ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menguji tingkat kesadaran UMKM yang seharusnya
menjadi wajib pajak, yang di ukur melalui 3 hal. Pertama, dilihat dari jenis dan ukuran usaha.
Kedua, dilihat dari faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak.
Ketiga, upaya apa saja yang telah dilakukan Pemerintah, khususnya pihak DJP untuk
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak, khususnya untuk para pelaku UMKM.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kuantitatif. Penelitian ini menggunakan
Angket yang mana angket tersebut dibagikan kepada 20 orang responden. Dalam penentuan
responden digunakan teknik Sampling Purposive. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengetahuan dan pemahaman tentang perpajakan sangat minim. Banyak dari mereka yang
tidak memiliki NPWP, apalagi melapor dan atau membayar pajak, semua itu karena
kurangnya pengetahuan dan pemahaman para responden mengenai perpajakan. Padahal
penghasilan dan pajak yang berasal dari sektor UMKM sangat diharapkan keniscayaannya
untuk membantu meningkatkan penerimaan kas daerah oleh Pemerintah Kabupaten
Tulungagung.
Kata kunci : UMKM, wajib pajak, pajak daerah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berperan sangat penting sebagai
penggerak perekonomian Indonesia secara nasional. Begitu pula di Kabupaten
Tulungagung yang jumlahnya mencapai 53.488 unit pada Tahun 2017. UMKM bisa
dikatakan sebagai nyawa dari roda perekonomian yang terbukti mampu bertahan
terhadap krisis ekonomi. Terpaan krisis ekonomi biasa terjadi untuk menguji mutu dan
inovasi berbagai macam bisnis, mulai dari bisnis berskala kecil hingga ke bisnis
berskala besar.
Pelaku UMKM memiliki gerak yang lebih luas untuk mengekspresikan ide – ide
mereka secara kreatif dan inovatif, dengan tidak menganut budaya kaku karena kontrol
dan hierarki seperti perusahaan besar. Di samping itu, UMKM mampu menciptakan
lapangan pekerjaan tanpa terlalu memikirkan kualifikasi juga mudah dalam menjalin
komunikasi dan interaksi. Fleksibiltas operasional dan biaya operasional yang
tergolong rendah memiliki dampak positif, yaitu menyederhanakan sistem guna
menjaga keluwesan dalam bekerja dan mampu mengimbangi kecepatan perubahan
trend.
Kekuatan dan peranan UMKM seperti yang tertera di atas, menjadi modal kuat
untuk mempertahankan eksistensi UMKM dan cukup mendominasi pasar ekonomi
Kabupaten Tulungagung. Selain itu, UMKM Tulungagung memiliki forum sendiri
untuk mempererat jaringan dan informasi untuk tujuan saling menguntungkan. Saling
silang dalam hal mempromosikan produk dengan memanfaatkan jaringan agar tercipta
simbiosis mutualisme ini tentunya bukan mustahil untuk meningkatkan omzet. Terbukti
bahwa krisis dan gejolak ekonomi teratasi secara perlahan bagi pelaku UMKM, seperti
halnya dalam masa Pandemi sekarang ini. Karena itulah UMKM disebut sebagai nyawa
dari roda perekonomian. UMKM menjadi modal yang kuat dan pondasi yang kokoh
dalam mengatasi krisis dan gejolak ekonomi. Tak heran apabila Pemerintah Kabupaten
Tulungagung memberikan dukungan penuh termasuk dalam hal permodalan, mengingat
banyaknya kontribusi yang telah dilakukan UMKM.
Dari besarnya penerimaan daerah melalui sektor UMKM, niscaya penerimaan
pajak pun berpotensi besar dari sektor ini. Semakin menjamurnya pelaku UMKM di
Kabupaten Tulungagung setiap tahunnya, membuka prospek kepada Pemerintah untuk
membidik sektor ini dalam upaya ekstensifikasi dan intensifikasi pajak. Namun rupanya
hal tersebut bukanlah hal yang mudah, mengingat pelaku UMKM tidak memandang
latar belakang keluarga ataupun pendidikan. Pola pikir mereka tidak sama, apalagi
kurangnya pengetahuan mengenai perpajakan. Inilah yang menjadi penyebab
tumbuhnya UMKM tidak beriringan dengan jumlah kenaikan penerimaan
pajak(Direktoral Jendral Pajak, n.d.)
Keterbatasan kompetensi pelaku UMKM dalam hal administrasi juga sering
dikeluhkan oleh pihak fiskus karena rendahnya pendidikan pelaku UMKM. Pun tidak
sedikit pelaku UMKM yang belum sadar dan belum mematuhi dalam melakukan
pembayaran pajak, khususnya pendaftaran untuk mempunyai Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) sampai ke dalam pembayaran pajak terhutang. Ditambah lagi dengan
sikap apatis masyarakat terhadap pajak, semakin menyulitkan implementasi dari upaya
ekstensifikasi dan intensifikasi pajak. Jadi berhasil tidaknya Pemerintah menghimpun
dana dari sektor pajak UMKM tidak semata – mata tergantung upaya dari aparat
perpajakan saja, namun dari kemauan yang seharusnya menjadi wajib pajak.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil judul “MINI
RISET TENTANG ANALISIS TINGKAT KESADARAN UMKM SEBAGAI WAJIB
PAJAK (Studi Kasus pada Wirausahawan di kawasan Jl. Ahmad Yani Timur,
Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur)”
B. Rumusan Masalah
1. Berapa tingkat kesadaran UMKM di kawasan Jl. Ahmad Yani Timur, Kabupaten
Tulungagung sebagai wajib pajak?
2. Faktor apa saja yang yang mempengaruhi tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib
pajak?
3. Upaya apa saja yang telah dilakukan Pemerintah, khususnya pihak DJP untuk
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak, khususnya untuk para pelaku
UMKM?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkat kesadaran UMKM di kawasan Jl. Ahmad Yani Timur,
Kabupaten Tulungagung yang seharusnya menjadi wajib pajak
2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang yang mempengaruhi tingkat kesadaran dan
kepatuhan wajib pajak
3. Guna mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan Pemerintah, khususnya
pihak DJP untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak, khususnya
untuk para pelaku UMKM
D. Manfaat
1. Memenuhi tugas kelompok mata kuliah PPN dan PPnBM
2. Memotivasi agar semangat terus dalam menuntut ilmu
3. Agar dapat lebih memahami tujuan mata kuliah PPN dan PPnBM
LANDASAN TEORI
1. Pajak
Secara garis besar, pajak dapat didefinisikan sebagai pungutan yang dipaksakan
oleh pemerintah kepada masyarakat guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu
kemakmuran masyarakat.(UU RI, 2007)
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar besarnya kemakmuran rakyat.(Direktoral Jendral Pajak, n.d.)
Pengertian Pajak Menurut Para Ahli
1. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH
Pengertian pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra
prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi
sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas
Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public
saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
2. Rifhi Siddiq
Pengertian Pajak adalah iuran yang dipaksakn pemerintahan suatu negara dalam
periode tertentu kepada wajib pajak yang bersifat wajib dan harus dibayarkan oleh
wajib pajak kepada negara dan bentuk balas jasanya tidak langsung.
3. Sommerfeld R.M., Anderson H.M., & Brock Horace R
Pengertian Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang
langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya
untuk menjalankan pemerintahan.
4. Pengertian Pajak Menurut P. J. A. Adriani
Pengertian Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Singkatnya pajak merupakan iuran wajib dari rakyat kepada negara sebagai wujud
peran serta dalam pembangunan, yang pengenaannya didasarkan pada undang-undang
dan tidak mendapat imbalan secara langsung, serta dapat dipaksakan kepada mereka
yang berkewajiban.
Dari pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem yang melekat
pada pengertian pajak yaitu:
1. Pajak dipungut berdasarkan Undang- undang serta aturan pelaksanaannya.
2. Sifatnya dapat dipaksakan.
3. Tidak ada kontraprestasi secara langsung oleh pemerintah.
4. Dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah.(Rachmad
Gesah Mukti Prabowo, SE. Ak, 2014)
2. Pajak Daerah
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
(Mardiasmo, 2009)
Pajak merupakan iuran kepada negara, yang dapat dipaksakan dan terhutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.(Abut, 2007)
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat timbal (kontraprestasi) yang lansung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
(Prof.Dr.Rochmat Soemitro, 2014)
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pajak
Daerah adalah iuran rakyat yang dipungut oleh daerah bedasarkan peraturan daerah
untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah. Pajak daerah adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang :
bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang
tidak mendapatkan imbalan secara langsung
digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3. UMKM
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atau yang lebih dikenal dengan
UMKM merupakan jenis usaha yang mendominasi perekonomian Indonesia.
Dengan banyaknya pelaku UMKM dan cukup besarnya tenaga kerja yang terserap di
sektor ini, keberadaan UMKM telah menjadi penopang kehidupan ekonomi rakyat.
Pemerintah mengatur secara khusus Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ini melalui
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2008. Berikut ini adalah ketentuan mengenai
UMKM berdasarkan Undang-Undang No. 8 Th. 2008, khususnya pasal 1 ayat (1),
(2) dan (3) serta pasal 6 ayat (1), (2) dan (3).
B. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria
1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
miliar lima ratus juta rupiah).
5. Membuat paspor
Bagi yang ingin melakukan perjalanan ke luar negeri, paspor tentu wajib
dimiliki. NPWP menjadi salah satu syarat yang dibutuhkan untuk membuat
paspor, selain KTP dan Kartu Keluarga.
6. Mengurus restitusi
Jika telanjur membayar pajak yang pembayarannya melebihi nominal yang
seharusnya, tentu Anda ingin mengambil kembali kelebihan uang yang
dibayarkan tersebut. Nah, untuk itu Anda perlu membawa NPWP untuk
mengklaim uang tersebut.
7. Melamar Pekerjaan
Banyak perusahaan mewajibkan para calon pekerjanya memiliki NPWP.
Sebab, ketika nanti sudah bekerja sebagai karyawan, perusahaan akan
memotong PPh Pasal 21 karyawannya dengan tarif normal, yaitu tarif bagi
karyawan yang memiliki NPWP.
Dengan segala manfaat dan kegunaan tersebut, maka pelaku UMKM harusnya
tidak perlu ragu lagi untuk segera membuat NPWP. Membuat NPWP tentu tidak
serta-merta mempermudah hidup Anda, tetapi itu adalah langkah awal untuk
membuat hidup Anda lebih mudah.
b. Wajib Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, Wajib pajak meliputi orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemungut pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan.
Subjek pajak orang pribadi dalam negeri menjadi wajib pajak apabila telah
menerima atau memperoleh penghasilan dibawah Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) dan tidak wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Adapun yang
termasuk Wajib pajak dalam Negeri yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
bulan, Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dan Warisan
yang belum terbagi menggantikan yang berhak.
c. Pajak Penghasilan
Maksud dari Pajak Penghasilan yaitu suatu perlakuan perpajakan yang
dikenakan kepada Wajib Pajak atas segala pendapatan yang diterima di suatu
Negara dalam 1 (satu) periode pajak. Pendapatan yang dimaksud dapat berupa gaji,
hadiah, bunga, dan penghasilan berupa laba usaha.(Adi Ratno P, 2014)
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, termasuk:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta; penerimaan
kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
e. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
f. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
g. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
h. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
i. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
j. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
k. keuntungan selisih kurs mata uang asing;
l. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
m. premi asuransi;
n. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
o. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak;
p. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
q. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
r. surplus Bank Indonesia.
2) Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diturunkan
menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima persen) yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah.Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak
2010.
