Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), tertutama di bidang

kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu

melenyapkan berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian

bayi dan anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga

kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut

usia (lansia) semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat

(Nugroho 2008).

Seluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirkan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari

10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan

mencapai 1,2 milyar. Negara maju pertumbuhan populasi/penduduk lanjut usia

(lansia) telah diantisipasi sejak awal abad ke-20. Tidak heran bila masyarakat di

negara maju sudah lebih siap menghadapi pertumbuhan populasi lanjut usia

dengan aneka tantangannya (Nugroho 2008). Batasan lanjut usia menurut WHO

(1999) dalam Azizah (2011), mengolongkan lanjut usia berdasarkan usia

kronologis/biologis menjadi 4 kelompok usia yaitu pertengahan (midle age) antara

usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia 60 dan 74 tahu, lanjut usia tua (old)

usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Pertumbuhan lansia di Indonesia lebih cepat dibandingkan negara-negara lain.

Diperkirakan Indonesia akan mengalami aged population boom pada dua dekade

permulaan abad 21 ini. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi
penduduk lansia secara signifikan. Data Badan Pusat Statistik (2010), pada tahun

1970 populasi penduduk lansia 5,3 juta jiwa (4,48% dari total penduduk), pada

tahun 1990 meningkat menjadi 12,7 juta jiwa (6,29 %), tahun 2010 menjadi 23 juta

(10%). Diperkirakan pada tahun 2020, jumlah lansia akan meningkat menjadi 28,8

juta orang (11,34%). Pada tahun 2012, Indonesia termasuk negara Asia ketiga

dengan jumlah absolut populasi di atas 60 tahun terbesar, setelah China (200

juta), India (100 juta) dan menyusul Indonesia (25 juta). Bahkan diperkirakan,

pada tahun 2050 jumlah lanjut usia Indonesia mencapai 100 juta.

Beberapa kota besar seperti DIY, Jawa Timur, dan Jawa Tengah mempunyai

persentase jumlah lansia di atas rata-rata nasional. Pada tahun 2010, jumlah

lansia di tiga kota tersebut secara berturut-turut 12,48%, 9,36%, dan 9,26%.

Ketiga kota ini, bahkan memiliki proporsi kategori penduduk umur lebih dari 75

tahun di atas kelompok umur sebelumnya. Khusus untuk DIY, pada tahun 2014

jumlah lansia di DIY mencapai 15% secara nasional dengan usia harapan hidup

sebesar 75,5 tahun. Peningkatan usia harapan hidup DIY menurut Sultan

Hamengku Buwono X (2015) akan semakin berarti jika lansia bisa berkualitas dan

mandiri.

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun

(Maryam, 2008). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut)

secara alamiah, dimulai sejak lahir dan umumnya di alami pada semua makhluk

hidup (Nugroho, 2008).

Dari peningkatan jumlah lansia ada beberapa aspek yang muncul permasalahan

seperti aspek kesehatan, fisik, psikologis dan sosial ekonomi. (Depkes, 2008).
Kurangnya kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan dan adanya

gejala-gejala kemunduran akan menyebabkan risiko jatuh pada lansia. Jatuh

merupakan hasil dari campuran interaktif dan kompleks dari faktor biologis atau

medis, perilaku dan lingkungan dan diantaranya dapat dicegah (Kamel,

Abdulmajeed & Ismail, 2013). Kejadian jatuh sebagai dampak langsung dari

keseimbangan dapat diminimalisir dengan mengenal faktor risiko gangguan

keseimbangan. Faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, gangguan afektif dan

psikologis, penyakit kardiovaskuler, gangguan metabolik, dan gangguan

muscuoscletal, gangguan neurologi, abnormalitas sensori, dan aktivitas fisik

(Galimi, 2010). Usaha pencegahan terjadinya jatuh pada lansia merupakan

langkah yang perlu dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh, pasti akan

menyebabkan komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan kondisi lansia

(Darmojo & Martono, 2004).

Untuk melakukan pencegahan agar lansia tidak berisiko untuk jatuh, maka

diperlukan pengetahuan dan perilaku yang baik yang dilakukan oleh orang

terdekat dari lansia, misalnya anak, cucu, menantu atau anggota keluarga yang

lain. Melalui pengetahuan dan perilaku yang baik, maka akan tercipta lingkungan

yang aman bagi lansia. Hal yang bisa dilakukan adalah memodifikasi lingkungan

rumah seperti membuat lantai tidak licin, lantai yang rata, tidak ada barang-barang

yang berserakan di lantai, pencahayaan yang cukup dan tidak menyilaukan serta

mengurangi tangga yang ada dijalur lansia berjalan (Kamel, Abdulmajeed & Ismail,

2013).
Keluarga mempunyai peranan penting untuk kelangsungan hidup lansia

kearah yang lebih baik, salah satunya adalah mencegah terjadinya jatuh pada

lansia. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam

mempertahankan kesehatannya. Keluarga memegang peranan penting dalam

perawatan terhadap lansia oleh sebab itu keluarga harus memiliki pengetahuan

(Maryam, 2009). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

seseorang semakin baik maka perilakunya pun akan semakin baik. Akan tetapi

pengetahuan yang baik tidak disertai dengan sikap maka pengetahuan itu tidak

akan berarti (Notoatmodjo, 2003).

