Dosen Pembimbing:
Muhammad Saepurrohman, S.Sy, M.H
Disusun Oleh:
Syihab Abdul Basit
Muhammad Zaki Fadhil
Sugianto
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
Kelompok 13
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1. Ju’alah.........................................................................................................3
2.1.1. Pengertian Ju’alah.....................................................................................3
2.1.2. Rukun dan Syarat Ju’alah........................................................................4
2.1.3. Sighah Akad Ju’alah..................................................................................6
2.1.4. Pembatalan Ju’alah...................................................................................6
2.1.5. Hikmah Ju’alah..........................................................................................7
2.2. Ayat-Ayat Ju’alah......................................................................................7
2.2.1. Surat Yusuf: 72...........................................................................................7
2.2.2. Surat Al-Maidah: 2....................................................................................7
2.2.3. Surat An-Nissa: 58.....................................................................................8
2.3. Kandungan Ayat Ju’alah..........................................................................8
2.3.1. Surat Yusuf: 72...........................................................................................8
2.3.2. Surat Al-Maidah: 2....................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Perlu dipahami dan dibedakan antara al Ju’alah, Ijarah, dan hadiah sehingga
tidak salah kaprah dalam menentukan hukum. Tiga muamalah tersebut memiliki
persamaan dan perbedaan masing-masing. Jadi, harus teliti dalam menghukuminya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Ju’alah
1
Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa al-hinayah al-muqtasid, Vol. 3 (Beirut: Dar al Jil, 1989, 101.
2
Abd. Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqhu ‘ala al-Madhahib al-Arba’ah, Vol. 3, (Beirut: Dar al-Fikr,
t.tp.), 326
3
Abdullah bin Muhammad ath-Thayyar., hlm. 415.
4
Ji’alah secara etimologis yaitu memberikan upah kepada orang yang telah
melakukan pekerjaan untuknya, misalnya orang mengembalikan hewan yang
tersesat (dhalalah), mengembalikan budak yang kabur, membangun tembok,
menjahit pakaian, dan setiap pekerjaan yang mendapatkan upah. Menurut
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah ji’alah adalah perjanjian imbalan tertentu dari
pihak pertama kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas atau pelayanan
yang dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama.4
2. Amil
Yaitu pihak yang berhak atas upah yang telah dijanjikan tadi dari
pihak penerima. Tidak disyaratkan pihak amil (kedua) harus orang tertentu,
boleh saja bersifat umum. Begitu juga si Amil boleh satu orang atau
kelompok. Juga tidak disyaratkan untuk amil harus baligh dan berakal
hanya saja memiliki kemampuan untuk memenuhi permintaan pihak
kedua. Maka disini anak kecil tidak sah jika dia menjadi amil. Jika ja’il
menentukan amil secara spesifik namun orang lain yang melaksanakan
tugas tersebut maka ia tidak berhak mendapatkan upah.
3. Ijab
4
Mardabi, Fiqih Ekonomi Syariah; Fiqih Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 314
5
Hak tasharruf adalah kelayakan seseorang untuk melakukan transaksi dan muamalah dengan pihak
lain, yang dianggap sah secara syariat.
5
4. Kabul
5. Tugas
6. Al-Ju’lu
6
Musthafa Dib Bugha, Fiqih Al-Mu’awadhat, Dar Musthafa, Damaskus, cetakan III, 2009, hal. 210
6
7
Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie, dkk, Fiqih
Islam Wa Adillatuhu, op-cit, h. 434.
8
Ibid.
7
menjanjikan upah, maka yang bekerja berhak menuntut upah sebanyak pekerjaan
yang sudah dikerjakan9.
