Anda di halaman 1dari 113

EKONOMI MAKRO ISLAMI

Untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah Ekonomi Makro Islami

Dosen pengampu: Alindra Yanuardi, S.E., MM.

Disusun oleh:
Nama: Mita Ambarsari (1741143224)
Kelas: 3F

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

NOVEMBER 2015
III

KATA PENGANTAR

Dalam buku ini, bab 1 membahas ekonomi mikro dan ekonomi makro yang selanjutnya di bab 2
menjelaskan tentang perekonomian makro sederhana. Kedua bab ini masih membahas perilaku
ekonomi yang masih bersifat sederhana, yang nantinya dilanjutkan bab 3 sampai dengan bab 14 yang
di dalamnya membahas perekonomian yang sangat kompleks.
Ilmu ekonomi makro merupakan pengembangan ilmu ekonomi mikro dengan memasukkan
unsur uang dan pemerintah. Kajian khusus tentang uang inilah yang nantinya berkembang menjadi
cabang ilmu ekonomi moneter, sedangkan kajian tentang pemerintah berkembang menjadi cabang ilmu
ekonomi fiskal.
Pendekatan yang digunakan untuk tiap bab dalam buku ini selalu dimulai dengan kajian
ekonomi makro konvensional, kemudian diikuti dengan kajian ekonomi makro islam. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan ilmu pengetahuan dan filosofi ekonomi yang berbeda. Perbedaan yang
mendasar terletak pada filosofinya, karena islam mempunyai nilai-nilai yang sangat berbeda dengan
nilai-nilai yang di anut oleh ekonomi konvensional. Pendekatan ini memungkinkan pembaca untuk
membandingkan pemikiran ekonomi makro konvensional dengan tokoh-tokohnya yaitu seperti aliran
keynesian, aliran moneterist, aliran klasik, aliran modern dan lain-lain, serta ekonomi islam dengan
tokoh-tokoh pemikirannya, seperti: Iqtishaduna, Baqir Sadr, Ibn Khaldun dan sebagainya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu mengarahkan
penyusunan buku ini. Sehingga buku ini dapat terselesaikan tepat waktu. Terima kasih kepada Bapak
Alindra Yanuardi, SE., MM. Yang telah membimbing dan mengarahkan dalam membuat buku ini.
Semoga buku ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin!

Tulungagung, November 2015

Mita Ambarsari
IV

DAFTAR ISI

Kata Pengantar III

Daftar Isi IV

Daftar Grafik VIII

Daftar Tabel IX

BAB 1 EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO

A. Uang dalam Ekonomi Makro 1


B. Adanya Pemerintah Sebagai Pelaku Ekonomi Raksasa 3
C. Dampak Uang pada Sisi Permintaan: Money Illusion dan
Pola Konsumsi (Materi Intermediate) 4
D. Dampak Uang pada Sisi Penawaran: Money Illusion dan
Pilihan Teknologi (Materi Intermediate) 5
E. Dampak Pemerintah pada Sisi Permintaan: Keynesian
Economics (Materi Intermediate) 5
F. Dampak Pemerintah pada sisi Penawaran: Supply Side
Economics (Materi Intermediate) 6

BAB 2 EKONOMI MAKRO SEDERHANA

A. Ekonomi Satu Pulau Satu Orang 7


B. Ekonomi Satu Pulau Lima Orang 8
C. Ekonomi Satu Pulau Lima Orang dan Uang Dari Langit 8
D. Ekonomi Satu Pulau Lima Orang, Uang Dari Langit,
dan Raja 9
E. Ekonomi Banyak Pulau, Banyak Orang, Banyak Uang,
Banyak Raja 11
F. Mungkinkah Perkonomian Tanpa Bunga? (Materi Intermediate) 14
G. Mengapa Ada Bunga dalam Perekonomian? (Materi Intermediate) 14
V

BAB 3 KESEIMBANGAN PASAR DALAM EKONOMI MAKRO

A. Keseimbangan Pasar Ekonomi Mikro: Individu 15


B. Keseimbangan Pasar Ekonomi Makro: Industri 15
C. Keseimbangan Pasar Ekonomi Makro: Aagregat 15
D. Keseimbangan Pasar Ekonomi Makro: Adanya Uang
dalam Perekonomian 16
E. Keseimbangan Pasar Ekonoomi Makro: Masuknya Peran Pemerintah 21
F. Keseimbangan Pasar Ekonomi Makro Pada Macam-Macam
Aggregate Supply 22

BAB 4 UANG DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

A. Konsep Uang dalam Islam 24


B. Ekonomi Makro dengan Uang 24
C. Perubahan Fungsi Uang 25
D. Uang dalam Fungsi Utilitas 26
E. Time Value Of Money 27
F. Ecoomic Value Of Time 28
G. Uang sebagai Flow Concept 28
H. Uang sebagai Public Goods 28
I. Kerancuan Pemikiran Uang dalam Pemikiran Konvensional 29

BAB 5 STABILITAS EKONOMI DALAM BERBAGAI SISTEM

(MATERI INTERMEDIATE)

A. Pandangan aliran monetarists tentang uang 31


B. Pandangan aliran keynesians tentang uang 31
C. Pandangan ekonomi austria tentang uang 31
D. Pemikiran masudul alam choudury tentang uang 32
E. Pemikiran umer chapra tentang uang 32
F. Upaya Stabilisasi Mata Uang Emas (Dinar) dalam
Konsep Ekonomi 33
VI

BAB 6 ECONOMIC VALLUE OF TIME

A. Pendahuluan 37
B. Perubahan pada Endowment Point dan Dampaknya 37
C. Present Value Versus Profitability 40

BAB 7 INFLASI: STABILITAS NILAI UANG DOMESTIK

A. Sejarah Inflasi 43
B. Teori Inflasi Konvensional 43
C. Teori Inflasi Islam 45

BAB 8 NILAI TUKAR UANG: STABILITAS NILAI UANG

INTERNASIONAL

A. Teori Nilai Tukar Uang Konvensional 49


B. Teori Nilai Tukar Islam 53

BAB 9 KEBIJAKAN MONETER

A. Pendahulun 56
B. Permintaan Uang 57
C. Teori Permintaan Uang dalam Islam 59
D. Manajemen Moneter Konvensional dalam Islam 62

BAB 10 INSTRUMEN MONETER

A. Instrumen Moneter Konvensional 69


B. Instrumen Moneter Islam 72
C. Aplikasi Instrumen Moneter Islam 74

BAB 11 PEMERINTAH SEBAGAI IBU SEGALA PASAR

A. Pasar dan Pemerintah 79


B. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 81
C. Budget Deficit 83
VII

D. Kebijakan dan Instrumen Fiskal Pemerintahan Islam 84


E. Efektivitas Kebijakan Fiskal 88

BAB 12 PEMERINTAH SEBAGAI PENABUNG BESAR

A. Anggaran Pendapatan Pemerintah 89


B. Anggaran Pendapatan Pemerintah Islam 90

BAB 13 PEMERINTAH SEBAGAI PEMBELI BESAR

A. Pendahuluan 93
B. Klasifikasi Belanja Pemerintah 94
C. Jenis Pengeluaran Baitul Mal 95

BAB 14 PEMERINTAH SEBAGAI INVESTOR BESAR

A. Pendahuluan 99
B. Pertumbuhan Ekoonomi, Investasi, dan Infrastruktur 99
C. Pengeluaran Agregat 100
D. Kebijakan Fiskal dan Permintaan Agregat 101
E. Keseimbangan Produk Domistik Bruto (PDB) dan
Tingkat Harga dalam Jangka Pendek 102
F. Ekspansi Fiskal dan PDB Potensial 103
G. Keterbatasan Kebijakan Fiskal 104
H. Fungsi Investasi 104
I. Fungsi Investasi dalam Perekonomian Islami 105
J. Pembangunan Infrastruktur 106

DAFTAR PUSTAKA 107


VIII

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.2Budget Line dengan Px/Py=0,8 2

Grafik 3.1 Keseimbangan Ekonomi Mikro 15

Grafik 3.7 Kurva Fungsi Permintaan Uang untuk Transaksi 17

Grafik 3.8 Kurva Fungsi Permintaan Uang untuk Spekulasi 17

Grafik 3.9 Pembentukan Kurva Keseimbangan Pasar Uang 18

Grafik 3.15 Kurva Fungsi Investasi 19

Grafik 3.16 Kurva Fungsi Saving 19

Grafik 3.17 Pembentukan Kurva Keseimbangan Pasar Barang dan Jasa

Grafik 3.22 Kurva IS-LM 20

Grafik 3.23 Kurva IS-LM dan Kurva AS-AD 21

Grafik 3.30 Kurva AS 20

Grafik 4.2 Optimal Solution 30

Grafik 6.5 Dampak Perubahan Endowment Point karena Peningkatan

Curren Income 38

Grafik 8.3 Keseimbangan Nilai Tukar Uang Terhadap Tingkat Suku Bunga

Dan Ekspektasi Nilai Tukar 52

Grafik 9.13 Perubahan Money Demand untuk Spekulasi Mazdhab Pertama 67

Grafik 11.5 Efektivitas Kebijakan Fiskal 88

Grafik 12.1 Pengaruh Value Added Tax terhadap Kurva Penawaran 89

Grafik 12.2 Pengaruh Proportional Tax Kurva Penawaran 90

Grafik 13.1 Wasteful Spending 94

Grafik 13.2 Productive Spending 95

Grafik 14.1 Pengeluaran Agregat 101

Grafik 14.2 Belanja Pemerintah dan Permintaan Agregat 102

Grafik 14.3 Kebijakan Fiskal, PDB Riil, dan Tingkat harga 103
IX

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Barang X dan Y Dikonsumsi dengan Px/Py= 0,8 2

Tabel 11.1 Struktur APBN 2004 dan RAPBN 2005 81

Tabel 12.1 Zakat Peternakan Untuk Kambing/Domba 91

Tabel 13.1 Sumber-sumber Pengeluaran Negara Primer dan Sekunder yang

Berhubungan dengan Kemasyarakatan pada Zaman Rasulullah SA

Dan Empat Khalifah 96


1

BAB 1

EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO

Dalam ilmu ekonomi terdapat dua cabang yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro. Sesuai dengan
namanya mikro dapat diartikan kecil. Berdasarkan pada corak dan ruang lingkup analisisnya, ekonomi mikro
merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisis mengenai bagian-bagian kecil dari keseluruhan
kegiatan perekonomian. Yang dimaksud dengan ekonomi mikro adalah kajian tentang tingkah laku individual
dalam ekonomi.1
Sedangkan ekonomi makro adalah kajian tentang aktivitas ekonomi suatu negara. Sesuai dengan
namanya makro berarti besar. Dengan demikian ekonomi makro menganalisis keseluruhan kegiatan
perekonomian bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit kecil
dalam perekonomian. Dalam menganalisis mengenai kegiatan pembeli, misalnya yang dianalisis bukanlah
mengenai tingkah laku seorang pembeli, melainkan keseluruhan pembeli yang ada di pasar. Juga tidak lagi
memperhatikan permintaan dan penawaran terhadap suatu barang, melainkan permintaan dan penawaran barang-
barang secara keseluruhan (agregat).2
Perbedaan yang esensial dalam kajian ekonomi mikro dan ekonomi makro mencakup dua hal, yaitu:
Pertama, adanya uang dalam ekonomi makro, sehingga nominal price menjadi faktor kajian penting. Dalam
kajian ekonomi mikro, yang terpenting adalah harga relatif atau harga relatif pendapatan. Adanya uang inilah
yang nantinya akan menghasilkan cabang ilmu ekonomi moneter. Kedua, adanya pembeli dan penjual besar
dalam ekonomi makro yaitu pemeritah. Kemampuan dan perilaku pemerintah membelanjakan dan menabung
uangnya dalam jumlah yang sangat besar menjadi kajian tersendiri yang nantinya akan menghasilkan cabang
ilmu ekonomi fiskal.

A. Uang dalam Ekonomi Makro

Definisi uang disini adalah alat tukar barang dan jasa dalam pasar ekonomi. Dalam kajian ekonomi mikro,
yang penting adalah harga relatif (relatif price) atau harga relatif pendapatan (income relatif price). Harga relatif
menentukan kemiringan (slope) budget line.

1. Harga Relatif Barang X terhadap barang Y(relative price,Px/Py)


Besarnya harga relatif (relative price, Px/Py) menentukan kemiringan budget line. Bila harga relatif
semakin besar, maka kemiringan budget line semakin besar (semakin curam), sedangkan bila harga relatif
semakin kecil maka kemiringan budget line semakin kecil (semakin landai).3
Contoh:
Untuk memenuhi kebutuhan Bapak Rusdi terhadap barang X dan barang Y, jumlah dana yang tersedia
untuk mengkonsumsi kedua barang tersebut adalah Rp 160.000. Saat ini harga barang X adalah Rp 8000 per
buah dan harga barang Y adalah Rp 10.000 per buah. Berikut adalah kombinasi jumlah barang X dan
barang Y yang dapat dikonsumsi oleh Bapak Rusdi sesuai dengan dana yang tersedia:
1
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: IIIT-Indonesia, 2003), Edisi Kedua, hlm 1.
2
Prathama Rahardja, Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekonomi), Edisi
Ketiga, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), hlm 11-12.
3
Adiwarman A. Karim, ibid, hlm.1
2

Tabel 1.1 jumlah barang X dan Y dikonsumsi dengan Px/ Py = 0,8

Kombinasi Harga Jumlah Harga Jumlah Pengeluaran


Barang Barang Barang X Barang Barang Y Total
x (Px) Dikonsumsi Y (Py) Dikonsumsi
(Qx) (Qy)
Aₒ 8.000 20 10.000 0 160.000

Bₒ 8.000 15 10.000 4 160.000


Cₒ 8.000 10 10.000 8 160.000

Dₒ 8.000 0 10.000 16 160.000

Harga relatif (relative price) Px/Py adalah 8.000/10.000 = 0,8.


Dari beberapa kombinasi jumlah barang X dan jumlah Y yang dapat dikonsumsi oleh Bapak Rusdi
seperti terlihat pada tabel dibuat budget line sebagai berikut:

Grafik 1.2 diatas menggambarkan budget line Bapak Rusdi dalam mengonsumsi barang X dan barang Y
yang besarnya sama dengan harga relatif (Px, Py) yaitu 0,8.4

2. Harga Relatif Pendapatan terhadap Harga Barang X atau Harga Barang Y (Income Relative
Price, I/Px atau I/Py)

Dalam ekonomi mikro hanya dikenal satu nilai dari uang, yaitu daya beli uang yang digambarkan
dalam harga relatif pendapatan (income relative price, I/Px atau I/Py). Harga relatif pendapatan menentukan
letak titik budget line pada sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Bila semua pendapatan digunakan untuk
membeli barang X, maka daya belinya adalah I/Px = Qx, bila semua pendapatan digunakan untuk membeli
barang Y, maka daya belinya adalah I/Py = Qy.

4
Ibid, hlm. 3.
3

Dalam ekonomi makro, adanya unsur uang menyebabkan nominal price menjadi penting karena ada
dua nilai uang yang berbeda yaitu: nilai nominal uang dan daya beli uang. Satu nominal pendapatan naik
berarti nominal uang yang dimiliki bertambah, namun daya beli belum tentu meningkat. Katakanlah
pemerintah mencetak uang baru sehingga jumlah jumlah uang yang beredar bertambah banyak padahal
barang yang tersedia tidak bertambah, maka yang terjadi adalah naiknya barang X. Bila persentase kenaikan
pendapatan sama dengan persentase kenaikan harga maka daya beli tidak berubah. 5

B. Adanya Pemerintah sebagai Pelaku Ekonomi Raksasa

Dalam ekonomi mikro, pendapatan (Y) seorang individu dapat digunakan untuk konsumsi (C) dan
menabung (S), yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

Y=C+S
Keterangan:
Y = Pendapatan Individu
C = Konsumsi
S = Tabungan

Bila ada banyak orang maka dalam ekonomi makro pendapatan semua orang yang berada dalam satu
negara disebut pendapatan domestik bruto (PDB) atau GDP yang secara matematis dituliskan sebagai
berikut: ΣY= ΣC+ΣS
Sebenarnya tidak ada perbedaan yang esensial antara konsep pendapatan (Y), konsumsi (C) dan
tabungan (S) dalam ekonomi mikro dibandingkan dengan ekonomi makro. Dalam ekonomi mikro yang
diukur adalah Y, C, S individual, sedangkan dalam ekonomi makro yang diukur adalah ΣY, ΣC, ΣS yaitu
penjumlahan dari semua individu pada negara tersebut.
Perbedaan yang esensial terletak pada adanya pemerintah yang mempunyai kemampuan yang besar
dan perilaku yang berbeda. Untuk membedakannya sebut saja Y g, Cg, Sg dimana notasi g berarti government
(pemerintah). Dalam banyak literatur ekonomi makro yang dikembangkan oleh aliran Keynesian, lazimnya
investasi tidak dibedakan antara yang dilakukan oleh keluarga maupun oleh pemerintah. Bila investasi
keluarga (Ih) digabungkan dengan investasi pemerintah (I g) maka sebut saja investasi (I), pendapatan
keluarga (Yh) digabungkan dengan pendaptan pemerintah (Y g) maka sebut saja pendapatan (Y). Dalam
literatur aliran tersebut konsumsi pemerintah (C g) lazim diberi notasi G. Maka dapat ditulis persamaan
sebagai berikut:6
(Yh + Yg) = Ch + (Ih + Ig) + Cg
Y=C+I+G