Harnilawati (2013) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga

bertindak sebagai yang pertama sekali mengenal adanya gangguan kesehatan

pada salah satu anggota keluarga. Masalah kesehatan dalam keluarga dapat

diatasi jika keluarga dapat menjalankan tugasnya dalam bidang kesehatan, yaitu

sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan (Suryanto, 2008).

Friedman (2003) menyampaikan bahwa lima tugas kesehatan keluarga

meliputi: pertama, keluarga diharapkan mampu mengenal berbagai masalah

kesehatan yang dialami oleh seluruh anggota keluarga, kedua, keluarga mampu

memutuskan tindakan keperawatan yang tepat dalam mengatasi berbagai

masalah kesehatan yang dialami oleh seluruh anggota keluarga, ketiga, keluarga

mampu melakukan perawatan yang tepat sehari-hari di rumah, keempat, keluarga


dapat menciptakan dan memodifikasi lingkungan rumah yang dapat mendukung

dan meningkatkan kesehatan seluruh anggota keluarga, kelima adalah keluarga

diharapkan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengontrol

kesehatan dan mengobati masalah kesehatan yang tidak dapat diselesaikan

sendiri oleh keluarga.

Lima tugas kesehatan keluarga tersebut baru dapat dilaksanakan dengan baik

dan benar apabila keluarga mendapatkan upaya pembinaan dan bimbingan dalam

menjalankan lima fungsi perawatan kesehatan keluarga. Upaya pembinaan dan

bimbingan kepada keluarga agar tercapai dalam mengatasi berbagai masalah

kesehatan di keluarga dapat dilakukan melalui penerapan asuhan keperawatan

keluarga.

Keluarga lansia sebaiknya memiliki kesiapan dalam hal mencegah jatuh

dengan cara menghilangkan keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dengan

menganjurkan keluarga memodifikasi lingkungan agar lansia tidak jatuh serta

perawat tetap efektif dan aktif dalam memberikan pendidikan dan penyuluhan

kepada keluarga mengenai pengetahuan tentang pencegahan kejadian jatuh

(Darmojo & Martono, 2004). Berdasarkan penelitian Kurniawan (2014),

menyatakan bahwa jumlah 57 orang responen secara keseluruhan pengetahuan

keluarga tentang pencegahan risiko jatuh pada lansia baik dengan persentase

100% dan perilaku keluarga dalam mencegah risiko jatuh pada lansia baik yaitu

48 responden dengan persentase 84,2%. Sehingga dengan menggabungkan

pengetahuan dan perilaku kepala keluarga yang baik dapat mencegah terjadinya

risiko jatuh pada lansia.


Padukuhan Tambakbayan terletak di Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok

Kabupaten Sleman, di Daerah Istimewa Yogyakarta. Padukuhan Tambakbayan

memiliki 5 Rukun Warga (RW). Dusun Tambakbayan terdapat posyandu lansia

yang dikelolah oleh kader kesehatan dimana dilakukan setiap tiga bulan sekali,

selain posyandu lansia juga dilakukan kunjungan oleh petugas kesehatan dari

puskesmas Depok ll setiap bulannya dimana kegiatan yang dilakukan yaitu

memeriksa setiap lansia seperti pemeriksaan tekanan darah dan pemberian obat.

Kegiatan posyandu ini menerima respon yang baik dari para lansia, dengan

adanya posyandu lansia ini sebagian besar para lansia selalu aktif mengikuti.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan ketua RW 04 Dusun

Tambakbayan yang dilakukan pada tanggal 25 November 2015, RW 04 terdapat

jumlah kepala keluarga yang tinggal bersama lansia sebanyak 99 orang dengan

rata-rata usia lansia diatas 60 tahun. Berdasarkan wawancara dengan 7 kepala

keluarga yang tinggal bersama lansia bahwa kegiatan sehari-hari lansia dibantu

keluarga, 5 orang mengatakan bahwa lansia sering jatuh di kamar mandi karena

keadaan kamar mandi jarang dibersihkan dalam seminggu dan 2 orang

mengatakan lansia sering jatuh saat berpindah tempat didalam rumah karena

tidak adanya tempat untuk berpegangan dan kondisi lingkungan rumahnya yang

basah, licin dan barang-barang didalam rumah berantakan serta tidak tertata rapi.

Penyebab dari masalah diatas karena kurangnya pengetahuan dan perilaku

kepala keluarga tentang pencegahan risiko jatuh pada lansia dan upaya dalam

pelaksanaan risiko jatuh pada lansia belum optimal.


Berdasarkan latar belakang permasalahan ini peneliti tertarik untuk meneliti

dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Kepala Keluarga

dengan Risiko Jatuh pada Lansia di RW 04 Tambakbayan, Caturtunggal, Depok,

Sleman, Yogyakarta

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah, Adakah Hubungan Antara

Pengetahuan dan Perilaku Kepala Keluarga dengan Risiko Jatuh pada Lansia di

RW 04 Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan pada penelitian ini terdiri atas:
1. Untuk mengetahui pengetahuan kepala keluarga dengan risiko jatuh pada

lansia di RW 04 Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.


2. Untuk mengetahui perilaku kepala keluarga dengan risiko jatuh pada lansia

di RW 04 Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.


3. Untuk mengetahui risiko jatuh pada lansia di RW 04 Tambakbayan,

Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.


4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kepala keluarga dengan risiko

jatuh pada lansia di RW 04 Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman,

Yogyakarta.
5. Untuk mengetahui hubungan perilaku kepala keluarga dengan risiko jatuh

pada lansia di RW 04 Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman,

Yogyakarta.
D. Ruang Lingkup
1 Materi
Materi penelitian ini termasuk ruang lingkup ilmu keperawatan Komunitas

Keluarga dan Gerontik.


2 Respoden
Responden dari penelitian ini adalah kepala keluarga yang tinggal bersama

lansia di RW 04 Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.


3 Waktu
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2015 sampai bulan Juli

2016.
4 Tempat
Penelitian ini dilakukan di RW 04 Tambakbayan, Caturtunggal, Depok,

Sleman, Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan untuk masukkan dan tambahan ilmu pengetahuan di bidang

keperawatan terkait bidang keperawatan Komunitas Keluarga dan Gerontik.

2. Manfaat Praktis

a Bagi STIKES Wira Husada Yogyakarta, dapat dipergunakan sebagai bahan

acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut dan menambah

pengetahuan bagi mahasiswa khususnya untuk mata kuliah Komunitas

Keluarga dan Gerontik.

b Bagi kepala keluarga sebagai masukkan dan menambah wawasan terkait

risiko jatuh pada lansia.

c Bagi peneliti dapat mengaplikasikan teori metodologi penelitian untuk

diterapkan dalam kegiatan nyata dilapangan terutama berkaitan dengan

perilaku pencegahan risiko jatuh pada lansia.

F. Keaslian Penelitian

1. Hutomo (2015), meneliti dengan judul Hubungan Penataan Lingkungan

Rumah Terhadap Risiko Jatuh Pada Lansia di Desa Karangwuni Wates Kulon

Progo. Jenis penelitian yang digunakan pada peneltian ini adalah Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif korelatif dengan metode pendekatan waktu

cross sectional. Variabel bebas adalah penataan lingkungan rumah, variabel


terikatnya adalah risiko jatuh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

lansia yang tinggal di Desa Karangwuni Wates Kulon Progo dengan jumlah

total sebanyak 283 lansia dan jumlah sampel sebanyak 42 lanjut usia dengan

teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling.

Pengambilan data dengan menggunakan lembar konservasi. Analisis data

menggunakan uji chi square. Hasil pengujian chi square menunjukkan bahwa

nilai signifikansi sebesar 0.035. Perbedan pada penelitian ini terletak pada

judul, waktu, tempat dan responden yang berbeda. Sedangkan persaman

dengan penelitian yang akan dilakukan pada variabel bebas dan metode

pengabilan sampel.

2. Kurniawa (2014), meneliti dengan judul Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku

Keluarga Dengan Risiko Jatuh pada Lansia di Desa Pondok Karanganom

Klaten. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode

penelitian dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan

jumlah sampel 57 keluarga yang mempunyai lansia (> 60 tahun) di Desa

Pondok, Karanganom, Klaten. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan

keluarga terhadap risiko jatuh pada lansia pada kategori baik dengan

prosentase 100% dari 57 responden. Perilaku keluarga pada kategori rendah

0%, cukup 15.8 %, baik 84.2%. Risiko jatuh pada lansia pada kategori tinggi

36.8%, rendah 33.3% dan tidak berisiko 29.8%. Nilai korelasi pengetahuan

dengan risiko jatuh adalah 0.133 (P value 0.323 > 0.05), nilai korelasi perilaku

dengan risiko jatuh adalah 0.340 (P value 0.01 < 0.05). Perbedan pada

penelitian ini terletak pada judul, waktu, tempat dan responden yang berbeda.
Sedangkan persaman dengan penelitian yang akan dilakukan pada variabel

risiko jatuh pada lansia dan rancangan penelitian.

3. Sitepu (2012), meneliti dengan judul Pengetahuan dan Sikap keluarga

Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh pada Lansia di Kelurahan Pahlawan

Binjai. Jenis penelitian Spada penelitian ini adalah menggunakan desain

deskriptif dengan teknik purposive sampling melibatkan 71 orang responden.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri

dari tiga bagian yaitu data demografi, kuesioner pengetahuan, dan kuesioner

sikap. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan keluarga

tentang pencegahan jatuh di dalam kategori baik 60,6% , sikap keluarga

tentang pencegahan. Saran yang diberikan kepada keluarga yang tinggal

bersama lansia agar dapat menjaga dan merawat lansia sehingga kejadian

jatuh dapat dikurangi ataupun dapat dicegah. Perbedan pada penelitian ini

terletak pada judul, waktu, tempat dan responden yang berbeda. Sedangkan

persaman dengan penelitian yang akan dilakukan pada variabel risiko jatuh

pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai