Anda di halaman 1dari 24

MINI RISET

TENTANG ANALISIS TINGKAT KESADARAN UMKM SEBAGAI


WAJIB PAJAK DI JL. AHMAD YANI TIMUR, KABUPATEN
TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR

Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah PPN Dan PPnBM


Dosen Pengampu: Rachmad Gesah Mukti Prabowo, SE. Ak, MM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


1. ELSA ALFA MAHARANI YHOLA (19.60301.100001)
2. DHANANG TIAS ANGGORO (19.60301.100040)
3. RIFKI FIRDAUS SUKMA (19.60301.100057)

PRODI AKUNTANSI - FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
Jl. Kimangunsarkoro, Beji, Dusun Krajan, Sobontoro,
Kec. Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur 66233
Tahun Ajaran 2020/2021
ABSTRACT
The purpose of this study is to test the level of umkm of consciousness that should be taxed,
measured by three things. First, judging by the type and size of the business. Second, judging
from the factors that affect the level of consciousness and compliance of taxpayers. Third,
what efforts have governments made, especially the DJP party to raise the taxpayers'
awareness and obedience, especially those of umkm. The research method used is the
quantitative method. This study uses a questionnaire in which the questionnaire is distributed
to 20 respondents. In determining the respondents used purposive sampling technique. The
results of the study indicate that there is very little knowledge and understanding about
taxation. The plural of those who do not have NPWP, let alone report and or pay taxes, is all
because of the lack of knowledge and understanding of the respondents regarding taxes.
Whereas income and taxes originating from the MSME sector are expected to help increase
regional cash receipts by the Tulungagung Regency Government.
Keywords: MSMEs, taxpayers, local taxes

