Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

ANALISIS PERBEDAAN KETETAPAN BESARNYA PAJAK


PENGHASILAN BERDASARKAN NORMA PERHITUNGAN DAN
BERDASARKAN LABA AKUNTANSI BAGI PENGUSAHA KECIL
(Studi kasus di Pusat Oleh-Oleh C&A Sentra UKM NTT)

OLEH :

NAMA : ANDRA TERVENA MBUIK


NIM : 17193009
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
JALUR MINAT : AKUNTANSI PAJAK

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA


KUPANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PERBEDAAN KETETAPAN BESARNYA PAJAK
PENGHASILAN BERDASARKAN NORMA PERHITUNGAN DAN
BERDASARKAN LABA AKUNTANSI BAGI PENGUSAHA KECIL
(Studi kasus di Pusat Oleh-Oleh C&A Sentra UKM NTT)

NAMA : ANDRA TERVENA MBUIK


NIM : 17193009
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS : EKONOMI

Telah disetujui untuk diseminarkan :

MENGETAHUI,

Mahasiswa Dosen Pembimbing

Andra T. Mbuik Herry A. Manubulu.,S.Sos.,M.Si


NIM : 17193009 NIDN : 0802049803

MENGESAHKAN,

Ketua Program Studi Akuntansi

Yuningsih N. Christiani.,SST.,M.Ak
NIDN : 16.31.15.036
ANALISIS PERBEDAAN KETETAPAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN
BERDASARKAN NORMA PERHITUNGAN DAN BERDASARKAN LABA
AKUNTANSI BAGI PENGUSAHA KECIL

