Anda di halaman 1dari 19

Kurikulum 2006/2013

Kel a s

XII
Sejarah
PROSES BERAKHIRNYA PEMERINTAHAN ORDE BARU
DAN TERJADINYA REFORMASI

SEMESTER 2 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK – KTSP 2006 & K-13 Peminatan

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menganalisis proses berakhirnya 2.2 Menganalisis proses berakhirnya


pemerintah Orde Baru dan terjadinya pemerintah Orde Baru dan terjadinya
reformasi. reformasi.
2.3 Menganalisis perkembangan politik dan
ekonomi serta perubahan masyarakat
di Indonesia pada masa reformasi.

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami proses berakhirnya pemerintahan Orde Baru.
2. Memahami awal reformasi.
3. Memahami ciri pokok masa reformasi.
A. Berakhirnya Pemerintahan Orde Baru
1. Faktor Munculnya Reformasi
Reformasi di Indonesia menjadi sebuah gerakan yang meluas pada 1998. Secara umum,
adanya gerakan reformasi menuntut perbaikan di segala bidang kehidupan berbangsa
dan bernegara. Hal ini dilatarbelakangi kebablasan dari tekad pemerintah Orde Baru yang
pada awalnya ingin melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Namun, ketika memegang kekuasaan, timbul keinginan untuk mempertahankan
status quo (berkuasa secara terus-menerus). Kemudian, berujung pada kekuasaan atau
pemerintahan otoriter. Akibatnya, terjadinya berbagai penyelewengan terhadap Pancasila
dan UUD 1945 untuk melindungi kepentingan penguasa.
Walaupun pemerintah Orde Baru telah melaksanakan pembangunan di Indonesia,
hal itu didasari oleh utang luar negeri serta praktik korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) yang
merajalela di Indonesia. Pengaruh ini sangat terasa pada masyarakat Indonesia ketika
Indonesia terkena dampak krisis moneter di Asia yang berlangsung sejak 1997.

Munculnya tuntutan reformasi bermula dari adanya krisis moneter yang berkembang
menjadi krisis ekonomi. Akibatnya tatanan ekonomi rusak, pengangguran meningkat,
dan kemiskinan merajalela. Dampak langsung dari krisis adalah makin pudarnya
kepercayaan rakyat kepada pemerintah Orde Baru.

Dalam kondisi yng kacau tersebut muncul gerakan reformasi yang dipelopori oleh
para mahasiswa dan cendekiawan serta didukung oleh masyarakat luas yang sadar dan
menginginkan adanya perubahan yang lebih baik bagi pemerintahan di Indonesia.

Tujuan reformasi adalah terciptanya kehidupan yang lebih baik dalam bidang politik,
ekonomi, hukum, dan sosial di Indonesia.

Secara umum, faktor pendorong terjadinya gerakan reformasi, meliputi beberapa


faktor berikut.
a. Faktor politik
1.) Adanya KKN dalam kehidupan pemerintahan yang mengakibatkan munculnya
rasa tidak percaya kepada pemerintah.
2.) Kekuasaan Orde Baru yang otoriter.
3.) Adanya keinginan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa.
4.) Mahasiswa menginginkan adanya perubahan.

2
b. Faktor ekonomi
1.) Adanya krisis mata uang rupiah.
2.) Naiknya harga barang-barang kebutuhan masyarakat.
3.) Sulitnya mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok.
c. Faktor sosial
1.) Adanya kerusuhan pada 13 dan 14 Juni 1998 yang melumpuhkan perekonomian
rakyat.
2.) Kebebasan pers dibungkam.
d. Faktor hukum, belum adanya keadilan dalam perlakuan hukum yang adil di antara
warga negara.

2. Budaya Korupsi di Pemerintahan Indonesia

Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang untuk mendapatkan keuntungan pribadi.


Korupsi di Indonesia selalu diikuti dengan kolusi dan nepotisme yang memiliki arti
sebagai berikut.
1. Kolusi berarti penyuapan.
2. Nepotisme berarti mengangkat atau memilih seseorang berdasarkan hubungan
kedekatan emosional.

Kasus korupsi di Indonesia sudah terjadi sejak lama, bahkan dianggap telah
membudaya karena maraknya kasus korupsi di Indonesia. Namun, upaya penyelesaiannya
dianggap tak kunjung meningkat. Tindak korupsi yang pernah terjadi di Indonesia
sepanjang sejarah adalah sebagai berikut.
a. Keruntuhan kerajaan Hindu-Budha diduga karena adanya praktik korupsi yang
bertujuan memperkaya diri di kalangan bangsawan kerajaan. Oleh sebab itu, pada
masa ini banyak sekali perang saudara untuk memperebutkan kekuasaan.
b. Pada masa penjajahan bangsa Belanda dari VOC hingga Pemerintah Kolonial
Belanda, korupsi menjadi ancaman. Bahkan, korupsi menjadi salah satu penyebab
VOC bangkrut dan dibubarkan pada 1799. Kebiasaan menarik upeti dari kalangan
bangsawan dan penguasa setempat sejak zaman kerajaan masih dilanjutkan pada
zaman kolonial dengan kebijakan penyerahan wajib. Petugas yang menarik upeti
atau penyerahan wajib merupakan orang lokal suruhan penjajah. Kecenderungan
mereka mau melakukannya adalah peningkatan kesejahteraan dengan cara menuruti
atau memuaskan perintah VOC atau pemerintah kolonial.

3
c. Setelah merdeka, praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang ditinggalkan oleh
penjajah kolonial, tidak lenyap begitu saja. Hal tersebut tercermin dari perilaku
pejabat-pejabat pemerintahan sejak era Orde Lama di masa Soekarno dan akhirnya
makin berkembang di pemerintahan Orde Baru yang menyeret nama Soeharto
hingga saat ini. Hal ini terjadi karena pola kepemimpinan yang cenderung otoriter
dan antikritik membuat jalan bagi praktik korupsi terbuka. Selain itu, kedekatan
dengan penguasa seakan-akan para koruptor mempunyai pelindung. Akhirnya,
tingkat korupsi Indonesia cukup tinggi.

3. Krisis Moneter dan Hutang Luar Negeri


Pada 1997, terjadi krisis moneter yang melanda Asia yang memengaruhi aktivitas
perekonomian negara Asia termasuk Indonesia.

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia terjadi karena penurunan nilai tukar mata uang
rupiah terhadap nilai dolar AS.

Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terlihat ketika pada Juli 1997 dari
Rp2.500 per dolar AS menjadi Rp2.603 per dolar AS. Pada Desember 1997, nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS mencapai Rp5.000 per dolar AS, dan pada Maret 1998 telah mencapai
sekitar Rp15.000 per dolar AS. Berikut adalah dampak dari krisis moneter di Indonesia.
a. Banyaknya perusahaan yang bangkrut akibat tingginya biaya produksi.
b. Terjadi PHK besar-besaran.
c. Kredit macet yang menyebabkan bank-bank kehilangan modal minimum sehingga
banyak yang bangkrut akibat tidak bisa melunasi utangnya pada badan keuangan
internasional.
d. Sebanyak 16 bank di Indonesia dilikuidasi sebagai cara penyelamatan sistem
perbankan Indonesia, namun tidak berhasil walaupun seluruh aset bank nasional
dijual. Akibatnya, pemerintah menanggung utang pihak swasta nasional sebanyak
73,962 miliar dolar AS melebihi jumlah utang negara sebanyak 63,462 miliar dolar AS.
e. Pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0 % sehingga bisnis tidak berkembang di
Indonesia.

4. Krisis Politik
Berbagai kebijakan politik dari pemerintah Orde Baru dituding sebagai cara untuk
mempertahankan kekuasaan Presiden Soeharto beserta kroni-kroninya. Pelaksanaan

4
kebijakan pada masa Orde Baru dianggap represif. Hal ini terlihat dari tindakan pemerintah
berikut.
a. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagai
tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia).
b. Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan kritikan. Lima paket UU Politik
adalah sebagai berikut.
1.) UU tentang Pemilu.
2.) Susunan, kedudukan, tugas, dan wewenang DPR/MPR.
3.) Partai politik dan golongan karya.
4.) Referendum.
5.) Organisasi Massa.
Akibat pelaksanaan lima paket UU Politik hanya tiga partai yang diakui oleh
pemerintah. Namun, tiga partai tersebut dianggap tidak mampu mewakili aspirasi
rakyat. Kemudian lahir Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di bawah
Megawati Soekarnoputri. Pada masa awal kemunculannya, terjadi Peristiwa 27 Juli
1996, yaitu penyerangan kantor PDIP oleh massa PDI yang pro dengan kepemimpinan
Suryadi hasil kongres di Medan. Kerusuhan ini yang memakan korban dan kerugian
material.
c. Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan masyarakat
tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.
d. Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang menyebabkan menguatnya peran negara. Selain
itu, Dwi Fungsi ABRI menyebabkan ABRI menguasai berbagai aspek kehidupan, tidak
hanya di bidang militer.
e. Tuntutan mengenai pembatasan masa jabatan Presiden.
f. Kemenangan mutlak Golkar dalam Pemilu 1997 dan kemudian memberikan dukungan
kepada Soeharto untuk kembali menjadi Presiden pada periode 1998-2003.

5. Krisis Hukum
Penyimpangan UUD dan fungsi lembaga negara pada masa Orde Baru banyak terjadi.
Sebagai contoh, pada pasal 24 UUD 1945 bahwa kehakiman memiliki kekuasaan
yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif ). Namun, dalam
pelaksanaannya, kekuasaan kehakiman di bawah kekuasaan eksekutif. Hukum sering
dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan dan kebijakan pemerintah. Krisis hukum
pada masa Orde Baru terlihat dari berbagai pelanggaran HAM sebagai berikut.
a. Pelanggaran HAM di Aceh berbentuk pemberlakuan Daerah Operasi Militer (DOM) di
Aceh.

