnya
2. Untuk luka bakar > 50%
diperhitungkan = luka bakar 50%

48
Rumus pemberian cairan & elektrolit

DEWASA :

1. 24 jam-I : RL = 4ccxBBx%LB
2. Setelah 18 jam : dextran 500-1000cc
3. Bila pasase usus baik(bising usus+)  intake per oral
4. 24 jam-II : ½ jumlah kebutuhan cairan 24 jam-I
5. Bila resusitasi cairan mulai diberikan >4 jam dari terjadinya luka bakar –
jumlah cairan yang dibutuhkan diberikan dalam waktu 16 jam + sisa
waktu dari 8 jam-I

49
RUMUS PEMBERIAN CAIRAN & ELEKTROLIT PADA ANAK

- Resusitasi : 2 ccxBB(kg) x %LB = a cc


- Kebutuhan faali :
<1th : BB x 100cc
1-3th : BB x 75cc = b cc
3-5th : BB x 50cc

Kebutuhan Total =  resusitasi +  faali =a+b


Diberikan dalam keadaan tercampur
- RL : dextran = 17:3
- 8 jam I = 1/2 (a+b)cc
- 16 jam II = 1/2 (a+b)cc

50
Terapi lanjutan

FASE PASCA AKUT

1. Luka
2. Keadaan umum penderita
3. Diet dan cairan

51
Terapi lanjutan

PERAWATAN LUKA FASE PASCA AKUT:

- Eskar  eskarektomi
Eskar : jaringan kulit yang nekrose, 
denaturasi (koagulasi) protein
- Kultur dan sensitivity test antibiotika
Antibiotika diberikan sesuai hasilnya
- Dimandikan tiap hari / 2 hari sekali
- Kalau perlu pemberian Human Albumin –
Globulin

52
JENIS PERAWATAN LUKA PADA LUKA BAKAR

 Perawatan luka secara terbuka


Setiap hari penderita dimandikan setelah itu diolesi salep SSD
 Perawatan luka secara tertutup

53
PERAWATAN LUKA BAKAR SECARA TERTUTUP

Luka Cuci luka & debridemant

Rawat tertutup
Silver sulfadiazin
dengan kassa steril

Buka verband Hari ke-7 mulai dimandikan


Jika luka hanya menunggu setelah mandi oleskan
epitelisasi, dibuka 4 hari Sol savlon 1:30

Posisi penderita :
- Ekstremitas: fleksi /ekstensi max
- Leher & muka: semi fowler

54
KEADAAN UMUM PENDERITA :

- Kesadaran menurun/pasif
- Febris SEPSIS
- Sirkulasi perifer jelek

DIET DAN CAIRAN :

- Cairan diberikan sesuai kebutuhan


- Tinggi kalori dan tinggi protein
- Kalau perlu pemberian plasma/albumin
(Albumer, Plasbumin dsb)
- Roborantia: vit C, Vit Bcomplex, Vit A

55
PARAMETER MONITORING

 Nadi cepat + kecil  Hipovolemia


 Tekanan darah
 CVP  lebih akurat utk menilai jumlah cairan dalam sirkulasi 
luka bakar >40%
 Produksi urin  catheter  urin tampung
Kebutuhan cairan dianggap cukup  produksi urine 0,5 ml/
kgBB/jam
 Kesadaran composmentis  sirkulasi baik
 Akral hangat  sirkulasi baik
 Laboratorium

56
LABORATORIUM

- Hb, Ht, Hb urin pada hari 1-3 tiap 12 jam


selanjutnya tiap habis koreksi
- Albumin pada hari 1-3,
selanjutnya tiap habis pemberian albumin
- RFT dan LFT hari ke 2, selanjutnya
tiap minggu
- Elektrolit setiap hari pd minggu pertama
- BGA bila nafas > 32x/menit  menilai
asidosis/alkalosis
- Kultur kuman pada hari 1-3

57
INDIKASI RAWAT INAP

1. Dewasa : Lb. > 15% derajat II


Anak : Lb. > 10% derajat II
2. Luka bakar derajat III > 2%
3. Luka bakar mengenai daerah yang penting :
- muka dan leher
- genitalia
- ekstremitas

Catatan : derajat I tidak diperhitungkan

58
 Parut hipertropik Keloid telinga

59
Kontraktur

60

Anda mungkin juga menyukai