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menguji tingkat kesadaran UMKM yang seharusnya
menjadi wajib pajak, yang di ukur melalui 3 hal. Pertama, dilihat dari jenis dan ukuran usaha.
Kedua, dilihat dari faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak.
Ketiga, upaya apa saja yang telah dilakukan Pemerintah, khususnya pihak DJP untuk
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak, khususnya untuk para pelaku UMKM.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kuantitatif. Penelitian ini menggunakan
Angket yang mana angket tersebut dibagikan kepada 20 orang responden. Dalam penentuan
responden digunakan teknik Sampling Purposive. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengetahuan dan pemahaman tentang perpajakan sangat minim. Banyak dari mereka yang
tidak memiliki NPWP, apalagi melapor dan atau membayar pajak, semua itu karena
kurangnya pengetahuan dan pemahaman para responden mengenai perpajakan. Padahal
penghasilan dan pajak yang berasal dari sektor UMKM sangat diharapkan keniscayaannya
untuk membantu meningkatkan penerimaan kas daerah oleh Pemerintah Kabupaten
Tulungagung.
Kata kunci : UMKM, wajib pajak, pajak daerah
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berperan sangat penting sebagai
penggerak perekonomian Indonesia secara nasional. Begitu pula di Kabupaten
Tulungagung yang jumlahnya mencapai 53.488 unit pada Tahun 2017. UMKM bisa
dikatakan sebagai nyawa dari roda perekonomian yang terbukti mampu bertahan
terhadap krisis ekonomi. Terpaan krisis ekonomi biasa terjadi untuk menguji mutu dan
inovasi berbagai macam bisnis, mulai dari bisnis berskala kecil hingga ke bisnis
berskala besar.
Pelaku UMKM memiliki gerak yang lebih luas untuk mengekspresikan ide – ide
mereka secara kreatif dan inovatif, dengan tidak menganut budaya kaku karena kontrol
dan hierarki seperti perusahaan besar. Di samping itu, UMKM mampu menciptakan
lapangan pekerjaan tanpa terlalu memikirkan kualifikasi juga mudah dalam menjalin
komunikasi dan interaksi. Fleksibiltas operasional dan biaya operasional yang
tergolong rendah memiliki dampak positif, yaitu menyederhanakan sistem guna
menjaga keluwesan dalam bekerja dan mampu mengimbangi kecepatan perubahan
trend.
Kekuatan dan peranan UMKM seperti yang tertera di atas, menjadi modal kuat
untuk mempertahankan eksistensi UMKM dan cukup mendominasi pasar ekonomi
Kabupaten Tulungagung. Selain itu, UMKM Tulungagung memiliki forum sendiri
untuk mempererat jaringan dan informasi untuk tujuan saling menguntungkan. Saling
silang dalam hal mempromosikan produk dengan memanfaatkan jaringan agar tercipta
simbiosis mutualisme ini tentunya bukan mustahil untuk meningkatkan omzet. Terbukti
bahwa krisis dan gejolak ekonomi teratasi secara perlahan bagi pelaku UMKM, seperti
halnya dalam masa Pandemi sekarang ini. Karena itulah UMKM disebut sebagai nyawa
dari roda perekonomian. UMKM menjadi modal yang kuat dan pondasi yang kokoh
dalam mengatasi krisis dan gejolak ekonomi. Tak heran apabila Pemerintah Kabupaten
Tulungagung memberikan dukungan penuh termasuk dalam hal permodalan, mengingat
banyaknya kontribusi yang telah dilakukan UMKM.
Dari besarnya penerimaan daerah melalui sektor UMKM, niscaya penerimaan
pajak pun berpotensi besar dari sektor ini. Semakin menjamurnya pelaku UMKM di
Kabupaten Tulungagung setiap tahunnya, membuka prospek kepada Pemerintah untuk
membidik sektor ini dalam upaya ekstensifikasi dan intensifikasi pajak. Namun rupanya
hal tersebut bukanlah hal yang mudah, mengingat pelaku UMKM tidak memandang
latar belakang keluarga ataupun pendidikan. Pola pikir mereka tidak sama, apalagi
kurangnya pengetahuan mengenai perpajakan. Inilah yang menjadi penyebab
tumbuhnya UMKM tidak beriringan dengan jumlah kenaikan penerimaan
pajak(Direktoral Jendral Pajak, n.d.)
Keterbatasan kompetensi pelaku UMKM dalam hal administrasi juga sering
dikeluhkan oleh pihak fiskus karena rendahnya pendidikan pelaku UMKM. Pun tidak
sedikit pelaku UMKM yang belum sadar dan belum mematuhi dalam melakukan
pembayaran pajak, khususnya pendaftaran untuk mempunyai Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) sampai ke dalam pembayaran pajak terhutang. Ditambah lagi dengan
sikap apatis masyarakat terhadap pajak, semakin menyulitkan implementasi dari upaya
ekstensifikasi dan intensifikasi pajak. Jadi berhasil tidaknya Pemerintah menghimpun
dana dari sektor pajak UMKM tidak semata – mata tergantung upaya dari aparat
perpajakan saja, namun dari kemauan yang seharusnya menjadi wajib pajak.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil judul “MINI
RISET TENTANG ANALISIS TINGKAT KESADARAN UMKM SEBAGAI WAJIB
PAJAK (Studi Kasus pada Wirausahawan di kawasan Jl. Ahmad Yani Timur,
Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur)”

B. Rumusan Masalah
1. Berapa tingkat kesadaran UMKM di kawasan Jl. Ahmad Yani Timur, Kabupaten
Tulungagung sebagai wajib pajak?
2. Faktor apa saja yang yang mempengaruhi tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib
pajak?
3. Upaya apa saja yang telah dilakukan Pemerintah, khususnya pihak DJP untuk
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak, khususnya untuk para pelaku
UMKM?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkat kesadaran UMKM di kawasan Jl. Ahmad Yani Timur,
Kabupaten Tulungagung yang seharusnya menjadi wajib pajak
2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang yang mempengaruhi tingkat kesadaran dan
kepatuhan wajib pajak
3. Guna mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan Pemerintah, khususnya
pihak DJP untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak, khususnya
untuk para pelaku UMKM

D. Manfaat
1. Memenuhi tugas kelompok mata kuliah PPN dan PPnBM
2. Memotivasi agar semangat terus dalam menuntut ilmu
3. Agar dapat lebih memahami tujuan mata kuliah PPN dan PPnBM
LANDASAN TEORI