5
b. Penumpasan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua.
c. Kasus Marsinah dan penculikan aktivis mahasiswa reformasi.
Reformasi menghendaki penegakan hukum secara adil bagi semua pihak sesuai
dengan prinsip negara hukum.

6. Krisis Kepercayaan
Berbagai krisis pada akhir masa Orde Baru berkembang menjadi krisis multidimensi yang
berujung pada menurunnya tingkat kepercayaan rakyat kepada pemerintah. Hal inilah
yang sering disebut sebagai krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan rakyat Indonesia
ditandai dengan aksi damai yang dilakukan oleh para masyarakat dan mahasiswa yang
menginginkan perubahan.

Aksi demonstrasi mahasiswa semakin gencar ketika pemerintah mengumumkan


kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada 4 Mei 1998.

Namun, aksi mahasiswa ada yang berujung rusuh seperti pada Tragedi Trisaksi.
Tragedi Trisakti yang terjadi pada 12 Mei 1998 menyebabkan empat orang mahasiswa
tewas tertembak.

Empat mahasiswa Trisakti, yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hendriawan
Sie, dan Hafidin Royan.

Tragedi Trisakti mengakibatkan gelombang protes mahasiswa terhadap kebijakan


pemerintah makin besar. Akibatnya, gedung MPR/DPR mulai diduduki oleh mahasiswa
sejak 19 Mei 1998 yang menuntut pengunduran diri Soeharto sebagai Presiden. Di
samping demonstrasi, kerusuhan juga terjadi di Jakarta dengan sasarannya adalah pusat
pertokoan dan etnis Tiongkok yang menyebabkan banyaknya etnis Tiongkok yang pergi
dari Jakarta.

B. Awal Reformasi
1. Munculnya Gerakan Reformasi

Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia pada 1998 merupakan suatu gerakan untuk
mengadakan perbaikan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum.

6
Gerakan ini dipicu dengan keadaan masyarakat Indonesia sejak terjadinya krisis
moneter dan ekonomi sangat terpuruk. Masalah yang dihadapi pemerintah adalah upaya
untuk mengatasi kesulitan kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako) dengan harga
yang terjangkau oleh rakyat. Pada waktu itu, harga sembako melambung tinggi sehingga
warga masyarakat harus antre untuk membelinya. Hal ini diperparah dengan kondisi
politik dan ekonomi Indonesia yang semakin tidak terkendali.
Oleh karena itu, kemunculan gerakan reformasi bertujuan untuk memperbaharui
tatanan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara agar kesejahteraan rakyat
tercapai. Beberapa agenda reformasi yang disuarakan para mahasiswa antara lain sebagai
berikut.
a. Adili Soeharto dan kroni-kroninya.
b. Amandemen UUD 1945.
c. Penghapusan Dwi fungsi ABRI.
d. Otonomi daerah yang seluas-luasnya.
e. Supremasi hukum.
f. Pemerintahan yang bersih dari KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).

2. Arti dan Definisi Reformasi


Reformasi adalah suatu perubahan tatanan kehidupan lama dengan tatanan kehidupan
yang baru dengan tujuan menuju ke arah perbaikan kehidupan di masa depan. Orang
yang mendukung reformasi disebut dengan reformis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Reformasi berarti perubahan secara
drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat
atau negara.

Berikut adalah contoh beberapa gerakan reformasi di dunia.


a. Reformasi Protestan: gerakan pembaruan di kalangan Gereja Kristen di Eropa Barat
pada abad ke-16. Tokoh-tokoh Reformasi Gereja antara lain Martin Luther, Ulrich
Zwingli, dan John Calvin.
b. Reformasi Katolik: kadang disebut "Kontra Reformasi" adalah pembaruan pada
Gereja Katolik yang diawali dengan Konsili Trente. Beberapa tokoh Reformasi Katolik
adalah: St. Pius V, St. Ignatius Loyola, St. Teresa dari Avila, St. Yohanes dari Salib, St.
Fransiskus dari Sales.
c. Reformasi Indonesia: gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan
kekuasaan Presiden Soeharto.

