Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Pola Ruang
(TKP341)
Disusun Oleh:
SEMARANG 2017
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 2
A. Matriks O/D...................................................................................................................... 3
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota merupakan ruang tempat berinteraksi antara penduduk, kegiatan dan sirkulasi
ekonomi. Kota menjadi sangat penting mengingat kegiatan yang berjalan diatasnya, baik
industr, perekonomian, perdagangan dan jasa dan lain sebagainya. Pusat kota menjadi salah
satu dari lokasi yang memiliki perputaran ekonomi dan kegiatan paling sibuk dari sekian
banyak sudut kota. Oleh karena itu pusat kota menjadi salah satu aspek yang sangat
berpengaruh pada daerah sekitarnya.
Pusat kota mempunyai fungsi melayani daerah yang mempunyai hirarki di
bawahnya. Hubungan antara hirarki tertinggi dengan hirarki di bawahnya akan
memperlihatkan adanya interaksi keruangan. Interaksi keruangan dapat berupa akses dari
daerah dengan hirarki di bawahnya dalam hal mengakses sarana dan prasarana dari pusat
kota. Interaksi keruangan bisa pula terjadi dalam aspek ekonomi dimana masyarakat pada
daerah pedesaan dapat menjual hasil buminya di kota dan hasil produksi barang dan jasa dari
pusat kota dapat ditawarkan pada masyarakat desa. Bahkan dalam aspek sosial dimana
tenaga kerja industri kota biasanya berasal dari masayarakat desa yang berniat mencari
penghidupan yang layak di pusat kota.
Interaksi keruangan dapat memberikan dampak positif dan dampak negarif dalam
mendukung perkembangan wilayah. Hal ini dikarenakan wilayah tidak dapat berdiri sendiri,
saling berinteraksi dan memberikan timbal balik satu sama lain. Makalah ini membahas
prinsip keruangan dan analisis keruangan yang didalamnya terdapat penjelasan interaksi
keruangan, hierarki kota beserta teori - terori keruangan yang mendukung prinsip dan analsis
keruangan.
2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Matriks O/D
Pada periode 1955 berkat Furness dikenal suatu tabel yang disebut dengan Matriks Asal
Tujuan atau Origin Destination Matrix. Matriks tersebut relevan karena suatu wilayah
asal dan kemana tujuan dari interaksi yang terjadi sangat berpengaruh pada interaksi
keruangan. Origin mengarah pada faktor pendorong untuk melakukan pergerakan, dan
destination mengarah pada faktor penarik manusia dalam melakukan pergerakan. Contoh
kasus adalah saat di Kota A tidak terdapat bandar udara, maka seseorang harus ke Kota B
yang memiliki bandar udara. Kota A menjadi Origin dan Kota B menjadi destination. Untuk
mengetahui besarnya interaksi yang terjadi antara 2 wilayah yang berbeda, matriks O/D
dapat membantu untuk menganalisis. Berikut merupakan contoh dari matriks O/D :
Tabel 1
Matriks Asal dan Tujuan
A B C D Ti
D O
A 0
B 0
C 0
D 0
Tj 0
Pada matrik O/D jumlah baris (Ti) Merupakan total output dari lokasi (arus asal),
sedangkan jumlah dari kolom (Tj) merupakan input total (arus terikat) dari lokasi. Jumlah
dari input harus sama dengan penjumlahan dari output, jika jumlahnya tidak sama berarti
terdapat gerakan yang datang dari atau pergi keluar dari sistem. Jumlah dari output atau
input memberikan aliran total yang terjadi dalam sistem (T).
B. Model Gravitasi
Sir Isaac Newton merupakan pencetus Teori Gravitasi yang menjadi dasar dari Model
Gravitasi dalam interaksi keruangan ini. Inti dari teori Gravitasi adalah dimana terdapat dua
3
benda yang memiliki massa tertentu, maka pada kedua benda tersebut akan terjadi gaya tarik
menarik. Kekuatan gaya tarik menarik ini akan berbanding lurus dengan hasil kali kedua
massa benda, dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara dua benda tersebut.
Teori Model Gravitasi dikembangkan oleh W.G. Hansen (1959), model ini digunakan
sebagai perhitungan perkiraan pertumbuhan penduduk di suatu wilayah. Model Gravitasi
memiliki dasar asumsi bahwa aksesibilitas kesempatan kerja adalah faktor yang
palingpenting untuk menentukan pertumbuhan populasi lokasi. Berikut merupakan langkah-
langkah untuk melakukan analisis lokasi menggunakan Model Gravitasi Hansen:
=
Dimana:
Aij : Indeks aksesibilitas dari zona I dalam hubungan dengan zona j
Ek : Total lapangan pekerjaan di daerah j
dij : Jarak antara I dan zona j
b : Eksponen jarak
Hasil dari indeks yang diperoleh merupakan daya tarik suatu subwilayah j yang ditinjau
dari sub wilayah i, apabila daya tarik seluruh subwilayah diperhitungkan atau
digabungkan, rumusnya dapat menjadi sebagai berikut:
=
=1
4
2. Menghitung Potensi Pengembangan di Setiap Zona dan Potensi Pengembangan Relatif
di Setiap Zona.
Disamping menggunakan indeks aksesibilias, lahan kosong dan ketersediaan fasilitas
lainnya dapat menjadi unsur daya tarik yang harus diperhatikan. Lahan kosong yang di
maskud adalah lahan yang sudah siap dan cocok untuk dibangun permukiman.
=
Keterangan :
Ai : Accessibility Index
Hi : Holding Capacity
=
3. Menghitung Pertambahan Penduduk
Untuk menghitung pertambahan penduduk kota secara keseluruhan adalah Gt maka
tambahan penduduk yang akan berlokasi di daerah i adalah :
=
Keterangan :
Di = Ai Hi
Gt = Tambahan penduduk di seluruh wilayah
Gi = Tambahan penduduk di daerah i
5
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH
Kota Lubuklinggau (Dahulu Daerah Tingkat II berstatus Kota Madya) adalah suatu kota
setingkat kabupaten paling barat wilayah provinsi Sumatera Selatan yang terletak pada
posisi antara 102 40' 0 - 103 0' 0 bujur timur dan 3 4' 10 - 3 22' 30 lintang selatan
berbatasan langsung dengan kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Status "kota"
untuk Lubuklinggau diberikan melalui UU No. 7 Tahun 2001 dan diresmikan pada 17
Agustus 2001.Kota ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Musi Rawas. Berikut
merupakan batas administrasi Kota Lubuklinggau:
Batas Utara : Kecamatan BKL Ulu Terawas, Musi Rawas
Batas Selatan : Kecamatan Muara Beliti, Musi Rawas dan Provinsi Bengkulu
Batas Barat : Bengkulu
Batas Timur : Kecamatan Tugumulyo dan Muara Beliti, Musi Rawas
6
B. Gambaran Umum Demografi Wilayah
Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Rasio Jenis
Kelamin di Kota Lubuklinggau Tahun 2014
LPP/
Tahun/ Penduduk/
Growth Rate of
Year Population
Population
7
2012 209593 1.54
2013 213018 1.63
2014 216270 1.53
8
BAB IV ANALISIS
9
Tabel kebutuhan data model gravitasi di Kota Lubukllinggau
Jumlah Lapangan Luas Ketersediaan
No Kecamatan Penduduk Pekerjaan Wilayah Lahan
(2016) (2016) (km) Kosong (km)
1 Lubuklinggau Utara 52.660 1.827 152.3 31
2 Lubuklinggau Timur 68.945 1.682 14.02 43
3 Lubuklinggau Selatan 46.100 1.003 122.41 37
4 Lubuklinggau Barat 55.705 1.109 56.65 46
10
Tabel Indeks Aksesbilitas antar kecamatan di Kota Lubuklinggau
Lubuklinggau Lubuklinggau Lubuklinggau Lubuklinggau
Indeks Aksesbilitas
Utara Timur Selatan Barat
Lubuklinggau Utara 0 5.19 4.45 2.29
Lubuklinggau Timur 5.19 0 1.60 4.20
Lubuklinggau Selatan 7.47 2.69 0 4.65
Lubuklinggau Barat 3.47 4.20 2.77 0
Total 16.14 12.08 8.8 11.15
Potensi Pengembangan di Setiap Zona
Angka potensi pengembangan di setiap kecamatan didapatkan dengan cara mengkalikan
indeks aksesbilitas dan ketersediaan lahan kosong. Perhitungan tersebut menghaislkan
angka potensi pengembangan di setiap zona ditinjau dari perhitungan mutlak dari
masing-masing zona tanpa ada keterkaitan dengan zona lainnya. Oleh karena itu, hasil
dari perhitungan ini juga sering disebut sebagai potensi pengembangan absolut masing-
masing zona.
11
hal potensi pengembangan. Hal tersebut yang mendasari terbentuknya potensi
pengembangan relatif disetiap zona.
Potensi Pengembangan
Proyeksi Pertambahan
Kecamatan Relatif
Penduduk
Dip
Lubuklinggau Utara 0.066 3.480
Lubuklinggau Timur 0.068 4.730
12
Lubuklinggau Selatan 0.043 1.982
Lubuklinggau Barat 0.067 3.773
Total 1 13.967
13
Bab V Analisis Peta Interaksi Keruangan
Berdasarkan hasil perhitungan model gravitasi, menggunakan rumus:
= 2 , dengan
Keterangan :
Iij = Interaksi antar wilayah
Pi dan Pj = Jumlah populasi
Dij = Jarak
Jumlah Jarak
Kecamatan Penduduk Lubuklinggau Lubuklinggau Lubuklinggau Lubuklinggau
(2016) Utara Timur Selatan Barat
Lubuklinggau Utara 52660 0 18300 30400 21200
Lubuklinggau
68945
Timur 18300 0 18500 13300
Lubuklinggau
46100
Selatan 30400 18500 0 25400
Lubuklinggau Barat 55705 21200 13300 25400 0
Range
Interaksi Tinggi 1-3
Interaksi Sedang 4-7
Interaksi Rendah 8-10
14
15
BAB VI Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada interaksi Kota Lubuklinggau Utara, Kota
Lubuklinggau Timur, Kota Lubuklinggau Selatan, Kota Lubuklinggau Barat dapat disimpulkan
bahwa interaksi antara wilayah ini didasari oleh permintaan dan penawaran di mana tiap daerah
memiliki kelebihan sumberdaua yang dapat memenuhi kebutuhan daerah sekitarnya. Melalui
perhitungan menggunakan dua model perhitungan, yaitu Matriks O/D dan Model Gravitasi
dalam hal ini jarak menentukan tinggi rendahnya interaksi dalam ruang. Didapatkan tiga jenis
kelas dalam interaksi kota, yaitu interaksi tinggi, interaksi sedang, dan interaksi rendah.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statisik. 2017. Kota Lubuklinggau Dalam Angka Tahun 2017. Sumatera Selatan:
BPS.
Saputra, Rizky. 2014. Penggunaan Model Gravitasi Hansen atau Model Potensi Lahan pada 4
Wilayah Kecamatan Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan. Program Magister
Perencanaan Wilayah dan Perdesaan Universitas Sumatera Utara. Medan.
16