1. Pajak
Secara garis besar, pajak dapat didefinisikan sebagai pungutan yang dipaksakan
oleh pemerintah kepada masyarakat guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu
kemakmuran masyarakat.(UU RI, 2007)
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar besarnya kemakmuran rakyat.(Direktoral Jendral Pajak, n.d.)
Pengertian Pajak Menurut Para Ahli
1. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH
Pengertian pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra
prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi
sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas
Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public
saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
2. Rifhi Siddiq
Pengertian Pajak adalah iuran yang dipaksakn pemerintahan suatu negara dalam
periode tertentu kepada wajib pajak yang bersifat wajib dan harus dibayarkan oleh
wajib pajak kepada negara dan bentuk balas jasanya tidak langsung.
3. Sommerfeld R.M., Anderson H.M., & Brock Horace R
Pengertian Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang
langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya
untuk menjalankan pemerintahan.
4. Pengertian Pajak Menurut P. J. A. Adriani
Pengertian Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Singkatnya pajak merupakan iuran wajib dari rakyat kepada negara sebagai wujud
peran serta dalam pembangunan, yang pengenaannya didasarkan pada undang-undang
dan tidak mendapat imbalan secara langsung, serta dapat dipaksakan kepada mereka
yang berkewajiban.
Dari pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem yang melekat
pada pengertian pajak yaitu:
1. Pajak dipungut berdasarkan Undang- undang serta aturan pelaksanaannya.
2. Sifatnya dapat dipaksakan.
3. Tidak ada kontraprestasi secara langsung oleh pemerintah.
4. Dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah.(Rachmad
Gesah Mukti Prabowo, SE. Ak, 2014)

2. Pajak Daerah
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
(Mardiasmo, 2009)
Pajak merupakan iuran kepada negara, yang dapat dipaksakan dan terhutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.(Abut, 2007)
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat timbal (kontraprestasi) yang lansung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
(Prof.Dr.Rochmat Soemitro, 2014)
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pajak
Daerah adalah iuran rakyat yang dipungut oleh daerah bedasarkan peraturan daerah
untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah. Pajak daerah adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang :
 bersifat memaksa
 berdasarkan undang-undang
 tidak mendapatkan imbalan secara langsung
 digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3. UMKM
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atau yang lebih dikenal dengan
UMKM merupakan jenis usaha yang mendominasi perekonomian Indonesia.
Dengan banyaknya pelaku UMKM dan cukup besarnya tenaga kerja yang terserap di
sektor ini, keberadaan UMKM telah menjadi penopang kehidupan ekonomi rakyat.
Pemerintah mengatur secara khusus Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ini melalui
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2008. Berikut ini adalah ketentuan mengenai
UMKM berdasarkan Undang-Undang No. 8 Th. 2008, khususnya pasal 1 ayat (1),
(2) dan (3) serta pasal 6 ayat (1), (2) dan (3).

A. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau


badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria:
1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).

B. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria
1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
miliar lima ratus juta rupiah).

C. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif milik yang berdiri


sendiri, yang dilakukan oleh perorangan dan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil maupun
usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang
memenuhi kriteria berikut:
1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua miliar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).

Berdasarkan keterangan di atas, definisi UMKM secara singkat adalah unit


usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha di semua sektor ekonomi dengan skala kecil hingga menengah.

4. UMKM Sebagai Wajib Pajak


a. Manfaat dan kegunaan NPWP bagi wajib pajak
Di bawah ini merupakan manfaat dan kegunaan NPWP bagi wajib pajak :
1. Menghindari sanksi pidana.
Pasal 39 UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan menyebutkan, warga yang memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif tetapi tidak memiliki NPWP terancam pidana penjara paling singkat
6 bulan dan paling lama 6 tahun.
2. Mengajukan kredit ke bank.
Ketika mengajukan kredit ke bank, bank memerlukan dokumen seperti
NPWP sebagai jaminan untuk mencairkan dana. NPWP ini juga berfungsi
sebagai identitas peminjam ketika bank memotong PPh Pasal 23 atas bunga
pinjaman.
3. Pengajuan dan pembuatan SIUP.
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) merupakan bukti sah dari berdirinya
suatu usaha. NPWP menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum
pemerintah daerah memberikan SIUP kepada pengusaha.

4. Menghindari tarif pajak tinggi


Bagi yang tidak punya NPWP, wajib pajak yang terkena PPh Pasal 21 akan
lebih besar 20% ketimbang yang memiliki NPWP. Untuk tarif PPh Pasal 23,
pembayaran pajaknya menjadi dua kali lipat.

5. Membuat paspor
Bagi yang ingin melakukan perjalanan ke luar negeri, paspor tentu wajib
dimiliki. NPWP menjadi salah satu syarat yang dibutuhkan untuk membuat
paspor, selain KTP dan Kartu Keluarga.
6. Mengurus restitusi
Jika telanjur membayar pajak yang pembayarannya melebihi nominal yang
seharusnya, tentu Anda ingin mengambil kembali kelebihan uang yang
dibayarkan tersebut. Nah, untuk itu Anda perlu membawa NPWP untuk
mengklaim uang tersebut.
7. Melamar Pekerjaan
Banyak perusahaan mewajibkan para calon pekerjanya memiliki NPWP.
Sebab, ketika nanti sudah bekerja sebagai karyawan, perusahaan akan
memotong PPh Pasal 21 karyawannya dengan tarif normal, yaitu tarif bagi
karyawan yang memiliki NPWP.

Dengan segala manfaat dan kegunaan tersebut, maka pelaku UMKM harusnya
tidak perlu ragu lagi untuk segera membuat NPWP. Membuat NPWP tentu tidak
serta-merta mempermudah hidup Anda, tetapi itu adalah langkah awal untuk
membuat hidup Anda lebih mudah.

b. Wajib Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, Wajib pajak meliputi orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemungut pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan.
Subjek pajak orang pribadi dalam negeri menjadi wajib pajak apabila telah
menerima atau memperoleh penghasilan dibawah Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) dan tidak wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Adapun yang
termasuk Wajib pajak dalam Negeri yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
bulan, Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dan Warisan
yang belum terbagi menggantikan yang berhak.

c. Pajak Penghasilan
Maksud dari Pajak Penghasilan yaitu suatu perlakuan perpajakan yang
dikenakan kepada Wajib Pajak atas segala pendapatan yang diterima di suatu
Negara dalam 1 (satu) periode pajak. Pendapatan yang dimaksud dapat berupa gaji,
hadiah, bunga, dan penghasilan berupa laba usaha.(Adi Ratno P, 2014)
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, termasuk:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta; penerimaan
kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
e. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
f. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
g. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
h. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
i. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
j. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
k. keuntungan selisih kurs mata uang asing;
l. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
m. premi asuransi;
n. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
o. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak;
p. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
q. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
r. surplus Bank Indonesia.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 1 dan 2 mengatur


mengenai tarif pajak penghasilan Orang Pribadi dan Badan, yaitu sebagai berikut :
1) Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi:
a) Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:
 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak sampai dengan Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) 5% (lima persen).
 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak di atas Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) 15% (lima
belas persen).
 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak di atas
Rp.250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai
dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 25% (dua
puluh lima persen).
 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak di atas
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 30% (tiga puluh
persen).
b) Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar
28% (dua puluh delapan persen).

2) Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diturunkan
menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima persen) yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah.Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak
2010.

d. Pelaku UMKM sebagai Wajib Pajak


Kementerian Keuangan terakhir kali memutuskan masyarakat
berpenghasilan Rp 3 jua tidak kena pajak pada Juli 2015. Saat itu, Menteri
Keuangan Bambang Brodjonegoro menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 122/PMK.010/2015 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan
Tidak Kena Pajak. Batas PTKP saat itu dinaikkan, dari Rp 24,3 juta (Rp 2,025 juta
per tahun) menjadi Rp 36 juta (Rp 3 juta per tahun).
Peraturan tersebut dituangkan dalam PMK No. 43/PMK.03/2009 tanggal 3
Maret 2009 tentang PPh Pasal 21 ditanggung pemerintah atas penghasilan pekerja
pada kategori usaha tertentu.

Dalam peraturan ini diatur bahwa :


1. PPh 21 ditanggung pemerintah diberikan kepada pekerja yang bekerja pada
bidang usaha tertentu, dengan jumlah penghasilan bruto di atas PTKP dan tidak
lebih dari Rp 5 Juta rupiah dalam satu bulan.
2. Bidang usaha tertentu secara umum dikategorikan sbb :
– Kategori usaha pertanian termasuk perkebunan dan peternakan, perburuan
dan kehutanan
– Kategori usaha perikanan, dan
– kategori usaha industri pengolahan
3. PPh 21 ditanggung pemerintah wajib dibayarkan secara tunai pada saat
pembayaran penghasilan oleh pemberi kerja kepada pekerja (sehingga
menambah take home pay pekerja yang mendapat fasilitas PPh DTP-pen)

Jadi untuk pelaku UMKM yang memiliki NPWP berpenghasilan di bawah


ketentuan seperti di atas, maka hanya perlu melapor / membuat SPT, karena
penghsilannya di bawah PTKP.
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Penelitian ini dilakukan di Jl. Ahmad Yani Timur, Kabupaten Tulungagung, Jawa
Timur.
2. Angket dibagikan hanya ke beberapa pedagang yang kala itu berjualan.
3. Observasi tersebut memakan waktu 2 hari setelah mengumpulkan angket yang telah
diisi dan dikumpulkan.

B. Populasi dan Sampel


1. Dalam penelitian ini, kami mengambil data dari para pelaku UMKM yang berjualan
di . Ahmad Yani Timur, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
2. Penulis menentukan responden menggunakan teknik Sampling Purposive.
3. Penelitian ini menggunakan Angket yang mana angket tersebut dibagikan kepada 20
orang responden dengan memberi pejelasan tentang cara pengisian angket tersebut.
C. Instrumen Penelitian
KUESIONAER
UNTUK MENGETAHUI TINGKAT KESADARAN DAN KEPATUHAN
WIRAUSAHAWAN SEBAGAI WAJIB PAJAK

NAMA : …………………………….
…………………………
USIA : …………………………….
…………………………
JENIS KELAMIN : …………………………….
…………………………
JENIS USAHA
: .............................................................................
ALAMAT USAHA
: .............................................................................
PENGHASILAN BRUTO RATA2 SEBULAN
: .............................................................................
PENDIDIKAN TERAKHIR
: .............................................................................

No Pertanyaan Ya Tidak Belum


1 2 3
1 Sebagai Wirausahawan, apakah Anda mengetahui
bahwa Anda sebenarnya berkewajiban membayar
pajak?
2 Sebagai Wirausahawan, apakah Anda memiliki
NPWP? Dan jika belum saya akan mendaftar dan
membuat NPWP
3 Sebagai WP, Apakah Anda selalu menyetorkan pajak
dan melaporkan SPT masa dengan tepat waktu?
4 Saya bersedia memenuhi kewajiban atas tunggakan
pajak selama ini, jika ada
5 Saya bersedia mengikuti proses menyeluruh untuk
mempermudah proses pemeriksaan pajak, bila
diperlukan dan memberikan data dengan benar
6 Saya paham dan tidak merasa takut apabila
berhubungan dengan perpajakan

D. Analisis Data
Pengumpulan data yang penulis tuliskan dalam laporan bersumber dari pelaku UMKM
yang berjualan di kawasan. Jalan Ahmad Yani Timur, Kabupaten Tulungagung, Jawa
Timur. Sekaligus sebagai tanggung jawab untuk melaksanakan tugas dengan baik yang
harus dipenuhi sebagai seorang mahasiswa.
PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana UMKM peduli mengenai


perpajakan yang seharusnya menjadi salah satu kewajibannya sebagai warga negara yang
baik dengan membuat NPWP, baik secara online maupun offline.

