Anda di halaman 1dari 14

Assalamu’alaikum

Warohmatullahi
Wabarokatuh
Presentasi Ushul Fiqih Kelompok V

BAB Qiyas

Terdiri dari : Dosen Pembimbing :

• Ahmad Zaky Fadhil (20118013) M. Saepurohman, S.Sy, M.H


• Emilia Javanica (20118022)
• Yogi Anggara (20118017)
A. PENGERTIAN QIYAS

Secara ETIMOLOGI qiyas berarti ukuran, mengetahui ukuran


sesuatu, membandingkan, atau menyamakan sesuatu
dengan yang lain.

Secara TERMINOLOGI qiyas berarti membandingkan sesuatu


kepada yang lain dengan persamaan illatnya.

Menurut ulama‟ fiqih, ialah menetapkan hukum suatu kejadian atau peristiwa yang
tidak ada dasar nash nya dengan cara membandingkan nya kepada suatu kejadian
atau peristiwa yang lain yang telah di tetapkan hukum nya berdasarkan nash karena
ada persamaan illatnya antara dua kejadian atau peristiwa itu.
Pengertian Qiyas Menurut Para Ahli

Al-Ghazali "Menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang diketahui


dalam hal menetapkan hukum pada keduanya atau meniadakan hukum dari keduanya
disebabkan ada hal sama antara keduanya, dalam penetapan hukum atau peniadaan
hukum”.

Qadhi Abu Bakar “Menanggung sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang diketahui
dalam hal menetapkan hukum pada keduanya atau meniadakan hukum dari keduanya
disebabkan ada hal yang sama antara keduanya”.

Ibnu Subki “Menghubungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang sudah
diketahui kesamaannya dalam „„illat hukumnya menurut pihak yang menghubungkannya
(mujtahid).”
B. SUMBER HUKUM QIYAS

1. Al-Quran

‫ل َه َّز ٍة‬ َ َ‫أنشأ‬


َ ّ‫ها أو‬ َ ‫) ُقل ُيحيِيحَا الَّ ِذي‬78( ‫ن‬
ٌ ‫ي َر ِهي‬
َ ‫َه‬ُ ‫مو‬ َ ‫حيِي ال ِعظَا‬ َ ‫خ ْل َق ُه َق‬
ْ ‫ل هَن ُي‬ َ ‫ي‬ َ َ‫ض َزبَ لَنَا َه َث ََل َون‬
َ ‫س‬ َ ‫َو‬
)79(‫ن‬ ٌ ‫لق َعلِي‬
ٍ ‫خ‬ ُ ‫و‬
َ ِ‫َه َو ب‬

78. Dan ia membuat perumpamaan bagi kami, dan dia lupa pada kejadiannya,
ia berkata; siapakah yang dapat menghidupkan tukang belulang, yang telah
hancur luluh?
79. Katakanlah; ia akan dihidupkan oleh tuhan yang menciptakan ia kali pertama.
Dan dia mengetahui tentang segala makhluk. QS. Yaasin : 78-79
2. Dalil Sunnah

Diantara dalil sunnah yang dikemukakan jumhur ulama sebagai argumentasi


bagi penggunaan qiyas adalah:

Artinya:

“Bagaimana (cara) kamu menetapkan hukum apabila dikemukakan suatu


peristiwa kepadamu? Mu‟adz menjawab: Akan aku tetapkan berdasar al-
Qur‟an. Jika engkau tidak memperolehnya dalam al-Qur‟an? Mu‟adz
berkata: Akan aku tetapkan dengan sunnah Rasulullah. Jika engkau tidak
memperoleh dalam sunnah Rasulullah? Mu‟adz menjawab: Aku akan
berijtihad dengan menggunakan akalku dengan berusaha sungguh-
sungguh. (Mu‟adz berkata): Lalu Rasulullah menepuk dadanya dan berkata:
Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk petugas yang diangkat
Rasulullah, karena ia berbuat sesuai dengan yang diridhai Allah dan Rasul-
Nya. ” (HR. Ahmad Abu Daud dan at-Tirmidzi)
3. Perbuatan Sahabat

Para sahabat Nabi SAW banyak melakukan qiyas dalam menetapkan


hukum suatu peristiwa yang tidak ada nashnya. Seperti alasan
pengangkatan Khalifah Abu Bakar. Menurut para sahabat Abu Bakar
lebih utama diangkat menjadi khalifah dibanding sahabat-sahabat
yang lain, karena dialah yang disuruh Nabi SAW mewakili beliau
sebagai imam shalat di waktu beliau sedang sakit. Jika Rasulullah SAW
ridha Abu Bakar mengganti beliau sebagai imam shalat, tentu beliau
lebih ridha jika Abu Bakar menggantikan beliau sebagai kepala
pemerintahan.
4. Akal

Tujuan Allah SWT menetapakan syara‟yaitu bagi kemaslahatan manusia.


Dalam hal itu setiap peristiwa ada yang diterangkan dasarnya dalam
nash dan ada pula yang tidak diterangkan. Peristiwa yang tidak
diterangkan dalam nash atau tidak ada nash yang dapat dijadikan
sebagai dasarnya, ada yang „illatnya sesuai benar dengan „illat hukum
dari peristiwa yang ada nash sebagai dasarnya. Menetapkan hukum
dari peristiwa yang tidak ada nash sebagai dasarnya, ini sesuai dengan
hukum yang telah ditetapkan berdasar nash karena ada persamaan
„illatnya diduga keras akan memberikan kemaslahatan kepada hamba.
Sebab itu tepatlah kiranya hukum dari peristiwa itu ditetapkan dengan
cara qiyas.
C. UNSUR/RUKUN QIYAS

1. Al ashlu (pokok).
Ashl merupakan masalah yang telah ditetapkan hukumnya dalam al-quran dan sunnah.
Ashl disebut juga dengan Al-Maqis „Alaih (tempat mengiyaskan sesuatu).

2. Furu‟ (cabang)
Adalah sesuatu yang tidak ada ketegasan hukumnya dalam al-qur‟an, sunnah atau
ijma‟, yang hendak ditemukan hukumnya melalui qiyas.

3. Hukum Ashl
Hukum ashl yaitu hukum syara‟ yang terdapat pada ashl yang hendak ditetapkan pada
far‟u (cabang) dengan jalan qiyas.
4. „illat
„illat yaitu suatu sebab yang menjadikan adanya hukum, dengan persamaan sebab
inilah baru dapat di qiyaskan masalah kedua (furu‟) kepada masalah yang pertama
(ashl) karena adanya suatu sebab yang dapat dikompromikan antara ashl dengan
furu‟.
D. MACAM-MACAM QIYAS

1. Qiyas aula (qiyas ini dinamai juga awlawi, qiyas qhat‟i)


yaitu suatu qiyas yang „ilatnya itulah yang mewajibkan hukum.atau dengan kata
lain sesuatu qiyas hukum yang diberikan kepada pokok lebih patut diberikan
kepada cabang.

2. Qiyas musawi
yaitu suatu qiyas yang ilatnya mewajibkan hukum. Atau mengqiyaskan sesuatu
keapada sesuatu yang bersamaan kedua-duanya yang patut menerima hukum
tersebut.

3. Qiyas adna atau qiyas adwan


yaitu mengqiyaskan sesuatu yang kurang patut menerima hukum yang diberikan
kepada sesuatu yang memang patut menerima hukum itu.
4. Qiyas al-‘aksi
tidak adanya hukum karena tidak adanya „ilat atau menetapkan lawan hukum
sesuatu bagi yang sepertinya karena keduanya itu berlawanan tentang hal
„ilat.

5. Qiyas assabri wa taqsim


qiyas yang ditetapka „ilatnya sesudah dilakukan penelitian dan peninjauan
yang lebih dalam.

6. Qiyas Dalalah
yaitu qiyas yang „ilatnya tidak disebut tetapi merupakan petunjuk yang
menunjukan adanya „ilat untuk menetapkan sesuatu hukum dari sesuatu
pristiwa.

7. Qiyas fi ma’nal ashli


yaitu qiyas yang tidak dijelaskan washaf (sebab „ilat) yang mengumpulkan
antara pokok dan cabang didalam mengqiyaskan itu.
8. Qiyas al-ikhalati wal munasabati
yaitu qiyas yang jalan menetapkan „ilat yang dipetik dari
padanya (yang dikeluarkan dengan jalan ijtihad), ialah
munasabah, yakni kemaslahatan memelihara maksud (tujuan).

9. Qiyas ‘ilat
yaitu membandingkan sesuatu kepada yang lain karena
kesamaan „ilatantara keduanya membandingkan hukum
minuman yang memabukkan kepada khamar.
Ada yang ingin ditanyakan?
Terimakasih Atas Perhatiannya..^^

Wassalamu‟alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Anda mungkin juga menyukai