Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH KESADARAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

DENGAN ADANYA TAX CENTER SEBAGAI VARIABEL MODERASI

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

KURNIA ROSIDA
NIM 16080694024
NI LUH PUTU KARTIKA SARI
NIM 16080694048
ARBA’ATIN RIZKY KASANAH
NIM 16080694054
ULFA LAILATUL
NIM 16080694058

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
PRODI S1 AKUNTANSI
2019
HALAMAN PERSETUJUAN PENELITIAN
i
Usulan Penelitian oleh : Kurnia Rosida
NIM : 16080694024
Usulan Penelitian oleh : Ni Luh Putu Kartika Sari
NIM : 16080694048
Usulan Penelitian oleh : Arba’atin Rizky Kasanah
NIM : 16080694054
Usulan Penelitian oleh : Ulfa Lailatul
NIM : 16080694058

Judul : Pengaruh Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


dengan Adanya Tax Center Sebagai Variabel Moderasi ini
telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat untuk
diseminarkan.

Surabaya, 7 Mei 2019


Pembimbing,

Dr. Dian Anita Nuswantara, Ak, M.Si


NIP.197403201999032010

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................................3

1.5 Batasan Penelitian......................................................................................................3

1.6 Asumsi.........................................................................................................................4

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis.............................................................................................................5

2.2 Kerangka Konseptual ...............................................................................................14

2.3 Hipotesis .....................................................................................................................14

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian...............................................................................15

3.2 Lokasi Penelitian........................................................................................................15

3.3 Sasaran Penelitian......................................................................................................15

3.4 Variabel dan Definisi Operasional..........................................................................15

3.5 Instrumen Penelitian.................................................................................................16

3.6 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................16

3.7 Teknik Analisis Data.................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

LAMPIRAN............................................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan salah satu sebagai sumber pendapatan di suatu negara,
termasuk salah satunya yaitu Negara Republik Indonesia. Penggolongan pajak yang
dipungut berdasarkan lembaga di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu pajak pusat
dan pajak daerah. Pajak pusat dikelola oleh pemerintah pusat yang sebagian besar
dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak, sedangkan pajak daerah dikelola oleh
pemerintah daerah baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota. Jenis
pajak pusat diantaranya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Penghasilan
(PPh), dan Bea Materai. Adanya pajak, suatu negara bisa membiayai negaranya.
Membiayai untuk proses pembangunan negara, meningkatkan infrastruktur,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membantu meningkatkan program
pendidikan dan kesehatan, dan menjaga kestabilan perekonomian suatu negara.
Pajak akan dianggarkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
sebagai rancangan keuangan yang akan digunakan untuk berbagai keperluan
negara. Pada tingkat daerah, pajak diterima sebagai sumber penerimaan Anngaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang akan digunakan untuk kepentingan
daerah tersebut. Meningkatnya penerimaan pajak akan meningkatkan pula
pendapatan negara dan daerah sehinga pembangunan negara dan daerah akan
berjalan dengan baik.
Penerimaan pajak juga berkaitan dengan kesadaran Wajib Pajak (WP).
Kesadaran tersebut meliputi pengetahuan atas perpajakan, kepatuhan dalam
melaporkan pajak, dan kepatuhan dalam membayar pajak. Adanya lembaga
perpajakan juga tidak lepas dalam membantu meningkatkan kesadaran pajak dan
sebagai lembaga yang membantu WP dalam melaksanakan aktivitas perpajakan.
Salah satu contoh dari lembaga perpajakan yaitu Direktorat Jederal Pajak (DJP)
yang menyediakan jasa pelayanan perpajakan yang mengurus segala aktivitas
perpajakan di Indonesia. Penerimaan pajak di Indonesia menganut sistem self
assessment yang merupakan sistem pemungutan pajak yang dipercayakan langsung
kepada WP dalam menghitung, membayar, dan melaporkan pajaknya, dimana
keputusan dalam pelaporan ditentukan oleh individu pembayar pajak (Khulsum
dan Satyawan, 2014:2). Self assessment berkaitan dengan kesadaran WP dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya, apakah kewajibannya perpajakannya sudah
dipenuhi atau belum.

1
Dalam membantu meningkatkan kesadaran WP, pemerintah mencanangkan
adanya lembaga yang berguna untuk membantu fiskus dalam melayani WP dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya. Jasa pelayanan perpajakan tidak sebanding
dengan besarnya WP di Indonesia, sehingga mempersulit WP dalam melakukan
pelaporan dan memperoleh informasi terkini mengenai pajak. Diketahui rasio
antara jumlah WP dengan Kantor pajak yaitu satu kantor pajak mengawasi rata-rata
20.000 WP, sehingga tingkat kesadaran dan kekpatuhan pelaksanaan kewajiban
perpajakan menjadi rendah karena jumlah WP tidak sebanding dengan jumlah
kantor pajak yang membantu WP dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya
(Suplemen Pajak, 2013) Kemudian didirikannya lembaga perpajakan di lingkungan
perguruan tinggi yaitu Tax Center. Tax Center adalah suatu lembaga perguruan
tinggi yang di dalamnya berfungsi sebagai pusat informasi, pengkajian, penelitian,
pelatihan dan sosialisi di bidang perpajakan, dimana pelaku yang menjalankan Tax
Center yaitu mahasiswa/i Fakultas Ekonomi yang sudah mengampu mata kuliah
perpajakan, dan didamping oleh dosen pendamping serta diawasi langsung oleh
DJP. Tax Center merupakan cabang Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada di
setiap perguruan tinggi yang telah diresmikan oleh DJP. Kantor Wilayah (Kanwil)
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Timur (Jatim) I terus melakukan upaya sadar
pajak pada masyarakat. Salah satunya dengan mendorong sebanyak-banyaknya
Perguruan Tinggi untuk memliliki Tax Center. Hingga saat ini telah tercatat, bahwa
sudah terdapat 11 (sebelas) Perguruan Tinggi di Kota Surabaya yang memiliki Tax
Center (Masduki, 2018). Keberadaan Tax Center disamping untuk menyadarkan WP
akan pemenuhan kewajiban perpajakannya, juga membantu calon WP untuk
mengetahui lebih awal ilmu perpajakan, agar calon WP siap dalam pemenuhan
kewajibannya esok hari ketika sudah menjadi WP.
Adanya Tax Center diupayakan dapat membantu fiskus dalam
mensosialisasikan pajak, sehingga dapat meningkatkan kesadaran serta kepatuhan
wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajaknnya, khususnya untuk para
dosen dan tenaga pendidik di Perguruan Tinggi. Ada tidaknya Tax Center di
Perguruan Tinggi dipastikan akan mempengaruhi tingkat kesadaran perpajakan
pada Wajib Pajak di lingkungan Perguruan Tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi tentang
pajak dan perbedaan kesadaran pajak antara perguruan tinggi yang terdapat Tax
Center dan tidak terdapat Tax Center. Penelitian ini penting untuk dilakukan
karena dapat mengetahui peran Tax Center, yang merupakan suatu lembaga di
perguruan tinggi yang di dalamnya berfungsi sebagai pusat informasi, pengkajian,
penelitian, pelatihan dan sosialisi di bidang perpajakan. Sehingga adanya Tax
Center dapat meningkatkan kesadaran Wajib Pajak di Perguruan Tinggi.
1.2 Rumusan Masalah

2
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah kesadaran mempengaruhi kepatuhan dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan bagi dosen dan tenaga pendidik di Surabaya?
2. Apakah dengan adanya Tax Center dapat meningkatkan hubungan kesadaran
dengan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang berdasarkan rumusan masalah, yaitu :
1. Untuk mengetahui tingkat kesadaran yang mempengaruhi kepatuhan dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan bagi dosen dan tenaga pendidik di
Surabaya.
2. Untuk mengetahui, dengan adanya Tax Center dapat meningkatkan hubungan
kesadaran dengan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, terdapat manfaat penelitian yang ingin dicapai oleh
peneliti. Tetdapat dua manfaat pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat, yaitu :
a. Memberikan sumber pengetahuan mengenai perpajakan.
b. Memberikan informasi-informasi mengenai kelembagaan perpajakan sebagai
penyedia layanan kepada Wajib Pajak (WP)
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil dari peneliti diharapkan memberikan manfaat, yaitu:
a. Bagi Peneliti
1. Dapat mengimplementasikan materi perkuliahan pada penelitian yang
akan dijalankan.
2. Dapat menambah wawasan mengenai tingat kesadaran WP dengan
adanya Tax Center.
3. Dapat menambah pengalaman dalam melaksanakan penelitian.
b. Bagi Pembaca
1. Pembaca dapat mengetahui hasil penelitian, dimana pada kesimpulan
diketahui peran Tax Center dalam meningkatkan kesadaran pajak dosen
dan tenaga pendidik di Perguruan Tinggi.
1.5 Batasan Penelitian
Batasan penelitian diharapkan dapat memberikan acuan agar pokok masalah
yang dibahas tidak keluar dari topik penelitian dan agar tidak menyimpang dari
pokok bahasan, Adanya batasan penelitian, agar lebih terarah, dan memudahkan
tercapainya tujuan penelitian. Terdapat batasan masalah pada penelitian, yaitu
sebagai berikut:

3
1. Luas lingkup yang dibahas hanya informasi seputar perpajakan.
2. Ruang lingkup penelitian hanya pada Kota Surabaya.
3. Informasi yang disampaikan pada penelitian ini yaitu: lembaga perpajakan yang
terdapat di Negara Indonesia dan bentuk kesadaran Wajib Pajak (WP).
1.6 Asumsi
Tingkat kesadaran Wajib Pajak (WP) terbilang masih rendah. Dengan adanya
Tax Center diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesadaran WP dalam
menjalankan kewajiban perpajakannya, karena Tax Center merupakan suatu
lembaga perguruan tinggi yang di dalamnya berfungsi sebagai pusat informasi,
pengkajian, penelitian, pelatihan dan sosialisi di bidang perpajakan. Ada tidaknya
Tax Center di Perguruan Tinggi dapat mempengaruhi tingkat kesadaran pajak Wajib
Pajak di lingkungan Perguruan Tinggi.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

