Anda di halaman 1dari 5

Teori titik henti

Teori titik henti merupakan modifikasi dari teori gravitasi W. J Reilly. Teori ini dapat
digunakan untuk memberikan gambaran mengenai pola interaksi antara 2 wilayah dan dapat
memprakirakan penempatan lokasi suatu industri atau pusat pelayanan. Teori ini dapat
digunakan jika memenuhi beberapa syarat yaitu:
1. keadaan ekonomi penduduk relatif sama
2. topografi wilayah datar
3. sarana prasarana transportasi memadai
4. daya beli masyarakat sama

Untuk mengetahui penempatan lokasi pelayanan tersebut, digunakan rumus dibawah ini

Keterangan:
DAB = jarak titik henti (dari wilayah penduduk terkecil)
dAB = jarak wilayah A dan B
PA = jumlah penduduk kota terbesar
PB = jumlah penduduk kota terkecil

Contoh Soal
Diketahui penduduk kota A = 20.000 jiwa dan kota B = 10.000 jiwa. Jarak antara kota A dan
B adalah 50 km. Dimanakah lokasi titik henti?

Jawab:
dAB = 50 km
PA= 20.000 jiwa
PB= 10.000 jiwa 

Jadi lokasi titik henti berada 20,74 km dari kota B (atau dari kota yang lebih kecil)
MENGHITUNG KEKUATAN INTERAKSI ANTAR DUA WILAYAH
Interaksi wilayah merupakan hal yang penting dilakukan karena setiap wilayah tidak
dapat mencukupi kebutuhannya sendiri. Untuk mengetahui seberapa besar kekuatan
interaksi antara dua wilayah dapat dilakukan secara kuantitatif dengan rumus-rumus
di bawah ini.

a. Rumus Carrothers
Menurut teori ini, kekuatan hubungan ekonomis antara dua tempat, berbanding lurus
dengan besarnya penduduk dan berbanding terbalik dengan jarak antaranya. Jadi,
makin banyak jumlah penduduk di dua tempat, makin besarlah interaksi ekonominya, tetapi
makin jauh jarak antaranya makin kecillah interaksinya.

Misalnya: ada tiga buah kota, A berpenduduk 15.000 jiwa, B (10.000 jiwa), dan C (20.000
jiwa) seperti di bawah ini. Di situ lokasi B ada di tengah, jaraknya dari A 30 km dan dari C
50 km.
Bagaimana menghitung besarnya interaksi ekonomi antara A dan B dibandingkan B dan C?

Dari perhitungan di atas, terlihat bahwa interaksi antara A dan B lebih besar dari interaksi
antara B dan C. Untuk membuktikan interaksi AB lebih kuat daripada C, juga dapat dilihat
dari jumlah penumpang kendaraan, angkutan barang, arus transportasi, dan jenis interaksi
lain.

b. Hukum Gravitasi
Dasar interaksi desa-kota adalah hukum gravitasi dari Issac Newton, seorang ahli ilmu
fisika. Sir Issac Newton (1687) mengatakan bahwa dua buah benda atau materi memiliki
gaya tarik-menarik yang kekuatannya berbanding lurus dengan hasil kali kedua massa
tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak benda tersebut.
Hukum gravitasi Newton dapat diterapkan dalam studi geografi pemasaran dan studi
transportasi. Selain itu, juga digunakan dalam studi perpindahan penduduk, masalah
memilih lokasi, dan masalah interaksi. Jika hukum gravitasi Newton digunakan untuk
menghitung besarnya interaksi antara wilayah pertumbuhan A dan B, maka rumusnya
menjadi:

Contoh soal:
Hitunglah interaksi antara A, B, dan C, bila diketahui:
Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan A = 300.000 jiwa.
Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan B = 20.000 jiwa.
Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan C = 10.000 jiwa.
Jarak antara wilayah pertumbuhan A dengan wilayah pertumbuhan B = 5 km maka,

Jika di dekat wilayah pertumbuhan A ada desa lain, yaitu wilayah pertumbuhan C dengan
jumlah penduduk 10.000 jiwa dan jaraknya dengan A = 10 km, maka:

Jadi, interaksi antara wilayah pertumbuhan A dengan wilayah pertumbuhan B dan wilayah
pertumbuhan C dapat ditulis dengan angka sederhana, yaitu 24 berbanding 3 atau 8
berbanding 1. Jika digambarkan sebagai berikut.

