Anda di halaman 1dari 17

Analisis Interaksi Keruangan di Kota Lubuklinggau

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Pola Ruang

(TKP341)

Disusun Oleh:

Elisabet Aguista 21040116140061

Marya Tisnandya 21040116140072

Rezki Desrena 21040116140074

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2017
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 2

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 2

BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................................................ 3

A. Matriks O/D...................................................................................................................... 3

B. Model Gravitasi ................................................................................................................ 3

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH ................................................................................. 6

A. Gambaran Umum Fisik Wilayah...................................................................................... 6

B. Gambaran Umum Demografi Wilayah ............................................................................ 7

BAB IV ANALISIS ........................................................................................................................ 9

A. Matriks O/D (Origin and Destiation) ............................................................................... 9

B. Data Model Gravitasi ....................................................................................................... 9

C. Hasil Perhitungan Model Gravitasi ................................................................................ 10

Bab V Analisis Peta Interaksi Keruangan ..................................................................................... 14

BAB VI Simpulan ......................................................................................................................... 16

Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 16

1
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota merupakan ruang tempat berinteraksi antara penduduk, kegiatan dan sirkulasi
ekonomi. Kota menjadi sangat penting mengingat kegiatan yang berjalan diatasnya, baik
industr, perekonomian, perdagangan dan jasa dan lain sebagainya. Pusat kota menjadi salah
satu dari lokasi yang memiliki perputaran ekonomi dan kegiatan paling sibuk dari sekian
banyak sudut kota. Oleh karena itu pusat kota menjadi salah satu aspek yang sangat
berpengaruh pada daerah sekitarnya.
Pusat kota mempunyai fungsi melayani daerah yang mempunyai hirarki di
bawahnya. Hubungan antara hirarki tertinggi dengan hirarki di bawahnya akan
memperlihatkan adanya interaksi keruangan. Interaksi keruangan dapat berupa akses dari
daerah dengan hirarki di bawahnya dalam hal mengakses sarana dan prasarana dari pusat
kota. Interaksi keruangan bisa pula terjadi dalam aspek ekonomi dimana masyarakat pada
daerah pedesaan dapat menjual hasil buminya di kota dan hasil produksi barang dan jasa dari
pusat kota dapat ditawarkan pada masyarakat desa. Bahkan dalam aspek sosial dimana
tenaga kerja industri kota biasanya berasal dari masayarakat desa yang berniat mencari
penghidupan yang layak di pusat kota.
Interaksi keruangan dapat memberikan dampak positif dan dampak negarif dalam
mendukung perkembangan wilayah. Hal ini dikarenakan wilayah tidak dapat berdiri sendiri,
saling berinteraksi dan memberikan timbal balik satu sama lain. Makalah ini membahas
prinsip keruangan dan analisis keruangan yang didalamnya terdapat penjelasan interaksi
keruangan, hierarki kota beserta teori - terori keruangan yang mendukung prinsip dan analsis
keruangan.

2
BAB II KAJIAN TEORI

A. Matriks O/D
Pada periode 1955 berkat Furness dikenal suatu tabel yang disebut dengan Matriks Asal
Tujuan atau Origin Destination Matrix. Matriks tersebut relevan karena suatu wilayah
asal dan kemana tujuan dari interaksi yang terjadi sangat berpengaruh pada interaksi
keruangan. Origin mengarah pada faktor pendorong untuk melakukan pergerakan, dan
destination mengarah pada faktor penarik manusia dalam melakukan pergerakan. Contoh
kasus adalah saat di Kota A tidak terdapat bandar udara, maka seseorang harus ke Kota B
yang memiliki bandar udara. Kota A menjadi Origin dan Kota B menjadi destination. Untuk
mengetahui besarnya interaksi yang terjadi antara 2 wilayah yang berbeda, matriks O/D
dapat membantu untuk menganalisis. Berikut merupakan contoh dari matriks O/D :
Tabel 1
Matriks Asal dan Tujuan

A B C D Ti
D O

A 0
B 0
C 0
D 0
Tj 0

Pada matrik O/D jumlah baris (Ti) Merupakan total output dari lokasi (arus asal),
sedangkan jumlah dari kolom (Tj) merupakan input total (arus terikat) dari lokasi. Jumlah
dari input harus sama dengan penjumlahan dari output, jika jumlahnya tidak sama berarti
terdapat gerakan yang datang dari atau pergi keluar dari sistem. Jumlah dari output atau
input memberikan aliran total yang terjadi dalam sistem (T).

B. Model Gravitasi
Sir Isaac Newton merupakan pencetus Teori Gravitasi yang menjadi dasar dari Model
Gravitasi dalam interaksi keruangan ini. Inti dari teori Gravitasi adalah dimana terdapat dua

3
benda yang memiliki massa tertentu, maka pada kedua benda tersebut akan terjadi gaya tarik
menarik. Kekuatan gaya tarik menarik ini akan berbanding lurus dengan hasil kali kedua
massa benda, dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara dua benda tersebut.
Teori Model Gravitasi dikembangkan oleh W.G. Hansen (1959), model ini digunakan
sebagai perhitungan perkiraan pertumbuhan penduduk di suatu wilayah. Model Gravitasi
memiliki dasar asumsi bahwa aksesibilitas kesempatan kerja adalah faktor yang
palingpenting untuk menentukan pertumbuhan populasi lokasi. Berikut merupakan langkah-
langkah untuk melakukan analisis lokasi menggunakan Model Gravitasi Hansen:

1. Menghitung Indeks Aksesibilitas


=

Dimana:
Aij : Indeks aksesibilitas dari zona I dalam hubungan dengan zona j
Ek : Total lapangan pekerjaan di daerah j
dij : Jarak antara I dan zona j
b : Eksponen jarak

Hasil dari indeks yang diperoleh merupakan daya tarik suatu subwilayah j yang ditinjau
dari sub wilayah i, apabila daya tarik seluruh subwilayah diperhitungkan atau
digabungkan, rumusnya dapat menjadi sebagai berikut:


=

=1

4
2. Menghitung Potensi Pengembangan di Setiap Zona dan Potensi Pengembangan Relatif
di Setiap Zona.
Disamping menggunakan indeks aksesibilias, lahan kosong dan ketersediaan fasilitas
lainnya dapat menjadi unsur daya tarik yang harus diperhatikan. Lahan kosong yang di
maskud adalah lahan yang sudah siap dan cocok untuk dibangun permukiman.

=
Keterangan :
Ai : Accessibility Index
Hi : Holding Capacity

Untuk mengetahui daya tarik subwilayah tersebut, potensi pengembangan subwilayah


harus dibandingkan dengan daya tarik keseluruhan wilayah :


=
3. Menghitung Pertambahan Penduduk
Untuk menghitung pertambahan penduduk kota secara keseluruhan adalah Gt maka
tambahan penduduk yang akan berlokasi di daerah i adalah :


=

Keterangan :
Di = Ai Hi
Gt = Tambahan penduduk di seluruh wilayah
Gi = Tambahan penduduk di daerah i

5
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

A. Gambaran Umum Fisik Wilayah

Kota Lubuklinggau (Dahulu Daerah Tingkat II berstatus Kota Madya) adalah suatu kota
setingkat kabupaten paling barat wilayah provinsi Sumatera Selatan yang terletak pada
posisi antara 102 40' 0 - 103 0' 0 bujur timur dan 3 4' 10 - 3 22' 30 lintang selatan
berbatasan langsung dengan kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Status "kota"
untuk Lubuklinggau diberikan melalui UU No. 7 Tahun 2001 dan diresmikan pada 17
Agustus 2001.Kota ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Musi Rawas. Berikut
merupakan batas administrasi Kota Lubuklinggau:
Batas Utara : Kecamatan BKL Ulu Terawas, Musi Rawas
Batas Selatan : Kecamatan Muara Beliti, Musi Rawas dan Provinsi Bengkulu
Batas Barat : Bengkulu
Batas Timur : Kecamatan Tugumulyo dan Muara Beliti, Musi Rawas

6
B. Gambaran Umum Demografi Wilayah

Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Rasio Jenis
Kelamin di Kota Lubuklinggau Tahun 2014

Kecamatan Laki-Laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin

(1) (2) (3) (4)


01. Lubuklinggau Barat I 15,928 16,282 97.83
02. Lubuklinggau Barat II 11,549 10,896 105.99
03. Lubuklinggau Selatan I 7,536 7,358 102.42
04. Lubuklinggau Selatan II 14,747 14,535 101.46
05. Lubuklinggau Timur I 16,846 17,485 96.35
06. Lubuklinggau Timur II 16,174 16,121 100.33
07. Lubuklinggau Utara I 8,055 7,743 104.03
08. Lubuklinggau Utara II 17,577 17,438 100.80
Jumlah/Total
108,412 107,858 100.51
2014

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Kota Lubuklinggau, 2001-2014

LPP/
Tahun/ Penduduk/
Growth Rate of
Year Population
Population

(1) (2) (3)

2001 164508 2.36


2002 168377 2.35
2003 172315 2.34
2004 176325 2.33
2005 180446 2.34
2006 184551 2.27
2007 188726 2.26
2008 192972 2.25
2009 197289 2.24
2010 203004 2.90
2011 206419 1.68

7
2012 209593 1.54
2013 213018 1.63
2014 216270 1.53

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Lubuklinggau


Source : BPS-Statistics of Lubuklinggau City

8
BAB IV ANALISIS

A. Matriks O/D (Origin and Destiation)


Matriks O/D merupakan matriks yang digunakan untuk megetahui jarak dalam interaksi
suatu wilayah. Jarak antara wilayah kecematan di Kota Libuklilnggau diperlihatkan pada
matriks O/D seperti berikut :
Tabel Martiks Asal dan Tujuan di Kota Lubuklinggau
O/D Lubuklinggau Lubuklinggau Lubuklinggau Lubuklinggau
(km) Utara Timur Selatan Barat
Lubuklinggau Utara 0 18 15 22
Lubuklinggau Timur 18 0 25 20
Lubuklinggau Selatan 15 25 0 19
Lubuklinggau Barat 22 20 19 0

B. Data Model Gravitasi


Model gravitasi membutuhkan data-data berupa jumlah penduduk, jarak antar wilayah,
jumlah lapangan pekerjaan di setiap kecamatan, dan ketersediaan lahan kosong di masing-
masing kecamatan. Data tersebut dibutuhkan untuk menganalisis interaksi keruangan
menggunakan model gravitasi. Jarak antar wilayah merupakan ukuran yang digunakan untuk
menggambarkan aksesbilitas dari suatu daerah ke daerah lainnya. Jumlah lapangan kerja
atau kesempatan lapangan kerja disuatu wilayah menggambarkan adanya peluang bagi
masyarakat atau tiap individu untuk memperoleh pekerjaan sehingga mendapatkan
kesemaptan untuk memiliki penghidupan yang layak bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat
setempat. Semakin besar lapangan pekerjaan maka semakin besar potensi masyarakatnya
untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak. Sedangkan, ketersediaan lahan
kosong dapat digunakan sebagai gambaran adanya potensi pengembangan wilayah melalui
pemanfaatan ketersediaan lahan kosong tersebut. Semakin banyak ketersediaan lahan
kosong maka semakin besar pula potensi pengembangan di setiap zona.

9
Tabel kebutuhan data model gravitasi di Kota Lubukllinggau
Jumlah Lapangan Luas Ketersediaan
No Kecamatan Penduduk Pekerjaan Wilayah Lahan
(2016) (2016) (km) Kosong (km)
1 Lubuklinggau Utara 52.660 1.827 152.3 31
2 Lubuklinggau Timur 68.945 1.682 14.02 43
3 Lubuklinggau Selatan 46.100 1.003 122.41 37
4 Lubuklinggau Barat 55.705 1.109 56.65 46

C. Hasil Perhitungan Model Gravitasi


Indeks Aksesbilitas
Indeks aksesbilitas merupakan faktor utama dalammodel gravitasi Hansen. Indeks
aksesbilitas menunjukkan besarnya aksesbilitas atau kemudahan mobilitas dari suatu
daerah ke daerah yang lainnya. Semakin besar indeks aksesbilitas maka semakin mudah
mobilitas yang terjadi antara wilayah tersebut. Adanya indeks aksesbilitas yang tinggi
membuka peluang interaksi antar wilayah yang semakin besar, selain itu indeks
aksesbilitas yang tinggi juga dapat memicu pertumbuhan ekonomi antar wilayah dengan
adanya lapangan kerja dan tenaga kerja antar wilayah.

10
Tabel Indeks Aksesbilitas antar kecamatan di Kota Lubuklinggau
Lubuklinggau Lubuklinggau Lubuklinggau Lubuklinggau
Indeks Aksesbilitas
Utara Timur Selatan Barat
Lubuklinggau Utara 0 5.19 4.45 2.29
Lubuklinggau Timur 5.19 0 1.60 4.20
Lubuklinggau Selatan 7.47 2.69 0 4.65
Lubuklinggau Barat 3.47 4.20 2.77 0
Total 16.14 12.08 8.8 11.15
Potensi Pengembangan di Setiap Zona
Angka potensi pengembangan di setiap kecamatan didapatkan dengan cara mengkalikan
indeks aksesbilitas dan ketersediaan lahan kosong. Perhitungan tersebut menghaislkan
angka potensi pengembangan di setiap zona ditinjau dari perhitungan mutlak dari
masing-masing zona tanpa ada keterkaitan dengan zona lainnya. Oleh karena itu, hasil
dari perhitungan ini juga sering disebut sebagai potensi pengembangan absolut masing-
masing zona.

Tabel Potensi Pengembangan antar kecamatan di Kota Lubuklinggau


Indeks Ketersediaan Potensi
Kecamatan
Aksesbilitas (Ai) Lahan Kosong (Hi) Pengembangan (Di)
Lubuklinggau Utara 16.14 31 500.40
Lubuklinggau Timur 12.08 43 519.76
Lubuklinggau Selatan 8.8 37 327.11
Lubuklinggau Barat 11.15 46 513.15
Total 48.22 157 1860.44

Potensi Pengembangan Relatif di Setiap Zona


Potensi pengembangan relative didapatkan dari perhitungan dari potensi pengembangan
suatu zona dibagi dengan jumlah potensi pengembangan suatu wilayah yang terkait. Hal
ini menunjukan adanya keterkaitan antara suatu zona dengan zona-zona lainnya dalam

11
hal potensi pengembangan. Hal tersebut yang mendasari terbentuknya potensi
pengembangan relatif disetiap zona.

Tabel Potensi Pengembangan Relatif antar kecamatan di Kota Lubuklinggau


Potensi Pengembangan
Potensi
Kecamatan Relatif
Pengembangan (Di)
(Dip)
Lubuklinggau Utara 500.40 0.066
Lubuklinggau Timur 519.76 0.068
Lubuklinggau Selatan 327.11 0.043
Lubuklinggau Barat 513.15 0.067
Total 1860.44 1

Perkiraan Tambahan Populasi


Perkiraan tambahan populasi pada suatu zona atau kecamatan di Kota Lubuklinggau
merupakan hasil dari prediksi akibat adanya potensi pengembangan relatif di suatu kota.
Dengan adanya potensi pengembagnan relatif di setiap kecamatan, maka hal tersebut
mendorong adanya pertumbuhan dari berbagai aspek di wilayah tersebut yang akhirnya
menghasilkan daya tarik. Daya tarik atau pemusatan aktivitas di suatu wilayah karena
potensi akhirnya akan berdampak pada peningkatan kepadatan penduduk atau
pertambahan penduduk disuatu wilayah. Berikut adalah proyeksi pertambahan
penduduk selama 4 tahun (2016 2021) berdasarkan perhitungan model gravitasi
Hansen:

Tabel Perkiraan Tambahan Populasi di setiap kecamatan di Kota Lubuklinggau

Potensi Pengembangan
Proyeksi Pertambahan
Kecamatan Relatif
Penduduk
Dip
Lubuklinggau Utara 0.066 3.480
Lubuklinggau Timur 0.068 4.730

12
Lubuklinggau Selatan 0.043 1.982
Lubuklinggau Barat 0.067 3.773
Total 1 13.967

Berdasarkan perhitungan tersebut, model gravitasi Hansen menyatakan bahwa


jumlah pertumbuhan penduduk di Kota Lubuklinggau selama 5 tahun (2016-2021)
adalah sebanyak 13.967. Hal tersebut dihasilkan dari adanya pertambahan penduduk di
setiap kecamatan di Kota Lubuklinggau yang merupakan dampak dari potensi
pengembangan di wilayah tersebut.

13
Bab V Analisis Peta Interaksi Keruangan
Berdasarkan hasil perhitungan model gravitasi, menggunakan rumus:

= 2 , dengan

Keterangan :
Iij = Interaksi antar wilayah
Pi dan Pj = Jumlah populasi
Dij = Jarak

Maka akan didapatkan:

Jumlah Jarak
Kecamatan Penduduk Lubuklinggau Lubuklinggau Lubuklinggau Lubuklinggau
(2016) Utara Timur Selatan Barat
Lubuklinggau Utara 52660 0 18300 30400 21200
Lubuklinggau
68945
Timur 18300 0 18500 13300
Lubuklinggau
46100
Selatan 30400 18500 0 25400
Lubuklinggau Barat 55705 21200 13300 25400 0

Lubuklinggau Lubuklinggau Lubuklinggau Lubuklinggau


Interaksi Utara Timur Selatan Barat
Lubuklinggau Utara 1 10.8 2.6 6.5
Lubuklinggau Timur 10.8 1 9.3 21.7
Lubuklinggau
Selatan 2.6 9.3 1 4.0
Lubuklinggau Barat 6.5 21.7 4.0 1

Range
Interaksi Tinggi 1-3
Interaksi Sedang 4-7
Interaksi Rendah 8-10

14
15
BAB VI Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada interaksi Kota Lubuklinggau Utara, Kota
Lubuklinggau Timur, Kota Lubuklinggau Selatan, Kota Lubuklinggau Barat dapat disimpulkan
bahwa interaksi antara wilayah ini didasari oleh permintaan dan penawaran di mana tiap daerah
memiliki kelebihan sumberdaua yang dapat memenuhi kebutuhan daerah sekitarnya. Melalui
perhitungan menggunakan dua model perhitungan, yaitu Matriks O/D dan Model Gravitasi
dalam hal ini jarak menentukan tinggi rendahnya interaksi dalam ruang. Didapatkan tiga jenis
kelas dalam interaksi kota, yaitu interaksi tinggi, interaksi sedang, dan interaksi rendah.

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statisik. 2017. Kota Lubuklinggau Dalam Angka Tahun 2017. Sumatera Selatan:
BPS.
Saputra, Rizky. 2014. Penggunaan Model Gravitasi Hansen atau Model Potensi Lahan pada 4
Wilayah Kecamatan Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan. Program Magister
Perencanaan Wilayah dan Perdesaan Universitas Sumatera Utara. Medan.

16

Anda mungkin juga menyukai