1. TINGKAT KESADARAN UMKM SEBAGAI WAJIB PAJAK


Dari angket yang telah terkumpul dan terisi oleh 20 pelaku UMKM yang berada
di Jl. Ahmad Yani Timur, Kabupaten Tulungagung, didapatkan hasil sebagai berikut :
Responden Jumlah
Prosen
No Respon Respon
A1 A2 A3 A4 A5 A6 tase (%)
Pertanyaan
1 Ya 6 4 4 4 20 8 46 38.34
2 Tidak 12 8 8 0 0 12 40 33.33
3 Belum 2 8 8 16 0 0 34 28.33
Total 20 20 20 20 20 20 120 100,00

Keterangan :
Kode Pertanyaan
A1 Sebagai Wirausahawan, apakah Anda mengetahui bahwa Anda sebenarnya
berkewajiban membayar pajak?
A2 Sebagai Wirausahawan, apakah Anda memiliki NPWP? Dan jika belum saya
akan mendaftar dan membuat NPWP
A3 Sebagai WP, Apakah Anda selalu menyetorkan pajak dan melaporkan SPT
masa dengan tepat waktu?
A4 Saya bersedia memenuhi kewajiban atas tunggakan pajak selama ini, jika ada
A5 Saya bersedia mengikuti proses menyeluruh untuk mempermudah proses
pemeriksaan pajak, bila diperlukan dan memberikan data dengan benar
A6 Saya paham dan tidak merasa takut apabila berhubungan dengan perpajakan
Dari data survey di atas, diketahui bahwa dari 20 responden, sebanyak 38.34%
menyatakan YA pada pertanyaan dalam angket yang menunjukkan prosentase
kesadaran dan kepatuhan mengenai perpajakan. Sebanyak 33.33% menyatakan TIDAK
yang berarti mereka tidak merasa harus melapor dan membayar pajak, dengan alasan
usaha mereka masih dalam skala yang kecil dan penghasilan mereka masih sedikit. Hal
ini dapat dilihat dari informasi jenis usaha dan penghasilan bruto rata – rata perbulan
yang terletak di atas kolom dalam angket, serta sedikit wawancara mengenai alasan
mereka sembari meminta kembali form angket yang telah terisi. Sedangkan yang
menyatakan BELUM terhadap pertanyaan – pertanyaan dalam kolom angket sebanyak
28.33%, yang jumlahnya sama dengan yang menyatakan YA.
Dari kesimpulan data di atas, kita bisa mengetahui bahwa tingkat kesadaran dan
kepatuhan mengenai perpajakan masih sangat rendah,. Akhirnya rendahnya tingkat
pengetahuan dan pemahaman mengenai perpajakan serta tingginya angka
ketidakpatuhan sebagai warga negara mengenai perpajakan menjadi tugas Pemerintah
Kabupaten Tulungagung untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan strategi
upaya meningkatkan angka kesadaran dan kepatuhan mengenai perpajakan ini.

2. FAKTOR – FAKTOR YANG YANG MEMPENGARUHI TINGKAT


KESADARAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak adalah
sebagai berikut :

A. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat
lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan yang berlaku. Tingkat pendidikan yang semakin rendah juga akan
tercermin dalam masih banyaknya wajib pajak yang berpeluang enggan
melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka
terhadap sistem perpajakan yang diterapkan.

B. Tingkat Penghasilan
Tingkat penghasilan akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak tepat pada waktunya. Kemampuan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban pajak terkait erat dengan besarnya penghasilan,dalam membayar pajak
tepat pada waktunya. Kemampuan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak
terkait erat dengan besarnya penghasilan, maka salah satu hal yang
dipertimbangkan dalam pemungutan pajak adalah tingkat penghasilan.
C. Faktor Kesadaran Perpajakan
Kesukarelaan Wajib Pajak membayar pajak, secara spesifik faktor–faktor
yang mempengaruhinya adalah kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan
pemahaman terhadap peraturan perpajakan, dan persepsi yang baik atas efektifitas
sistem perpajakan. Ini tidak sama dengan sikap patuh tanpa sikap kritis. Oleh
karena itu penulis ingin meneliti tentang faktor kesadaran perpajakan WP yang ada
di sebuah daerah di Tulungagung, karena Tulungagung adalah salah satu kota
dengan komunitas UMKM yang memiliki banyak anggota. Seiring dengan
majunya ekonomi kesadaran perpajakannya belum tentu ikut naik.
Indikator kesadaran perpajakan ditunjukan dengan:
1) Mengetahui fungsi pajak
2) Kesadaran membayar pajak

