Anda di halaman 1dari 27

Interaksi Keruangan

A. Pengertian Interaksi Kota


 Interkasi adalah suatu kontak atau
hubungan antara dua wilayah atau lebih
yang dapat menimbulkan sesuatu yang
baru dalam bentuk tertentu. Interkasi
dapat pula dilihat sebagai suatu proses
sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya,
yang cepat atau lambat dapat
menimbulkan suatu gejala baru.
 Interkasi
Kota adalah hubungan yang
saling mempengaruhi, baik antara
kota dan kota, maupun antara kota
dan desa, yang dapat menimbulkan
gejala-gejala tertentu.
 Interaksikota sering dinamakan
interaksi keruangan. Dalam interaksi
keruangan terdapat saling pengaruh
di antara gejala-gejala di permukaan
bumi yang dipengaruhi oleh sifat-
sifat keruangan.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Interkasi Kota
 Menurut Edward Ullman, terdapat 3
faktor utama penyebab timbulnya
interaksi antarwilayah, yaitu
sebagai berikut:
1. Adanya wilayah yang saling
melengkapi (Regional
Complementarity)
 Regional Complementarity, adalah
wilayah yang memiliki potensi
sumber daya yang berbeda
tersebut saling membutuhkan, akan
terjadi interaksi yang kuat di antara
kedua wilayah tersebut.
2. Adanya kesempatan untuk
berintervensi (Intervening
Opportunity)
 Intervening Opprtunity mempunyai
dua pengertian, sebagai berikut:
a. Adanya kemumngkinan perantara
yang dapat menghambat timbulnya
suatu intraksi antara dua wilayah,
dan dapat memenuhi kebutuhan
sumber daya lain.
b. Adanya sumber daya pengganti
yang dibutuhkan suatu wilayah,
sehingga melemahkan interaksi
dengan wilyah lain.
3. Adanya kemudahan pemindahan
dalam ruang (Spatial Transfer
Ability)
 Adalah kemudahan pemindahan
dalam ruang, baik pemindahan
berupa benda, manusia, gagasan,
atau reformasi.
 Kemudahan pemindahan (transfer) ini,
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut
ini:
a) Jarak mutlak dan jarak relatif antar
wilayah.
b) Biaya angkutan atau transportasi dari
suatu tempat (wilayah) ke tempat lain.
c) Kemudahan atau kelancaran angktuan
antar wilayah, misalnya keadaan relief,
kondisi jalan, jenis angkutan atau
kendaraan yang digunakan, dsb.
C. Bentuk-Bentuk Interaksi Dan
Pengaruhnya
Pengaruh positif penetrasi kota ke Pengaruh negatif
desa

1. Cakrawala pengetahuan 1. Ditinggalkannya


penduduk desa meningkat. orientasi pertanian
2. Menggerakan kemajuan warga yang menjadi pokok
desa yang bersekolah. kehidupan di desa.
3. Meningkatkan frekuensi 2. Meningkatnya
hubungan sosial-ekonomi. kriminalitas di desa.
4. Produktivitas desa meningkat. 3. Pengurangan tenaga
potensial di desa.
5. Meningkatkan kualitas dan
kuantitas wiraswasta. 4. Berubahnya tata guna
di desa.
6. Pengetahuan penduduk
masyrakat desa lebih meningkat.
Teori-Teori Interaksi
1. Model Gravitasi dan Interaksi
Keruangan
 Orang pertama yang menggunakan
model gravitasi ini adalah E.J.
Ravenstein dalam studinya
mengenai hukum migrasi dalam
tahun 1885 dan 1889.
 Selanjutnya, dalam tahun 1929
model gravitasi diterapkan dalam
studi geografi pemasaran dan studi
transportasi. Model gravitasi yang
didasarkan pada hukum Issac
Newton telah banyak diterapkan
pada masa sekarang dalam
hubungannya dengan masalah
interaksi, masalah perpindahan
penduduk, masalah pemilihan lokasi.
 Dalam membincangkan tentang
model gravitasi dan interaksi dalam
ruang dapat diberikan contoh sebagai
berikut. Misalkan terdapat dua
wilayah 1 dan wilayah 2 yang
dipisahkan oleh suatu jarak tertentu
maka interaksi dalam ruang antara
dua wilayah tersebut dapat
diperkirakan dengan suatu model
gravitasi sebagai berikut:
 IAB = k PA . PB
(dAB)2

IAB = interaksi antara wilayah A dan B


PA = jumlah penduduk wilayah A
PB = jumlah penduduk wilayah B
dAB = jarak antara wilayah A dan B
k = konstanta (nilainya 1)
 Penerapan Model Gravitasi dan Interaksi Keruangan
 Sensus 1980
 Jumlah penduduk Kotamadya Yogyakarta = 398.192 orang
 Jumlah penduduk Kotamadya Surakarta = 462.825 orang
 Jumlah penduduk Kotamadya Salatiga = 85.740 orang
 Jumlah penduduk Kotamadya Magelang = 123.358 orang
 Andaikata jarak terdekat antara:
 Yogyakarta (Y) – Surakarta (Su) = 60 km
 Surakarta (Su) – Salatiga (Sa) = 42 km
 Salatiga (Sa) – Magelang (M) = 40 km
 Magelang (M) – Yogyakarta (Y) = 41 km
 IY-Su = 398.192 x 462.825 = 51.192.559
(60)2
 ISu-Sa = 462.825 x 85.740 = 22.495.814
(42)2
 ISa-M = 85.740 x 123.358 = 6.610.447
(40)2
 IM-Y = 123.358 x 398.192 = 29.220.802
(41)2
 Untuk menyederhanakan angka-angka interaksi
maka diperoleh:
 IY-Su = 51; ISu-Sa = 22; ISa-M = 7; IM-Y = 29
2. Model Titik Henti
 Selanjutnya model gravitasi ini dalam hubungannya
dengan interaksi sosial dapat diterapkan untuk memilih
lokasi yang baik untuk sebuah toko, yang dikenal dengan
“breaking point” model atau “titik henti”. Formula dari
Converse ini yang berasal dari William J. Reilly adalah
sebagai berikut.
 THAB = dAB
1+√PA
PB
 THAB = breaking point (jarak lokasi titik henti, yang diukur
dari kota atau wilayah lebih kecil / dari kota A)
 dAB = jarak antara tempat A dan tempat B
 PA = jumlah penduduk di tempat A
 PB = jumlah penduduk di tempat B
 Contoh:
 Penduduk kota A berjumlah 10.000 orang,
sedangkan penduduk kota B berjumlah 5.000
orang. Jarak kota A – B = 50 km. Maka lokasi
titik henti kota A dan B adalah…
 DAB = dAB = 50 = 50 = 20,75 km
1+√PA 1 +√10.000 1 + 1,4
PB 5.000
3. Model Potensi Penduduk
 Nilai potensi penduduk intinya
adalah menunjukkan kekuatan
aliran untuk suatu tempat untuk
mengadakan perpindahan dan
berinteraksinya dengan wilayah lain
yang ada disekitarnya.
 Dengan asumsi terdapat empat kota
misalnya A, B, C, dan D, maka
rumus nilai potensi penduduknya
adalah:
 PPA = K. PA + K. PB + K. PC + K. PD
(½.dAX)2 (dAB)2 (dAC)2 (dAD)2
 PPB = K. PB + K. PA + K. PC + K. PD

(½.dBX)2 (dBA)2 (dBC)2 (dBD)2

 PPC = K. PC + K. PB + K. PA + K. PD
(½.dCX)2 (dAB)2 (dCB)2 (dCD)2

 PPD = K. PD + K. PA + K. PB + K. PC
(½.dDX)2 (dDA)2 (dDB)2 (dDC)2
 Keterangan :
 PP = indeks / potensi penduduk
masing-masing kota
 K = konstanta empiris biasanya
 PA = jumlah penduduk A
 PB = jumlah penduduk B
 PC = jumlah penduduk C
 PD = jumlah penduduk D
 DAx = jarak dari kota A ke kota lain yang paling
dekat, yang masing-masing dihitung oleh
nilai d
 dBXa/dcx = potensi pendukungnya
4. Jaringan dan Konektivitas
 β=e
v
 β = indeks konektivitas
 e = jaringan jalan
 v = jaringan kota
 Contoh:

 Berapakah indeks konektivitasnya!


 β = e = 3 = 0,75

v 4
Zona Interaksi Desa dan Kota
a. City, diartikan sebagai pusat kota.
b. Sub urban (sub daerah perkotaan), yaitu
wilayah lokasinya berdekatan dengan
pusat kota. Wilayah ini sebagai tempat
tinggal penglaju (commuter).
c. Sub urban fringe (jalur tepi sub daerah
perkotaan), yaitu suatu wilayah yang
dilingkari sub daerah perkotaan. Wilayah
ini merupakan peralihan desa kota.
d. Urban fringe (jalur tepi daerah perkotaan paling
luar), yaitu semua batas wilayah terluar suatu
kota wilayah ini ditandai oleh sifat-sifat yang
mirip dengan kota dengan perkecualian daerah
pusat kota (city).
e. Rural urban fringe (jalur batas desa kota) yaitu
suatu wilayah yang terletak antara kota dan
desa yang ditandai dengan pola penggunaan
lahan campuran antara sektor pertanian dan
non pertanian.
f. Rural (daerah pedesaan).

Anda mungkin juga menyukai