7
3. Agenda Reformasi
Pada dasarnya agenda reformasi yang dituntut oleh mahasiswa meliputi reformasi politik,
ekonomi, dan hukum.
a. Agenda reformasi politik
Inti agenda reformasi politik adalah demokratisasi, mengembalikan dan melaksana-
kan kedaulatan rakyat. Agenda reformasi politik yang dituntut mahasiswa antara lain
sebagai berikut.
1.) Penghapusan lima paket undang-undang politik yang menimbulkan ketidakadilan.
2.) Reformasi di bidang ideologi negara dan konstitusi.
3.) Pemberdayaan DPR, MPR, DPRD agar lembaga perwakilan rakyat benar-benar
melaksanakan fungsi perwakilannya sebagai aspek kedaulatan rakyat. Hal ini
diusahakan dengan langkah sebagai berikut.
• Anggota DPR harus benar-benar dipilih dalam pemilu yang jujur dan adil.
• Perlu diadakan perubahan tata tertib DPR yang menghambat kinerja
DPR.
• Memberdayakan MPR.
• Perlu pemisahan jabatan ketua MPR dengan DPR.
4.) Reformasi lembaga kepresidenan dan kabinet meliputi hal-hal berikut.
• Menghapus kewenangan khusus presiden yang berbentuk keputusan
presiden dan instruksi presiden.
• Membatasi penggunaan hak prerogatif.
• Menyusun kode etik kepresidenan.
5.) Pembaharuan kehidupan politik yaitu memberdayakan partai politik untuk
menegakkan kedaulatan rakyat dengan mengembangkan sistem multipartai
yang demokratis tanpa intervensi pemerintah.
6.) Penyelenggaraan pemilu yang jujur dan adil.
7.) Birokrasi sipil mengarah pada terciptanya institusi birokrasi yang netral dan
profesional yang tidak memihak.
8.) Penghapusan dwi fungsi ABRI mengarah kepada mengurangi peran sosial
politik secara bertahap sampai akhirnya hilang sama sekali sehingga ABRI
berkonsentrasi pada fungsi hankam.
9.) Sistem pemerintah daerah dengan sasaran memberdayakan otonomi daerah
dengan asas desentralisasi.
10.) Terjaminnya kebebasan berbicara serta mengeluarkan pendapat bagi rakyat
termasuk kebebasan pers.

8
b. Agenda reformasi ekonomi
Agenda reformasi ekonomi antara lain sebagai berikut.
1.) Penyehatan ekonomi dan kesejahteraan pada bidang perbankan, perdagangan,
dan koperasi serta pinjaman luar negeri untuk perbaikan ekonomi.
2.) Penghapusan monopoli dan oligopoli dalam kegiatan ekonomi.
3.) Mencari solusi dalam mengatasi utang luar negeri.
4.) Penurunan harga sembilan pokok (sembako).
5.) Menciptakan stabilitas nilai tukar rupiah untuk mencegah terjadinya krisis
moneter.

c. Agenda reformasi hukum


Berikut adalah agenda reformasi hukum.
1.) Terciptanya keadilan hukum atas dasar hak asasi manusia (HAM).
2.) Dibentuk perundang-undangan yang sesuai dengan tuntutan reformasi.
3.) Penegakan supremasi hukum karena semua warga negara berkedudukan sama
di mata hukum.

C. Kronologi Reformasi
a. Pada awal Maret 1998, Soeharto kembali menjadi Presiden Republik Indonesia
melalui Sidang Umum MPR, serta melaksanakan pelantikan Kabinet Pembangunan
VII. Namun, perekonomian mengalami kemerosotan dan masalah sosial semakin
menumpuk.
b. Pada Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai menggelar demokrasi
untuk menuntut turunnya harga sembako, penghapusan KKN, dan turunnya
Soeharto sebagai Presiden. Semakin bertambah banyaknya aksi para mahasiswa
tersebut menyebabkan para aparat keamanan bertindak tegas sehingga terjadi
bentrokan-bentrokan.
c. Pada 12 Mei 1998 dalam demonstrasi mahasiswa Trisakti, terjadi bentrokan dengan
aparat keamanan yang menyebabkan tertembaknya empat mahasiswa hingga
tewas, serta puluhan mahasiswa lainnya mengalami luka-luka.
d. Pada 13 dan 14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal dan
penjarahan yang mengakibatkan lumpuhnya kegiatan masyarakat.
e. Pada 17 Mei 1998 di hotel wisata, Jakarta, Nurcholish Madjid dalam jumpa pers
menggulirkan ide untuk mempercepat pemilu (paling lambat pada tahun 2000).
Menteri Sekretaris Negara pada saat itu Saadillah Mursjid tertarik dengan ide itu.

9
f. Peristiwa yang terjadi pada 18 Mei 1998 adalah sebagai berikut.
1.) Pukul 15.00 WIB Saadillah mengundang Nurcholish Madjid untuk menjelaskan
gagasannya.
2.) Pukul 15.30 WIB Harmoko sebagai ketua MPR/DPR mengumumkan hasil rapat
pimpinan DPR yang meminta agar Presiden Soeharto secara arif dan bijaksana
untuk mengundurkan diri.
3.) Pukul 20.00 pernyataan ini dianulir oleh Jenderal Wiranto yang menyatakan
bahwa pendapat Harmoko adalah sebagai pendapat individual meskipun
disampaikan secara kolektif.
4.) Pukul 20.30 Nurcholish Madjid bertemu dengan Presiden Soeharto. Presiden
Soeharto menanggapi dengan menyatakan bersedia untuk mundur.
g. Pada 19 Mei 1998 mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya berhasil menduduki Gedung
DPR/MPR. Di Yogyakarta, sejuta manusia berkumpul di alun-alun utara Keraton
Yogyakarta untuk mendengarkan maklumat dari Sri Sultan Hamengkubuwono X
dan Sri Paku Alam VII. Inti dari isi maklumat itu adalah menganjurkan kepada seluruh
masyarakat untuk menggalang persatuan dan kesatuan bangsa.
h. Pada 20 mei 1998, Presiden Soeharto mengundang tokoh-tokoh bangsa Indonesia
untuk dimintai pertimbangannya dalam rangka membentuk Dewan Reformasi yang
akan diketuai oleh Presiden Soeharto, namun mengalami kegagalan. Pada tanggal itu
pula gedung DPR/MPR semakin penuh sesak oleh para mahasiswa dengan tuntutan
tetap yaitu reformasi dan turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan.
i. Pada 21 Mei 1998, pukul 10.00 WIB di Istana Negara, Soeharto mengundurkan diri
sebagai Presiden RI. Selanjutnya, berdasarkan Pasal 8 UUD 1945, Presiden menunjuk
Wakil Presiden B.J. Habibie untuk menggantikannya menjadi presiden yang ke-3.

D. Ciri Pokok Masa Reformasi


1. Pengangkatan Habibie menjadi Presiden RI
B.J. Habibie dilantik menjadi Presiden Indonesia pada 21 Mei 1998 setelah Soeharto
mengundurkan diri sebagai Presiden RI. Presiden Habibie bertekad mewujudkan
pemerintahan yang bersih dari KKN.

Tugas Presiden Habibie adalah berusaha untuk mengatasi krisis ekonomi dan
menciptakan pemerintahan yang bersih, berwibawa, bebas dari praktik KKN untuk
menjawab tantangan reformasi.

10
Berikut adalah kebijakan Presiden Habibie selama beberapa bulan masa jabatannya
menggantikan Soeharto.
a. Kebijakan politik
1.) Pada 22 Mei 1998, Presiden Habibie membentuk Kabinet Reformasi
Pembangunan yang terdiri atas 16 menteri yang diambil dari unsur ABRI, PPP,
Golkar, dan PDI.
2.) Pada 25 Mei 1998, diselenggarakan pertemuan pertama kabinet yang
menghasilkan pembatasan masa jabatan presiden menjadi 2 periode.
3.) Mengadakan Pemilu pada 1999 yang diikuti 48 Partai.
4.) Mencabut larangan berdirinya serikat buruh yang independen.
5.) Membebaskan tahanan politik yang ditahan pada masa Orde Baru.

b. Kebijakan ekonomi
1.) Merekapitulasi perbankan.
2.) Merekonstruksi perekonomian Indonesia.
3.) Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
4.) Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga di bawah Rp10.000.
5.) Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan oleh IMF.

2. Kebebasan Berpendapat
Kebebasan berpendapat pada masa pemerintahan Presiden Habibie mendapatkan
dukungan pemerintah. Pemerintah mengizinkan rakyat mengadakan rapat umum maupun
demonstrasi. Namun, untuk demontrasi tetap perlu mendapatkan izin dari kepolisian.
Untuk menjamin kepastian hukum bagi demonstran. Pemerintah dan DPR berhasil
menyelesaikan UU No. 9 Tahun 1998 tentang kebebasan berpendapat di muka umum.
Adanya perundangan-undangan tersebut menunjukkan pemerintah Indonesia telah
melaksanakan sistem demokrasi dengan memberikan kebebasan berpendapat di muka
umum.

3. Masalah Dwi Fungsi ABRI


Dwi Fungsi ABRI menyebabkan ABRI tidak hanya berperan dalam kehidupan militer,
namun juga berperan dalam kehidupan sipil. Hal ini menyebabkan ABRI memiliki peran
lebih dalam kehidupan rakyat sipil yang kemudian menyebabkan menguatnya peran
negara pada masa Orde Baru.

11
Oleh sebab itu, penghapusan Dwi Fungsi ABRI merupakan salah satu tuntutan dalam
reformasi 1998 ditanggapi pemerintah dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Jumlah anggota ABRI yang duduk di DPR dikurangi, dari 75 orang menjadi 38 orang.
b. Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) memisahkan diri dari ABRI pada 5 Mei 1999.
c. Istilah ABRI diubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Udara (TNI AU), Angkatan
Darat (TNI AD), dan Angkatan Laut (TNI AL).

4. Reformasi Bidang Hukum


Kebijakan hukum pada masa Orde Baru lebih bersifat konservatif dan elitis, artinya
pelaksanaan hukum lebih mencerminkan keinginan pemerintah dan menjadi alat
pelaksanaan ideologi dan program negara. Oleh sebab itu, rakyat seakan-akan tidak
memiliki hak hukum di Indonesia karena telah dikebiri. Oleh sebab itu, Presiden Habibie
melakukan reformasi hukum sebagai berikut.
a. Melakukan rekonstruksi atau pembongkaran watak hukum Orde Baru, baik berupa
Undang-Undang, peraturan pemerintah, maupun peraturan menteri.
b. Melahirkan 69 Undang-Undang.
c. Penataan ulang struktur kekuasaan kehakiman.

5. Sidang Istimewa MPR


Sidang istimewa MPR dilaksanakan pada 10 - 13 November 1998. Harapan dari sidang
istimewa MPR adalah MPR dapat benar-benar mewakili aspirasi rakyat dari berbagai
kalangan. Ketika penyelenggaraan sidang istimewa MPR, suasana di luar gedung MPR/
DPR memanas karena tuntutan perubahan makin gencar melalui demonstrasi mahasiswa
dan kelompok masyarakat lainnya yang menginginkan perubahan.

Bagian ketetapan yang terdiri dari enam ketetapan MPR baru, yaitu:
1. Tap. MPR No. X/MPR/1998, yang berisi mengenai pokok-pokok pelaksanaan
reformasi pembangunan Indonesia, sebagai kerangka dasar untuk menyelamatkan
dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara Indonesia.
2. Tap. MPR No. XI/MPR/1998, yang berisi pelaksanaan dan penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dari unsur korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
3. Tap. MPR No. XIII/MPR/1998, yang berisi mengenai pembatasan masa tugas
presiden dan wakil presiden republik Indonesia.
4. Tap. MPR No. XV/MPR/1998, yang berisi proses penyelenggaraan Otonomi
Daerah.

12
5. Tap. MPR No. XVI/MPR/1998, yang berisi tentang kehidupan politik ekonomi dalam
rangka melanggengkan konsep demokrasi ekonomi.
6. Tap. MPR No. XVII/MPR/1998, yang berisi mengenai penegakan Hak Asasi Manusia
(HAM).

Bagian ketetapan yang terdiri dari dua ketetapan yang mengubah dan menambah
ketetapan yang lama, yaitu sebagai berikut.
1. Tap. MPR No. VII/MPR/1998. Ketetapan ini berisi hal-hal terkait perubahan dan
penambahan terhadap Tap. MPR No. I/MPR/1983 yang membahas mengenai
peraturan tata-tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
2. Tap. MPR No. XIV/MPR/1998. Ketetapan ini mengubah dan menambahkan Tap.
MPR No. III/MPR/1998 yang membahas mengenai pelaksanaan Pemilihan Umum.

Bagian yang berisi empat ketetapan yang bersifat mencabut ketetapan-ketetapan MPR
terdahulu, yaitu sebagai berikut.
1. Tap. MPR No. IX/MPR/1998. Ketetapan ini mencabut Tap. No. II/MPR/1998 yang
membahas mengenai Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
2. Tap. MPR No. XII/MPR/1998. Ketetapan ini mencabut Tap. MPR No. V/MPR/1998
yang membahas tentang pemberian tugas dan wewenang khusus kepada presiden
selaku Mandataris MPR untuk menyukseskan dan mengamankan pembangunan
nasional sebagai wujud pengamalan pancasila.
3. Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998. Ketetapan ini mencabut Tap. MPR No. 11/MPR/1978,
yang berisi tentang Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4 atau
Ekaprasetia Pancakarsa). Selain itu, ketetapan ini juga menetapkan pancasila
sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.
4. Tap No.VII/MPR/1998. Ketetapan ini berisi tentang pencabutan Tap IV/MPR/1983
tentang referendum.

6. Pemilu 1999
Pemilu 1999 dilaksanakan pada 7 Juni 1999. Tujuan dilaksanakannya Pemilu 1999 adalah
sebagai berikut.

13
a. Tuntutan reformasi untuk mengganti pejabat-pejabat Orde Baru termasuk meng-
ganti anggota MPR/DPR dan Presiden.
b. Untuk memperoleh pengakuan dan kepercayaan dari publik, termasuk dunia
internasional karena pemerintah dan lembaga-lembaga lain yang merupakan hasil
Pemilu 1997 sudah dianggap tidak dapat dipercaya.

Pemilu 1999 diikuti oleh 48 Partai. Presiden Habibie mengadakan beberapa


perubahan, yaitu:
a. menggunakan asas Luber dan Jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil);
b. mencabut 5 paket undang-undang tentang politik;
c. badan pelaksana pemilihan umum dilakukan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum)
yang terdiri atas wakil dari pemerintahan dan partai politik serta pemilihan umum;
d. mempersilakan lembaga independen untuk mengawasi jalannya Pemilu.
Partai dengan suara terbanyak pada Pemilu 1999:
1.) PDIP dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri;
2.) Golkar dipimpin Akbar Tanjung;
3.) PPP dipimpin Hamzah Haz;
4.) PKB dipimpin K.H. Abdurrahman Wahid;
5.) PAN dipimpin Amien Rais.
Kelima partai tersebut mendapatkan hak untuk mengajukan calon Presiden
dan Wakil Presiden dalam sidang umum MPR 1999.

7. Sidang Hasil Pemilu 1999


Sidang Umum MPR dilaksanakan 14 - 21 Oktober 1999 yang dimulai dengan agenda
mendengarkan pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie. Salah satu penyebab
ditolaknya pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie adalah menyangkut pemberian
referendum kepada Timor Timur yang mengakibatnya lepasnya Timor Timur dari
Indonesia.
Akibat tidak diterimanya pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie, Presiden
Habibie tidak mencalonkan diri sebagai kandidat Presiden lagi. Sebelum pembacaan
pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie, dalam Sidang Umum MPR dilaksanakan
pemilihan ketua MPR dan DPR yang hasilnya:
a. Akbar Tanjung sebagai ketua DPR;
b. Amien Rais sebagai ketua MPR.

14
Selanjutnya pemilihan Presiden dengan 3 kandidat kuat, yaitu:
a. Megawati Soekarnoputri dari PDIP;
b. Abdurrahman Wahid dari PKB;
c. Yusril Ihza Mahendra dari PBB (kemudian mengundurkan diri).
Hasilnya adalah Abdurahman Wahid terpilih sebagai Presiden dan Megawati sebagai
Wakil Presiden.

E. Pemerintahan Indonesia di Masa Reformasi


1. Pemerintahan B.J. Habibie

Pemerintahan B.J. Habibie dimulai sejak 21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999.

Pengangkatan Habibie menimbulkan pro dan kontra di beberapa kalangan, adapun


beberapa argumen dasarnya adalah berikut ini.
a. Pihak Pro berdasarkan pada pasal 8 UUD 1945 yang berisi, “Jika Presiden mangkat,
berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya, ia digantikan oleh wakil
presiden sampai habis masa tugasnya.”
b. Pihak Kontra berdasarkan pada pasal 9 UUD 1945 yang berisi, “Sebelum memangku
jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji
dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan
Perwakilan Rakyat.”

Hal ini kemudian diselesaikan dalam sidang istimewa MPR pada 10 - 13 November
1998, dengan menerima pengunduran diri Presiden Soeharto yang secara otomatis
digantikan oleh B.J. Habibie secara konstitusional.

Presiden Habibie membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan untuk membantu


tugas-tugasnya. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi Presiden Habibie, antara
lain:
a. utang menumpuk dengan total mencapai 137.424 miliar dolar AS;
b. lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar;
c. banyak perusahaan yang bangkrut sehingga terjadi PHK besar-besaran sehingga
angka kemiskinan meningkat;
d. menurunnya daya beli rakyat akibat mahalnya harga barang dan rendahnya
penghasilan rakyat.

15
Namun, Pemerintahan Habibie mampu melaksanakan beberapa langkah tepat
dalam rangka menjawab tuntutan reformasi sebagai berikut.
a. Membebaskan tahanan politik Orde Baru seperti Budiman Sujatmiko dan Muchtar
Pakpahan.
b. Memberikan rehabilitasi bagi tokoh-tokoh yang menentang Soeharto seperti A.M
Fatwa, H.R. Dharsono, Ir. Sanusi.
c. Penghentian Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUPP) ciptaan Soeharto. Hal ini
menandakan dimulainya kebebasan pers dan berpendapat.
d. Pemberian gelar Pahlawan Reformasi bagi 4 mahasiswa Trisakti yang tewas tertembak.
e. Pengurangan peran ABRI di DPR dalam rangka menghilangkan dwi fungsi ABRI.
f. Adanya kebebasan berserikat sehingga menyebabkan munculnya banyak organisasi
dan partai politik.
g. Berhasil menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp10.000 per
dolar AS.
h. Berhasil membuat Soeharto menyerahkan semua aset yayasan yang dimiliki.
Pemerintah selanjutnya tidak ada yang mampu melakukan hal sejauh ini terhadap
kasus Soeharto.
i. Melaksanakan Pemilu 1999 yang diikuti 48 partai.

Namun, pemerintahan Habibie dianggap gagal mempertahankan kesatuan NKRI


dengan lepasnya Timor Timur dari Indonesia pada 1999 melalui referendum.

Pemerintahan Habibie berakhir setelah pidato pertanggungjawabannya di tolak


oleh MPR sehingga B.J. Habibie tidak mengikuti pencalonan Presiden RI.

2. Pemerintahan Abdurrahman Wahid

Pemerintahan Abdurrahman Wahid dimulai sejak 20 Oktober 1999-23 Juli 2001.

Pemilihan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Presiden melalui pemilihan di MPR.
Gus Dur kemudian membentuk Kabinet Persatuan Nasional untuk membantu tugasnya
sebagai Presiden. Berikut ini adalah beberapa kebijakan Gus Dur.
a. Menghapus Departemen Penerangan dan Departemen Sosial.
b. Menyerahkan jabatan Panglima TNI kepada Laksamana Widodo H.S. sebelumnya
Panglima TNI selalu dijabat oleh TNI AD.

16
c. Menggagas pembentukan poros Jakarta-Beijing-New Delhi yang merupakan calon
kekuatan ekonomi dan militer baru di dunia sehingga diharapkan mampu menaikkan
posisi tawar Indonesia di Dunia.
d. Mencabut Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1967. Hal ini menyebabkan etnis Tionghoa
dapat merayakan imlek di depan umum yang sebelumnya dilarang pemerintah.

Namun, ada kebijakan Gus Dur yang menimbulkan kontroversi, yaitu rencana membuka
hubungan langsung dengan Israel.

Pada masa pemerintahan Gus Dur terjadi konflik antara DPR dengan Presiden
Gus Dur karena DPR menganggap Presiden Gus Dur tidak mengindahkan teguran DPR
salah satu contohnya adalah kasus Buloggate dan Bruneigate. Presiden Gus Dur tidak
mengindahkan teguran keras dari DPR yang berujung pada permintaan DPR kepada MPR
agar menggelar Sidang Istimewa untuk mendengar pertanggungjawaban Presiden Gus
Dur namun ditolak Presiden Gus Dur. Kemudian pada 23 Juli 2001 pukul 01.10 WIB, Gus
Dur mengeluarkan Dekret Presiden yang pada intinya berisi hal sebagai berikut.
a. Membekukan MPR dan DPR RI.
b. Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan mengambil tindakan serta
menyusun badan-badan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pemilihan
umum dalam waktu satu tahun.
c. Menyelamatkan gerakan reformasi total dari hambatan unsur-unsur Orde Baru
dengan membekukan Partai Golkar sambil menunggu keputusan Mahkamah
Agung.

Dekret ini dinilai tidak sah oleh MPR pada pukul 08.00 WIB dan kemudian
dalam Sidang Istimewa MPR tetap berjalan pada 23 Juli 2001 memutuskan untuk
memberhentikan Presiden Gus Dur yang kemudian digantikan oleh Wakil Presiden
Megawati Soekarnoputri.

3. Pemerintahan Megawati Soekarnoputri

Pemerintahan Megawati Soekarnoputri dimulai sejak 23 Juli 2001-20 Oktober 2004.

Presiden Megawati membentuk kabinet Gotong Royong untuk membantunya


dalam menjalankan tugas sebagai presiden. Pada masa Pemerintahan Megawati
kondisi perekonomian negara belum stabil karena beberapa kewajiban keuangan harus

17
diselesaikan dengan IMF. Akibatnya Presiden Megawati menjual beberapa aset negara
seperti: Indosat, BCA, dan dua Kapal Tanker Pertamina.
Kasus lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke Malaysia pada 2002 juga dianggap
sebagai bentuk kegagalan pemerintahan Megawati. Selain itu, beberapa permasalahan
lainnya yang dihadapi pemerintahan Megawati antara lain sebagai berikut.
a. Ketidakmampuan pemerintah memberikan perlindungan TKI, bahkan banyak TKI di
Malaysia diusir ke Nunukan dan dianggap tidak terurus.
b. Konflik etnis di Poso dan konflik agama di Ambon.
c. Permasalahan dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sehingga Aceh diberikan status
Darurat Militer.

Beberapa pencapaian penting pada masa Megawati adalah:


a. Pembentukan KPK pada 2003.
b. Pelaksanaan Pemilu Langsung pertama di Indonesia yang dibagi 2 tahap, yaitu
sebagai berikut.
1.) Tahap 1: Pemilihan anggota legislatif pada 5 April 2004.
2.) Tahap 2: Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada 5 Juli 2004.

Masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri berakhir ketika Pemilu 2004 memilih


Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

4. Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dimulai sejak 20 Oktober 2004-


Oktober 2014.

Presiden SBY menjadi Presiden keenam Indonesia yang menjabat 2 periode yaitu
2004-2009 dan 2009-2014. Pada periode pertama Presiden SBY didampingi Jusuf Kalla
sebagai Wakil Presiden dan pada periode kedua, Presiden SBY didampingi Boediono
sebagai Wakil Presiden. Untuk membantu tugasnya sebagai Presiden, SBY membentuk
Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I dan II. Secara umum kebijakan Presiden SBY adalah
sebagai berikut.
a. Kebijakan politik
1.) Menerapkan konsep Trias Politika dalam pemerintahan Indonesia. Hal ini terlihat
dengan adanya Pemilu langsung untuk memilih legislatif dan eksekutif.

18
2.) Kebebasan mendirikan partai politik
3.) Mengurangi konflik dalam negeri. Contohnya penandatanganan Nota
Kesepahaman (MoU) antara RI dengan GAM di Helsinki, Finlandia pada 15
Agustus 2005.
b. Kebijakan ekonomi
1.) Kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan
pengurangan utang negara yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi
meningkat. Selain itu dampaknya adalah:
• Indonesia mampu bertahan dari krisis global pada 2008.
• Indonesia kembali menjadi pilihan investasi asing.
• Naiknya Indeks Harga Saham Gabungan (ISHG) Indonesia yang mencapai
angka 3.800.
2.) Mengurangi subsidi BBM yang mengakibatkan harga BBM naik yang
menimbulkan kontroversi.
c. Kebijakan hukum
1.) Usaha penanggulangan teroris dengan membentuk Detasemen Khusus 88
(Densus 88).
2.) Komitmen terhadap pemberantasan korupsi walaupun belum sepenuhnya
teratasi, contohnya Kasus Bank Century yang hingga saat ini belum selesai .
d. Kebijakan sosial
1.) Mengalihkan subsidi BBM untuk meningkatkan anggaran pendidikan sebesar
20% dari keseluruhan APBN.
2.) Kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin, namun
menimbulkan kontroversi karena BLT tidak sampai sasaran dan proses
pembagiannya menimbulkan masalah.

Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono berakhir ketika Pemilu 2014 memilih
Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

19

Anda mungkin juga menyukai