Anda di halaman 1dari 4

Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Pajak (IAI KAPj)

Kompatemen Akuntan Pajak Ikatan Akuntan Indonesia (IAI-KAPj) resmi terbentuk dalam rapat anggota
IAI yang berlangsung pada hari Kamis, 13 Maret 2014. Rapat ini secara musyawarah dan mufakat
memilih Prof. John Hutagaol sebagai Ketua IAI KAPj yang pertama. Beliau saat ini menjabat sebagai
Direktur Peraturan Perpajakan II, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan.
Sebagai ketua, Jhon didampingi oleh Wakil Ketua I Dadang Suwarna dan Wakil Ketua II Dr. Ella
Mustikasari. Dadang Suwarna adalah DIrektur Pemeriksaan DJP sedangkan Dr. Ella Mustikasari
merupakan Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Airlangga Surabaya.
IAI KAPj diharapkan menjadi organisasi yang dapat mengembangkan kemampuan profesi akuntan pajak
yang berkarier dan terlibat di dunia perpajakan Indonesia. Dengan demikian, akuntan diharapkan bisa
memberi sumbangsih lebih besar bagi bangsa dan negara, khususnya di sektor perpajakan.
Kompartemen baru ini diharapkan dapat menghasilkan akuntan pajak yang kompeten dan terpecaya. Juga
untuk menjadi mediator antara dunia bisnis dan pemerintah sehubungan dengan masalah perpajakan dan
berperan aktif dalam memberikan masukan kepada pemerintah dalam membuat peraturan perpajakan.
Disamping itu, pembentukan kompartemen ini juga selaras dengan terbitnya PMK 25/PMK.01/2014
tentang Akuntan Beregister Negara yang mengamankan IAI sebagai organisasi yang akan menjaga
profesionalisme akuntan Indonesia.
IAI KAPj menjalankan misi meningkatkan kemampuan perpajakan para anggotanya, sehingga dapat
menghasilkan akuntan pajak yang kompeten dan terpecaya. Kehadiran IAI KAPj diharapkan mampu
menjembatani dan mengatasi berbagai perbedaan yangn selama ini ada antara standar akuntansi dan
peraturan perpajakan.

Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI)