D. Faktor Kualitas Pelayanan Petugas Pajak


Petugas pajak haruslah mampu dengan baik menjalin komunikasi yang
memuaskan para calon wajib pajak dan wajib pajak. Menyoroti masalah kinerja
fiskus dalam mensosialisasikan kebijakan perpajakan bagi UMKM sebagai tindak
lanjut ekstensifikasi yang erat kaitannya dengan proses pemberian informasi dan
sosialisasi seperti pengetahuan dan pemahaman mengenaik PTKP, PKP, dan tarif
pajak bagi pelaku UMKM. Profesionalitas petugas pajak dalam hal pelayanan dan
pemberian informasi mengenai perpajakan memungkinkan meningkatkan kesadaran
dan kepatuhan wajib pajak.

E. Faktor Hukum Pajak


Hukum pajak merupakan keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi
kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan
menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas negara.
(Nurmantu, 2003)
Secara teoritis untuk menumbuhkan sikap positif tentang suatu hal harus
bermula dari adanya pengetahuan tentang hal tersebut. Upaya pemberitahuan
tentang pajak dilakukan dengan gencar, baik melalui media masa, brosur,
buku panduan, informasi telepon dan saran lainnya. Informasi pajak yang
disampaikan sedapat mungkin harus menghindari jargon pajak, dan bahasa hukum
yang sulit untuk dipahami oleh orang awam.
Pengetahuan masyarakat yang terbatas terhadap peraturan perpajakan,
ditambah lagi dengan seringnya diadakan perubahan terhadap peraturan pajak,
sehingga menimbulkan kesalahpahaman bagi wajib pajak. Namun prosedur
administrasi perpajakan selama ini sering dikritisi masyarakat terlalu birokratis
bagi Direktorat Jenderal Pajak dalam melakukan perubahan. Faktor hukum pajak
adalah dasar pengetahuan dari WP untuk melakukan kepatuhan perpajakan.

F. Persepsi wajib pajak terhadap sanksi perpajakan.


Sanksi perpajakan diberikan kepada wajib pajak agar wajib pajak
mempunyai kesadaran dan patuh terhadap kewajiban pajak. Sanksi perpajakan
dalam perundangundangan perpajakan berupa sanksi administrasi (dapat berupa
denda dan bunga) dan sanksi pidana. Adanya sanksi perpajakan diharapkan dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

G. Faktor Sikap Rasional


Sikap rasional adalah pertimbangan wajib pajak atas untung ruginya
memenuhi kewajiban pajaknya, ditunjukan dengan pertimbangan wajib pajak
terhadap keuangan apabila tidak memenuhi kewajiban pajaknya dan resiko yang
akan timbul apabila membayar dan tidak membayar pajak (Hadi, 2004). Maka
penulis ingin mengetahui apakah masyarakat di Tulungagung telah mengalami
perubahan dalam cara pandang sikap rasional mereka tentang membayar pajak.

3. UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN PEMERINTAH


Upaya Pemerintah Tulungagung dalam meningkatkan jumlah wajib pajak yang
juga akan mempengaruhi pendapatan daerah bukanlah pekerjaan mudah. Upaya dalam
kurikulum pendidikan, penyuluhan, pemasangan spanduk serta iklan di beberapa media
pun telah dilakukan.
Namun faktanya masih perlu upaya lebih untuk membangun kesadaran wajib
pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, karena jamak dari mereka merasa
tidak merasakan manfaat dari kepatuhan wajib pajak. Yang mereka tahu hanyalah
seruan keras tentang Undang – undang tentang perpajakan yang dengan jelas
mencantumkan kewajiban para wajib pajak. Apabila luput, hal tersebut akan
menimbulan sanksi. Ini juga merupakan ancaman sumber ketakutan masyarakat apabila
berhubungan dengan perpajakannya.
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Klaim bahwa UMKM menjadi salah satu penyangga perekonomian Kabupaten
Tulungagung nyata adanya. UMKM telah menjadi penopang laju pertumbuhan ekonomi,
penggerak sektor riil dan penyerap tenaga kerja yang cukup signifikan melalui
pengembangan kewirausahaan. Terbukti bahwa krisis dan gejolak ekonomi teratasi secara
perlahan bagi pelaku UMKM, seperti halnya dalam masa Pandemi sekarang ini. Dari
besarnya penerimaan daerah melalui sektor UMKM, niscaya penerimaan pajak pun
berpotensi besar dari sektor ini. Namun pola pikir setiap pelaku UMKM tidak sama, apalagi
kurangnya pengetahuan mengenai perpajakan. Inilah yang menjadi penyebab tumbuhnya
penghasilan dari UMKM tidak beriringan dengan jumlah kenaikan penerimaan pajak daerah.

