a. Pendahuluan
1) Pengembangan Kebijakan
Pengembangan kebijakan kesehatan tidak terlepas dari masalah atau isu
yang berkembang di tengah masyarakat. Keinginan merespons berbagai
permasalahan yang menyangkut kepentingan masyarakat luas dan tujuan
penyelesaian masalah menjadi dasar dilakukannya formulasi atau pembuatan
kebijakan yang kemudian dilanjutkan berturut-turut dengan tahap implementasi
hingga monitoring dan evaluasi. Keseluruhan tahap tersebut dinamai
pengembangan kebijakan yang belangsung sebagai siklus kebijakan, mulai dari
pembuatan kebijakan, implementasi kebijakan dan monitoring serta evaluasi
sebagai dasar pengajuan rekomendasi sebagai sebuah umpan balik untuk
pengembangan kebijakan berikutnya.
Dari gambar tersebut dapat dipahami bahwa proses formulasi kebijakan publik
berada dalam sistem politik dengan mengandalkan pada masukan (input) yang terdiri
dari dua hal, yaitu tuntutan dan dukungan. Model Easton inilah yang dikembangkan oleh
para akademisi di bidang kebijakan publik, seperti Anderson,
Model ini selanjutnya dibandingkan dengan model proses kebijakan yang dikembangkan
oleh William Dunn :
Model yang dikembangkan oleh para ilmuan kebijakan publik di atas mempunyai
satu kesamaan, yaitu bahwa proses kebijakan kesehatan berjalan dari formulasi menuju
implementasi, untuk mencapai kinerja kebijakan. Uniknya, akademisi tersebut tidak
memasukkan “kinerja kebijakan”,melainkan langsung pada “evaluasi kebijakan”. Salah
satu kemungkinannya adalah bahwa para akademisi tersebut menilai bahwa “kinerja
kebijakan” adalah proses yang pasti terjadi dalam kehidupan publik, bahkan tanpa harus
disebutkan.
b. Proses Pengembangan Kebijakan
Pengembangan kebijakan kesehatan tidak terlepas dari masalah atau isu
yang berkembang di tengah masyarakat. Keinginan merespons berbagai
permasalahan yang menyangkut kepentingan masyarakat luas dan tujuan
penyelesaian masalah menjadi dasar dilakukannya formulasi atau pembuatan
kebijakan yang kemudian dilanjutkan berturut-turut dengan tahap implementasi
hingga monitoring dan evaluasi. Keseluruhan tahap tersebut dinamai
pengembangan kebijakan yang berlangsung sebagai siklus kebijakan, mulai dari
pembuatan kebijakan, implementasi kebijakan, dan monitoring serta evaluasi
sebagai dasar pengajuan rekomendasi sebagai sebuah umpan balik untuk
pengembangan kebijakan berikutnya.
Proses pengembangan kebijakan berlangsung sebagai sebuah siklus
kebijakan yang dimulai dari pengaturan agenda (agenda setting) dengan
penetapan atau pendefinisian masalah publik yang signifikan dan mengundang
perhatian masyarakat luas (public concern) karena besarnya tingkat kepentingan
yang belum terpenuhi (degree of unmeet need) sehingga memunculkan tindakan
pemerintah. Proses pembuatan atau formulasi kebijakan merupakan satu
tahapan penting dalam pengembangan kebijakan yang akan menentukan
dampak kebijakan terhadap sasaran kebijakan. Berikut adalah siklus
pengembangan kebijakan.
2. Formulasi kebijakan
Proses formulasi kebijakan kesehatan secara umum memiliki tahapan-
tahapan sebagai berikut: pengaturan pengembangan kebijakan; penggambaran
permasalahan; penetapan sasaran dan tujuan; penetapan prioritas;perancangan
kebijakan; penggambaran pilihan-pilihan; penilaian pilihan-pilihan; ”perputaran”
untuk penelaahan sejawat dan terhadap kebijakan; serta akhirnya upaya untuk
mendapatkan dukungan formal terhadap kebijakan yang sedang diajukan atau
disusun. Oleh karena itu, formulasi kebijakan adalah suatu proses berulang-
ulang yang melibatkan sebagian besar komponen dari siklus perencanaan.
Pentingnya tahap formulasi kebijakan ditekankan oleh Easton (1965) dalam teori
pembuatan kebijakan sebagai sebuah sistem.
3. Pengadopsian Kebijakan
Setelah formulasi kebijakan, tahap berikutnya adalah adopsi kebijakan,
yaitu sebuah proses untuk secara formal mengambil atau mengadopsi alternatif
solusi kebijakan yang ditetapkan sebagai sebuah regulasi atau produk kebijakan
yang selanjutnya akan dilaksanakan. Pengadopsian kebijakan sangat ditentukan
oleh rekomendasi yang antara lain berisikan informasi mengenai manfaat dan
berbagai dampak yang mungkin terjadi dari berbagai alternatif kebijakan yang
telah disusun dan akan diimplementasikan .
Penerapan kebijakan baru, perubahan, perbaikan atau terminasi/
penarikan kebijakan yang sudah ada merupakan tanggung jawab dari pimpinan
pembuat kebijakan. Pengajuan kebijakan baru, amandemen atau penghentian
kebijakan yang sudah ada harus mendapat persetujuan dengan suara afirmatif
dari mayoritas anggota keseluruhan pimpinan.
4. Pengimplementasian Kebijakan
Pengimplementasian merupakan cara agar kebijakan dapat mencapai
tujuannya. Definisi implementasi menurut Dunn (2003) adalah pelaksanaan
pengendalian aksi-aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu. Lester dan
Stewart memandang implementasi secara luas sebagai pelaksanaan undang-
undang atau kebijakan yang melibatkan seluruh actor, organisasi, prosedur, serta
aspek teknik untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program.
Kesiapan implementasi amat menentukan efektivitas dan keberhasilan
sebuah kebijakan. Penyusunan kebijakan berbasis data atau bukti juga
berpengaruh besar terhadap sukses-tidaknya implementasi kebijakan. Oleh
karena itu, keberadaan beberapa actor utama untuk menganalisis kesiapan,
memasukkan hasil penelitian kebijakan sebagai pertimbangan implementasi
kebijakan menjadi begitu penting.
5. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan kesehatan merupakan penilaian terhadap keseluruhan
tahapan dalam siklus kebijakan, utamanya ketika sebuah kebijakan yang disusun
telah selesai diimplementasikan. Tujuannya adalah untuk melihat apakah
kebijakan dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak yang berkepentingan.
Evaluasi merupakan salah satu mekanisme pengawasan kebijakan. Parameter
yang umum digunakan adalah kesesuaian, relevansi, kecukupan, efisiensi,
keefketifan, keadilan, respons, dan dampak. Kesesuaian evaluasi harusnya
dikembangkan untuk mencakup tidak hanya proses, tetapi juga dampak jangka
pendek dan jangka panjang dari sebuah kebijakan.
1) Pengertian Implementasi
Jones (1987) menjelaskan bahwa implementasi adalah “those activities directed
toward putting a program into effect (proses mewujudkan program hingga
memperlihatkan hasilnya). Van Horn dan Van meter (1975) : those actions by
public and private individual (or groups) that are the achievement or objectives
set forth in prior policy ( tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah maupun
swasta baik secara individu maupun kelompok yang dimaksudkan untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang menjadi prioritas kebijakan).
Secara lebih konkrit Mazmanian & Sabatier menyatakan bahwa fokus
perhatian dalam implementasi yaitu memahami apa yang senyatanya terjadi
sesudah suatu program dinyatakan berlaku, diantaranya adalah kejadian dan
kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan yang
mencakup usaha mengadministrasikan maupun usaha menimbulkan dampak
yang nyata pada masyarakat.
Menurut Patton dan Sawicki (1993) bahwa implementasi berkaitan
dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program,
dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir,
menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga
dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan
efisien sumber daya, Unit-unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan
program, serta melakukan interpretasi terhadap perencanaan yang telah dibuat,
dan petunjuk yang dapat diikuti dengan mudah bagi realisasi program yang
dilaksanakan.
Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan adalah:
a. Penafsiran yaitu merupakan kegiatan yang menterjemahkan makna program
kedalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.
b. Organisasi yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke
dalam tujuan kebijakan.
c. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan,
upah, dan lain-lainnya. (Tangkilisan, 2003:18)
c. Sumber-sumber, yaitu tersedia sumber -sumber dana, daya dan sarana yang
cukup. Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan.
Edward III dalam Widodo (2011:98) mengemukakan bahwa: bagaimanapun jelas
dan konsistensinya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan serta bagaimanapun
akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika
para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan
kebijakan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif.
Sumber daya di sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan
untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini
mencakup sumber daya manusia, anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan
yang dijelaskan sebagai berikut :
2) Anggaran (Budgetary)
3) Fasilitas (facility)
Fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang layak,
seperti gedung, tanah dan peralatan perkantoran akan menunjang dalam
keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan.
1. Agenda Setting
1. Agenda Setting
Public attention focuses on a
Public public problem
attention focuses or
on issue.
a public
Official words and ac actions
problem or issue.Official words and ac
actions
2. Policy Formulation
5. Policy Evaluation
Policy makers in the legislature and
the bureaucracy take up the Policy analysis inside and outside government
issue.They create determine wether the policy is addressing the problem
legislatetive,regulatory, or and wether implementation is proceeding well.They
programmatic strategies to address may recommended REVISIONS in the agenda,in the
formulation of policy, or in
3. Policy Adoption