NAMA : …………………………….
…………………………
USIA : …………………………….
…………………………
JENIS KELAMIN : …………………………….
…………………………
JENIS USAHA
: .............................................................................
ALAMAT USAHA
: .............................................................................
PENGHASILAN BRUTO RATA2 SEBULAN
: .............................................................................
PENDIDIKAN TERAKHIR
: .............................................................................
D. Analisis Data
Pengumpulan data yang penulis tuliskan dalam laporan bersumber dari pelaku UMKM
yang berjualan di kawasan. Jalan Ahmad Yani Timur, Kabupaten Tulungagung, Jawa
Timur. Sekaligus sebagai tanggung jawab untuk melaksanakan tugas dengan baik yang
harus dipenuhi sebagai seorang mahasiswa.
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Keterangan :
Kode Pertanyaan
A1 Sebagai Wirausahawan, apakah Anda mengetahui bahwa Anda sebenarnya
berkewajiban membayar pajak?
A2 Sebagai Wirausahawan, apakah Anda memiliki NPWP? Dan jika belum saya
akan mendaftar dan membuat NPWP
A3 Sebagai WP, Apakah Anda selalu menyetorkan pajak dan melaporkan SPT
masa dengan tepat waktu?
A4 Saya bersedia memenuhi kewajiban atas tunggakan pajak selama ini, jika ada
A5 Saya bersedia mengikuti proses menyeluruh untuk mempermudah proses
pemeriksaan pajak, bila diperlukan dan memberikan data dengan benar
A6 Saya paham dan tidak merasa takut apabila berhubungan dengan perpajakan
Dari data survey di atas, diketahui bahwa dari 20 responden, sebanyak 38.34%
menyatakan YA pada pertanyaan dalam angket yang menunjukkan prosentase
kesadaran dan kepatuhan mengenai perpajakan. Sebanyak 33.33% menyatakan TIDAK
yang berarti mereka tidak merasa harus melapor dan membayar pajak, dengan alasan
usaha mereka masih dalam skala yang kecil dan penghasilan mereka masih sedikit. Hal
ini dapat dilihat dari informasi jenis usaha dan penghasilan bruto rata – rata perbulan
yang terletak di atas kolom dalam angket, serta sedikit wawancara mengenai alasan
mereka sembari meminta kembali form angket yang telah terisi. Sedangkan yang
menyatakan BELUM terhadap pertanyaan – pertanyaan dalam kolom angket sebanyak
28.33%, yang jumlahnya sama dengan yang menyatakan YA.
Dari kesimpulan data di atas, kita bisa mengetahui bahwa tingkat kesadaran dan
kepatuhan mengenai perpajakan masih sangat rendah,. Akhirnya rendahnya tingkat
pengetahuan dan pemahaman mengenai perpajakan serta tingginya angka
ketidakpatuhan sebagai warga negara mengenai perpajakan menjadi tugas Pemerintah
Kabupaten Tulungagung untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan strategi
upaya meningkatkan angka kesadaran dan kepatuhan mengenai perpajakan ini.
A. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat
lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan yang berlaku. Tingkat pendidikan yang semakin rendah juga akan
tercermin dalam masih banyaknya wajib pajak yang berpeluang enggan
melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka
terhadap sistem perpajakan yang diterapkan.
B. Tingkat Penghasilan
Tingkat penghasilan akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak tepat pada waktunya. Kemampuan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban pajak terkait erat dengan besarnya penghasilan,dalam membayar pajak
tepat pada waktunya. Kemampuan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak
terkait erat dengan besarnya penghasilan, maka salah satu hal yang
dipertimbangkan dalam pemungutan pajak adalah tingkat penghasilan.