4
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Compliance Theory (Teori Kepatuhan)
Compliance Theory atau Teori Kepatuhan berfokus dari kata patuh yang
bila diartikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia patuh berarti suka
menurut, taat, berdisiplin (kbbi.web.id, 2019). Dari penjelasan tersebut dapat
diartikan bahwa kepatuhan merupakan sifat suka menurut atau taat akan
peraturan yang ada atau yang telah diatur dalam suatu perihal tertentu.
Teori kepatuhan sendiri memuat tentang teori yang bersifat patuh, taat, akan
suatu peraturan atau undang-undang yang berlaku. Kepatuhan pada aspek
kali ini mengarah pada kepatuhan seorang Wajib Pajak terhadap pajak yang
menjadi sebuah tanggung jawabnya. Kepatuhan tersebut disebut sebagai
Kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance).
Menurut Musgrave (1993:274) menjelaskan mengenai kepatuhan wajib
pajak merupakan pelaksanaan atas kewajiban seorang wajib pajak, baik
dalam menyetor dan melaporkan pajak terutang sesuai dengan ketentuan
perpajakan yang ada. Harapan kepatuhan yang dimaksud adalah kepatuhan
yang sukarela (voluntary compliance) bukan merupakan kepatuhan yang
dipaksa (compulsory compliance) (Dyan & Venusita, 2013:62). Bentuk
kepatuhan tersebut dapat dikatakan sebagai bentuk suatu kedisiplinan wajib
pajak dalam memenuhi kewajibannya. Hal ini dapat didorong dengan
adanya peraturan dan kebijakan perpajakan yang bersifat resmi dan formal
serta pemberian sanksi untuk yang melanggar, agar wajib pajak lebih
memperhatikan lagi dan tidak memandang sepele kepatuhan akan pajak. Di
sisi lain, menurut James and Alley (1999), mengatakan bahwa kepatuhan dari
wajib pajak hanyalah menyangkut sejauh mana wajib pajak memenuhi
kewajiban perpajakan tersebut sesuai dengan aturan perpajakan yang
berlaku, selain itu juga pada tingkat kepatuhan pajak dapat diukur dengan
tax gap. Tax Gap, yaitu perbedaan antara yang dipaparkan dalam aturan dan
kebijakan perpajakan dengan praktik yang sebenarnya dilakukan oleh pihak
wajib pajak itu sendiri (Khulsum & Satyawan, 2014:36).
2.1.2 Fungsi Perguruan Tinggi dalam Pendidikan dan Penanaman Nilai/Norma di
Masyarakat
Norma selalu ada dan dibentuk dalam setiap lembaga-lembaga sosial
dari mulai cakupan kecil sampai cakupan besar, seperti keluarga, kelompok-
kelompok sosial, organisasi, institusi dan lembaga pendidikan, termasuk
sekolah dan perguruan tinggi. Perguruan Tinggi, mempunyai peran yang
strategis dalam membangun karakter peserta didik agar menjadi generasi
bangsa yang unggul, mulia, dan berkarakter

5
Sejalan dengan Rencana Strategis Kemendiknas 2010-2014 yang telah
mencanangkan visi penerapan pendidikan karakter, diperlukan kerja keras
semua pihak, terutama di lembaga pendidikan formal, termasuk institusi
pendidikan di perguruan tinggi. Secara umum, pendidikan karakter tersebut
masih sebatas pada pembekalan aspek pengetahuan atau menyentuh ranah
kognitif semata, yaitu lebih banyak disampaikan dalam bentuk konsep dan
teori tentang nilai benar (right) dan salah (wrong). Sedangkan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari tidak menyentuh ranah afektif dan
psikomotorik dalam perilaku peserta didik. Manfaat yang diambil dari
pembentukan karakter mahasiswa, yaitu religiusitas, kejujuran, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, keingintahuan, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, kepedulian sosial, dan
tanggung jawab.
Seluruh upaya penanaman pendidikan karakter di perguruan tinggi
yang telah diprakarsai oleh Kemendiknas merupakan bentuk bukti nyata
dari fungsi perguruan tinggi dalam pendidikan dan penanaman nilai/norma
di masyarakat. Mahasiswa di perguruan tinggi diarahkan dan dibentuk
sesuai dengan nilai/norma di masyarakat agar menjadi sebuah contoh. Nilai-
nilai karakter itu pun masih terus berkembang dan terus mencari bentuknya
yang tepat sesuai dengan tuntutan lingkungan pergaulan yang
melingkupinya.
Keberadaan Tax Center juga merupakan suatu wadah dimana juga
merupakan salah satu bentuk perwujudan fungsi dari perguruan tinggi
dalam aspek ini. Lembaga/organisasi yang didukung oleh Dirjen Pajak RI
dibuat untuk memberikan pelayanan langsung mengenai pajak baik kepada
sesama civitas akademika maupun masyarakat sekitar yang dilakukan oleh
mahasiswa. Di sisi inilah mahasiswa menggunakan ilmu pengetahuan serta
pendidikan moral yang telah didapatkan dari perguruan tinggi dan
diaplikasikan langsung ke masyarakat.
2.1.3 Peran Lembaga/Organisasi Informal Sebagai Mediator (Katalisator)
Pada persepsi ini dijelaskan mengenai peran lembaga atau organisasi
informal itu sendiri sebagai mediator atau katalisator. Lembaga/organisasi
yang dijelaskan hal ini berkaitan pada lembaga/organisasi di masyarakat
dan perannya kepada masyarakat itu sendiri. Menurut Keith Davis, peran
serta dari masyarakat tersebut adalah dalam bentuk suatu keterlibatan
mental pikiran dan emosi/perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang
mendorongnya untuk memberi sumbangan kepada kelompok dalam usaha
mencapai tujuan serta turut bertanggungjawab terhadap usaha tersebut.

6
Secara teori, terdapat suatu hubungan antara ciri-ciri personal pribadi
masyarakat dengan tingkat peran sertanya, dimana ciri-ciri tersebut terdiri
dari usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, masa waktu menjadi anggota
dan keterlibatan kegiatan yang dilakukan, serta besarnya pendapatan sangat
berpengaruh pada kegatan peran serta (Slamet, 1994:137-143).
2.1.4 Persepsi Tentang Pajak
Banyak terdapat persepsi mengenai pajak, baik dari segi ekonomi
finansial, segi pembangunan negara dan segi pandangan dari wajib pajak itu
sendiri. Menurut Mardiasmo (2002:1), pengertian pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang sifatnya dapat
dipaksakan dengan tidak terdapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Terdapat dua fungsi pokok pajak, yaitu:
1) Fungsi Mengatur (Regulator)
Fungsi pajak sebagai alat mengatur kebijakan di bidang sosial dan
ekonomi.
2) Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Fungsi pajak sebagai sumber dana yang digunakan untuk pembiayaan
berbagai pengeluaran pemerintah (Supadmi, 2018).
Pajak merupakan suatu hal yang vital dalam perekonomian dan
pembangunan di Indonesia. Pada dasarnya, pajak menjadi salah satu
penyumbang bahkan merupakan yang terbesar sebagai sumber pendapatan
negara, sehingga pajak dinilai sangat penting dan diharuskan oleh negara
dimana warga negara yang sudah berstatus sebagai Wajib Pajak (WP)
diharuskan untuk membayar pajak dan melaporkannya.
Dalam pengertiannya sendiri, menurut UU No. 28 Tahun 2007
disebutkan bahwa pajak adalah kontribusi yang bersifat wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang sifatnya memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat (Khulsum dan Satyawan 2014:36).
2.1.5 Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)
Penggambaran perilaku manusia atas dasar kehendak dengan
pertimbangan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku
disebut Theory of Reasoned Action (Murtiadi Awaluddin, Sukmawati
Sukmawati, 2017).
Manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan
segala informasi yang tersedia termasuk asumsi dasar dari teori ini. Dalam
TRA, dilakukan atau tidaknya suatu perilaku ditentukan oleh minat

7
seseorang. Ada dua faktor penentu dasar menurut Fishbein & Ajzen dalam
Hartono (2007), faktor yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude)
dan faktor yang kedua berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma
subjektif (Kayati, 2018).
2.1.6 Theory of Planned Behavior (TPB)
Dalam penelitian ini menggunakan teori Theory of Planned Behavior
(TPB) pengembangan Theory of Reasoned Action yang dikembangkan oleh
Ajzen. TRA menjelaskan bahwa suatu perilaku muncul karena seseorang
mempunyai niat atau keinginan untuk melakukannya (behavioral intention).
Niat untuk melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh sikap (attitude
towards behavior) dan pengaruh sosial yaitu norma subyektif (subjective
norms).
Menurut Ajzen pada TPB ditambahkan kontrol perilaku yang dipersepsikan
sebagai dasar kepercayaan terhadap perilaku. Selain itu, Ajzen (1991) juga
menyatakan bahwa sikap terhadap perilaku, norma subyektif sehubungan
dengan perilaku, dan kontrol perilaku yang dipersepsikan biasanya
digunakan untuk memprediksi niat perilaku dengan tingkat akurasi yang
tinggi. Tiga faktor penentu dari niat berperilaku yaitu:
1) Behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku
dan evaluasi atas hasil tersebut (beliefs strength and outcome evaluation),
2) Normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain
dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs and
motivation to comply), dan
3) Control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang
mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control
beliefs) dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung
dan menghambat perilakunya tersebut (perceived power). Hambatan yang
mungkin timbul pada saat perilaku ditampilkan dapat berasal dari dalam
diri sendiri maupun dari lingkungan.
Sikap terhadap perilaku positif atau negatif dihasilkan dari behavioral
beliefs, norma subyektif atau tekanan sosial yang dipersepsikan (perceived
social pressure) dihasilkan dari normative beliefs, dan control beliefs
menimbulkan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan menurut Ajzen
(2006)
Menurut (Ajzen 2006) Semakin positif sikap dan norma subyektif
seseorang, dan semakin besar kontrol perilaku yang dipersepsikan, maka
semakin kuat niat seseorang tersebut untuk memunculkan perilaku tertentu.
Niat tersebut akan terbentuk menjadi perilaku jika terdapat kesempatan
untuk berperilaku sesuai dengan kondisi actual behavioral control. Jika

8
kondisi yang sebenarnya tidak memungkinkan muncul perilaku sesuai
dengan niatnya, maka akan mempengaruhi kontrol perilaku yang
dipersepsikan. Hal tersebut selanjutnya akan merubah niat awal seseorang
karena pengaruh perilaku yang muncul (Devira Nourma Anjani, MI Mitha
Dwi Restuti, 2016).

2.1.7 Teori Kontijensi


Teori kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu
proses di mana kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan
pengaruhnya tergantung dengan situasi tugas kelompok (group task
situation) dan tingkat-tingkat gaya kepemimpinannya, kepribadiannya dan
pendekatannya yang sesuai dengan kelompoknya. Dengan perkataan lain,
menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan karena sifat-sifat
kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi
antara pemimpin dan situasinya (Sriwidharmanely, Darman Usman dan
Lidya Devega, 2013).
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan teori ini sudah banyak
dilakukan. Tinjauan mengenai penelitian yang berkaitan dengan Kepatuhan, TRA,
TPB, kontijensi penyebab yang menimbulkan kepatuhan dan kesadaran terhadap
pajak.
2.2.1 Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati Meita Oktaviani (2015)
Penelitian yang berjudul “Determinan kepatuhan wajib pajak badan
dengan niat sebagai pemediasi dari perspektif planned behaviour theory”
9
yang dilakukan racmawati menjelaskan tentang menguji dan menganalisis
sikap, norma subjektif, dan kontrol keperilakuan dengan niat sebagai
variabel pemediasi terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini
menunjukkan bahwa sikap dan kontrol keperlakukan berpengaruh terhadap
niat taat pajak. Sementara hasli berbeda ditunjukkan oleh variabel norma
subjektif. Disamping itu sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakukan
memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib tetapi hasil berbeda
ditunjukkan oleh variabel niat yang justru tidak berpengaru terhadap
kepatuhan wajib pajak.
2.2.2 Penelitian yang dilakukan oleh kadek juniati putri dan Putu Ery Setiawan
(2017)
Judul penelitian “Pengaruh kesadaran, pengetahuan dan pemahaman
perpajakan, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan
wajib pajak” yang ditulis juniati putri dan Putu Ery Setiawan (2017)
menjelaskan mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak, pengetahuan dan
pemahaman peraturan perpajakan, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Denpasar Timur. Dan menunjukkan bahwa pengaruh kesadaran wajib pajak,
pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan, kualitas pelayanan dan
sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Denpasar Timur.
2.2.3 Penelitian yang dilakukan oleh ketut evi susilawati dan Ketut Budiartha
(2013)
Penelitian yang berjudul “Pengaruh kesadaran wajib pajak,
pengetahuan pajak, sanksi perpajakan dan akuntabilitas pelayanan publik
pada kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor” berkaitan dengan
pengaruh kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan dan
akuntabilitas pelayanan publik pada kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak kendaraan bermotor. Berdasarkan hasil analisis maka dapat
diketahui bahwa kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, sanksi
perpajakan dan akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh positif pada
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor pada
Kantor Bersama SAMSAT Kota Singaraja.
2.2.4 Penelitian Ni Komang Ayu Harmawati dan I Ketut Yadnyana (2016)
Judul penelitian “Pengaruh pemahaman perpajakan, kualitas
pelayanan, ketegasan sanksi pajak dan pemeriksaan pajak pada kepatuhan
wajib pajak pbb-p2 dengan tingkat pendidikan sebagai pemoderasi (Studi
Empiris pada Dinas Pendapatan Kabupaten Jembrana)” yang ditulis oleh
Penelitian Ni Komang Ayu Harmawati dan I Ketut Yadnyana (2016) meneliti

10
mengenai bukti empiris pengaruh pemahaman perpajakan, kualitas
pelayanan, ketegasan sanksi pajak, dan pemeriksaan pajak pada kepatuhan
wajib pajak PBB-P2 dengan tingkat pendidikan sebagai pemoderasi.
2.2.5 Penelitian Ni Putu Debby Widyantari dkk. (2017)
Penelitian yang berjudul “Pengaruh pemahaman peraturan
Perpajakan dan kesadaran wajib pajak Terhadap kepatuhan formal wajib
pajak Dengan kondisi keuangan sebagai variabel Moderasi (Studi Kasus
pada Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang terdaftar di KPP Pratama
Singaraja)” yang ditulis Ni Putu Debby Widyantari dkk. (2017). Berkaitan
dengan pengaruh pemahaman peraturan perpajakan dan kesadaran wajib
pajak terhadap kepatuhan formal wajib pajak dengan kondisi keuangan
sebagai variabel moderating. Dan semakin seseorang wajib pajak memiliki
kesadaran dalam membayar pajak, maka semakin tinggi pula tingkat
kepatuhan formal wajib pajak tersebut. Begitu pula dengan tingkat kondisi
keuangan yang tinggi yang dimiliki wajib pajak maka wajib pajak cenderung
akan patuh membayar pajak.
2.2.6 Penelitian Erwin Harinurdin (2009)
Penelitian berjudul “Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan” yang
ditulis Erwin Harinurdin (2009) menghasilkan tentang Pertama, persepsi
kontrol perilaku tidak signifikan berpengaruh langsung pada kepatuhan
pajak. Perihal bahwa persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya
tidak sesuai dengan badan yang dilayaninya. Kedua, persepsi kontrol
perilaku mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap niat. Berarti
semakin tinggi persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan
mendorong kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Badan yang
dilayani. Ketiga, kondisi keuangan mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap Kepatuhan Pajak. Jadi, jika tax professional mempunyai
persepsi bahwa kondisi keuangan perusahaan baik, maka akan mendorong
kepatuhan menjalankan kewajiban perpajakan perusahaan yang diwakilinya.
Keempat, kondisi fasilitas perusahaan mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap kepatuhan pajak. Karena itu, jika tax professional
berpersepsi bahwa fasilitas yang disediakan perusahaan tinggi atau
mencukupi, maka kepatuhan pajak akan tinggi. Kelima, kondisi iklim
organisasi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan
pajak sehingga jika persepsi iklim organisasi positif atau baik akan
berpengaruh terhadap tingginya kepatuhan pajak. Keenam, niat mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan pajak. Apabila tax professional
memiliki niat kepatuhan pajak tinggi, kepatuhan pajak badan yang
dimilikinya tinggi begitu pula sebaliknya. Hal ini memperkuat pendapat

11
Ajzen bahwa niat seseorang diwujudkan dalam perilakunya. Ketujuh,
kesimpulan terakhir berkenaan terhadap niat dan kepatuhan ialah apabila
tax professional memiliki kontrol perilaku terhadap kepatuhan positif, niat
kepatuhan pajaknya tinggi dan pengaruh lingkungan perusahaan yang kuat
mempengaruhi tax professional untuk berperilaku patuh dalam menjalankan
kewajiban perpajakan perusahaan yang diwakilinya.
2.2.7 Penelitian oleh Widi Hidayat dan Argo Adhi Nugroho (2010)
Penelitian dengan judul “Studi Empiris Theory of Planned Behavior dan
Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidak patuhan Pajak Wajib
Pajak Orang Pribadi” yang ditulis oleh Widi Hidayat dan Argo Adhi
Nugroho (2010). Menjelaskan penggunaan Theory of Planned Behavior/TPB
(Ajzen 1991) dengan tambahan variabel kewajiban moral (Bobek and
Hatfield 2003), untuk menjelaskan perilaku ketidakpatuhan pajak wajib pajak
orang pribadi.
2.2.8 Penelitian oleh Putu Rara Susmita dan Ni Luh Supadmi (2016)
Penelitian dengan judul “pengaruh kualitas pelayanan, sanksi
perpajakan, biaya Kepatuhan pajak, dan penerapan e-filing pada kepatuhan
Wajib pajak” yang ditulis Putu Rara Susmita dan Ni Luh Supadmi (2016)
menjelaskan mengenai Kepatuhan wajib pajak adalah perilaku dari seorang
wajib pajak dalam melakukan semua kewajiban perpajakan dan
menggunakan hak perpajakannya dengan tetap berpatokan kepada
peraturan perundang-undangan perpajakan. Isu mengenai kepatuhan
perpajakan yang sering terjadi beberapa tahun terakhir ini adalah munculnya
ketidakpatuhan perpajakan. Ketidakpatuhan ini akan menimbulkan
penghindaran dan penggelapan pajak yang akan menyebabkan
berkurangnya penerimaan pajak ke kas negara Indonesia. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan, sanksi
perpajakan, biay kepatuhan pajak, dan penerapan e-filing pada kepatuhan
WP OP di KPP Pratama Denpasar Timur. Hasil yang diperoleh yakni kualitas
pelayanan, sanksi perpajakan, dan penerapan e-filing berpengaruh positif dan
signifikan pada kepatuhan WP OP, sedangkan biaya kepatuhan pajak
berpengaruh negatif dan signifikan pada kepatuhan WP OP.
2.2.9 Penelitian Desy Lesmana dkk. (2017)
Judul penelitian “Tax Compliance Ditinjau dari Theory of Planned
Behavior (TPB): Studi Empiris Pada Wajip Pajak Orang Pribadi dan Badan
yang Terdaftar Pada KPP di Kota Palembang” yang ditulis desy lesmana
dkk. (2017) meneliti menganai Secara parsial variabel sikap dan variabel
norma subjektif tidak mempengaruhi niat untuk patuh Wajib Pajak Orang
Pribadi dan Badan dalam hal penyampaian SPT Tahunan Pajak Pengahsilan.

12
Sementara variabel kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dan variabel
kewajiban moral mempengaruhi niat untuk patuh secara positif Wajib Pajak
Orang pribadi dan Badan dalam hal menyampaikan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan. Niat untuk patuh mempengaruhi tax compliance (kepatuhan
pajak) secara positif Wajin Pajak Orang Pribadi dan Badan dalam
menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
2.2.10 Penelitian Neni Nurhayat (2015)
Penelitian dengan judul “Pengaruh intensifikasi dan ekstensifikasi
pajak dan retribusi daerah terhadap peningkatan pendapatan asli daerah
dengan dimoderasi pelaksanaan good governance pada kabupaten / kota di
wilayah III cirebon memeberikan informasi mengenai menganalisis
intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dengan dukungan pelaksanaan good
governance. Dan menunjukkan adanya pengaruh positif Intensifikasi pajak
dan retribusi daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah berpengaruh positif terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta pelaksanaan good
governance mampu memperkuat pengaruh intensifikasi pajak dan retribusi
daerah terhadap peningkatan PAD, sedangkan pelaksanaan good
governance tidak memperkuat pengaruh ekstensifikasi pajak dan retribusi
daerah terhadap peningkatan PAD.

2.3 Kerangka Konseptual

13
Kesadaran (X) Kepatuhan (Y)

Tax Center

2.4 Hipotesis
H1 = kesadaran mempengaruhi kepatuhan dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan bagi dosen dan tenaga pendidik di Surabaya.
H2 = adanya Tax Center dapat meningkatkan hubungan kesadaran dengan
kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya

BAB III

14
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif, dimana
membutuhkan sejumlah sampel atau populasi, dimana hasil pengumpulan datanya
yang diperoleh dari penyebaran kuisioner dilakukan analisis data dengan
menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA).
Penelitian ini bersifat mengetahui ada tidaknya pengaruh kesadaran
terhadap kepatuhan membayar pajak dengan adanya Tax Center bagi dosen dan
tenaga pendidik di Surabaya.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi untuk topik penelitian ini adalah pada perguruan tinggi di Kota
Surabaya. Perguruan tinggi yang diteliti merupakan perguruan tinggi baik negeri
maupun swasta.
3.3 Populasi dan Sampel (Sasaran Penelitian)
Populasi pada penelitian ini adalah dosen dan tenaga pendidik dalam
perguruan tinggi di Kota Surabaya. Dosen yang dimaksud dalam hal ini adalah
dosen yang sudah berstatus PNS, sedangkan untuk tenaga pendidik ialah bagi
dosen non PNS atau asisten dosen. Perguruan tinggi yang masuk dalam populasi
penelitian ialah perguruan tinggi yang terdapat layanan Tax Center maupun tidak.
Sampel yang ditentukan dalam penelitian ini hanya diambil sebanyak dua
perguruan tinggi yang terdapat layanan Tax Center dan dua perguruan tinggi yang
tidak terdapat. Masing-masing dari perguruan tinggi tersebut setidaknya
mendapatkan 10 responden agar dapat masuk dalam kualifikasi pemenuhan
pengolahan data penelitian. Jadi, jika dikalkulasi maka setidaknya minimal 40
responden yang akan diterima untuk pemenuhan penelitian ini.
Berikut list perguruan tinggi yang masuk dalam sampel penelitian :

NO Perguruan Tinggi terdapat Tax Perguruan Tinggi yang tidak


Center terdapat Tax Center
1 Universitas Negeri Surabaya Universitas Bhayangkara
2 Universitas Tujuh Universitas Merdeka

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Variabel Independen (X)


Variabel independen adalah variabel yang berfungsi untuk menjelaskan atau
mempengaruhi variabel yang lain (Liana, 2009:91). Variabel independen (X)
dalam penelitian ini adalah tingkat kesadaran pajak.
2. Variabel Dependen (Y)
15
Variabel dependen adalah variabel yang berfungsi untuk dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen (Liana, 2009:91). Variabel dependen (Y)
dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak.
3. Variabel Moderating
Variabel moderating adalah variabel yang dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan langsung antara variabel independen dengan variabel
dependen (Liana, 2009:91). Variabel moderating dalam penelitian ini adalah Tax
Center.
Definisi operasional pada penelitian ini, yaitu :
1. Variabel tingkat kesadaran pajak (X)
Variabel ini merupakan variabel independen (X) dimana tingkat kesadaran
menjadi variabel utama yang akan mempengaruhi variabel dependen dalam
penelitian ini.
2. Variabel kepatuhan wajib pajak (Y)
Variabel dependen (Y) ini yang dimaksud adalah pada pengaruhnya
terhadap kepatuhan wajib pajak. Besarnya kepatuhan pada wajib pajak
berpengaruh pada seberapa tingkat kesadaran pajak yang dimiliki oleh wajib
pajak.
3. Variabel Moderating
Variabel moderating pada penelitian ini adalah Tax Center dimana fungsinya
sebagai penguat adanya hubungan antara variabel independen yaitu kesadaran
pajak terhadap variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam melakukan pengolahan data
serta analisis data menggunakan perangkat Microsoft Excel dan SPSS, yang
kemudian hasilnya dianalisis agar mendapatkan kesimpulan penelitian.
3.6 Teknik Pengumpulan
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan melalui pembagian kuisioner kepada pihak dosen dan tenaga pendidik
yang tergolong dalam sampel penelitian. Dalam hal ini pihak yang terkait akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah disediakan dalam kuisioner dan
hasil dari jawaban tersebut nantinya akan dijadikan sebagai bahan yang akan
digunakan dalam identifikasi penelitian ini.

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
Moderated Regression Analysis (MRA). Teknik MRA digunakan dalam penelitian

16
ini disebabkan penelitian ini terdapat adanya pihak moderasi, yaitu Tax Center
sebagai penguat kesadaran pajak terhadap kepatuhan wajib pajak tersebut.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dari :
3.7.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menggambarkan secara umum suatu data dengan
menggunakan tabel distribusi dengan rincian variabel secara keseluruhan.
Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai
minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, serta simpangan baku.
3.7.2 Uji asumsi klasik
Model regresi harus diuji terlebih dahulu apakah asumsi klasik sudah
dipenuhi. Jika terdapat satu syarat yang tidak bisa dipenuhi, makan hasil
dari regresi tersebut tidak dapat dikatakan Best Linear Unbiased Estimator. Uji
asumsi klasik terdiri dari beberapa hal sebagai berikut:
a) Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk menguji model regresi, apakah
hubungan dari variabel independen dan variabel dependen berdistribusi
normal atau tidak.
b) Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
perbedaan varian dari residu satu pengamatan ke pengamatan lainnya
dalam suatu model regresi. Model regresi yang baik yaitu ketika tidak
terjadi heterokedastisitas.
3.7.3 Uji hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Moderated Regression
Analysis (MRA) atau uji interaksi yang mana merupakan aplikasi khusus
regresi berganda linear yang dalam persamaan regresinya mengandung
unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen). Umunya
MRA menimbulkan masalah karena akan terjadi multikolinearitas yang
tinggi antar independen. Rumus dalam uji hipotesis pada penelitian ini
adalah :
Y=α+bX+e

Keterangan sebagai berikut:

Y = Tingkat kesadaran wajib pajak


α = Konstanta
X = Keberadaan Tax Center di perguruan tinggi se-Kota Surabaya
b = Koefisien Regresi
e = Error

17
DAFTAR PUSTAKA

18
Khulsum & Satyawan. 2014. “Pengaruh Karakteristik Usaha Wajib Pajak Badan Terhadap
Tingkat Kepatuhan Berdasarkan Pengukuran Reporting Compliance”. Jurnal Akrual 6,
(1), 33-50.

Masduki, Ali. (2018). “11 Kampus di Surabaya Sudah Miliki Tax Center”. Sindo News.

Dyan & Venusita. 2013. “Analisis Pengaruh Sikap, Norma Subyektif, Dan Kontrol
Keperilakuan Terhadap Perilaku kepatuhan Wajib Pajak Restoran Di Surabaya”.
Jurnal Akrual 5, (1), 59-74.

Khotimah, Siti. 2019. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kemauan Membayar


Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) di Lingkungan Universitas Negeri
Surabaya”. Skripsi Jurusan Akuntansi. Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.

Muliari & Setiawan. 2011. “Pegaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran
Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur”. Jurnal IABI Vol.6, (1), (Online),
(https://ojs.unud.ac.id/index.php/jiab/article/view/2641, diakses 15 Maret 2019).

Syahputra, Afri. 2018. “Tax Center, Bentuk Generasi Muda yang Sadar Pajak”, (Online),
(http://www.pajak.go.id/article/tax-center-bentuk-generasi-muda-yang-sadar-
pajak, diakses 16 Maret 2019).

Sihono. 2003. “Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Prasarana Pasca Peremajaan
Lingkungan Permukiman di Mojosongo Surakarta”, (Online),
(https://perencanaankota.blogspot.com/2011/11/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-peran.html, diakses 26 Maret 2019)

_______.2017. “Jumlah Perguruan Tinggi Swasta di Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota


dan Jenisnya, 2016-2017”, (Online), (https://
jatim.bps.go.id/dynamictable/2017/10/10/122/jumlah-perguruan-tinggi-swasta-di-
jawa-timur-menurut-kabupaten-kota-dan-jenisnya-2016.html, diakses 22 Maret 2019)

_______. 2013. “Suplemen Pajak 2013: Penegakan hukum Amankan Lumbung Negara”.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak.

Liana, Lie. 2009. “Penggunaan MRA dengan SPSS untuk Menguji Pengaruh Variabel
Moderating terhadap Hubungan antara Variabel Independen dan Variabel Dependen”.
Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK 16, (2) 90-97.
Murtiadi Awaluddin, S. (t.thn.). Implikasi Theory of Reasoned Action dan Etika dalam
Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. 4.

19
Kayati. (2018). PERAN THEORY OF REASONED ACTION TERHADAP MINAT. Jurnal
Ekonomu,2.doi:https://journal.unsika.ac.id/index.php/accounthink/article/view/1
210/989.

Devira Nourma Anjani, MI Mitha Dwi Restuti. (2016). Analisis Faktor-Faktor Kepatuhan
Wajib Pajak Orang. Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 3-5. doi:
http://dx.doi.org/10.20473/baki.v1i2.2695

Sriwidharmanely, Darman Usman dan Lidya Devega. (2013). PENGARUH KONFLIK


PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA. jurnal fairness, 3, 43. Diambil
kembali dari http://repository.unib.ac.id/6679/1/Jurnal%20Fairness.PDF

20
LAMPIRAN

KUISIONER PENELITIAN

PENGARUH KEDARAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN


ADANYA TAX CENTER SEBAGAI VARIABEL MODERASI

*) Nama :……………………………………………..
Usia : [ ] < 25 Tahun [ ] 25-35 Tahun [ ] > 35 Tahun
Penghasilan : [ ] < Rp50.000.000/Tahun.
[ ] Rp50.000.000-Rp250.000.000/Tahun.
[ ] >Rp250.000.000/Tahun.
Pilihlah salah satu alternatif jawaban untuk setiap pernyataan berdasarkan pendapat anda dengan
menggunakan tanda ( √ ) atau ( X ). Setiap pertanyaan terdiri dari 5 pilihan jawaban:
SS = Sangat setuju S = Setuju R = Ragu
TS = Tidak setuju STS = Sangat tidak setuju

*) Boleh tidak diisi

A. Kesadaran Wajib Pajak


No Pernyataan ST TS R S SS
. S
1. Pajak ditetapkan dengan Undang-Undang
(UU) dan dapat dipaksakan.
2. Pajak merupakan bentuk pengabdian
masyarakat kepada negara.
3. Membayar pajak merupakan bentuk
partisipasi dalam menunjang
pembangunan negara.
4. Penundaan pembayaran pajak dan
pengurangan pajak dapat merugikan
negara.
5. Pembayaran pajak yang tidak sesuai akan
berakibat pada kerugian yang akan
ditanggung negara.
6. Membayar pajak akan terbentuk rencana
untuk kemajuan kesejahteraan rakyat.
21
B. Kepatuhan Wajib Pajak
No Pernyataan ST TS R S SS
. S
1. Untuk mendapatkan NPWP (Nomor Pokok
Wajib Pajak), saya mendaftarkan diri
secara sukarela ke DPPKAD (Dinas
Pengelola Pendapatan Keuangan Aset
Daerah).
2. Saya selalu mengisi SPT (Surat
Pemberitahuan) sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
3. Saya selalu melaporkan SPT (surat
pemberitahuan) yang telah diisi dengan
tepat waktu.
4. Saya selalu menghitung pajak penghasilan
yang terutang dengan benar dan apa
adanya.
5. Saya selalu membayar pajak penghasilan
yang terutang dengan tepat waktu.
6. Saya selalu membayar kekurangan pajak
penghasilan yang ada sebelum dilakukan
pemeriksaan.

C. Tax Center sebagai Moderator Kesadaran Pajak


No Pernyataan ST TS R S SS
. S
1. Tax Center berperan dalam membantu
Wajib Pajak dalam memperoleh informasi
perpajakan.
2. Tax Center berperan dalam membantu
Wajib Pajak dalam pelaksanaan pelaporan
pajaknya.
3. Perlu adanya Tax Center disetiap
Perguruan Tinggi.
4. Tax Center sangatlah berperan penting
sebagai penjembatan antara fiskus dengan
masyarakat.
5. Wajib Pajak mudah memperoleh bantuan
dari Tax Center dalam pelaksanaan
kewajiban perpajakannya.
6. Tax Center meningkatkan kesadaran dan
kepatuhan Wajib Pajak dalam pelaksanaan
kewajiban perpajakannya.

22
23

Anda mungkin juga menyukai