Anda di halaman 1dari 3

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aerides odorata Lour adalah salah satu spesies dari famili Orchidaceae, anggrek epifit

dengan pertumbuhan monopodial. A. odorata disebut sebagai anggrek ekor rubah

karena bentuk bunga A. odorata tersusun dalam tandan. A. Odorata dapat ditemukan

di India, Burma, Malaysia dan Indonesia (Mukherjee, 1983). Terdapat sekitar 21

Spesies di Asia (Kocyan, Vogel, Conti dan Gravendeel, 2008). A. Odorata memiliki

daya tarik tersendiri yaitu bunganya megeluarkan aroma yang harum, memiliki warna

bunga dominan putih serta bintik-bintik merah muda atau ungu (Mukherjee, 1983). A

.odorata juga memiliki nilai yang tinggi, karena anggrek ini dapat melakukan

persilangan dengan jenis anggrek lainnya seperti genus Vanda dan Rhyncotylis.

Spesies yang hidup di alam liar memiliki tingkat kepunahan yang tinggi

termasuk A. odorata (Thomas dan Schuiteman, 2002). Hongthongkham dan Bunnag

(2014) menyatakan bahwa spesies A. odorata perlahan-lahan mulai hilang karena

kerusakan habitat alam yang diakibat dari deforestasi, penebangan dan perluasan

daerah pertanian serta eksploitasi sumber daya alam oleh penduduk. Dalam

CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and

Flora) tahun 2015 bahwa A. odorata masuk kedalam kategori appendix II. Oleh karena

itu perlu upaya konservasi untuk melindungi anggrek ini.

Anggrek termasuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan karena bijinya tidak

memiliki endosperm sehingga sulit tumbuh di alam (Arditti, dan Ernst, 1993). Solusi

terbaik adalah melalui perbanyakan in vitro, Perbanyakan secara in vitro merupakan

sarana efektif dan potensial untuk mendapatkan bibit yang baik dan cepat karena

banyak keunggulannya (Zulkarnain, 2009). Biji yang ditumbuhkan pada kondisi in

vitro akan menghasilkan Protocorm Like Bodies (PLBs)(Abbas, 2011). Protocorm


adalah biji anggrek yang berisi embrio yang belum terorganisir dan terdapat ratusan

sel yang selama masa perkecambahan biji membentuk struktur berupa umbi

(Zulkarnain, 2009).

Keberhasilan dari pertumbuhan PLB tergantung dari eksplan, media dan

komposisi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Media dan komposisi ZPT yang tidak tepat

menyebabkan PLB gagal terbentuk atau beregenerasi (Chen dan Chang, 2001). Untuk

merangsang agar pertumbuhan PLB yang baik, maka ditambahkan kombinasi

konsentrasi ZPT sitokinin (BAP) dan auksin (2,4-D) kedalam medium. Sallysburi dan

Ross (1995) mengatakan bahwa penambahan kombinasi auksin dan sitokinin didalam

jaringan dapat bekerja secara sinergis, auksin didalam jaringan akan mestimulus

sitokinin dan dapat menaikan laju sintesis protein sehingga terbentuk sel-sel baru yang

berdifrensiasi menjadi organ tertentu.

Benzylaminopurine (BAP) merupakan sitokinin sintetik yang paling sering

digunakan karena sangat efektif dalam menginduksi tunas, pembentukan daun, mudah

didapat dan harganya relatif murah (George dan Sherington, 1984). Selain itu BAP

juga merupakan ZPT sintetik yang tidak mudah di rombak oleh sintesis enzim dari

tanaman (Kurnianingsih, Marfuah dan Ihsan, 2009). BAP lebih stabil dibandingkan

sitokinin lainnya (Reddy, 2014). Sedangkan 2.4-D juga memiliki kelebihan yaitu

aktifitas yang stabil untuk memacu difrensiasi sel, menekan organogesis serta menjaga

pertumbuhan, memiliki aktifitas yang kuat karena gugus karboksilnya dipisahkan oleh

karbon dan oksigen, serta dapat meningkatkan sintesis protein dan tekanan osmotik.

Beberapa penelitian telah dilakukan dengan kombinasi ZPT auksin dan

sitokinin diantaranya yaitu hasil penelitian Tokuhara dan Mii (2001), pemberian

konsentrasi auksin dan sitokinin optimum untuk induksi dan multiplikasi PLB anggrek

Phalaenopsis sp L. dan Doritaenopsis adalah 0,25 ppm auksin dan 0,5 ppm sitokinin.

Berdasarkan hasil penelitian Makhziah (2008), kombinasi auksin dan sitokinin yang
seimbang merupakan komposisi terbaik untuk pertumbuhan jumlah daun dan jumlah

akar pada media MS. Konsentrasi 2,4-D 0,1 ppm dan konsentrasi BAP 2 ppm

merupakan konsentrasi optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan biji anggrek

D. laxiflorum (Lestari, Nurhidayati, dan Nurfadilah, 2013). Pada Vanda tricolor

dengan penambahan konsentrasi auksin 0,1 ppm dan sitokinin 0,25 ppm merupakan

hasil terbaik untuk perbanyakan PLB (Hardjo, Binanto dan Savitri, 2016).

1.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari penelitian ini yaitu bagaimanakah respon

pertumbuhan PLB A. odorata terhadap pemberian beberapa konsentrasi 2,4-D dan

BAP ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui respon PLB A. odorata

terhadap pemberian beberapa konsentrasi 2,4-D dan BAP.

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai respon

pertumbuhan PLB A. odorata terhadap pemberian beberapa konsentrasi 2,4-D

dan BAP secara in vitro dan mengetahui cara pembudidayaan dan teknik-teknik

dalam perbanyakan tanaman.

1.5 Hipotesis

Pemberian kombinasi konsentrasi ZPT 2,4-D dan BAP yang berbeda-beda

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan PLB A. odorata

Anda mungkin juga menyukai