Anda di halaman 1dari 1

Laju pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan nilai PDRB atas dasar harga konstan (riil) yang dijadikan sebagai

salah satu indikator kemajuan pembangunan di suatu daerah disamping nilai absolut PDRB yang menunjukkan
besarnya produksi barang dan jasa di suatu daerah atau wilayah. Suatu daerah atau wilayah dikatakan mengalami
pertumbuhan ekonomi apabila terjadi pengingkatan nilai PDRB riil (PDRB atas dasar harga konstan) di daerah atau
wilayah tersebut.

Perekonomian Sulawesi Tenggara pada tahun 2020 terkontraksi sedalam 0,65 persen. Angka ini menunjukkan
adanya penurunan ekonomi yang sangat signifikan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dimana ekonomi Sulawesi
Tenggara tumbuh di atas 6 persen. Hal ini disebabkan sebagian besar lapangan usaha mengalami pertumbuhan
negatif atau terkontraksi akibat pandemi Covid-19. Lapangan usaha yang mengalami kontraksi terdalam yaitu
Kategori Transportasi dan Pergudangan yang mengalami kontraksi sedalam 5,25 persen. Adanya peraturan yang
diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan
menurunnya mobilitas orang untuk memutus rantai penularan Covid-19.
Kontraksi pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Sulawesi Tenggara pada tahun 2020 tentu tidak terlepas dari kondisi
perekonomian di Kabupaten/Kotanya. Terdapat 9 Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara yang mengalami kontraksi
pertumbuhan akibat adanya pandemic Covid-19. 3 diantaranya mengalami kontraksi yang lebih dangkal dari pada
pertumbuhan provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu Kabupaten Kolaka Timur terkontraksi sedalam 0,31 persen,
Kabupaten Buton terkontraksi sedalam 0,54 persen, dan Kabupaten Konawe Selatan terkontraksi sedalam 0,63
persen. Sementara itu, 6 Kabupaten/Kota lainnya pertumbuhannya terkontraksi lebih dalam dibandingkan Sulawesi
Tenggara.Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konawe Selatan, dan Kota Kendari yang merupakan kontributor terbesar
dalam pembentukan PDRB Sulawesi Tenggara menjadi 3 Kabupaten/Kota engan kontraksi pertumbuhan ekonomi
terdalam pada tahun 2020, yaitu masing-masing terkontraksi sedalam 3,40 persen, 2,22 persen, dan 1,30 persen.

Terkontraksinya ekonomi di Kabupaten/Kota tersebut umumnya sebagai imbas dari menurunnya kinerja ekonomi
lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan, Pertambangan dan Penggalian, Perdagangan Besar dan Eceran,
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, serta Jasa Lainnya.

Akan tetapi, tidak semua Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara mengalami pertumbuhan negatif atau terkontraksi
pada tahun 2020. Masih ada kabupaten/kota yang perekonomiannya mampu tumbuh positif di tengah ancaman
pandemi Covid-19. Hal ini tergambarkan dari pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meskipun mengalami
kontraksi namun tidak begitu dalam. Terdapat 8 Kabupaten/Kota yang laju pertumbuhan ekonominya positif, yaitu
Kabupaten Konawe, Kabupaten Buton Tengah, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana,
Kabupaten Muna Barat, Kabupaten Kolaka Utara, dan Kabupaten Muna.
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara tertinggi dicapai oleh Kabupaten Konawe yaitu sebesar 6,42 persen.
Meskipun pertumbuhan ini melambat dibanding tahun sebelumnya yaitu 11,84 persen, namun Kabupaten Konawe
adalah kabupaten yang mampu tumbuh positif dan cukup besar di dalam situasi pandemi Covid-19. Hal ini didorong
dengan terus meningkatnya produksi industri logam dasar (Ferronikel) untuk memenuhi permintaan ekspor ke luar
negeri.
Berdasarkan Tabel 3.2 diatas, semua Kabupaten/Kota mengalami perlambatan ekonomi di tahun 2020. Namun, jika
dilihat dari tahun 2016-2019, Kabupaten Konawe mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi dari 5,53 persen
pada tahun 2016 menjadi 11,84 persen di tahun 2019. Begitu pula Kabupaten Kolaka yang tumbuh dari 5,13 persen
di tahun 2016 menjadi 6,14 persen di tahun 2019. Sedangkan perlambatan pertumbuhan ekonomi terjadi pada Kota
Kendari dan Kota Baubau yang tumbuh masing-masing sebesar 9,01 persen dan 8,04 persen di tahun 2016 menjadi
6,48 persen dan 6,59 persen di tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai