Anda di halaman 1dari 3

NAMA : HAJRAH

NIM : 202001116

KELAS : C20

IMPLEMENTASI PROGRAM KEBIJAKAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL


DALAM MENINGKATKAN JAMINAN KESEHATANNASIONAL

* KELEBIHAN :

1.BPJS memberi arti kata ‘transformasi’ sebagai perubahan bentuk BUMN Persero yang
menyelenggarakan program jaminan sosial, menjadi BPJS.Perubahan bentuk bermakna perubahan
karakteristik badan penyelenggara jaminan sosial sebagai penyesuaian atas perubahan filosofi
penyelenggaraan program jaminan sosial.

2.Program BPJS dapat berjalan baik, jika dalam menafsirkan dan mampu melaksanakan semua perintah,
petunjuk serta arahan mengenai pelaksanaan program. Selain itu, peran sumberdaya, disposisi dan
struktur birokrasi, serta sikap pelaksana program menjadi hal yang penting, sehingga masyarakat pada
umumnya dapat merasakan secara positif manfaat dari program BPJS Kesehatan.

* KEKURANGAN :

1. Layanan BPJS tidak lepas dari kritik dan keluhan masyarakat Indonesia.Masyarakat menyampaikan
keluhan, pendapat, ataupun pengalaman menggunakan BPJS pada media yang dapat mereka akses.

2. Namun pada persyaratan pendaftaran BPJS kesehatan memiliki indeks terendah yaitu sebesar 2,78.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat menganggap bahwa Persyaratan pendaftaran BPJS kesehatan
masih dianggap sulit oleh masyarakat.

3. Besaran iuran nasional yang lebih besar dari Jamkesda juga perlu ditinjau kembali kesesuaiannya
dengan paket manfaat BPJS yang diperoleh di daerah, karena pada kenyataannya fasilitas pelayanan
kesehatan yang berada di daerah belum tentu sanggup memenuhi standar pelayanan yang setara antar
satu wilayah dengan wilayah lainnya.

4. Salah satu indikator kualitas fasilitas kesehatan tingkat primer (FKTP) adalah rendahnya rujukan
nonspesialistik. Rujukan nonspesialistik adalah rujukan dari 144 penyakit yang seharusnya dapat diatur
di FKTP. Kenyataannya, masih banyak kasus nonspesialistik yang dirujuk ke fasilitas kesehatan sekunder.

5. Defisit BPJS Kesehatanyang tahun ke tahun selalu naik, diproyeksikan besaran defisit pada tahun 2018
mencapai Rp. 9T. Disisi lain, tunggakan iuran peserta BPJS Kesehatan pun sudah mencapai Rp.3,4 Triliun.
Hal ini tentunya akan mengancam sustainability program JKN ini. Pendapatan negara terbatas
sementara pengeluaran untuk JKN tidak terbatas. Maka dari itu perlu sumber baru untuk menopang
pendanaan sistem pembiayaan kesehatan yang selama ini bersumber dari APBN dan iuran peserta BPJS
Kesehatan.

6. Rumah sakit berusaha untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dengan optimal dan meniminalisir
setiap bentuk keluhan pasien yang datang dengan memberikan pelayanan yang terpadu.

PENGARUH AKREDITASI RUMAH SAKIT DENGAN


KESELAMATAN PASIEN

* KELEBIHAN

1. Undang-Undang No 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit, disebutkan bahwa akreditasi
bertujuan meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit dan meningkatkan perlindungan bagi pasien,
masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi. Beberapa ketentuan
yang diatur dalam UU tentang akreditasi rumah sakit adalah : (1) dalam upaya meningkatkan daya saing,
rumah sakit dapat mengikuti akreditasi internasional sesuai kemampuan, (2) rumah sakit yang akan
mengikuti akreditasi internasional harus sudah mendapatkan status akreditasi nasional, (3) akreditasi
internasional hanya dapat dilakukan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang sudah
terakreditasi oleh International Society for Quality in Health Care (ISQua).

2. JCI telah bekerja dengan organisasi perawatan kesehatan, departemen kesehatan, dan organisasi
global di lebih dari 80 negara sejak tahun 1994. Fokus dari JCI adalah meningkatkan keselamatan
perawatan pasien melalui penyediaan jasa akreditasi dan sertifikasi serta melalui layanan konsultasi dan
pendidikan yang bertujuan membantu organisasi menerapkan solusi praktis dan berkelanjutan. Pada
bulan September 2007, JCI diterima akreditasi oleh lembaga internasional untuk kualitas dalam
pelayanan Kesehatan (ISQua). Akreditasi oleh ISQua memberikan jaminan bahwa standar, pelatihan dan
proses yang digunakan oleh JCI untuk survei kinerja organisasi perawatan kesehatan memenuhi standar
internasional tertinggi untuk badan akreditasi. Melalui akreditasi JCI dan sertifikasi maka, organisasi
kesehatan memiliki akses ke berbagai sumber daya dan layanan yang menghubungkan mereka dengan
komunitas internasional.
3. Sejak tahun 2012, akreditasi RS mulai beralih dan berorientasi pada paradigma baru dimana penilaian
akreditasi didasarkan pada pelayanan berfokus pada pasien. Keselamatan pasien menjadi indikator
standar utama penilaian akreditasi baru yang dikenal dengan Akreditasi RS versi 2012 ini. Dalam standar
Akreditasi RS versi 2012 mencakup standar pelayanan berfokus pada pasien, standar manajemen rumah
sakit, sasaran keselamatan pasien di rumah sakit dan standar program MDGs (Dirjen Bina Upaya
Kesehatan, 2012). Keselamatan pasien di dalam undang.

* KEKURANGAN

1. JCI merupakan lembaga non pemerintah dan tidak terfokus pada keuntungan.

2. Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Depkes RI telah pula menyusun Standar Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KPRS) yang dimasukkan ke dalam instrumen akreditasi RS di Indonesia. Fokus tentang
keselamatan pasien ini didorong oleh masih tingginya angka Kejadian Tak Diinginkan (KTD) atau Adverse
Event (AE) di RS secara global maupun nasional. KTD yang terjadi di berbagai negara diperkirakan sekitar
4.0-16.6 % (Raleigh et al, 2008), dan hampir 50 % di antaranya diperkirakan adalah kejadian yang dapat
dicegah. Akibat KTD ini diindikasikan menghabiskan biaya yang sangat mahal baik bagi pasien maupun
sistem layanan kesehatan (Flin, 2007). Data KTD di Indonesia sendiri masih sulit diperoleh secara
lengkap dan akurat, tetapi diperkirakan kasusnya cukup banyak (KKP-RS, 2006).

Anda mungkin juga menyukai