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 Pajak
merupakan Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-undang serta dan bagi pembayar pajak tidak akan
mendapatkan imbalan secara langsung dan hasil pajak tersebut
digunakan untuk keperluan Negara bagi kemakmuran rakyat.
Seseorang akan menjadi wajib pajak apabila mereka sudah
mencapai pada batas ketentuan seperti misalnya ; Wajib Pajak
Orang Pribadi (WPOP) akan disebut wajib pajak yaitu saat dia
(pegawai) sudah menerima penghasilan > Rp 4.500.000 perbulan
maka dia memiliki kewajiban ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
dan berhak memperoleh NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak).
Ekisitensi Jati diri perpajakkan suatu Negara tidak pernah lepas dari
peran serta dimana salah satunya adalah dari pembayaran pajak.
Oleh karena itu hubungan antara pemerintah dan masyarakat selaku
sebagai wajib pajak adalah hal yang harus diperhatikan,sosialisasi
kepada masyarakat untuk sadar akan membayar pajak yang terus
digiatkan oleh pihak pemerintah (yang diwakili oleh kantor
pelayanan pajak) harus diimbangi dengan perlakuan yang adil. Hal
ini tidak terlepas dari peran pengusaha kecil atau UMKM dalam
pembayaran pajak, UMKM atau Usaha Mikro Kecil Menengah
sudah banyak berkembang di Indonesia baik dilingkungan
masyarakat desa maupun perkotaan. UMKM merupakan sektor
ekonomi yang memiliki peran begitu besar dalam meningkatkan
perekonomian nasional. Contohnya saja, hampir seluruh daerah
kabupaten dan kota yang tersebar secara merata di Indonesia telah
memiliki ikon khas masing-masing dimana mereka menggerakkan
sumber daya manusia sekitar untuk meningkatkan roda
perekonomian daerah. Setiap daerah sudah memiliki oleh-oleh,
makanan, buah tangan maupun batik, kerajinan khusus yang telah
dikembangkan menjadi sentra industri. Perkembangan UMKM di
Indonesia semakin meningkat dimana dari tahun 2017 ke tahun
2018 terdapat 1.271.529 peningkatan unit usaha. Tentu
memberikan suatu hal yang menakjubkan bagi sektor
perekonomian. Sayangnya pandemi Covid-19 tahun 2020,
membuat sejumlah UMKM kesulitan karena factor turunnya
permintaan pasar dan modal usaha yang kian menipis. Dalam hal
pajak penghasilan PP 23 tahun 2018 sistem pemungutan pajak yang
berlaku adalah Self Assessment System dimana wajib pajak
diberikan kewenangan sepenuhnya untuk menghitung dan
melaporkan. Pemerintah memberikan kepercayaan penuh terhadap
wajib pajak, sejak juli 2018 maka WP menghitung besarnya pajak
penghasilan sebesar 0,5% dari omset atau dapat menggunakan
pembukuan dengan penerapan tarif pajak pasal 17 ayat 1. Menurut
Undang-undang nomor 20 tahun 2008 UMKM adalah usaha yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha dengan peredaran
tertentu. Usaha Mikro yakni usaha yang mempunyai peredaran
bruto maksimal Rp 300 juta setahun, usaha kecil yakni usaha yang
mempunyai peredaran bruto diatas Rp 300 juta s/d Rp 2,5 milyar
setahun dan usaha menengah yakni usaha yang mempunyai
peredaran bruto diatas Rp 2,5 milyar s/d Rp 50 milyar setahun.
Penerimaan pajak Yang berasal dari sektor UMKM sebelum tahun
2013 tepatnya sebelum adanya Peraturan Pemerintah nomor 46
tahun 2013, bagi Wajib Pajak Orang Pribadi menggunakan Norma
Perhitungan Penghasilan Neto. Wajib pajak Orang Pribadi
diwajibkan untuk melakukan pencatatan untuk mengetahui
besarnya peredaran bruto. Norma perhitungan ditentukan
berdasarkan jenis usaha tertentu, misalnya saja usaha dagang 20%
maka Dasar Pengenaan Pajak untuk usaha dagang hanyalah 20%
dari peredaran bruto yang diperoleh baru dikalihkan sesuai tariff
PPh pasal 17. Namun setelah adanya Peraturan Pemerintah Nomor
46 tahun 2013 yang berlaku mulai 01 juli 2013, bahwa seluruh
wajib pajak Orang Pribadi dan Badan yang memiliki peredaran
bruto kurang dari 4,5 milyar rupiah setahun wajib membayarkan
Pajak Penghasilan sebesar 1% dari omzet (peredaran bruto)dan
pajak ini bersifat final. Pemerintah telah memutuskan untuk
meringankan tariff PPh final menjadi 0,5% namun, ketentuan ini
bersifat Opsional karena Wajib Pajak dapat memilih untuk
mengikuti tariff dengan skema final 0,5% atau menggunakan skema
normal yang mengacu pada pasal 17 Undang-undang Nomor 36
tahun 2008 tentang pajak penghasilan. Bagi Wajib Pajak (WP)
Pribadi atau Badan yang belum dapat menyelenggarakan
pembukuan dengan tertib, penerapan PPh final 0,5% memberikan
kemudahan bagi mereka untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan. Sebab perhitungan pajak menjadi lebih sederhana yakni
0,5% dari peredaran bruto/omzet. Namun, penerapan PPh final
memliki konsekuensi yakni WP tetap harus membayar pajak
walaupun dalam keadaan rugi. Sementara, WP badan yang telah
melakukan pembukuan dengan baik dapat memilih untuk dikenai
Pajak Penghasilan berdasarkan tariff normal Pasal 17 UU no 36
tentang penghasilan pajak. Konsekuensinya, perhitungan tariff PPh
akan mengacu pada lapisan penghasilan kena pajak. Selain itu WP
juga terbebas dari PPh bila mengalami kerugian fiskal.

Dari hasil penelitian yang sebelumnya oleh Pratama Arisna


Putra (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan
perhitungan pajak penghasilan Youtober orang pribadi di Indonesia
dengan Norma perhitungan penghasilan neto”. Menjelaskan tujuan
penelitian ini untuk mengetahui penerapan perhitungan pajak
penghasilan Youtober di Indonesia dengan norma perhitungan
penghasilan neto sesuai PER-17/PJ/2015. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif dengan pendakatan
deskriptif,subyek penelitian ini adalah para Youtober yang data
penghasilannya diperoleh dari website resmi socialblade.com. Data
dikumpulkan dengan cara diobservasi dan pengumpulan studi
pustaka. Dari hasil penelitian menunjukan hasil bahwasannya
penerapan pajak penghasilan yang cocok untuk Youtober adalah
menggunakan Per-17/PJ/2015 yaitu dengan norma perhitungan
penghasilan neto yang diakibatkan oleh beberapa factor yakni dari
sumber penghasilan, pemberi penghasilan dan waktu penerimaan
penghasilan.

Pusat oleh-oleh C&A Sentra UKM NTT adalah salah satu


usaha yang ada di Kota Kupang yang membantu menyediakan
berbagai kerajinan dalam bentuk tenunan, tas, baju, gelang, ukiran
hingga makanan dari berbagai daerah di NTT. Usaha ini didirikan
sejak tahun 1995 hingga saat ini, banyak pengusaha kecil yang
terbantu karena kerajinannya ditampung di Pusat oleh-oleh C&A
Sentra UKM NTT. Usaha yang berlokasikan di Jln Frans Seda,
Tuak daun merah, Kelapa lima kota kupang ini dalam menjalankan
usahanya tidak hanya berbisnis tetapi membangun aspek sosial,
edukasi, dan ekonomi yang ada di NTT. Dalam aspek ekonomi
Pusat oleh-oleh C&A Sentra UKM NTT bertekad untuk
membangun pertumbuhan ekonomi yang ada di NTT bahkan di
Indonesia, salah satunya dengan membantu membayar pajak. Agar
dapat menghasilkan pajak yang sesuai untuk dibayarkan oleh
pengusaha kecil maka dalam penelitian ini penulis tertarik untuk
mengambil judul “ANALISIS PERBEDAAN KETETAPAN
BESARNYA PAJAK PENGHASILAN BERDASARKAN
NORMA PERHITUNGAN DAN BERDASARKAN LABA
AKUNTANSI BAGI PENGUSAHA KECIL”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dirumuskan


adalah mengetahui perbedaan penetapan besarnya pajak berdasarkan norma
perhitungan dan berdasarkan laba akuntansi pada Pusat oleh-oleh C & A
Sentra UKM NTT.

3. Persoalan Penelitian

Adapun yang menjadi persoalan penelitian adalah :

a. Penggunaan norma perhitungan penghasilan neto

b. Besarnya pajak penghasilan berdasarkan Norma Perhitungan

c. Besarnya pajak penghasilan berdasarkan Laba Akuntansi

d. Analisi perbedaan ketetapan pajak penghasilan berdasarkan norma


perhitungan dan berdasarkan laba akuntansi pada Pusat oleh-oleh C
& A Sentra UKM NTT.

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Dari persoalan penelitian diatas maka yang menjadi tujuan


dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penggunaan norma perhitungan


penghasilan neto pada Pusat oleh-oleh C & A Sentra UKM
NTT.

2. Untuk mengetahui berapa besarnya pajak penghasilan pada


Pusat oleh-oleh C & A Sentra UKM NTT jika dihitung
berdasarkan norma perhitungan.

3. Untuk mengetahui berapa besarnya pajak penghasilan pada


Pusat oleh-oleh C & A Sentra UKM NTT jika dihitung
berdasarkan laba akuntansi.

4. Untuk menganalisis perbedaan ketetapan pajak penghasilan


berdasarkan norma perhitungan dan berdasarkan laba
akuntansi pada Pusat oleh-oleh C & A Sentra UKM NTT.

b. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi


ilmiah dan referensi untuk peneliti-peneliti selanjutnya
dalam menganalisis menghitung besaran pajak
penghasilan yang tepat berdasarkannorma perhitungan
dan berdasarkan laba akuntansi.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah


pengetahuan dan wawasan tentang tentang cara
menentukan besaran pajak berdasarkan norma
perhitungan dan berdasarkan laba akuntansi. Dari
kedua perhitungan tersebut mana yang menyebabkan
besarnya pajak lebih besar, mendekati kewajaran serta
memiliki data akurat dan obyektif dan bebas dari
kesalahan fatal. Serta dari kedua perhitungan tersebut
mana yang sudah memperhitungkan biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam operasional usaha.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan penelitian ini, dapat dijadikan acuan untuk


pengusaha kecil dalam menetukan ketetapan besaran
pajak sesuai norma perhitungan dan laba akuntansi.

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi


untuk mengevaluasi memperbaiki kekurangan yang
ada dalam menjalankan usaha terkhususnya dalam hal
penetapan besaran pajak yang sesuai.

B. LANDASAN TEORI

1. Landasan Teori

a. Pajak

Pajak menurut Prof Dr. P. J. A. Andriani dalam buku


perpajakan Indonesia (2014:3) Pajak adalah iuran kepada
Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan
yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum yang berhubungan dengan tugas Negara yang
menyelenggarakan pemerintah.

Pajak menurut Prof Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam


buku perpajakan edisi revisi 2013 (2013:1) menjelaskan Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbul (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

b. Ciri – ciri pajak

Menurut Mulyo Agung SE, MM Perpajakan Indonesia


(2014:16) Pajak memiliki ciri-ciri diantaranya:

 Iuran rakyat ke Negara.

 Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta


pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

 Dalam membayar pajak tidak dapat ditunjukkan


adanya kontraprestasi secara langsung oleh
pemerintah.

 Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat


maupun pemerintah daerah.

 Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran


pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih
terdapat surplus, dipergunakan untuk membayar
public investment.

 Pajak juga dapat pula mempunyai tujuan selain


budgetair, yaitu mengatur.

c. Fungsi Pajak

Menurut Ikatan Antan Indonesia Kompartemen Akuntansi


Pajak (IAI KAP) (2016) pajak memiliki fungsi yang sanggat
strategis bagi berlangsungnya pembangunan suatu negara.
Pajak antara lain memiliki fungsi sebagai berikut:
 Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkkan bagi
pembiayaan pegeluara-pengeluaran pemerintah. Dalam APBN
Pajak merupakan sumber penerimaan dalam negeri.
 Fungsi Mengatur (Regulatoir)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Misalnya PPnBM untuk
minimum keras dan barang-barang mewah lainnya.
 Fungsi Redistribusi
Dalam fungs redistribusi ini lebih ditekankan unsur pemerataan dan
keadilan dalam masyarakat. Fungsi ini terlihat dari adanya lapisan
tarif dalam pengenaan pajak dengan adanya tariff pajak yang lebih
besar untuk penghasilan yang lebih tinggi.
 Fungsi Demokrasi
Pajak dalam fungsi demokrasi merupakan sistem gotong royong.
Fungsi ini dikaitkan dengan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat membayar pajak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pajak memiliki beberapa fungsi diantaranya fungsi penerimaan,
fungsi mengatur, fungsi redistribusi dan fungsi demokrasi.
d. Sumber penerimaan Pajak
Sebagai salah satu unsur penerimaan negara, pajak memiliki
peran yang sangat besar dan semakin diandalkan untuk kepentingan
pembangunan dan pengeluaran pemerintahan. Pembangunan
infrastruktur, subsidi, pembayaran pegawai negara, pembangunan
fasilitas publik dibiayai oleh pajak.
 Pajak Penghasilan (PPh).

 Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBM).

 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).


 Penerimaan cukai.
e. Wajib Pajak
Menurut Undang-undang No 16 Tahun 2009, wajib pajak
adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak,
pemotongan pajak, dan pemungutan pajak yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan
usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma,
Kongsi, Koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya termaksuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
f. Objek Pajak
Yang dimaksud dengan objek pajak adalah penghasilan atau
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
wajib pajak dan berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia dimana
penghasilan tersebut dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak dengan nama dan dalam bentuk
apapun. Dalam objek pajak, jenis pajak akan dibedakan menjadi dua
yaitu bersifat final dan tidak final. Perbedaan antara pajak final dan
tidak final adalah didalam perhitungan pajak final, perhitungan
besaranya pajak tidak akan dapat dikreditkan pada akhir tahun pajak,
sedangkan pajak yang bersifat tidak final maka besarnya pajak masih
dapat dikreditkan pada PPh diakhir tahun.
g. Sistem Pemungutan Pajak
Perpajakan di Indonesia memiliki 3 sistem pemungutan pajak
dimana setiap jenis pajak berbeda sistem perhitungan dan
pemungutannya. Dalam kumpulan undang-undang yang diterbitkan
IAI, berikut sistem pemungutan pajak yang berlaku saat ini :
 Official Assessment System, memberikan kewenangan
kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang.
 Self Assessment System, memberikan wewenang kepada,
kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, dan melaporkan sendiri
besarnya pajak yang harus dibayar.
 Withholding System, memberi kewenangan kepada pihak
ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak.
Pada jenis Pajak Penghasilan sistem pemungutan pajak yang
berlaku adalah Self Assessment System dimana wajib pajak
dalam hal ini UMKM menghitung jumlah omzet nya sendiri
setiap bulannya berdasarkan pada pencatatan yang harus
dilakukan wajib pajak. Dari omzet yang telah dihitung nilainya
maka wajib pajak diharuskan segera menghitung besarnya pajak
PPh (0,5% x Omzet) dan selanjutnya melakukan penyetoran PPh
melalui bank persepsi atau kantor pos. Setelah selesai pada tahap
penyetoran, maka kewajiban berikutnya yaitu melakukan
pelaporan melalui e-filling.

h. Pajak dengan Norma Perhitungan


Norma perhitungan adalah suatu cara lain dari pembukuan, untuk
menentukan pendapatan atau laba yang digunakan sebagai dasar
pengenaan pajak. “Untuk memberikan kemudahan dalam menghitung
besarnya pajak penghasilan neto bagi wajib pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran bruto tertentu, Dirjen
Pajak menerbitkan norma perhitungan (Sumarsan 2014)”. Walaupun
tidak perlu melakukan pembukuan, namun harus melakukan catatan
tentang peredaran tahunan perusahaan. Wajib pajak dapat
menerapkan norma perhitungan pada saat Wajib Pajak perorangan
yang peredaran usahanya atau penerimaan brutonya kurang dari Rp
4.800.000.000. Apabila pada suatu waktu peredarannya naik menjadi
lebih dari Rp 4.800.000.000, maka wewenang untuk menerapkan
Norma Perhitungan akan lenyap secara otomatis, sehingga Wajib
Pajak wajib menggunakan pembukuan. Penggunaan dari norma
perhitungan menurut Dirjen Pajak hanya ada dua kondisi yakni wajib
pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang peredaran brutonya dalam 1 tahun kurang dari Rp
4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) boleh
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma
perhitungan penghasilan neto dengan syarat memberitahukan kepada
Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3(tiga) bulan pertama dari tahun
pajak yang bersangkutan sesuai dengan (pasal 14 ayat (2) UU PPh).
Kondisi yang kedua adalah dimana wajib pajak orang pribadi yang
tidak menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma
perhitungan penghasilan neto, dianggap memilih menyelenggarakan
pembukuan.
i. Tariff pajak Norma Perhitungan
Tariff pajak yang diterapkan atas penghasilan Kena pajak
berdasarkan undang-undang No 36 Tahun 2008 yang mulai berlaku
tanggal 1 Januari 2009 adalah sebagai berikut :

Tariff Pajak

No Lapisan PKP Tarif PKP


1 Sampai dengan Rp50.000.000 5% (lima persen)

2 Diatas Rp50.000.000 sampai dengan 15% (lima belas persen)


Rp 250.000.000
3 Diatas Rp 250.000.000sampai dengan 25% (dua puluh lima persen)
Rp 500.000.000
4 Diatas Rp500.000.000 30% ( tiga puluh persen)
Tariff tertinggi sebagaimana yang dimaksud diatas dapat diturunkan menjadi paling rendah
25% sesuai dengan peraturan yang telah diatur pemerintah.
j. Pajak dengan Laba Akuntansi

 Definisi Laba Bersih Setelah Pajak


Laba atau keuntungan merupakan hal yang selalu menjadi motivasi
saat seseorang mulai menjalankan usaha. Berdasarkan asal
perhitungannya, laba dalam dunia bisnis dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, seperti laba bersih, laba kotor, dan ada juga yang
disebut dengan laba bersih setelah pajak. Laba bersih setelah pajak
merupakan penghasilan bersih yang diperoleh perusahaan baik
dari net operating income (usaha pokok) ataupun non operating
income (di luar usaha pokok) perusahaan selama satu periode setelah
dikurangi pajak penghasilan. Dengan kata lain dapat didefinisikan
sebagai selisih pendapatan dan pajak penghasilan.
 Laba Kotor
Untuk mencari laba bersih setelah pajak, pertama-tama Anda harus
mencari laba kotor terlebih dahulu. Pada dasarnya laba kotor
merupakan selisih dari hasil penjualan dengan biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan/mendapatkan produk barang/jasa.
Rumus mencari laba kotor:
Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan
 Penjualan Bersih
Penjualan bersih dikenal juga sebagai pendapatan perusahaan yang
berasal dari penjualan setelah dikurangi oleh semua biaya yang
dikeluarkan dalam transaksi penjualan, seperti: Ketika pemberian
diskon pada proses penjualan barang/jasa oleh perusahaan. Ada biaya
angkut dari gudang ke tempat pembeli.
- Adanya barang yang dikembalikan oleh pembeli karena barang
tidak sesuai dengan spesifikasi atau cacat.
- Penjualan bersih tidak selalu berupa kas, tetapi dapat berupa
piutang dikarenakan penjualan yang dilakukan tidak harus
berupa transaksi tunai. Penjualan secara kredit juga diakui
sebagai penjualan.
Rumus untuk penjualan bersih:
Penjualan bersih = penjualan – potongan penjualan – return penjualan
 Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan merupakan semua biaya yang berkaitan
dengan barang produksi atau barang yang dijual. Dalam sebuah
perusahaan, harga pokok penjualan atau biaya yang berkaitan dengan
barang dagang meliputi biaya pembelian barang dagang, termasuk
persediaan barang dagang yang dibeli pada periode sebelumnya.
Rumus untuk harga pokok penjualan:
Harga Pokok Penjualan = Persediaan Awal – Pembelian Bersih – Persediaan Akhir
Ada perbedaan perhitungan bagi harga pokok penjualan yang
terdapat pada perusahaan industri manufaktur. Dalam industri
manufaktur, barang dagang diproduksi sendiri. Dalam memproduksi
ada biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead.

Rumus harga pokok penjualan manufaktur:


Harga Pokok Penjualan Manufaktur = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga
Kerja Langsung + Biaya Overhead
Dalam rumus di atas ada istilah yang disebut dengan pembelian
bersih. Nah, pembelian bersih ini dipengaruhi oleh pembelian,
ongkos angkut, pembelian, pengembalian barang dan potongan
pembelian.
Rumus Pembelian Bersih:
Pembelian bersih = pembelian + ongkos angkut – return pembelian – potongan
pembelian
 Laba Bersih
Laba bersih merupakan selisih dari laba kotor yang telah dikurangi
semua biaya yang dikeluarkan (biaya operasional dan biaya non
operasional) ditambah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan non
operasional jika ada (biaya bunga atau pendapatan hasil dari
penjualan aktiva tetap perusahaan). Biaya operasional yan dimaksud
adalah biaya pemasaran, biaya pemasaran, biaya administrasi, biaya
penyusutan. Sedangkan yang termasuk biaya non operasional adalah
biaya bunga dan pajak.
2. Konsep Penelitian
a. Perbedaan ketetapan ketetapan besarnya Pph berdasarkan norma
perhitungan dan laba akuntansi
Penetapan besarnya pajak penghasilan berdasarkan norma perhitungan akan
menyebabkan pajak yang dihasilkan lebih besar dibandingkan laba akuntansi. Hal ini
disebabkan oleh penggunaan norma perhitungan dalam menghitung pajak
penghasilan hanya berdasarkan tarif yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan
dikalikan dengan penghasilan bruto. Sedangkan perhitungan laba akuntansi lebih
mendekati kewajaran karena didukung data akurat dan obyektif, bebas dari kesalahan
fatal serta sudah memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam operasional
usaha. Dengan demikian pengusaha kecil disarankan untuk menggunakan pembukuan
sebagai dasar menghitung besarnya pajak penghasilan yang terhutang dalam SPT
tahunan. Wajib Pajak dapat memilih untuk mengikuti tariff dengan skema final 0,5%
atau menggunakan skema normal yang mengacu pada pasal 17 Undang-undang
Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan. Bagi Wajib Pajak (WP) Pribadi atau
Badan yang belum dapat menyelenggarakan pembukuan dengan tertib, penerapan
PPh final 0,5% memberikan kemudahan bagi mereka untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan. Sebab perhitungan pajak menjadi lebih sederhana yakni 0,5% dari
peredaran bruto/omzet. Namun, penerapan PPh final memliki konsekuensi yakni WP
tetap harus membayar pajak walaupun dalam keadaan rugi. Sementara, WP badan
yang telah melakukan pembukuan dengan baik dapat memilih untuk dikenai Pajak
Penghasilan berdasarkan tariff normal Pasal 17 UU no 36 tentang penghasilan pajak.
Konsekuensinya, perhitungan tariff PPh akan mengacu pada lapisan penghasilan kena
pajak. Selain itu WP juga terbebas dari PPh bila mengalami kerugian fiskal.
3. Kerangka Dasar Berpikir
PENGUSAHA KECIL
(Pusat Oleh-oleh C&A Sentra UKM
NTT)

PERHITUNGAN PAJAK
PENGHASILAN

BERDASARKAN NORMA BERDASARKAN LABA


PERHITUNGAN AKUNTANSI

KETETAPAN PAJAK
Keterangan :
Sebagian besar pengusaha kecil diIndonesia belum dapat menetapkan besarnya pajak
penghasilan yang sesuai karena terhalang proses pembukuan yang kurang tertib. Oleh karena
itu, akan dilakukan analisis perbedaan ketetapan besarnya Pajak penghasilan berdasarkan
norma perhitungan dan berdasarkan laba akuntansi untuk mengetahui perhitungan yang sesuai
untuk Pusat Oleh-Oleh C & A Sentra UKM NTT dan perhitungan yang lebih mendekati nilai
kewajaran.

C. METODE PENELITIAN
1. Populasi dan Sampel
a) Populasi
Menurut Margono (2004) Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi Pusat
perhatian seorang peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang telah ditentukan.
Populasi berkaitan dengan data-data, jika seorang manusia memberikan suatu data,
maka ukuran atau banyaknya populasi akan sama banyaknya manusia. Populasi
dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan dan SPT Tahunan Badan pada Pusat
Oleh-oleh C&A Sentra UKM NTT.

b) Sampel
Menurut Arikunto (2006:131) Sampel adalah sebagian atau sebagai wakil
populasi yang akan diteliti. Apabila penelitian yang dilakukan sebagian dari populasi
maka bisa dibilang penelitian tersebut penelitian sampel. Sampel pada penelitian ini
adalah Laporan keuangan dan SPT Tahunan Badan tahun 2018 dan 2019.

2. Teknik pengumpulan data


a. Wawancara
Menurut Lexy J. Moleong, Wawancara merupakan percakapan dengan tujuan
tertentu. Yang maa percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak atau lebih, yaitu
pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai (yang
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan). Wawancara dilakukan dengan
pemilik usaha Pusat Oleh-oleh C&A Sentra UKM NTT mengenai proses berdirinya
Usaha tersebut hingga perhitungan pajak penghasilan badan.
b. Dokumentasi
Menurut Paul Otlet “International Economic Conference 1905” Dokumentasi
ialah kegiatan khusus berupa pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penemuan
kembali dan penyebaran dokumen. Hasil dari dokumentasi yang digunakan dalam
penelitian ini berupa Laporan keuangan, faktur pajak, dan Laporan SPT Badan.

3. Indikator Empirik dan Skala Pengukuran Konsep


Berdasarkan definisi konsep-konsep penelitian diatas, berikut ditemukan indicator
empirik dari setiap konsep penelitiannya :
Konsep Indicator Empirik Skala Pengukuran

Perbedaan ketetapan Laporan keuanga Fiskal


besarnya pajak Nominal

penghasilan Laporan keuangan Komersial


berdasarkan norma
perhitungan dan
berdasarkan Laba
Akuntansi

4. Teknik Analisis Data

1. Analisis Pendahuluan

Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitaitif, data yang
akan dianalisis adalah data primer yang langsung mempengaruhi besarnya pajak
berdasarkan Norma Perhitungan dan berdasarkan Laba akuntansi dengan cara
mengumpulkan dokumen, harga pokok penjualan, biaya-biaya yang dibenarkan oleh
peraturan perpajakan untuk dikurangkan serta penjualan kotor. Teknik analisis yang
digunakan adalah Uji-T dengan pengujian satu arah. Setelah hasil yang ditemukan
dianalisis, kemudian diambil kesimpulannya dan selanjutnya diberikan saran.

2. Analisis Lanjutan
Langkah-langkah dalam menganalisis data dalam penelitian ini :
a. Data yang dikumpulkan berupa dokumen-dokumen dari pengusaha kecil seperti
laporan keuangan, faktur pajak dan laporan SPT Tahunan Badan.
b. Menganalisis data-data dari dokumen yang dikumpulkan lalu menghitung
besarnya pajak penghasilan berdasarkan norma perhitungan dan berdasarkan laba
akuntansi.
c. Melakukan perbandingan ketetapan pajak dari kedua metode, kemudian dari
kedua metode tersebut mana yang akan menghasilkan pajak yang akan dibayar
lebih besar.
d. Mengambil kesimpulan dan mendeskripsikan serta menggambarkan data yang
diperoleh, memberikan keterangan yang objektif dan relevan serta menjelaskan
hasil penelitian dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami oleh
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Gunadi. (2009) Akuntansi Pajak sesuai dengan Undang-undang Baru.Jakarta:PT

Grasindo

Damarik, E. (2011). Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Pengusaha UMKM memilih penggunaan


Norma perhitungan dari pada pembukuan (Studi deskriptif pada KPP Medan Kota). Jurnal
perpajakan,1(2),59.

Isroah. (2013). Perhitungan Pajak Penghasilan bagi UMKM. Jurnal perpajakan,II(1),88.

Rahayu, Siti Kurnia. 2017. Perpajakan (konsep dan Aspek Formal). Bandung;Rekayasa Sains

edoc.site (Diakses tanggal 15 maret 2021)

pajakdros.blogspot.com (Diakses tanggal 17 maret 2021)

docplayer.info (Diakses tanggal 24 maret 2021)

www.pajak.go,id (Diakses tanggal 25 maret 2021)

http://www.online-oajak.com/objek-dan-subjek-pajak (Diakses tanggal 27 maret 2021)

Anda mungkin juga menyukai