Sebagaimana kita maklumi penerimaan pajak sangat berkait dengan kegiatan ekonomi dalam masyarakat.
Kegiatan ekonomi ini sangat dinamis sifatnya, sering berubah-ubah dan oleh karena itu Undang-Undang
Pajak dan terutama peraturan-peraturan pelaksanaannya juga sering berubah-ubah pula.
Tidak seluruh warga negara sebagai Wajib Pajak dapat memahami hak-hak dan kewajiban-kewajiban
perpajakannya yang diatur dalam undang-undang pajak dan peraturan-peraturan pelaksanaannya tersebut.
Akibat ketidak pahaman Wajib Pajak itu dapat berakibat penerimaan dari sektor perpajakan tidak
maksimal dan hal tersebut dapat berdampak negatif bagi pembangunan nasional.
Bagi Wajib Pajak, ketidak pahaman tersebut dapat berakibat timbulnya sanksi perpajakan yang harus
dibayarnya sehingga jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk membayar pajak menjadi lebih besar.
Pengenaan pajak yang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dengan pemahaman yang benar
dari Wajib Pajak akan peraturan-peraturan perpajakan merupakan kondisi yang ideal bagi negara maupun
bagi Wajib Pajak.
Sebagai salah satu komponen dalam masyarakat, para konsultan pajak yang selalu berkecimpung didalam
masalah-masalah perpajakan, siap untuk memberikan jasanya dibidang perpajakan.
Sebagai bentuk pengabdian kepada negara dan bangsa, konsultan pajak bercita-cita dan berupaya untuk
berperan aktif dalam membantu Pemerintah memasyarakatkan Undang-undang Perpajakan dan
membantu para Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Untuk mewujudkan cita-cita dan upaya tersebut maka para konsultan pajak menggalang diri dalam satu
wadah organisasi profesi konsultan pajak yang bernama IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA
(disingkat sebagai IKPI).
Pada tanggal 27 Agustus 1965 pembentukan organisasi konsultan pajak, (yang saat ini dikenal dengan
IKPI), diawali melalui para insisiator J. Sopaheluwakan, Drs. A. Rahmat Abdisa, Bapak, Erwin Halim,
dan A.J.L. Loing. Pada tanggal tersebut, Drs. Hidayat Saleh, yang saat itu menjabat Direktur Pembinaan
Wilayah, ditunjuk selaku ketua Kehormatan.
Kongres pertama dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 31 Oktober 1975 menyepakati dibentuknya Ikatan
Konsulen Pajak Indonesia. Selanjutnya melalui Kongres Ikatan Konsulen Pajak Indonesia yang
dilaksanakan pada tanggal 21 Nopember 1987 di Bandung, nama organisasi diubah menjadi Ikatan
Konsultan Pajak Indonesia dan disingkat dengan IKPI.
IKPI merupakan organisasi profesi Konsultan Pajak di Indonesia yang mandiri, bersifat kemasyarakatan,
dan independen. Visi dari Ikatan Konsultan Pajak Indonesia adalah menjadikan IKPI organisasi
Konsultan Pajak kelas dunia. Kemudian Misi dari Ikatan Konsultan Pajak Indonesia adalah memelihara
perdamaian dengan memperbaiki hubungan internal dan eksternal serta menjalin kerjasama (mitra)
dengan Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Kamar Dagang dan Industri (KADIN) serta dunia internasional.
Anggota
Anggota IKPI adalah Konsultan Pajak yang dengan keahliannya dan dalam lingkungan pekerjaannya,
secara bebas dan profesional memberikan jasa perpajakan kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan hak
dan memenuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Anggota IKPI terdiri dari:
a. Anggota Biasa; yaitu setiap Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak
dari Menteri Keuangan cq Direktur Jenderal Pajak.
b. Anggota Luar Biasa; yaitu setiap orang yang melakukan pekerjaan dibidang perpajakan dan
memiliki sertifikat dari Badan Penyelenggara Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak (BPUSKP) atau
Piagam Penghargaan Setara Brevet yang diberikan oleh Direktur Jenderal Pajak, tetapi
tidak/belum memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak; dan,
c. Anggota Kehormatan; yaitu setiap orang yang diangkat oleh Pengurus Pusat karena memiliki
kemampuan untuk ikut memelihara dan memajukan organisasi IKPI.
Tujuan
1. Meningkatkan peranan IKPI melalui anggotanya dalam membantu setiap program pemerintah
berkaitan dengan bidang perpajakan.
2. Meningkatkan mutu pengetahuan anggota IKPI.
3. Memperjuangkan dan melindungi kepentingan anggotanya dalam menjalankan profesinya.
Penyelenggaraan USKP
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan R.I. Nomor 485/KMK.03/2003 tanggal 30 Oktober 2003,
IKPI telah diberi kewenangan untuk menyelenggarakan Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak (USKP).
Dalam penyelenggaraan USKP tersebut IKPI bekerjasama dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Perpajakan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Departemen RI (BPPK). Berkenaan dengan hal
itu, IKPI telah membentuk badan independen yaitu Badan Penyelenggara Ujian Sertifikasi Konsultan
Pajak (BPUSKP).
USKP dilakukan dua kali dalam setahun yaitu bulan Mei dan bulan November. BPUSKP tengah
melakukan penyelarasan bersama Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) berkenaan dengan
sertifikasi profesi yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004.

Contoh Kasus

Konsultan Pajak PT Ditax Ditahan


Direktur Penyidik pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung (Kejagung)
mengeluarkan surat perintah penahanan terhadap Hendro Tirtajaya. Hendro adalah konsultan pajak dari
PT Ditax Management Resolusindo yang menjadi salah seorang tersangka dalam kasus korupsi pajak
yang dilakukan Herly Isdiharsono, rekan Dhana Widyatmika.
Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung M Adi Toegarisman mengatakan penyidik telah beberapa kali
memeriksa Hendro. “Kemudian, tersangka mulai hari ini dilakukan penahanan selama 20 hari ke depan,
sampai tanggal 28 Juli 2012. HT Ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Salemba cabang Kejaksaan Agung,”
katanya, Senin (9/7).
Penahanan dilakukan karena penyidik khawatir tersangka melarikan diri, menghilangkan barang bukti,
dan mengulangi perbuatannya. Adi menuturkan, penyidik telah mengantongi alat bukti kuat yang
menunjukan keterlibatan Hendro dalam kasus ini.
Direktur Penyidikan Arnold Angkouw menjelaskan, Hendro berperan sebagai ‘makelar’dalam
pengurusan restitusi pajak PT Mutiara Virgo (MV). Direktur MV Johnny Basuki memberikan Rp20,882
miliar kepada Herly melalui Hendro. “Uang itu dibagi-bagikan, antara lain ke DW, kemudian diputar lagi
dan jatuh lagi ke DW,” ujarnya.
Selain membagi-bagikan uang, Hendro juga diduga turut menerima uang atas jasanya sebagai perantara.
Arnold mengaku lupa besaran uang yang diterima Hendro. Dalam berkas dakwaan DW, Johnny dikatakan
memberikan uang Rp20,882 miliar kepada Hendro untuk mengurus pengurangan pajak MV.
Sementara, Hendro yang dibawa ke dalam mobil tahanan Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi
(PPTPK) Kejagung enggan berkomentar. Dengan mengenakan kemeja biru lengan pendek, raut mukanya
terlihat tegang. Dia keluar dari Gedung Bundar didampingi tim jaksa, beserta anak dan istrinya.
Bermula dari adanya permohonan restitusi pajak MV di KPP Jakarta Kebon Jeruk. Berdasarkan hasil
kajian Herly, pada tahun 2003 dan 2004, pengajuan restitusi PPN Mutiara Virgo tidak dilengkapi
dokumen yang memadai. Oleh karenanya, tim pemeriksa mengusulkan untuk dilakukan pemeriksaan
pajak terhadap Mutiara Virgo secara menyeluruh.
Untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh, dibentuk tim pemeriksa gabungan yang terdiri dari Anggun
Apriyanto, Sarah Lallo, Herly, dan Farid Agus Mubarok. Pemeriksaan menyeluruh yang dilakukan
meliputi pemeriksaan PPh, PPN/PPnBM, dan kredit pajak. Herly telah berhubungan dengan Johnny
melalui dua orang konsultan pajak dari PT Ditax Management Resolusindo, Zemmy Tanumihardja dan
Hendro Tirtajaya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, terdapat pajak kurang bayar sebesar Rp82,591 miliar ditambah denda
Rp46,080 miliar. Data rekapitulasi ini diberikan Herly kepada Hendro di KPP Jakarta Palmerah pada
Agustus 2005. Atas hasil pemeriksaan itu, Johnny meminta Hendro agar melakukan pendekatan dan
negosiasi untuk mengurangi jumlah pajak.
Hendro pun melakukan pendekatan kepada Herly selaku perwakilan tim pemeriksan pajak MV. Herly
bersepakat untuk mengenyampingkan hasil pemeriksaan pajak MV, asalkan ada “kompensasi” sejumlah
uang untuk tim pemeriksa. Berdasarkan kesepakatan itu, jumlah kewajiban pajak MV menyusut menjadi
Rp30 miliar.
Johnny memberikan kompensasi sebesar Rp20,882 miliar untuk pengurusan pengurangan pajak MV.
Dalam termin pertama, Johnny memberikan Rp10 miliar kepada Herly melalui Hendro. Setelah hasil
pemeriksaan selesai, Johnny memberikan lagi Rp10,882 miliar.
Dari sejumlah uang yang dibagi-bagikan Hendro, sisanya Rp9,118 miliar diserahkan secara tunai kepada
Herly. Herly membagikan kembali uang itu kepada DW sebesar Rp3,4 miliar. Atas permintaan Herly,
DW mentransfer uang Rp1,4 miliar ke rekening saksi Neny Noviandi untuk keperluan pembelian rumah
di Rawamangun. Kemudian, Rp2 miliar dipergunakan untuk keperluan pribadi DW.
Selain Hendro, Herly, Johnny, dan DW, penyidik juga telah menetapkan Salman Maghfiron dan Firman
sebagai tersangka. Keterlibatan Salman dan Firman bukan dalam pengurusan pajak MV, melainkan PT
Kornet Trans Utama (KTU). Akibat perbuatan DW bersama Salman dan Firman, negara harus kalah di
pengadilan pajak.

Sumber: https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4ffbb243d96fd/konsultan-pajak-pt-ditax-ditahan

Referensi:

http://kapj.iaiglobal.or.id

http://www.ikpi.or.id

Anda mungkin juga menyukai