Anda di halaman 1dari 10

Tugas Perekonomian Indonesia

Menganalisis Kondisi Kesejahteraan dan Kemiskinan Rakyat Indonesia Serta


Kebijakan Pemerintah untuk Pemberdayaan Masyarakat

Dr. Luqman Hakim, S.Pd, M.SA

Disusun oleh Kelompok 12 (S1 AK 16 B):

Ni Luh Putu Kartika Sari (16080694048)

Mariyamah (16080694078)

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya
2017
A. Pengertian Kesejahteraan
Sebelum mengetahui tingkat kesejahteraan, tentu harus mengetahui apa pengertian
dari sejahtera. Kesejahteraan meliputi keamanan, keselamatan, dan kemakmuran.
Menurut W.I.S Poerwadarminta, sejahtera adalah suatu keadaan yang aman, sentosa, dan
makmur. Menurut Undang Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Masyarakat, adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga
negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.
Menurut Mosher (1987), hal yang paling penting dari kesejahteraan adalah
pendapatan, karena beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada
tingkat pendapatan. Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh pendapatan rumah tangga yang
dimiliki, terutama bagi yang berpendapatan rendah.
Kesejahteraan pada intinya mencakup tiga konsepsi :
1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
jasmani, rohani, dan sosial.
2. Institusi, arena atu bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial
dan berbagai rofesi kemanusiaan yang menyelanggarakan usaha kesejahteraan sosial
dan pelayanan sosial.
3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk
mencapai sejahtera.

Biro Pusat Statistik Indonesia (2000) menjelaskan bahwa untuk melihat tingkat
kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indikator yang dapat dijadikan
ukuran, antara lain

1. Tingkat pendapatan keluarga


2. Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan pengeluaran untuk
panganan dengan non-pangan
3. Tingkat pendidikan keluarga
4. Tingkat kesehatan keluarga
5. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga.
B. Pengertian Kemiskinan
Secara umum kemiskinan diartikan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok atau dasar. Istilah kemiskinan pun juga selalu popular dalam
masyarakat pada era saat ini. Secara konsetual, terdapat dua pengertian tentang
kemiskinan:
1. Secara kualitatif
Definisi kemiskinan adalah suatu kondisi yang didalamnya hidup manusia tidak
layak sebagai manusia.
2. Secara kuantitatif
Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana hidup manusia serba kekurangan, atau
dengan bahasa yang tidak lazim “tidak berharta benda”   (Mardimin, 1996:20) 

Kemiskinan adalah suatu konsep yang cair, serba tidak pasti, dan bersifat
multidimensional. Dikatakan cair, karena kemiskinan bisa bermakna subyektif, tetapi
sekaligus juga bermakna obyektif. Secara obyektif masyarakta tidak bisa dikatakan
miskin karena pendapatannya sudah di atas garis kemiskinan, yang oleh sementara ahli
diukur menurut standard kebutuhan pokok berdasarkan atas kebutuhan beras dan gizi.
Tetapi, apa yang nampak secara obyektif bisa saja dirasakan sebagai miskin oleh
pelakunya, atau bisa dengan membandingkan kondisinya dengan kondisi yang ddialami
orang lain, yang pendapatannya lebih tinggi darinya.

Walaupun banyak definisi tentang kemiskinan, namun secara umum dapat dikatakan
bahwa istilah kemiskinan selalu menunjuk pada sebuah kondisi yang serba kekurangan
yang bisa saja diukur secara obyektif, dirasakan secara subyektif, atau secara relatif
didasarkan pada perbandingan dengan orang lain. Selain itu, kondisi serba kekurangan
juga bukan hanya dilihat dari sisi ekonomi, melainkan juga dari segi sosial, budaya dan
politik (Heru Nugroho, 1995:31).