C. Faktor Kesadaran Perpajakan
Kesukarelaan Wajib Pajak membayar pajak, secara spesifik faktor–faktor
yang mempengaruhinya adalah kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan
pemahaman terhadap peraturan perpajakan, dan persepsi yang baik atas efektifitas
sistem perpajakan. Ini tidak sama dengan sikap patuh tanpa sikap kritis. Oleh
karena itu penulis ingin meneliti tentang faktor kesadaran perpajakan WP yang ada
di sebuah daerah di Tulungagung, karena Tulungagung adalah salah satu kota
dengan komunitas UMKM yang memiliki banyak anggota. Seiring dengan
majunya ekonomi kesadaran perpajakannya belum tentu ikut naik.
Indikator kesadaran perpajakan ditunjukan dengan:
1) Mengetahui fungsi pajak
2) Kesadaran membayar pajak
KESIMPULAN
Klaim bahwa UMKM menjadi salah satu penyangga perekonomian Kabupaten
Tulungagung nyata adanya. UMKM telah menjadi penopang laju pertumbuhan ekonomi,
penggerak sektor riil dan penyerap tenaga kerja yang cukup signifikan melalui
pengembangan kewirausahaan. Terbukti bahwa krisis dan gejolak ekonomi teratasi secara
perlahan bagi pelaku UMKM, seperti halnya dalam masa Pandemi sekarang ini. Dari
besarnya penerimaan daerah melalui sektor UMKM, niscaya penerimaan pajak pun
berpotensi besar dari sektor ini. Namun pola pikir setiap pelaku UMKM tidak sama, apalagi
kurangnya pengetahuan mengenai perpajakan. Inilah yang menjadi penyebab tumbuhnya
penghasilan dari UMKM tidak beriringan dengan jumlah kenaikan penerimaan pajak daerah.
SARAN
Pemerintah Kabupaten Tulungagung hendaknya juga gencar dalam mensosialisasikan
mengenai pelegalan usaha. Karena usaha yang legal dinilai berpeluang lebih besar untuk
mengembangkan bisnis. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Tulungagung hendaknya tidak
mempersulit pelegalan usaha ini. Kemudian mengarahkan para pelaku usaha untuk mendaftar
dan membuat NPWP serta memberi tahu manfaat apa saja yang di dapat dari kepemilikan
NPWP tersebut. Dengan begitu, diharapkan kesadaran dan kepatuhan mengenai perpajakan
semakin mingkat.
DAFTAR PUSTAKA
Website
https://journals.umkt.ac.id/index.php/JEM/article/download/27/22
https://www.pajak.go.id/
https://news.ddtc.co.id/manfaat-dan-kegunaan-npwp-18998?page_y=1163.75
http://www.pajak.go.id/id/pajak#:~:text=Pajak%20adalah%20kontribusi%20wajib
%20kepada,negara%20bagi%20sebesarbesarnya%20kemakmuran%20rakyat.
https://blog.mokapos.com/2015/06/10/kelebihan-dan-kekurangan-usaha-kecil-
menengah
https://tulungagungkab.bps.go.id/statictable/2018/11/22/4569/perkembangan-umkm-
di-kabupaten-tulungagung-2013-2017.html
http://jurnal.ut.ac.id/index.php/jom/article/download/145/129/
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
triyani.wordpress.com/tag/pph-gaji-5-juta/
&ved=2ahUKEwiHsJ7qvIzuAhUZYysKHXoVDegQFjAGegQIKxAE&usg=AOvVaw2y3U
MY3vzDu1Q0HbQEZcR_
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
www.linovhr.com/gaji-di-bawah-umr-wajib-bayar-pajak/amp/
&ved=2ahUKEwiHsJ7qvIzuAhUZYysKHXoVDegQFjAIegQIKRAE&usg=AOvVaw3UAV
A30CQYx22dzCdwTXkD
http://eprints.umpo.ac.id/3990/3/BAB%20II.pdf
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1215351161-3-BAB%20II.pdf
http://repository.uin-suska.ac.id/2811/3/BAB%20II.pdf
Jurnal
Wulansari, Ayuningtyas.2012.Analisis Tingkat Kesadaran Pajak Pada Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM).Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.