OLEH :
MENGETAHUI,
MENGESAHKAN,
Yuningsih N. Christiani.,SST.,M.Ak
NIDN : 16.31.15.036
ANALISIS PERBEDAAN KETETAPAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN
BERDASARKAN NORMA PERHITUNGAN DAN BERDASARKAN LABA
AKUNTANSI BAGI PENGUSAHA KECIL
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 Pajak
merupakan Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-undang serta dan bagi pembayar pajak tidak akan
mendapatkan imbalan secara langsung dan hasil pajak tersebut
digunakan untuk keperluan Negara bagi kemakmuran rakyat.
Seseorang akan menjadi wajib pajak apabila mereka sudah
mencapai pada batas ketentuan seperti misalnya ; Wajib Pajak
Orang Pribadi (WPOP) akan disebut wajib pajak yaitu saat dia
(pegawai) sudah menerima penghasilan > Rp 4.500.000 perbulan
maka dia memiliki kewajiban ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
dan berhak memperoleh NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak).
Ekisitensi Jati diri perpajakkan suatu Negara tidak pernah lepas dari
peran serta dimana salah satunya adalah dari pembayaran pajak.
Oleh karena itu hubungan antara pemerintah dan masyarakat selaku
sebagai wajib pajak adalah hal yang harus diperhatikan,sosialisasi
kepada masyarakat untuk sadar akan membayar pajak yang terus
digiatkan oleh pihak pemerintah (yang diwakili oleh kantor
pelayanan pajak) harus diimbangi dengan perlakuan yang adil. Hal
ini tidak terlepas dari peran pengusaha kecil atau UMKM dalam
pembayaran pajak, UMKM atau Usaha Mikro Kecil Menengah
sudah banyak berkembang di Indonesia baik dilingkungan
masyarakat desa maupun perkotaan. UMKM merupakan sektor
ekonomi yang memiliki peran begitu besar dalam meningkatkan
perekonomian nasional. Contohnya saja, hampir seluruh daerah
kabupaten dan kota yang tersebar secara merata di Indonesia telah
memiliki ikon khas masing-masing dimana mereka menggerakkan
sumber daya manusia sekitar untuk meningkatkan roda
perekonomian daerah. Setiap daerah sudah memiliki oleh-oleh,
makanan, buah tangan maupun batik, kerajinan khusus yang telah
dikembangkan menjadi sentra industri. Perkembangan UMKM di
Indonesia semakin meningkat dimana dari tahun 2017 ke tahun
2018 terdapat 1.271.529 peningkatan unit usaha. Tentu
memberikan suatu hal yang menakjubkan bagi sektor
perekonomian. Sayangnya pandemi Covid-19 tahun 2020,
membuat sejumlah UMKM kesulitan karena factor turunnya
permintaan pasar dan modal usaha yang kian menipis. Dalam hal
pajak penghasilan PP 23 tahun 2018 sistem pemungutan pajak yang
berlaku adalah Self Assessment System dimana wajib pajak
diberikan kewenangan sepenuhnya untuk menghitung dan
melaporkan. Pemerintah memberikan kepercayaan penuh terhadap
wajib pajak, sejak juli 2018 maka WP menghitung besarnya pajak
penghasilan sebesar 0,5% dari omset atau dapat menggunakan
pembukuan dengan penerapan tarif pajak pasal 17 ayat 1. Menurut
Undang-undang nomor 20 tahun 2008 UMKM adalah usaha yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha dengan peredaran
tertentu. Usaha Mikro yakni usaha yang mempunyai peredaran
bruto maksimal Rp 300 juta setahun, usaha kecil yakni usaha yang
mempunyai peredaran bruto diatas Rp 300 juta s/d Rp 2,5 milyar
setahun dan usaha menengah yakni usaha yang mempunyai
peredaran bruto diatas Rp 2,5 milyar s/d Rp 50 milyar setahun.
Penerimaan pajak Yang berasal dari sektor UMKM sebelum tahun
2013 tepatnya sebelum adanya Peraturan Pemerintah nomor 46
tahun 2013, bagi Wajib Pajak Orang Pribadi menggunakan Norma
Perhitungan Penghasilan Neto. Wajib pajak Orang Pribadi
diwajibkan untuk melakukan pencatatan untuk mengetahui
besarnya peredaran bruto. Norma perhitungan ditentukan
berdasarkan jenis usaha tertentu, misalnya saja usaha dagang 20%
maka Dasar Pengenaan Pajak untuk usaha dagang hanyalah 20%
dari peredaran bruto yang diperoleh baru dikalihkan sesuai tariff
PPh pasal 17. Namun setelah adanya Peraturan Pemerintah Nomor
46 tahun 2013 yang berlaku mulai 01 juli 2013, bahwa seluruh
wajib pajak Orang Pribadi dan Badan yang memiliki peredaran
bruto kurang dari 4,5 milyar rupiah setahun wajib membayarkan
Pajak Penghasilan sebesar 1% dari omzet (peredaran bruto)dan
pajak ini bersifat final. Pemerintah telah memutuskan untuk
meringankan tariff PPh final menjadi 0,5% namun, ketentuan ini
bersifat Opsional karena Wajib Pajak dapat memilih untuk
mengikuti tariff dengan skema final 0,5% atau menggunakan skema
normal yang mengacu pada pasal 17 Undang-undang Nomor 36
tahun 2008 tentang pajak penghasilan. Bagi Wajib Pajak (WP)
Pribadi atau Badan yang belum dapat menyelenggarakan
pembukuan dengan tertib, penerapan PPh final 0,5% memberikan
kemudahan bagi mereka untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan. Sebab perhitungan pajak menjadi lebih sederhana yakni
0,5% dari peredaran bruto/omzet. Namun, penerapan PPh final
memliki konsekuensi yakni WP tetap harus membayar pajak
walaupun dalam keadaan rugi. Sementara, WP badan yang telah
melakukan pembukuan dengan baik dapat memilih untuk dikenai
Pajak Penghasilan berdasarkan tariff normal Pasal 17 UU no 36
tentang penghasilan pajak. Konsekuensinya, perhitungan tariff PPh
akan mengacu pada lapisan penghasilan kena pajak. Selain itu WP
juga terbebas dari PPh bila mengalami kerugian fiskal.
2. Rumusan Masalah
3. Persoalan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
b. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
2. Manfaat Praktis
B. LANDASAN TEORI
1. Landasan Teori
a. Pajak
c. Fungsi Pajak
Tariff Pajak
PERHITUNGAN PAJAK
PENGHASILAN
KETETAPAN PAJAK
Keterangan :
Sebagian besar pengusaha kecil diIndonesia belum dapat menetapkan besarnya pajak
penghasilan yang sesuai karena terhalang proses pembukuan yang kurang tertib. Oleh karena
itu, akan dilakukan analisis perbedaan ketetapan besarnya Pajak penghasilan berdasarkan
norma perhitungan dan berdasarkan laba akuntansi untuk mengetahui perhitungan yang sesuai
untuk Pusat Oleh-Oleh C & A Sentra UKM NTT dan perhitungan yang lebih mendekati nilai
kewajaran.
C. METODE PENELITIAN
1. Populasi dan Sampel
a) Populasi
Menurut Margono (2004) Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi Pusat
perhatian seorang peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang telah ditentukan.
Populasi berkaitan dengan data-data, jika seorang manusia memberikan suatu data,
maka ukuran atau banyaknya populasi akan sama banyaknya manusia. Populasi
dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan dan SPT Tahunan Badan pada Pusat
Oleh-oleh C&A Sentra UKM NTT.
b) Sampel
Menurut Arikunto (2006:131) Sampel adalah sebagian atau sebagai wakil
populasi yang akan diteliti. Apabila penelitian yang dilakukan sebagian dari populasi
maka bisa dibilang penelitian tersebut penelitian sampel. Sampel pada penelitian ini
adalah Laporan keuangan dan SPT Tahunan Badan tahun 2018 dan 2019.
1. Analisis Pendahuluan
Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitaitif, data yang
akan dianalisis adalah data primer yang langsung mempengaruhi besarnya pajak
berdasarkan Norma Perhitungan dan berdasarkan Laba akuntansi dengan cara
mengumpulkan dokumen, harga pokok penjualan, biaya-biaya yang dibenarkan oleh
peraturan perpajakan untuk dikurangkan serta penjualan kotor. Teknik analisis yang
digunakan adalah Uji-T dengan pengujian satu arah. Setelah hasil yang ditemukan
dianalisis, kemudian diambil kesimpulannya dan selanjutnya diberikan saran.
2. Analisis Lanjutan
Langkah-langkah dalam menganalisis data dalam penelitian ini :
a. Data yang dikumpulkan berupa dokumen-dokumen dari pengusaha kecil seperti
laporan keuangan, faktur pajak dan laporan SPT Tahunan Badan.
b. Menganalisis data-data dari dokumen yang dikumpulkan lalu menghitung
besarnya pajak penghasilan berdasarkan norma perhitungan dan berdasarkan laba
akuntansi.
c. Melakukan perbandingan ketetapan pajak dari kedua metode, kemudian dari
kedua metode tersebut mana yang akan menghasilkan pajak yang akan dibayar
lebih besar.
d. Mengambil kesimpulan dan mendeskripsikan serta menggambarkan data yang
diperoleh, memberikan keterangan yang objektif dan relevan serta menjelaskan
hasil penelitian dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami oleh
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Grasindo
Rahayu, Siti Kurnia. 2017. Perpajakan (konsep dan Aspek Formal). Bandung;Rekayasa Sains