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi A dengan B lebih besar daripada
interaksi antara A dengan C. Berarti pengaruh A terhadap B lebih besar daripada pengaruh
A terhadap C.

4. teori grafik
Salah satu faktor yang mendukung kekuatan dan intensitas interaksi antarwilayah adalah
kondisi prasarana transportasi yang menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah lain di
sekitarnya. Jumlah dan kualitas prasarana jalan, baik jalan raya, jalur udara, maupun laut,
tentunya sangat memperlancar laju dan pergerakan distribusi manusia, barang, dan jasa
antarwilayah. Anda tentu sependapat bahwa antara satu wilayah dan wilayah lain senantiasa
dihubungkan oleh jalur-jalur transportasi sehingga membentuk pola jaringan transportasi.
Tingkat kompleksitas jaringan yang menghubungkan berbagai wilayah merupakan salah
satu indikasi kuatnya arus interaksi.

Sebagai contoh, dua wilayah yang dihubung kan dengan satu jalur jalan tentunya memiliki
kemungkinan hubungan penduduknya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dua wilayah
yang memiliki jalur transportasi yang lebih banyak.

Untuk menganalisis potensi kekuatan interaksi antarwilayah ditinjau dari struktur jaringan
jalan sebagai prasarana transportasi, K.J. Kansky mengembangkan Teori Grafik dengan
membandingkan jumlah kota atau daerah yang memiliki banyak rute jalan sebagai sarana
penghubung kota-kota tersebut. Menurut Kansky, kekuatan interaksi ditentukan dengan
Indeks Konektivitas. Semakin tinggi nilai indeks, semakin banyak jaringan jalan yang
menghubungkan kota-kota atau wilayah yang sedang dikaji. Hal ini tentunya berpengaruh
terhadap potensi pergerakan manusia, barang, dan jasa karena prasarana jalan sangat
memperlancar tingkat mobilitas antarwilayah. Untuk menghitung indeks konektivitas ini
digunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan :

β = indeks konektivitas


e = jumlah jaringan jalan
v = jumlah kota

Contoh Soal 4 : 

Bandingkan indeks konektivitas dua wilayah berikut ini.

Diketahui :

Wilayah A: e = 9, v = 6
Wilayah B: e = 10, v = 7

Ditanyakan: indeks konektivitas (β)?

Kunci Jawaban :

(1) Wilayah A

a) jumlah kota (v) = 6


b) jumlah jaringan jalan (e) = 9
β = 1,5

(2) Wilayah B

a) jumlah kota (v) = 7


b) jumlah jaringan jalan (e) = 10

β = 1,4

(3) Jadi, dilihat dari konektivitasnya, potensi interaksi antarkota di wilayah A lebih tinggi
jika dibandingkan wilayah B. Hal tersebut terjadi dengan catatan kondisi alam, sosial serta
kualitas prasarana jalan antara kedua wilayah relatif sama. Dalam kaitannya dengan
perencanaan pembangunan wilayah, analisis indeks konektivitas dapat dijadikan salah satu
indikator dan pertimbangan untuk merencanakan pembangunan infrastruktur jalan serta
fasilitas transportasi lainnya. Dengan analisis indeks konektivitas dapat meningkat kan
hubungan suatu wilayah dengan wilayah-wilayah lainnya, serta memperlancar arus
pergerakan manusia, barang, dan jasa yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai