Anda di halaman 1dari 19

TERM OF REFERENCE (TOR)

ANALISIS PERBEDAAN KETETAPAN BESARNYA PAJAK PNGHASILAN


BERDASARKAN NORMA PERHITUNGAN DAN BERDASARKAN LABA AKUNTANSI
BAGI PENGUSAHA KECIL
(Studi kasus di Pusat Oleh-Oleh C&A Sentra UKM NTT)

OLEH :

NAMA : ANDRA TERVENA MBUIK

NIM : 17193009

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

JALUR MINAT : PAJAK

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA


KUPANG
2021
TERM OF REFERENCE (TOR)

ANALISIS PERBEDAAN KETETAPAN BESARNYA PAJAK PNGHASILAN


BERDASARKAN NORMA PERHITUNGAN DAN BERDASARKAN LABA AKUNTANSI
BAGI PENGUSAHA KECIL
(Studi kasus di Pusat Oleh-Oleh C&A Sentra UKM NTT)

OLEH:

NAMA : ANDRA TERVENA MBUIK

NIM : 17193009

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

JALUR MINAT : PAJAK

Mengetahui,

Mahasiswa Dosen Pembimbing Akademik

Andra T. Mbuik Herry A. Manubulu.,S.Sos.,M.Si


NIDN : 0802049803

Mengesahkan,
Ketua Program Studi

Yuningsih Christiani.,SST.,M.Ak
NIDN : 16.31.15.036
TERM OF REFERENCE (TOR)
ANALISIS PERBEDAAN KETETAPAN BESARNYA PAJAK PNGHASILAN
BERDASARKAN NORMA PERHITUNGAN DAN BERDASARKAN LABA AKUNTANSI
BAGI PENGUSAHA KECIL
(Studi kasus di Pusat Oleh-Oleh C&A Sentra UKM NTT)

A. LATAR BELAKANG

Pajak merupakan penghasilan Negara yang berasal dari rakyat dan merupakan sumber
terpenting yang memberikan penghasilan kepada Negara. Pengahasilan tersebut digunakan untuk
membiayai kepentingan umum mencakup kepentingan pribadi individu seperti: kesehatan,
pendidikan dan kesejahteraan. Adanya kepentingan masyarakat tersebut menimbulkan pungutan
pajak sehingga pajak adalah salah satu bagian dengan kepentingan umum. Pajak mengurangi
penghasilan kekayaan individu akan tetapi sebaliknya, perolehan pajak merupakan penghasilan
masyarakat yang kemudian di kembalikan lagi kepada masyarakat melalui pembangunan-
pembangunan yang pada akhirnya di kembalikan lagi kepada seluruh masyarakat. Dalam
pemungutan pajak, terdapat pihak-pihak (orang maupun badan) yang dikenakan pajak atau disebut
sebagai subyek pajak sedangkan segala sesuatu yang akan dikenakan pajak disebut sebagai obyek
pajak. Penentuan subyek dan obyek pajak dilihat dari jenis pajak yang dipungut seperti: Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBm), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak ataas Tanah dan Bangunan
(BPHTB). Direktorat Jenderal Pajak selain memiliki tugas mengumpulkan penerimaan negara,
juga mempunyai tugas memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak (Indonesia Tax Review, 2015,
26). Salah satu cara meningkatkan pelayanan pajak kepada Wajib Pajak yaitu dengan
menggunakan layanan internet atau e-governance. E-governance atau biasa dikenal e-gov,
pemerintah digital, online pemerintah atau pemerintah transformasi adalah suatu upaya untuk
mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik. Suatu penataan
system manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. E-government dapat di aplikasikan pada
legislatif, yudikatif, atau administrasi public, untuk meningkatkan efisiensi internal,
menyampaikan pelayanan public, atau proses kepemerintahan yang demokratis.
Direktorat Jenderal Pajak selaku administrator penerimaan negara dari sektor pajak telah
menyelenggarakan e-gov. Hal ini sudah menjadi keharusan mengingat Direktorat Jenderal Pajak
harus melayani lebih dari 26 juta Wajib Pajak dari seluruh Indonesia (Indonesia Tax Review, 2015,
36). Direktorat Jenderal Pajak telah menghadirkan layanan transactional web presence seperti
pendaftaran online (e-registration), pembayaran (e-billing) dan pelaporan (e-filing). E-
Registration atau Sistem Pendaftaran Wajib Pajak secara Online adalah system aplikasi bagian
dari Sistem Informasi Perpajakan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dengan berbasis
perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang
digunakan untuk mengelola proses pendapatan Wajib Pajak. System ini terbagi dua bagian yaitu
system yang dipergunakan oleh Wajib Pajak yang berfungsi sebagai sarana pendaftaran Wajab
Pajak secara online dan sitem yang dipergunakan oleh petugas pajak yang berfungsi untuk
memproses pendaftaran Wajib Pajak. E-biling adalah fasilitas elektronik yang telah disediakan
Direktorat Jenderal Pajak berupa system pembayaran elektronik (billing system) yang
memudahkan wajib pajak untuk membayarkan pajaknya dengan lebih mudah, lebih cepat dan lebih
akurat. Sedangkan E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau pemberitahuan sepanjang SPT
Tahunan yang dilakukan secara online yang realtime melalui website Direktorat Jenderal Pajak
atau penyedia jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).

Pusat oleh-oleh NTT merupakan salah satu UKM yang ada kota Kupang yang menyediakan
berbagai jenis oleh-oleh yang merupakan ciri khas dari NTT. Berlokasi di Jln Frans Seda, Tuak
daun merah, Kelapa lima. Jadi dalam penelitian ini penulis tertarik mengambil judul “ ANALISIS
PERBEDAAN KETETAPAN BESARNYA PAJAK PNGHASILAN BERDASARKAN
NORMA PERHITUNGAN DAN BERDASARKAN LABA AKUNTANSI BAGI
PENGUSAHA KECIL”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang rumuskan adalah
Penggunaan norma perhitungan penghasilan neto, besarnya norma perhitungan peghasilan
neto, dan cara menghitung penghasilan neto berdasarkan laba akuntansi yang tertera dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang memiliki
Peredaran Bruto Tertentu. Dan perbandingan penetapan besarnya pajak berdasarkan norma
perhitungan dan berdasarkan laba akuntansi.
C. PERSOALAN PENELITIAN

Berdasarkan masalah penelitian diatas, maka persoalan yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah: mengetahui penetapan besarnya pajak berdasarkan norma perhitungan dan
berdasarkan laba akuntansi, apakah dari kedua perhitungan tersebut mana yang
menyebabkan besarnya pajak lebih besar. Dan dari kedua perhitungan tersebut yang
mendekati kewajaran serta memiliki data akurat dan obyektif dan bebas dari kesalahan fatal.
Serta dari kedua perhitungan tersebut mana yang sudah memperhitungkan biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam operasional usaha.

D. TUJUAN DAN MAFAAT PENELITIAN

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan ketetapan besarnya pajak


penghasilan berdasarkan norma perhitungan dan berdasarkan laba akuntansi bagi
pengusaha kecil di Pusat Oleh-oleh C&A sentra UKM.

Manfaat penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi perkembangan


ilmu yang berkaitan dengan perpajakan dan dapat menambah wawasan informasi
bagi penulis, pelaku usaha dan bagi pembaca agar dapat memahami perhitungan
pajak penghasilan yang benar berdasarkan norma perhitungan dan berdasarkan laba
akuntansi.

E. LANDASAN TEORI

a. Pengertian pajak

Undang – Undang No. 36 Tahun 2008, menyatakan pajak adalah kontribusi WP (Wajib
Pajak) kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang – Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran
rakyat. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur – unsur
yaitu : Iuran dari rakyat kepada Negara, berdasarkan Undang – Undang, tanpa jasa
timbale atau kontrapesasi.
b. Fungsi pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,


khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Silahkan disimak berbagai fungsi pajak pada uraian di bawah ini.
❖ Fungsi Anggaran (Budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-
tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan
biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak
digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,
pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang
dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri
dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun
harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang
semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
❖ Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring
penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan
berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi
produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi
untuk produk luar negeri.
❖ Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga
inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan
mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan
pajak yang efektif dan efisien.
❖ Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua
kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat
membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat

c. Wajib pajak

Menurut Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan pasal 1 ayat (2) “ Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan”.

d. Badan

Menurut Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan pasal 1 ayat (3) ”Badan adaah sekumpulan orang dan atau modal yang
merupakan kesatuan yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik
Negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan nama bentuk apapun, firma
kongsi, koperasi dan dana pensiun, persekutuan perkumpulan yayasan organisasi massa,
organisasi social politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk badan usaha tetap”.
e. Pajak Penghasilan
1) Pengertian Pajak Penghasilan
Pengertian pajak penghasilan menurut Rimsky K. Judisseno (1997:76) adalah
sebagai berikut: pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan
kepada masyarakat yang berpenghasilan yang diterima atau di perolehnya dalam
tahun pajak untuk kepentingan Negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa
dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya.
2) Subjek Pajak Penghasilan
Berdasarkan Undang-Undang No.36 tahun 2008, pasal (2) yang menjadi subjek
pajak adalah:
a) Orang Pribadi;
b) Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan menggantikan yang
berhak
c) Badan yang terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komenditer,
BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun
persekutuan,perseroan,atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi,
perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga atau bentuk usaha tetap.
d) Bentuk Usaha Tetap (BUT).
3) Penghasilan yang Dikecualikan dari Objek Pajak
Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak 2019 tetap wajib dilaporkan di
dalam SPT Tahunan PPh. Berikut 7 (tujuh) penghasilan yang dikecualikan dari
objek pajak:
1. Bantuan atau Sumbangan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2009, bantuan atau


sumbangan adalah pemberian dalam bentuk uang atau barang kepada
orang pribadi atau badan. Syarat bantuan atau sumbangan dikecualikan
sebagai objek pajak penghasilan, sepanjang tidak berhubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan di antara pihak-pihak
bersangkutan.

Zakat yang diterima oleh badan amil zakat resmi pemerintah dan
diterima oleh penerima zakat yang diakui di Indonesia, diperlakkan sama
seperti bantuan atau sumbangan. Khusus bagi sumbangan keagamaan
berupa zakat, terdapat ketentuan tersendiri supaya dikecualikan sebagai
objek pajak penghasilan. Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 2009, syarat zakat agar dikecualikan sebagai objek pajak
penghasilan, yaitu diterima badan amil zakat yang dibentuk atau disahkan
pemerintah dan terdapat penerima zakat yang berhak menerima. Ketentuan
zakat ini juga berlaku sama dengan sumbangan keagamaan lainnya.

2. Harta Hibah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 245/PMK.03/2008
menyatakan harta hibah, bantuan, atau sumbangan yang dikecualikan
sebagai objek Pajak Penghasilan yaitu harta hibah, bantuan, atau
sumbangan yang diterima oleh:

• Keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, yaitu


orang tua dan anak kandung.
• Lembaga keagamaan, yaitu lembaga keagamaan yang kegiatannya
semata-mata mengurus tempat-tempat ibadah dan/atau
menyelenggarakan kegiatan di bidang keagamaan, yang tidak
mencari keuntungan.
• Lembaga pendidikan, yaitu lembaga pendidikan yang kegiatannya
semata-mata menyelenggarakan pendidikan yang tidak mencari
keuntungan.
• Orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan usaha kecil,
yang memiliki dan menjalankan usaha produktif dengan kriteria
sebagai berikut:
✓ Memiliki harta bersih paling banyak Rp 500.000.000,00,
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau
✓ Penghasilan penjualan tahunan paling banyak Rp
2.500.000.000,00.
• lembaga sosial (termasuk yayasan dan koperasi), yaitu lembaga
sosial yang tidak mencari keuntungan yang kegiatannya semata-
mata menyelenggarakan:
▪ Pemeliharaan kesehatan.
▪ Pemeliharaan orang lanjut usia (panti jompo).
▪ Pemeliharaan anak yatim piatu, anak atau orang terlantar, dan
anak atau orang cacat.
▪ Santunan dan/atau pertolongan kepada korban bencana alam,
kecelakaan, dan sejenisnya.
▪ Pemberian beasiswa.
▪ Pelestarian lingkungan hidup; dan/atau kegiatan sosial
lainnya.

3. Warisan

Harta warisan yang diterima oleh ahli waris dari pewaris bukan
merupakan suatu penghasilan bagi ahli waris. Namun apabila harta
warisan tersebut menghasilkan penghasilan, tentu termasuk ke dalam
objek pajak penghasilan. Menurut Pasal 4 Ayat 3 Huruf b Undang-Undang
Pajak Penghasilan, harta warisan dikecualikan sebagai objek pajak
penghasilan. Namun demikian, sesuai peraturan Direktur Jenderal Pajak
(DJP), harta warisan harus telah dilaporkan di SPT Tahunan sebelum
dibagikan.

Pengalihan harta warisan berupa tanah atau bangunan dari pewaris


ke ahli waris dikecualikan sebagai objek pajak penghasilan. Akan tetapi,
apabila tanah tersebut kemudian dijual oleh ahli waris kepada pihak lain,
tentu terhitung sebagai pajak penghasilan. Sebelum mengalihkan harta
warisan tersebut, dokumen SKB PPh sangat diperlukan.

4. Bagian Laba Yang Diterima atau Diperoleh Anggota dari Perseroan Komanditer yang
Modalnya Tidak Terbagi atas Saham-Saham, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, dan
Kongsi, Termasuk Pemegang Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif

Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan dijelaskan, “Untuk kepentingan


pengenaan pajak, badan-badan sebagaimana disebut dalam ketentuan ini yang
merupakan himpunan para anggotanya dikenai pajak sebagai satu kesatuan,
yaitu pada tingkat badan tersebut. Oleh karena itu, bagian laba yang diterima
oleh para anggota badan tersebut bukan lagi merupakan objek pajak.”

5. Penghasilan dari Modal yang Ditanamkan oleh Dana Pensiun dalam Bidang-Bidang
Tertentu

Penanaman modal oleh dana pensiun ditujukan untuk pembayaran kembali


kepada peserta pensiun di kemudian hari. Sehingga penanaman modal tersebut
perlu diarahkan pada bidang-bidang yang tidak bersifat spekulatif atau berisiko
tinggi. Dana pensiun tidak dikenai pajak penghasilan pada saat menerima iuran
dari anggota dan menerima hasil pengembangan dana iuran.

Jenis penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak 2019 ini, berdasarkan
ketentuan hanya berlaku bagi:

✓ Dana pensiun yang pendiriannya telah mendapat pengesahan dari Menteri


Keuangan, dan
✓ Penghasilan dari modal yang ditanamkan di bidang-bidang tertentu
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan.

Berdasarkan PMK Nomor 234/PMK.03/2009, penghasilan berikut


dikecualikan sebagai objek pajak penghasilan jika diterima atau diperoleh dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan dari penanaman
modal berupa:

Bunga, diskonto, dan imbalan dari deposito, sertifikat deposito, dan


tabungan, pada bank di Indonesia yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, serta Sertifikat Bank
Indonesia;
Bunga, diskonto, dan imbalan dari obligasi, obligasi syariah (sukuk), Surat
Berharga Syariah Negara, dan Surat Perbendaharaan Negara, yang
diperdagangkan dan/atau dilaporkan perdagangannya pada bursa efek di
Indonesia; atau
Dividen dari saham pada perseroan terbatas yang tercatat pada bursa efek di
Indonesia.

6. Iuran yang Diterima Dana Pensiun

Dana pensiun yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan hanya


berlaku apabila pendiriannya telah mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan.
Yang dikecualikan dari objek pajak adalah iuran yang diterima dari peserta
pensiun, baik atas beban sendiri maupun beban pemberi kerja. Pengenaan pajak
atas iuran pensiun mengurangi hak para peserta pensiun, sehingga dikecualikan
dari objek pajak penghasilan.

7. Imbalan atau Pemberian dalam Bentuk Natura dan Kenikmatan

Imbalan dalam bentuk natura merupakan imbalan bukan dalam bentuk uang
dan dapat berbentuk barang selain uang. Pemberian yang diterima dalam bentuk
natura bukan merupakan objek pajak penghasilan. Begitu pula pemberian dalam
bentuk kenikmatan, bukan objek pajak penghasilan bagi yang menerima
kenikmatan tersebut. Contoh kenikmatan yang disebutkan dalam penjelasan
Undang-Undang Pajak Penghasilan yaitu, penggunaan fasilitas mobil, rumah, dan
pengobatan.

Akan tetapi terdapat tiga kelompok pemberian natura dan kenikmatan yang
wajib dihitung sebagai objek pajak penghasilan, yaitu natura dan kenikmatan
berupa:

❖ Bukan subjek pajak, seperti kedutaan asing atau lembaga internasional.


❖ PPh Badan perusahaan dikenakan final, seperti perusahaan jasa konstruksi.
❖ Perusahaan tidak menyelenggarakan pembukuan dan masih menggunakan
norma penghitungan khusus (deem profit) untuk menghitung penghasilan
neto.
4) Tarif Pajak Penghasilan
Tarif pajak penghasilan sesuai Undang-Undang No.36 Tahun 2008, pasal
17(b) yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan
dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan
persen), dapat diturunkan menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai
berlaku sejak tahun 2010.
Pada pasal 31 E, dinyataksn bahwa wajib pajak badan dalam negeri dengan
peredaran bruto sampai dengan Rp 50 000.000.000,00 (lima puluh miliar rupah )
mendapat fasilitas berupa pengurangan tariff sebesar 50% (lima puluh persen)
dari tarif sebagaimana di maksud dalam pasal 27 ayat (1) huruf b dan ayat (2a)
yang dikenakan atas penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto sampai
dengan Rp 4.800 000.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) Tarif
PPh Badan dikenakan sebesar 25% x 50% x Penghasilan Kena Pajak.

f. Penggunaan norma perhitungan penghasilan


1. Yang Boleh Menggunakan NPPN
WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam 1
tahun kurang dari Rp. 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) boleh menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, dengan
syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama
dari tahun pajak yang bersangkutan .WP OP yang tidak memberitahukan kepada Direktur Jenderal
Pajak untuk menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto, dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan.
Kewajibannya :
WP OP yang menghitung penghasilan netonya dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto ini wajib menyelenggarakan pencatatan
Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila WP menggunakan tahun buku
yang tidak sama dengan tahun kalender. Dalam hal terhadap WP Badan atau WP OP yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dilakukan pemeriksaan sebagaimana diatur dalam UU KUP,
ternyata Wajib Pajak orang pribadi atau badan tersebut tidak atau tidak
sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan atau tidak bersedia memperlihatkan pembukuan atau
pencatatan atau bukti-bukti pendukungnya, penghasilan netonya dihitung dengan menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
Pemberitahuan Penggunaan NPPN Dianggap Disetujui
Pemberitahuan penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto yang disampaikan dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan sejak awal tahun pajak yang bersangkutan dianggap
disetujui kecuali berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan
untuk menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
2. Besarnya norma penghitungan penghasilan neto
Daftar Persentase Norma penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah sebagai
berikut :
10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak;
ibukota propinsi lainnya;
daerah lainnya
Daftar persentase Norma penghitungan Penghasilan Neto untuk WP OP yang menghitung
penghasilan netonya dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto.
Daftar persentase Norma penghitungan Penghasilan Neto untuk WP OP yang ternyata tidak atau
tidak sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan atau tidak bersedia memperlihatkan pembukuan
atau pencatatan atau bukti-bukti pendukungnya
Daftar Persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk Wajib Pajak badan yang tidak atau
tidak sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan atau tidak bersedia memperlihatkan pembukuan
atau bukti-bukti pendukungnya.
3. Wajib pajak yang mempunyai lebih dari 1 usaha
Penghitungan penghasilan neto Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha atau
pekerjaan bebas, dilakukan terhadap masing-masing jenis usaha atau pekerjaan bebas dengan
memperhatikan pengelompokan wilayah pengenaan norma.
Penghasilan neto Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha atau pekerjaan bebas
adalah penjumlahan penghasilan neto dari masing-masing jenis usaha atau pekerjaan bebas yang
dihitung.
4. Cara menghitung penghasilan neto
Penghasilan neto bagi tiap jenis usaha dihitung dengan cara mengalikan angka persentase Norma
Penghitungan Penghasilan Neto dengan peredaran bruto atau penghasilan bruto dari kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
Dalam menghitung besarnya Pajak Penghasilan yang terutang oleh WP OP, sebelum dilakukan
penerapan tarif umum Pajak Penghasilan, terlebih dahulu dihitung Penghasilan Kena Pajak dengan
mengurangkan Penghasilan Tidak Kena Pajak dari penghasilan neto tersebut.
5. Besarnya Pph berdasarkan laba akuntansi
Definisi Laba Bersih Setelah Pajak
Laba atau keuntungan merupakan hal yang selalu menjadi motivasi saat seseorang mulai
menjalankan usaha. Berdasarkan asal perhitungannya, laba dalam dunia bisnis dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, seperti laba bersih, laba kotor, dan ada juga yang disebut dengan laba bersih setelah
pajak.
Laba bersih setelah pajak merupakan penghasilan bersih yang diperoleh perusahaan baik dari net
operating income (usaha pokok) ataupun non operating income (di luar usaha pokok) perusahaan
selama satu periode setelah dikurangi pajak penghasilan. Dengan kata lain dapat didefinisikan
sebagai selisih pendapatan dan pajak penghasilan.
Elemen Perhitungan
Laba Kotor
Untuk mencari laba bersih setelah pajak, pertama-tama Anda harus mencari laba kotor terlebih
dahulu. Pada dasarnya laba kotor merupakan selisih dari hasil penjualan dengan biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan/mendapatkan produk barang/jasa.
Rumus mencari laba kotor:
Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan
Penjualan Bersih
Penjualan bersih dikenal juga sebagai pendapatan perusahaan yang berasal dari penjualan setelah
dikurangi oleh semua biaya yang dikeluarkan dalam transaksi penjualan, seperti:
Ketika pemberian diskon pada proses penjualan barang/jasa oleh perusahaan.
Ada biaya angkut dari gudang ke tempat pembeli.
Adanya barang yang dikembalikan oleh pembeli karena barang tidak sesuai dengan spesifikasi atau
cacat.
Penjualan bersih tidak selalu berupa kas, tetapi dapat berupa piutang dikarenakan penjualan yang
dilakukan tidak harus berupa transaksi tunai. Penjualan secara kredit juga diakui sebagai penjualan.
Rumus untuk penjualan bersih:
Penjualan bersih = penjualan – potongan penjualan – return penjualan
Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan merupakan semua biaya yang berkaitan dengan barang produksi atau barang
yang dijual. Dalam sebuah perusahaan, harga pokok penjualan atau biaya yang berkaitan dengan
barang dagang meliputi biaya pembelian barang dagang, termasuk persediaan barang dagang yang
dibeli pada periode sebelumnya.
Rumus untuk harga pokok penjualan:
Harga Pokok Penjualan = Persediaan Awal – Pembelian Bersih – Persediaan Akhir
Ada perbedaan perhitungan bagi harga pokok penjualan yang terdapat pada perusahaan industri
manufaktur. Dalam industri manufaktur, barang
dagang diproduksi sendiri. Dalam memproduksi ada biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan
biaya overhead.
Rumus harga pokok penjualan manufaktur:
Harga Pokok Penjualan Manufaktur = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung +
Biaya Overhead
Dalam rumus di atas ada istilah yang disebut dengan pembelian bersih. Nah, pembelian bersih ini
dipengaruhi oleh pembelian, ongkos angkut, pembelian, pengembalian barang dan potongan
pembelian.
Rumus Pembelian Bersih:
Pembelian bersih = pembelian + ongkos angkut – return pembelian – potongan pembelian
Laba Bersih
Laba bersih merupakan selisih dari laba kotor yang telah dikurangi semua biaya yang dikeluarkan
(biaya operasional dan biaya non operasional) ditambah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan
non operasional jika ada (biaya bunga atau pendapatan hasil dari penjualan aktiva tetap perusahaan).
Biaya operasional yan dimaksud adalah biaya pemasaran, biaya pemasaran, biaya administrasi, biaya
penyusutan. Sedangkan yang termasuk biaya non operasional adalah biaya bunga dan pajak.
6. Analisis perbedaan ketetapan besarnya Pph berdasarkan norma perhitungan dan laba
akuntansi
Penetapan besarnya pajak penghasilan berdasarkan norma perhitungan akan menyebabkan pajak
yang dihasilkan lebih besar dibandingkan laba akuntansi. Hal ini disebabkan oleh penggunaan norma
perhitungan dalam menghitung pajak penghasilan hanya berdasarkan tarif yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah dan dikalikan dengan penghasilan bruto. Sedangkan perhitungan laba akuntansi
lebih mendekati kewajaran karena didukung data akurat dan obyektif, bebas dari kesalahan fatal serta
sudah memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam operasional usaha. Dengan demikian
pengusaha kecil disarankan untuk menggunakan pembukuan sebagai dasar menghitung besarnya
pajak penghasilan yang terhutang dalam SPT tahunan.

F. METODE PENELITIAN
1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) Tahunan
badan Pusat Oleh-oleh C&A Sentra Ukm NTT.

b. Sampel
Sampel yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah laporan keuangan pada
Pusat Oleh-oleh C&A Sentra Ukm NTT.

2. Teknik pengumpulan data


Dalam penelitian ini digunakan teknik data sebagai berikut :
a. Teknik analisis menggunakan Uji-T dengan pengujian satu arah pada level of
significance 0,05 dan degree of freedom 18. Bila hasil uji-T lebih kecil dari t-tabel
maka hipotesis diterima, tapi jika sebaliknya maka hipotesis ditolak.
b. Studi Kepustakaan, dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data teoritis dengan
membaca, mempelajari dan menelaah literature-literature yang relevan seperti buku,
undang-undang perpajakan dan peraturan pemerintah tentang organisasi nirlaba
serta diktat-diktat kuliah yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sebagai dasar
perbandingan antara teori yang relevan dengan praktik yang terjadi dalam
operasional perusahaaan.
c. Wawancara, dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara bebas baik terstruktur maupun tidak
terstruktur dengan tujuan untuk memperoleh informasi secara luas mengenai objek
penelitian (Sunyoto, 2013).
d. Dokumentasi, dalam penelitian ini yaitu dilakukan dengan pengumpulan data
mencatat dan menyalin dokumen yang ada dialokasi penelitian, seperti SPT Tahunan
Badan tahun pajak 2018 dan 2019.

G. PENUTUP
Demikianlah Term Of Refernce (TOR) yang penulis buat untuk diajukan sebagai syarat
dalam penulisan proposal maupun skripsi. Akhirnya atas bantuan dan perhatian ucapkan
terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai