Nama Kelompok :
1. Bagas Dava P. (08)
2. Bima Sena O. (09)
3. Ovie Dian F. (26)
4. Tsania Aulia F. (32)
Sinopsis :
Buku berjudul Negeri di Ujung Tanduk ini
menceritakan seorang laki - laki bernama Thomas,
sosok konsultan keuangan yang memiliki hobi
sebagai petinju. Ia adalah salah satu orang yang
masih memiliki hati nurani di negeri yang sudah rusak ini. Negeri yang dipenuhi para
manusia yang memilih untuk tidak peduli. Di negeri ujung tanduk ini, banyak sekali para
penguasa yang sudah terbiasa dengan kenyamanan dan kekuasaan di kehidupan mereka.
Sehingga mereka tidak ingin hal tersebut hilang. Orang -- orang jahat tersebut akan
melakukan segala cara agar kekuasaan tetap ada di tangan mereka. Entah itu memerlukan
pengorbanan uang, waktu, maupun nyawa.
Setelah terjadinya kasus bank semesta, Thomas mendapat klien di kantor politiknya. Klien
tersebut adalah salah satu calon presiden dari salah satu partai. Thomas menerima klien
tersebut dikarenakan ia percaya calon presiden ini bukan salah satu orang jahat di negeri yang
sudah rusak ini. Bukan orang yang bermain kotor. Tidak seperti tikus - tikus berdasi yang ia
kenal.
Semua klien yang berada di tangan Thomas selalu berakhir sebagai pemenang pemilu dan
pencapai kesuksesan. Namun, klien yang satu ini tidaklah mudah untuk mencapai
kesuksesan. Banyak orang -- orang jahat dari pihak luar ingin menjatuhkan kliennya.
Berbagai peristiwa dan rintangan harus dihadapi Thomas untuk menyelamatkan kliennya dari
para penguasa jahat.
Biografi Penulis :
Nama : Darwis
Hobi : Menulis
Pendidikan :
Tere Liye pada tanggal 2 Mei 1979 dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera. Tere Liye
menikah dengan Rizki Amelia dan dikarunia anak yang bernama Abdullah Pasai dan Faizah
Azkia. Tere Liye merupakan salah satu penulis besar Indonesia dengan bukti karya tulis yang
sangat indah. Mulai dari sajak, kumpulan cerpen dan puisi, novel hingga seri dongeng anak-
anak sudah dilahap oleh pria bernama asli Darwis.
Begitu pula dengan Negeri Di Ujung Tanduk ini. Novel ini mendapatkan antisipasi besar dari
pembaca. Background penulis yang bekerja dan telah berkecimpung dalam bidang ekonomi
juga banyak mempengaruhi pengetahuan terhadap inti cerita. Sehingga ada banyak
pengetahuan seputar ekonomi dan politik yang dihadirkan dalam novel ini. Tere Liye terkenal
begitu detail dalam memberikan gambaran sehingga meskipun kisah yang diceritakan
merupakan fiksi, tapi terasa nyata dan realistik.
Novel karya Tere Liye tidak hanya memiliki daya tarik terkait kemampuan penulisnya.
Sebagai alumni dari salah satu kampus terkemuka di Indonesia, Tere Liye ternyata memiliki
pemikiran yang kritis. Pemikiran kritis tersebut dapat dilihat dari cerita yang dibuat untuk
memberikan pendidikan politik kepada para pembaca. Selain itu, dalam beberapa kesempatan
Tere Liye menggunakan akun media sosial untuk menyampaikan berbagai pendapat atau
kritik untuk kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Tidak hanya melontarkan berbagai keritik terkait kebijakan, Tere Liye atau Darwis ini juga
aktif dalam melakukan aksi atau proses secara nyata. Misalnya saja, terkait kebijakan pajak
yang tinggi untuk para penulis di Indonesia. Sebagai cara untuk merespon kebijakan tersebut,
dia bahkan sampai meminta penerbit untuk menghentikan proses pencetakan buku-bukunya.
Mengangkat premis cerita yang sama pada buku pertamanya, yakni membantu kliennya dari
sejumlah kasus dan tuduhan korupsi. Thomas berusaha menggunakan keahlian serta
pengalaman pada buku pertama untuk menyelesaikan tugasnya. Dengan tujuan supaya sang
klien bisa menjadi kandidat partai yang bersih untuk mewujudkan negara dengan sistem
pemerintahan dan demokrasi yang baik.
Tidak lupa, Tere Liye juga memberikan gambaran yang gamblang tentang baik buruknya
dunia politik disebuah negara. Dimana sesungguhnya begitu sulit membedakan mana yang
benar dan salah. Bahwa sebenarnya dunia politik seperti zona abu-abu yang begitu besar.
Lawan politik klien panik. Mereka memutuskan untuk bermain kotor, dimulai
dari menjatuhkan bidak-bidak. Mereka siap menumpahkan amunisi tersisa untuk
mengagalkan kemenangan klien politik kami. (TL: 2013, hal. 81)
Hadirin! Aku mengangkat tagan, memasang intonasi suara depan serius dan bertenaga.
Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di depan kalian semua,
bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah permainan terbesar dalam bisnis
omong (TL:2013, hal. 20)
Kutipan 002 pada judul Moralitas dalam Demokrasi, terdapat nilai moralitas
yang menunjukkan sikap manusia yang mengembangkan keberanian dalam diri
sendiri untuk mengungkapkan suatu pendapat dengan mengucapkan Maafkan saya terlebih
dahulu merupakan sikap yang rendah hati. Karena mungkin
pendapat yang akan diucapkan dapat menyinggung perasaan orang lain. Rendah
hati adalah sifat individu yang dapat menghargai orang lain, merasa tidak lebih
pintar, baik, serta tidak merasa lebih berkuasa. Kutipan tersebut merupakan
perkataan dari Thomas saat konferensi internasional. Sikap rendah hati ini
memandang orang lain itu sama dengan diri sendiri yang memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing.