Anda di halaman 1dari 15

ASSALAMUALAIKUM WR.WB.

DISUSUN OLEH:
ADAM M RASYID (20118035)
ASHAR SYALIM (20118041)
DOSEN PEMBIMBING:
M. Saepurohman S.Sy., M.H
SADDU DZARI’AH
PENGERTIAN SADDU DZARI’AH

Secara Bahasa
Adz-dzarai' (‫ )الذرائع‬merupakan bentuk
jamak dari adz-dzari'ah (‫)الذريعة‬. Dan adz-
Dzari'ah secara Bahasa artinya perantara atau
jalan untuk mencapai sesuatu.
SECARA ISTILAH

Al-Qarafi Asy-Syaukani Asy-Syatibi


Menurut al-Qarafi, sadd adz-dzari’ah Menurut asy-Syaukani, adz-dzari’ah Asy-Syatibi menyatakan bahwa sadd
adalah memotong jalan kerusakan adalah masalah atau perkara yang adz-dzari’ah adalah menolak sesuatu
(mafsadah) sebagai cara untuk pada lahirnya dibolehkan namun yang boleh (jaiz) agar tidak
menghindari kerusakan tersebut. akan mengantarkan kepada mengantarkan kepada sesuatu yang
Meski suatu perbuatan bebas dari perbuatan yang dilarang (al- dilarang(mamnu’).
unsur kerusakan (mafsadah), namun mahzhur)
jika perbuatan itu merupakan jalan
atau sarana terjadi suatu kerusakan
(mafsadah), maka kita harus
mencegah perbuatan tersebut.
KEHUJJAHAN SADDU DZARI’AH
1. SADD ADZ-DZARAI' MERUPAKAN
DALIL FIQIH

Pendapat ini dikemukakan oleh para ulama di


kalangan mazhab Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah. Dr.
Wahbah Az-Zuhaili menerangkan bahwa Al-Imam Malik dan
Al-Imam Ahmad menjadikan adz-dzarai' sebagai salah satu
bagian dari ushul fiqih.
Yang sependapat dengan keduanya adalah Ibnu al-
Qayyim Al-Jauziyah (w. 751 H), dimana Beliau menyatakan
bahwa sadd adz-dzarai' merupakan seperempat agama.
Mereka melandasi hal ini dengan argumentasi dari Al-
Quran dan As-Sunnah.
AL-QUR’AN
‫َير ِع ٍلم‬
ِ ‫دوا بِغ‬
ً ‫هللا َع‬ ُ َ‫هللا فَي‬
َ ‫سبُّوا‬ ِ ‫ُون‬ِ ‫سبُّوا الَّذِينَ يَدعُونَ ِمن د‬
ُ َ ‫ َوالَ ت‬..
Dan janganlah kalian memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah
selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui
batas tanpa pengetahuan.(QS. Al-An'aam : 108)

‫ضربنَ بِأَر ُج ِل ِه َّن ِليُعلَ َم َما يُخ ِفينَ ِمن ِزينَتِ ِه َّن‬
ِ َ‫َوالَ ي‬
Dan janganlah perempuan itu menghentakkan kakinya supaya diketahui
orang perhiasan yang tersembunyi di dalamnya. (QS. An-Nur : 31)
AS-SUNNAH
‫لى َما الَ يَ ِريبُ َك‬
َ ‫َدع َما يَ ِريبُ َك ِإ‬
Tinggalkanlah apa-apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu (HR.
At-Tirmidzi)

‫ َو َمن‬،‫رض ِه‬ِ ‫برأَ ِلدِينِ ِه َو ِع‬َ َ‫ت فَقَد است‬ ِ ‫شبُ َها‬ ُّ ‫ فَ َم ِن اتَّقَى ال‬،‫اس‬ ِ َّ‫ير ِمنَ الن‬ ٌ ِ‫ات الَ يَعلَ ُم ُه َّن َكث‬ ٌ ‫ام بَ ِيّ ٌن َوبَينَ ُه َما أ ُ ُم‬
ٌ ‫ور ُمشتَبِ َه‬ َ ‫ِإ َّن ال َحالَ َل بَ ِيّ ٌن َو ِإ َّن ال َح َر‬
َ‫ار ُمهُ أَال‬
ِ ‫ أَالَ َو ِإ َّن ِل ُك ِّل َم ِلكٍ ِح ًمى أَالَ َو ِإ َّن ِح َمى هللاِ َم َح‬،‫الح َمى يُو ِشكُ أَن َيرتَ َع فِي ِه‬ ِ ‫رعى َحو َل‬ َ ‫الرا ِعي َي‬ َّ ‫ َك‬،‫ت َوقَ َع فِي ال َح َر ِام‬ ِ ‫شبُ َها‬ ُّ ‫َوقَ َع فِي ال‬
ُ َ‫ي الق‬
‫لب‬ َ ‫س ُد ُكلُّهُ أَالَ َو ِه‬َ ‫س َد ال َج‬َ َ‫س َدت ف‬ َ َ‫س ُد ُكلُّهُ َوإِ َذا ف‬
َ ‫صلَ َح ال َج‬ َ ‫صلَ َحت‬ َ ‫س ِد ُمضغَةً إِ َذا‬ َ ‫َوإِ َّن فِي ال َج‬
Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya
terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh
orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah
menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam
perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan.
Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya
disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan
memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah
adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal
daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah
seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati. (HR. Bukhari dan Muslim)
2. SADD ADZ-DZARAI' BUKAN MERUPAKAN
DALIL FIQIH

Para ulama di kalangan mazhab Al-Hanafiyah dan mazhab Asy-


Syafi'iyah cenderung menjadikan sadd adz-dzarai' bukan merupakan dalil
fiqih
PEMBAGIAN SADDU DZARI’AH

• 1. Ulama Menyepakati Keharusan untuk Menutup


Yaitu yang membawa kerusakan secara pasti atau lazimnya akan
menimbulkan kerusakan. Dalam hal ini, ulama sepakat untuk melarangnya,
sehingga dalam kitab-kitab fiqih madzhab ditegaskan tentang haramnya
menggali lubang di tempat yang biasa dilalui orang yang dapat dipastikan
akan mencelakakan.
• 2. Ulama Sepakat Bahwa Ia Tak Perlu Ditutup
Yaitu yang peluangnya membawa pada kerusakan sangat kecil dan jarang
terjadi. Dalam hal ini, seandainya perbuatan itu dilakukan, sangat kecil
peluangnya akan menimbulkan kerusakan.
Misalnya menggali lubang di kebun sendiri yang jarang dilalui orang. Menurut
kebiasaan, tidak ada orang yang lewat di tempat tersebut yang akan
terjatuh ke dalam lubang. Namun memang tidak tertutup kemungkinan ada
yang kesasar lalu terjatuh ke dalam lubang tersebut.
Ulama sepakat tidak melarang hal ini, sehingga dalam kitab-kitab fiqih tidak
terdapat larangan membuat lubang di kebun sendiri yang jarang dilalui
orang, memperjualbelikan anggur, dan yang semisalnya.
3. Ulama Berbeda Pendapat Tentang Keharusan Ditutup atau Tidaknya
Yaitu yang peluangnya membawa pada kerusakan cukup besar, namun
tidak sampai bersifat pasti atau lazim terjadi. Pada bagian inilah, ulama
berbeda pendapat.
Perbedaan pendapat ini terjadi pada adz-dzarai' yang tidak disebutkan
dalam al-Kitab dan as-Sunnah keharusan untuk menutup dan mencegahnya,
sedangkan yang disebutkan dalam nash syar'i tidak ada perbedaan
pendapat, seperti larangan memaki sesembahan orang-orang musyrik
karena dikhawatirkan mereka akan memaki Allah ta'ala.
Secara umum, Malikiyah dan Hanabilah mengharuskan menutup atau
melarang adz-dzarai' pada bagian ini, sedangkan Syafi'iyah dan Hanafiyah
menyatakan tidak perlu melarangnya.
CONTOH SADDU DZARI’AH
• a. Jual beli Aajal
Sebenarnya jual beli ini boleh, namun Malik melarang jual beli semacam ini karena
banyak orang yang melakukannya sebagai jalan untuk melakukan riba.
• b. Penundaan Pembayaran Mahar
Menurut kalangan Malikiyah hal ini makruh, walaupun ada batas waktu yang jelas,
setahun misalnya.
Hukum makruh ini jika penundaan yang dilakukan adalah untuk keseluruhan mahar,
bukan cuma sebagiannya. Hal ini karena dikhawatirkan akan ada yang menikah
tanpa mahar.
• c. Puasa Hari Syak
Dimakruhkan berpuasa sebelum ramadhan, sehari atau dua hari sebelumnya, karena
dikhawatirkan ia dianggap sebagai tambahan puasa Ramadhan.
ADA YANG DIDISKUSIKAN?

Anda mungkin juga menyukai