KULIAH TUGAS 1
2. Kedudukan norma dasar (norma konstitusi) pada masing-masing teori tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Teori Normatif: Norma dasar atau norma konstitusi dianggap sebagai norma yang paling
fundamental dalam sistem hukum. Norma dasar menentukan landasan konstitusional dan nilai-
nilai yang mendasari pembentukan dan penerapan norma-norma hukum lainnya.
b) Teori Sosiologis: Kedudukan norma dasar dalam teori sosiologis dapat bervariasi tergantung
pada konteks dan nilai-nilai masyarakat tertentu. Norma dasar mungkin mencerminkan nilai-
nilai sosial yang dominan atau kepentingan kelompok yang berkuasa dalam masyarakat.
c) Teori Hierarki Norma: Norma dasar atau norma konstitusi menempati posisi paling atas dalam
hierarki norma. Norma dasar menjadi acuan untuk pembentukan, interpretasi, dan penegakan
norma-norma hukum lainnya dalam sistem hukum.
Namun, perlu dicatat bahwa kedudukan norma dasar dapat bervariasi dalam sistem hukum yang
berbeda. Setiap negara memiliki struktur dan hierarki norma yang mungkin sedikit berbeda
tergantung pada sistem hukum yang dianut.
2. Mengapa tumbuh kodifikasi hukum? Adalah untuk mengatasi tidak adanya kepastian hukum dan
kesatuan hukum di suatu negara. Di Indonesia, sebelum adanya kodifikasi atau hukum nasional yang
berlaku adalah hukum adat. Menurut V. Vollenhoven di Indonesia terdapat 19 macam
masyarakat hukum adat atau rechtsgemeenschappen. Tiap-tiap rechtsgemeenschap memiliki
hukum adatnya sendiri yang berbeda dengan hukum adat di rechtsgemeenschap yang lain,
sehingga bagi keseluruhan wilayah Indonesia tidak ada kesatuan dan kepastian hukum.
a) Berikan analisis anda apa yang membedakan kodifikasi hukum dengan unifikasi hukum.
b) Berikan analisis anda unsur apa saja yang harus dipenuhi dalam kodifikasi.
Jawab:
1. Perbedaan antara Kodifikasi Hukum dan Unifikasi Hukum:
- Kodifikasi Hukum: Kodifikasi hukum adalah proses mengumpulkan, mengatur, dan
menggabungkan hukum yang berlaku menjadi satu kode atau undang-undang yang terorganisir
dan terstruktur. Tujuan utama dari kodifikasi hukum adalah menciptakan kepastian hukum,
mengurangi keragaman interpretasi hukum, serta memudahkan akses dan pemahaman hukum
bagi masyarakat. Contoh yang umum adalah KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) yang
mengatur hukum pidana di Indonesia.
- Unifikasi Hukum: Unifikasi hukum adalah proses menggabungkan hukum-hukum yang berbeda
dalam beberapa wilayah atau sistem hukum menjadi satu kesatuan hukum yang sama. Tujuan
utamanya adalah menciptakan keseragaman hukum di antara wilayah atau sistem yang berbeda.
Contoh yang umum adalah European Union's Acquis Communautaire yang mengharmonisasi
hukum di negara-negara anggotanya.
Perbedaan utama antara kodifikasi hukum dan unifikasi hukum adalah bahwa kodifikasi
bertujuan untuk mengatur dan menggabungkan hukum yang berlaku menjadi satu kode yang
terstruktur, sementara unifikasi bertujuan untuk menggabungkan hukum yang berbeda menjadi
satu hukum yang seragam. Kodifikasi fokus pada penyusunan dan konsolidasi hukum yang sudah
ada, sedangkan unifikasi fokus pada penyatuan hukum yang berbeda.
- Penyusunan yang Sistematis: Hukum yang dikodifikasikan harus diatur secara sistematis dalam
suatu struktur yang logis dan terorganisir agar mudah dipahami dan diterapkan.
- Kesatuan Hukum: Tujuan utama kodifikasi adalah menciptakan kesatuan hukum, sehingga
semua hukum yang relevan diatur dalam satu kode atau undang-undang.
- Keharusan dan Kelengkapan: Kodifikasi harus mencakup semua aspek hukum yang relevan
untuk subjek yang diatur. Tidak boleh ada celah atau kekosongan hukum yang dapat
memunculkan ketidakpastian.
- Keterbukaan dan Kepastian: Kodifikasi harus mudah diakses oleh semua orang dan harus
memberikan kepastian hukum yang jelas dan tegas.
- Konsistensi: Hukum yang dikodifikasikan harus konsisten dan tidak boleh bertentangan dengan
hukum yang sudah ada.
- Fleksibilitas: Kodifikasi juga harus cukup fleksibel untuk dapat mengakomodasi perubahan dan
perkembangan dalam masyarakat dan kebutuhan hukum yang berubah seiring waktu.
Unsur-unsur ini penting untuk menjaga kepastian hukum, keterbukaan, dan kelancaran
penerapan hukum yang diatur dalam kode atau undang-undang.
3. Hans Nawiaski mengatakan bahwa setidaknya ada empat (4) norma hukum, yang tersusun
secara berlapis dan berjenjang, di antaranya adalah Formell Gesetz. Formell Gesetz sudah
merupakan norma hukum yang lebih konkret dan terinci, serta sudah dapat langsung
berlaku di dalam masyarakat. Formell Gesetz merupakan produk dari kewenangan legislatif
yang dapat berbentuk atas norma hukum tunggal maupun berpasangan serta merupakan
sumber dan dasar dari pembentukan Verordnung & Autonome Satzung. Contoh dari norma
ini adalah undang-undang.
Berikan analisis anda perbedaan kekuatan hukum mengikat Formell Gesetz dan Jenis
Peraturan Perundangan Lainnya (sesuai Pasal 8 ayat (1) UU 12/11).
Jawab:
Perbedaan kekuatan hukum mengikat Formell gezetz dan peraturan perundangan lainnya
adalah dari badan yang membentuk. Formell gezetz merupakan produk perundangan dari
legislatif korelasinya dengan pasal 8 ayat 1 UU no 12 tahun 2011 adalah pada pasal 8 ayat 1
mengatur tentang perundangan yang ditetapkan oleh badan legislatif dan badan lainya.
Formell Gesetz atau dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai undang-undang
merupakan produk dari kewenangan legislatif yang dapat berbentuk atas norma hukum
tunggal maupun berpasangan serta merupakan sumber dan dasar dari pembentukan
Verordnung (peraturan pelaksana) dan Autonome Satzung (peraturan otonom).