ِ ِِ ٍِ ِ ِ مِح ِ ِِ ِ
ٌاع الْ َم ل ك َو ل َم ْن َج اءَ ب ه ْ ُل بَع ري َو أَنَا ب ه َز ع يم
َ ص َو
ُ قَ الُ وا َن ْف ق ُد
Artinya :
“Penyeru-penyeru itu berkata: “Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan
aku menjamin terhadapnya”.(Qs. Yusuf [12]: 72)
9
Saifulloh Al Aziz S, Fiqih Islam Lengkap, op-cit, h. 382
8
ُ الت ْق َوى َوالَ َت َع َاونُ ْوا َعلَى اْ ِإلمْثِ َوالْعُ ْد َو ِان َو َّات ُقوا اللَّهَ إِ َّن اللَّهَ َش ِد
يد َّ َوَت َع َاونُ ْوا َعلَى الْرِب ِّ َو
ِ الْعِ َق
اب
Artinya :
"...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya" (QS. al-Maidah [5]:
2)
Penyeru-penyeru itu berkata, "Kami kehilangan piala (teko raja) dan bagi
siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh hadiah seberat beban unta
berupa bahan makanan (dan aku terhadapnya) tentang hadiah itu (menjadi
penjamin) yang menanggungnya”.10
10
Tafsir Jalalain
9
FATWA
DEWAN SYARIAH NASIONAL
NO: 62/DSN-MUI/XII/2007
Tentang
AKAD JU’ALAH
11
Tafsir Jalalain
12
Tafsir Quraish Shihab
10
Ditetapkan di : Jakarta
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Ju’alah
13
Hak tasharruf adalah kelayakan seseorang untuk melakukan transaksi dan muamalah sengan pihak
lain, yang dianggap sah secara syariat.
13
6. Al-Ju’lu
Yaitu sejumlah bayaran yang telah disepakati oleh pihak pertama.
Tidak sah kecuali bayarannya telah ditentukan sejak awal, karena dari
tujuannya ju’alah termasuk akad mu’awadah. Maka tidak sah jika
bayarannya tidak disebutkan seperti halnya mahar yang diperbolehkan untuk
disebutkan ketika akad. Bagi yang tidak menyebutkan sejak awal maka bagi
pihak kedua berhak mendapatkan upah mitsli (rata-rata), karena setiap akad
yang wajib disebutkan agar dianggap sah, wajib senilai rata-rata jika
berubah menjadi akad fasid14.
14
Musthafa Dib Bugha, Fiqih Al-Mu’awadhat, Dar Musthafa, Damaskus, cetakan III, 2009, hal. 210
14
ِ ِِ ٍِ ِ ِ مِح ِ ِِ ِ
ٌاع الْ َم ل ك َو ل َم ْن َج اءَ ب ه ْ ُل بَع ري َو أَنَا ب ه َز ع يم
َ ص َو
ُ قَ الُ وا نَ ْف ق ُد
Artinya :
“Penyeru-penyeru itu berkata: “Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan
aku menjamin terhadapnya”.(Qs. Yusuf [12]: 72)
ُ الت ْق َوى َوالَ َت َع َاونُ ْوا َعلَى اْ ِإلمْثِ َوالْعُ ْد َو ِان َو َّات ُقوا اللَّهَ إِ َّن اللَّهَ َش ِد
يد َّ َوَت َع َاونُ ْوا َعلَى الْرِب ِّ َو
ِ الْعِ َق
اب
Artinya :
"...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya" (QS. al-Maidah [5]:
2)
yang berhak secara adil. Jangan berlaku curang dalam menentukan suatu keputusan
hukum. Ini adalah pesan Tuhanmu, maka jagalah dengan baik, karena merupakan
pesan terbaik yang diberikan-Nya kepada kalian. Allah selalu Maha Mendengar apa
yang diucapkan dan Maha Melihat apa yang dilakukan. Dia mengetahui orang yang
melaksanakan amanat dan yang tidak melaksanakannya, dan orang yang
menentukan hukum secara adil atau zalim. Masing-masing akan mendapatkan
ganjarannya.19
Ditetapkan di : Jakarta
3.2. Saran
Berdasarkan makalah ini sekarang kita telah memiliki landasan hukum yang
kuat mengenai Ju’alah disertai Fatwa DSN-MUI tentang Ju’alah yang menjadi
landasan bagi kegiatan muamalat bagi kehidupan sehari-hari. Dan dalam penulisan
19
makalah ini penulis menyadari bahwa didalam malakah masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa al-hinayah al-muqtasid, Vol. 3 (Beirut: Dar al Jil,
1989, 101.)
Abd. Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqhu ‘ala al-Madhahib al-Arba’ah, Vol. 3, (Beirut: Dar
al-Fikr, t.tp.)
Musthafa Dib Bugha, Fiqih Al-Mu’awadhat, Dar Musthafa, Damaskus, cetakan III, 2009
Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie, dkk,