Kemiskinan memiliki beberapa jenis, antara lain :


1. Kemiskinan absolut. Seseorang dapat dikatakan miskin jika tidak mampu memenuhi
kebutuhan minimum hidupnya untuk memelihara fisiknya agar dapat bekerja penuh
dan efisien, 
2. Kemiskinan relatif . Kemiskinan relatif muncul jika kondisi seseorang atau
sekelompok orang dibandingkan dengan kondisi orang lain dalam suatu daerah,  
3. Kemiskinan Struktural.    Kemiskinan struktural lebih menuju kepada orang atau
sekelompok orang yang tetap miskin atau menjadi miskin karena struktur
masyarakatnya yang timpang, yang tidak menguntungkan bagi golongan yang
lemah, 
4. Kemiskinan Situsional atau kemiskinan natural. Kemiskinan situsional terjadi di
daerah-daerah yang kurang menguntungkan dan oleh karenanya menjadi miskin.  
5. Kemiskinan kultural. Kemiskinan penduduk terjadi karena kultur atau budaya
masyarakatnya yang sudah turun temurun yang membuat mereka menjadi miskin
(Mardimin, 1996:24).   
Adapun juga dua faktor kemiskinan yang disebabkan manusia dan non manusia,
yaitu
a. Faktor-Faktor penyebab kemiskinan secara manusia
1. Sikap dan pola pikir serta wawasan yang rendah, Malas berpikir dan bekerja,  
2. Kurang keterampilan,  
3. Pola hidup konsumtif,  
4. Sikap apatis/egois/pesimis, 
5. Rendah diri,  
6. Adanya gep antara kaya dan miskin, 
7. Belenggu adat dan kebiasaan,  
8. Adanya teknologi baru yang hanya menguntungkan kaum tertentu (kaya),  
9. Adanya perusakan lingkungan hidup,  
10. Pendidikan rendah,  
11. Populasi penduduk yang tinggi,  
12. Pemborosan dan kurang menghargai waktu,  
13. Kurang motivasi mengembangkan prestasi,  
14. Kurang kerjasama,  
15. Pengangguran dan sempitnya lapangan kerja,  
16. Kesadaran politik dan hukum,  
17. Tidak dapat memanfaatkan SDA dan SDM setempat, dan 
18. Kurangnya tenaga terampil bertumpun  ke kota.  
(Manurung, dalam Bulletin YDS, 1993:4) 

b. Faktor-Faktor penyebab kemiskinan secara non manusia


1. Faktor alam, lahan tidak subur/lahan sempit,  
2. Keterampilan atau keterisolasi desa,  
3. Sarana pehubungan tidak ada,  
4. Kurang Fasilitasi umum,  
5. Langkanya modal,  
6. Tidak stabilnya harga hasil bumi,  
7. Industrialisasi sangat minim 
8. belum terjagkau media informasi, 
9. Kurang berfungsinya lembaga-lembaga desa,  
10. Kepemilikan tanah kurang pemerataan.  
(Manurung, dalam Bulletin YDS, 1993:5) 

Studi empiris Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Departemen Pertanian (1995: 10-30)
yang dilakukan pada 17 provinsi di Indonesia, menyimpulkan bahwa ada enam faktor
utama penyebab kemiskinan masyarakat pedesaan di Indonesia, antara lain :

1. Rendahnya kualitas sumber daya manusi.


Ditujukan pada rendahnya tingkat pendidikan, tingginya angka ketergantungan,
rendahnya tingkat kesehatan, kurangnya pekerjaan alternatif, rendahnya etos kerja,
rendahnya keterampilan dan besarnya jumlah anggota keluarga
2. Rendahnya sumber daya fisik.
Ditunjukkan oleh rendahnya dan jumlah asset produksi serta modal kerja
3. Rendahnya penerapan teknologi.
Ditunjukkan oleh rendahnya penggunaan input dan mekanisme pertanian
4. Rendahnya potensi wilayah yang ditunjukkan oleh rendahnya potensi fisik dan
infrastruktur.
Kondisi fisik ditunjukkan oleh iklim, tingkat kesuburan dan topografis wilayah.
Infrastruktur ditunjukkan oleh irigasi, transportasi, pasar, kesehatan, pendidikan,
pengolahan komoditas pertanian, listrik dan fasilitas komunikasi
5. Kurang tepatnya kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam investasi dan
pengentasan kemiskinan.
6. Kurang berperannya kelembagaan yang ada kelembagaan tersebut antara lain:
pemasaran, penyuluhan, perkreditan dan sosial.

C. Kondisi kemiskinan rakyat indonesia saat ini

Pada saat ini telah didapatkan informasi bahwa kemiskinan di Indonesia mulai
menurun. Dibuktikan pada laju penurunan jumlah penduduk miskin pada periode 2004-
2010 berkurang rata-rata 0,85 juta jiwa per tahun, pada periode 2011-2016 hanya
berkurang rata-rata 0,27 juta jiwa per tahun. BPS memaparkan kemiskinan berkurang
terutama disebabkan tingkat inflasi yang relatif rendah dan turunnya tingkat
pengangguran terbuka. Tetapi penurunan angka kemiskinan tersebut tidak merata pada
seluruh area. Persentase penduduk miskin di perkotaan yang pada September 2015
sebesar 8,22 persen turun menjadi 7,78 persen pada Maret 2016. Sementara persentase
penduduk miskin di perdesaan naik dari 14,09 persen pada September 2015 menjadi
14,11 persen pada Maret 2016. Kondisi ini bisa jadi karena pada periode Februari 2015
hingga Februari 2016 jumlah penduduk yang bekerja turun sebanyak 200.000 orang.
Penurunan itu terutama terjadi di sektor pertanian, sektor yang dominan di pedesaan.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2016 mencapai 27,76 juta
orang (10,70 persen), menurun 0,25 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin
pada Maret 2016 yang sebanyak 28,01 juta orang (10,86 persen). Perkembangan
penduduk miskin menurut daerah tempat tinggal dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 1. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Menurut
Daerah Maret 2016-September 2016

Sumber : Laporan bulanan data sosial BPS nasional 2017

Dari pemaparan tersebut penurunan kemiskinan yang saat ini dialami Indonesia
belum merata. Adanya pengangguran yang justru meningkat di daerah pedesaan
disebabkan oleh tingginya jumlah pengangguran pada sekor pertanian yang sudah jelas
merupakan mata pencaharian utama penduduk desa.
D. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat kali ini dilakukan pada aspek ekonomi. Definisi
pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan pemilikan faktor-faktor produksi,
penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk
mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk memperoleh
informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik
dari aspek masyarakatnya sendiri, mapun aspek kebijakannya.
Pemberdayaan masyarakat tidak dapat dilakukan hanya pada dengan peningkatan
produktivitas pada salah satu aspek, elakukan usaaha yang sama, dan pemberian modal
saja, tetapi juga harus dengan kerja sama dengan sektor kemitraan antar UMKM,
penguatan kelembagaan ekonomi masyarakatdan sumberdaya manusianya.
Praktik Pemberdayaan Bidang Ekonomi Saat Ini

1. Bantuan Modal
Salah satu aspek permasalahan yang dihadapi masyarakat tuna daya adalah
permodalan. Lambannya akumulasi kapital di kalangan pengusaha mikro, kecil, dan
menengah, merupakan salah satu penyebab lambannya laju perkembangan usaha dan
rendahnya surplus usaha di sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Oleh sebab itu
tidak salah, kalau dalam pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, pemecahan
dalam aspek modal ini penting dan memang harus dilakukan.
2. Bantuan Pembangunan Prasarana
Tersedianya prasarana pemasaran dan atau transportasi dari lokasi produksi ke
pasar, akan mengurangi rantai pemasaran dan pada akhirnya akan meningkatkan
penerimaan petani dan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha
menengah. Artinya, dari sisi pemberdayaan ekonomi, maka proyek pembangunan
prasarana pendukung desa tertinggal, memang strategis.
3. Bantuan Pendampingan
Pendampingan masyarakat tunadaya memang perlu dan penting. Tugas utama
pendamping ini adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi
mediator untuk penguatan kemitraan baik antara usaha mikro, usaha kecil, maupun
usaha menengah dengan usaha besar. Yang perlu dipikirkan bersama adalah
mengenai siapa yang paling efektif menjadi pendamping masyarakat. Pengalaman
empirik dari pelaksanaan IDT, P3DT, dan PPK, dengan adanya pendamping eksitu,
ternyata menyebabkan biaya transaksi bantuan modal menjadi sangat mahal.
4. Penguatan dan Pembangunan Kemitraan Usaha
Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah, pada mulanya dilakukan
melalui pendekatan individual. Pendekatan individual ini tidak memberikan hasil
yang memuaskan, oleh sebab itu, semenjak tahun 80-an, pendekatan yang dilakukan
adalah pendekatan kelompok. Alasannya adalah, akumulasi kapital akan sulit
dicapai di kalangan orang miskin, oleh sebab itu akumulasi kapital harus dilakukan
bersama sama dalam wadah kelompok atau usaha bersama. Demikian pula dengan
masalah distribusi, orang miskin mustahil dapat mengendalikan distribusi hasil
produksi dan input produksi, secara individual. Melalui kelompok, mereka dapat
membangun kekuatan untuk ikut menentukan distribusi.
5. Fasilitas dari Pendamping Eksitu
Penguatan ekonomi rakyat atau pemberdayaan masyarakat dalam ekonomi,
tidak berarti mengalienasi pengusaha besar atau kelompok ekonomi kuat. Karena
pemberdayaan memang bukan menegasikan yang lain, tetapi give power to
everybody. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi adalah penguatan
bersama, dimana yang besar hanya akan berkembang kalau ada yang kecil dan
menengah, dan yang kecil akan berkembang kalau ada yang besar dan menengah.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga melakukan pemberdayaan keluarga


miskin di sektor pertanian dengan melalui Bina Swadaya sebagai salah satu LSM di
Indonesia. Pendekatan dan peran serta yang dilakukan oleh Bina Swadaya selama 40
tahun dalam program penanggulanagn kemiskinan, antara lain

1. Peningkatan kapasitas aparat pemerintah dalam program-program penanggulangan


kemiskinan
Bantuan teknis yang diberikan, yaitu perhutanan sosial (Society Forestry),
proyek penyediaan sarana air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman,
Participatory Integrated development for Rainfed Area / PIDRA, dan program
pemberdayaan masyarakat di Sub-DAS Cimanuk Hulu.
2. Peningkatan peran Corporate melalui Program CSR
Kerjasama program dengan menggunakan pendekatan peningkatan income
generating masyarakat melalu pengembangan usaha produktif dan pengembangan
keuangan mikro.
3. Peningkatan kapasitas kelembagaan lokal masyarakat dalam program
penanggulangan kemiskinan
Memanfaatkan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dengan memperkuat
diri dalam bidang organisasi, modal, administrasi, kegiatan / usaha produktif, dan
pengakaran
4. Penyediaan fasilitas kredit mikro melalui Lembaga Keuangan Mikro
Rintisan program ini sebenarnya berangkat dari adanya kegiatan simpan
pinjam di tingkat KSM.
a. Tabungan Setia Kawan (TSK) dan Kredit Setia Kawan (KSK)
b. Hubungan Bank-KSM
c. Bank Perkreditan Rakyat
d. Koperasi Pembiayaan
5. Penyediaan informasi pertanian
BSM mengembang unit khusus yang bertugas menyediakan informasi di
berbagai bidang pengembangan melalui majalah, buku, VCD, program radio, dan
TV yang memuat berbagai seputar pengetahuan ilmu dalam pertanian dan
perkembangan ekonomi serta hal lainnya yang sangat berhubungan dengan kondisi
pertanian.
Daftar Pustaka

Imron, Masyhuri. 2003. Kemiskinan Dalam Masyarakat Nelayan. (Online) (http://jmb-


lipi.or.id/) diakses 11 Februari 2017.

M. Hasrimi. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan. (Online)


(repository.usu.ac.id) diakses 12 Februari 2017

Definisi Kesejahteraan. (Online) (repository.usu.ac.id) diakses 11 Februari 2017

Gianie. 2016. Kemiskinan di Perdesaan Meningkat. (Online) (http://print.kompas.com/)


diakses 11 Februari 2017

Hutomo, Mardi Yatmo. 2000. Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi : Tinjauan
Teoritik dan Implementasi. (Online) (www.bapennas.com) diakses 11 Februari 2017

BPS Nasional. 2017. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. (Online) (http://ww.bps.go.id/)
diakses 11 Februari 2017

Mardimin, Yohanes. 1996. Kritis Proses Pembangunan di Indonesia. Penerbit Kanisius:


Yogyakarta

Manurung. 1994. Bulletin YDS Pelpem. GKPS: Pematang Siantar

Hermantyo, A.I. 2008. Pengalaman Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dalam


Pendampingan dan Pemberdayaan Keluarga Miskin di Sektor Pertanian (Sebuah
Refleksi). (Online)(pse.litbang.pertanian.go.id) diakses 11 Februari 2017

Anda mungkin juga menyukai