OLEH :
NIM : 17193009
OLEH:
NIM : 17193009
Mengetahui,
Mengesahkan,
Ketua Program Studi
Yuningsih Christiani.,SST.,M.Ak
NIDN : 16.31.15.036
TERM OF REFERENCE (TOR)
ANALISIS PERBEDAAN KETETAPAN BESARNYA PAJAK PNGHASILAN
BERDASARKAN NORMA PERHITUNGAN DAN BERDASARKAN LABA AKUNTANSI
BAGI PENGUSAHA KECIL
(Studi kasus di Pusat Oleh-Oleh C&A Sentra UKM NTT)
A. LATAR BELAKANG
Pajak merupakan penghasilan Negara yang berasal dari rakyat dan merupakan sumber
terpenting yang memberikan penghasilan kepada Negara. Pengahasilan tersebut digunakan untuk
membiayai kepentingan umum mencakup kepentingan pribadi individu seperti: kesehatan,
pendidikan dan kesejahteraan. Adanya kepentingan masyarakat tersebut menimbulkan pungutan
pajak sehingga pajak adalah salah satu bagian dengan kepentingan umum. Pajak mengurangi
penghasilan kekayaan individu akan tetapi sebaliknya, perolehan pajak merupakan penghasilan
masyarakat yang kemudian di kembalikan lagi kepada masyarakat melalui pembangunan-
pembangunan yang pada akhirnya di kembalikan lagi kepada seluruh masyarakat. Dalam
pemungutan pajak, terdapat pihak-pihak (orang maupun badan) yang dikenakan pajak atau disebut
sebagai subyek pajak sedangkan segala sesuatu yang akan dikenakan pajak disebut sebagai obyek
pajak. Penentuan subyek dan obyek pajak dilihat dari jenis pajak yang dipungut seperti: Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBm), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak ataas Tanah dan Bangunan
(BPHTB). Direktorat Jenderal Pajak selain memiliki tugas mengumpulkan penerimaan negara,
juga mempunyai tugas memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak (Indonesia Tax Review, 2015,
26). Salah satu cara meningkatkan pelayanan pajak kepada Wajib Pajak yaitu dengan
menggunakan layanan internet atau e-governance. E-governance atau biasa dikenal e-gov,
pemerintah digital, online pemerintah atau pemerintah transformasi adalah suatu upaya untuk
mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik. Suatu penataan
system manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. E-government dapat di aplikasikan pada
legislatif, yudikatif, atau administrasi public, untuk meningkatkan efisiensi internal,
menyampaikan pelayanan public, atau proses kepemerintahan yang demokratis.
Direktorat Jenderal Pajak selaku administrator penerimaan negara dari sektor pajak telah
menyelenggarakan e-gov. Hal ini sudah menjadi keharusan mengingat Direktorat Jenderal Pajak
harus melayani lebih dari 26 juta Wajib Pajak dari seluruh Indonesia (Indonesia Tax Review, 2015,
36). Direktorat Jenderal Pajak telah menghadirkan layanan transactional web presence seperti
pendaftaran online (e-registration), pembayaran (e-billing) dan pelaporan (e-filing). E-
Registration atau Sistem Pendaftaran Wajib Pajak secara Online adalah system aplikasi bagian
dari Sistem Informasi Perpajakan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dengan berbasis
perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang
digunakan untuk mengelola proses pendapatan Wajib Pajak. System ini terbagi dua bagian yaitu
system yang dipergunakan oleh Wajib Pajak yang berfungsi sebagai sarana pendaftaran Wajab
Pajak secara online dan sitem yang dipergunakan oleh petugas pajak yang berfungsi untuk
memproses pendaftaran Wajib Pajak. E-biling adalah fasilitas elektronik yang telah disediakan
Direktorat Jenderal Pajak berupa system pembayaran elektronik (billing system) yang
memudahkan wajib pajak untuk membayarkan pajaknya dengan lebih mudah, lebih cepat dan lebih
akurat. Sedangkan E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau pemberitahuan sepanjang SPT
Tahunan yang dilakukan secara online yang realtime melalui website Direktorat Jenderal Pajak
atau penyedia jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).
Pusat oleh-oleh NTT merupakan salah satu UKM yang ada kota Kupang yang menyediakan
berbagai jenis oleh-oleh yang merupakan ciri khas dari NTT. Berlokasi di Jln Frans Seda, Tuak
daun merah, Kelapa lima. Jadi dalam penelitian ini penulis tertarik mengambil judul “ ANALISIS
PERBEDAAN KETETAPAN BESARNYA PAJAK PNGHASILAN BERDASARKAN
NORMA PERHITUNGAN DAN BERDASARKAN LABA AKUNTANSI BAGI
PENGUSAHA KECIL”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang rumuskan adalah
Penggunaan norma perhitungan penghasilan neto, besarnya norma perhitungan peghasilan
neto, dan cara menghitung penghasilan neto berdasarkan laba akuntansi yang tertera dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang memiliki
Peredaran Bruto Tertentu. Dan perbandingan penetapan besarnya pajak berdasarkan norma
perhitungan dan berdasarkan laba akuntansi.
C. PERSOALAN PENELITIAN
Berdasarkan masalah penelitian diatas, maka persoalan yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah: mengetahui penetapan besarnya pajak berdasarkan norma perhitungan dan
berdasarkan laba akuntansi, apakah dari kedua perhitungan tersebut mana yang
menyebabkan besarnya pajak lebih besar. Dan dari kedua perhitungan tersebut yang
mendekati kewajaran serta memiliki data akurat dan obyektif dan bebas dari kesalahan fatal.
Serta dari kedua perhitungan tersebut mana yang sudah memperhitungkan biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam operasional usaha.
Tujuan Penelitian
Manfaat penelitian
E. LANDASAN TEORI
a. Pengertian pajak
Undang – Undang No. 36 Tahun 2008, menyatakan pajak adalah kontribusi WP (Wajib
Pajak) kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang – Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran
rakyat. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur – unsur
yaitu : Iuran dari rakyat kepada Negara, berdasarkan Undang – Undang, tanpa jasa
timbale atau kontrapesasi.
b. Fungsi pajak
c. Wajib pajak
Menurut Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan pasal 1 ayat (2) “ Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan”.
d. Badan
Menurut Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan pasal 1 ayat (3) ”Badan adaah sekumpulan orang dan atau modal yang
merupakan kesatuan yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik
Negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan nama bentuk apapun, firma
kongsi, koperasi dan dana pensiun, persekutuan perkumpulan yayasan organisasi massa,
organisasi social politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk badan usaha tetap”.
e. Pajak Penghasilan
1) Pengertian Pajak Penghasilan
Pengertian pajak penghasilan menurut Rimsky K. Judisseno (1997:76) adalah
sebagai berikut: pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan
kepada masyarakat yang berpenghasilan yang diterima atau di perolehnya dalam
tahun pajak untuk kepentingan Negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa
dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya.
2) Subjek Pajak Penghasilan
Berdasarkan Undang-Undang No.36 tahun 2008, pasal (2) yang menjadi subjek
pajak adalah:
a) Orang Pribadi;
b) Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan menggantikan yang
berhak
c) Badan yang terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komenditer,
BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun
persekutuan,perseroan,atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi,
perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga atau bentuk usaha tetap.
d) Bentuk Usaha Tetap (BUT).
3) Penghasilan yang Dikecualikan dari Objek Pajak
Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak 2019 tetap wajib dilaporkan di
dalam SPT Tahunan PPh. Berikut 7 (tujuh) penghasilan yang dikecualikan dari
objek pajak:
1. Bantuan atau Sumbangan
Zakat yang diterima oleh badan amil zakat resmi pemerintah dan
diterima oleh penerima zakat yang diakui di Indonesia, diperlakkan sama
seperti bantuan atau sumbangan. Khusus bagi sumbangan keagamaan
berupa zakat, terdapat ketentuan tersendiri supaya dikecualikan sebagai
objek pajak penghasilan. Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 2009, syarat zakat agar dikecualikan sebagai objek pajak
penghasilan, yaitu diterima badan amil zakat yang dibentuk atau disahkan
pemerintah dan terdapat penerima zakat yang berhak menerima. Ketentuan
zakat ini juga berlaku sama dengan sumbangan keagamaan lainnya.
2. Harta Hibah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 245/PMK.03/2008
menyatakan harta hibah, bantuan, atau sumbangan yang dikecualikan
sebagai objek Pajak Penghasilan yaitu harta hibah, bantuan, atau
sumbangan yang diterima oleh:
3. Warisan
Harta warisan yang diterima oleh ahli waris dari pewaris bukan
merupakan suatu penghasilan bagi ahli waris. Namun apabila harta
warisan tersebut menghasilkan penghasilan, tentu termasuk ke dalam
objek pajak penghasilan. Menurut Pasal 4 Ayat 3 Huruf b Undang-Undang
Pajak Penghasilan, harta warisan dikecualikan sebagai objek pajak
penghasilan. Namun demikian, sesuai peraturan Direktur Jenderal Pajak
(DJP), harta warisan harus telah dilaporkan di SPT Tahunan sebelum
dibagikan.
4. Bagian Laba Yang Diterima atau Diperoleh Anggota dari Perseroan Komanditer yang
Modalnya Tidak Terbagi atas Saham-Saham, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, dan
Kongsi, Termasuk Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif
5. Penghasilan dari Modal yang Ditanamkan oleh Dana Pensiun dalam Bidang-Bidang
Tertentu
Jenis penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak 2019 ini, berdasarkan
ketentuan hanya berlaku bagi:
Imbalan dalam bentuk natura merupakan imbalan bukan dalam bentuk uang
dan dapat berbentuk barang selain uang. Pemberian yang diterima dalam bentuk
natura bukan merupakan objek pajak penghasilan. Begitu pula pemberian dalam
bentuk kenikmatan, bukan objek pajak penghasilan bagi yang menerima
kenikmatan tersebut. Contoh kenikmatan yang disebutkan dalam penjelasan
Undang-Undang Pajak Penghasilan yaitu, penggunaan fasilitas mobil, rumah, dan
pengobatan.
Akan tetapi terdapat tiga kelompok pemberian natura dan kenikmatan yang
wajib dihitung sebagai objek pajak penghasilan, yaitu natura dan kenikmatan
berupa:
F. METODE PENELITIAN
1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) Tahunan
badan Pusat Oleh-oleh C&A Sentra Ukm NTT.
b. Sampel
Sampel yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah laporan keuangan pada
Pusat Oleh-oleh C&A Sentra Ukm NTT.
G. PENUTUP
Demikianlah Term Of Refernce (TOR) yang penulis buat untuk diajukan sebagai syarat
dalam penulisan proposal maupun skripsi. Akhirnya atas bantuan dan perhatian ucapkan
terimakasih.