SARAN
Pemerintah Kabupaten Tulungagung hendaknya juga gencar dalam mensosialisasikan
mengenai pelegalan usaha. Karena usaha yang legal dinilai berpeluang lebih besar untuk
mengembangkan bisnis. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Tulungagung hendaknya tidak
mempersulit pelegalan usaha ini. Kemudian mengarahkan para pelaku usaha untuk mendaftar
dan membuat NPWP serta memberi tahu manfaat apa saja yang di dapat dari kepemilikan
NPWP tersebut. Dengan begitu, diharapkan kesadaran dan kepatuhan mengenai perpajakan
semakin mingkat.
DAFTAR PUSTAKA

Website
https://journals.umkt.ac.id/index.php/JEM/article/download/27/22

https://www.pajak.go.id/

https://news.ddtc.co.id/manfaat-dan-kegunaan-npwp-18998?page_y=1163.75

http://www.pajak.go.id/id/pajak#:~:text=Pajak%20adalah%20kontribusi%20wajib
%20kepada,negara%20bagi%20sebesarbesarnya%20kemakmuran%20rakyat.

https://blog.mokapos.com/2015/06/10/kelebihan-dan-kekurangan-usaha-kecil-
menengah

https://tulungagungkab.bps.go.id/statictable/2018/11/22/4569/perkembangan-umkm-
di-kabupaten-tulungagung-2013-2017.html

http://jurnal.ut.ac.id/index.php/jom/article/download/145/129/

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
triyani.wordpress.com/tag/pph-gaji-5-juta/
&ved=2ahUKEwiHsJ7qvIzuAhUZYysKHXoVDegQFjAGegQIKxAE&usg=AOvVaw2y3U
MY3vzDu1Q0HbQEZcR_

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
www.linovhr.com/gaji-di-bawah-umr-wajib-bayar-pajak/amp/
&ved=2ahUKEwiHsJ7qvIzuAhUZYysKHXoVDegQFjAIegQIKRAE&usg=AOvVaw3UAV
A30CQYx22dzCdwTXkD

http://eprints.umpo.ac.id/3990/3/BAB%20II.pdf

https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1215351161-3-BAB%20II.pdf
http://repository.uin-suska.ac.id/2811/3/BAB%20II.pdf

Jurnal
Wulansari, Ayuningtyas.2012.Analisis Tingkat Kesadaran Pajak Pada Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM).Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Yushita, Amanita Novi.t.t.Kesadaran Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha


Kecil dan Menengah (UMKM).Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Sutanto, Arief Himawan.t.t.Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum Dan Sesudah


Pelaksanaan Sunset Policy Pada Kpp Pratama Di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jawa Timur II. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

Siat, Cahyaputra Christian dan Agus Arianto Toly.2013.Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak di
Surabaya. Surabaya : Universitas Kristen Petra.

Indonesia, Kementerian Keuangan.t.t.Pajak Daerah.Indonesia.

Sari, R.A. Vivi Yulian dan Neri Susanti.t.t.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Unit
Pelayanan Pendapatan Provinsi (UPPP) Kabupaten Seluma.Bengkulu : Universitas Dehasen
Bengkulu.

Tiktik Sartika Partomo&Abd. Rachman Soejoedono, “Ekonomi Skala


Kecil/Menengah dan Koperasi”, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hal. 13.

Rachmad Gesah Mukti Prabowo, SE. Ak, M. (2014). ANALISIS PEMENUHAN


PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN UNTUK MENINGKATKAN
PENERIMAAN SEKTOR PAJAK. 1(1), 103–120.

Anda mungkin juga menyukai