C. Dampak Uang pada Sisi Permintaan: Money Illusion dan Pola Konsumsi

5
Ibid., hlm. 5-10.
6
Ibid., hlm.11-12.
4

Dalam ekonomi makro islami, perbedaan pada sisi permintaan terasa ada dampaknya ketika
dimasukkannya unsur uang pada teori optimalisasi. Efek akhir perubahan merupakan kombinasi dari efek
substitusi dan efek perubahan pendapatan. Efek substitusi terjadi akibat perubahan harga relatif yang akan
mengubah kemiringan (slope), sehingga titik singgung dengan kurva utilitas juga berubah. Sedangkan efek
pendapatan terjadi akibat pergeseran budget line secara paralel. Efek substitusi dan efek perubahan
pendapatan akan berbeda untuk tiap jenis barang seperti normal goods, inferior goods dan giffen goods.7

1. Normal Goods

Normal goods adalah jenis barang yang apabila pendapatan bertambah maka jumlah barang yang
dikonsumsi juga bertambah. Pada normal goods, efek substitusi dan efek pendapatan bergerak secara
bersamaan. Artinya, jika terjadi penurunan harga maka pergerakan efek substitusi akan menyebabkan
jumlah barang yang dikonsumsi meningkat. Sebaliknya, bila harga barang naik setiap pergerakan efek
substitusi maupun pergerakan efek pendapatan akan menurunkan jumlah barang yang dikonsumsi. 8

2. Inferior Goods

Inferior goods adalah kebalikan dari normal goods dimana jumlah barang yang dikonsumsi akan
berkurang bila pendapatan bertambah. Pada inferior goods, efek substitusi dan efek pendapatan bergerak
secara berlawanan. Artinya jika terjadi penurunan harga barang X, maka harga relatif berkurang dan
pendapatan rill meningkat, sehingga pergerakan karena efek substitusi akan menyebabkan jumlah barang
yang dikonsumsi meningkat sedangkan pergerakan yang disebabkan oleh efek pendapatan akan
menurunkan jumlah barang yang dikonsumsi.
Sebaliknya, bila harga barang X naik, maka harga relatif bertambah dan pendapatan rill berkurang,
sehingga pergerakan efek substitusi akan menyebabkan jumlah barang yang dikonsumsi berkurang.
Sedangkan pergerakan yang disebabkan oleh efek pendapatan akan meningkatkan jumlah barang yang
dikonsumsi.9

3. Giffen Goods

Giffen goods adalalah inferior goods yang efek pendapatannya lebih besar daripada efek substitusi.
Giffen goods sangat jarang terjadi didunia. Pada giffen goods, harga dan jumlah barang yang dikonsunsi
berhubungan secara positif. Artinya jika harga barang naik maka jumlah barang yang dikonsumsui juga
naik. Sebaliknya jika harga turun maka jumlah barang yang dikonsumsi juga turun.
Bila kenaikan pendapatan benar-benar terjadi sehingga meningkatkan daya beli, maka perubahan
pola permintaan barang akan berubah sesuai dengan jenis barangnya. Untuk normal goods, permintaan
keduannya meningkat, untuk inferior goods lebih kecil, permintaan keduanya juga meningkat meskipun
kenaikan permintaan inferior goods lebih kecil daripada kenaikan permintaan lebih kecil, untuk giffen
goods, permintaan giffen goods menurun dengan naiknya pendapatan. Namun, bila kenaikan pendapatan
tersebut sekedar kenaikan nominal income, maka yang terjadi adalah money illusion. Akibatnya pola
permintaan barang berubah meskipun sebenarnya tidak ada perubahan pada budget line.

7
Ibid., hlm.12.
8
Ibid., hlm. 13
9
Ibid., hlm. 15
5

Dalam konsep makro ekonomi islami, money illusion tidak akan terjadi. Pertama, bila uang yang
digunakannya adalah dinar dan dirham, maka secara alami tidak akan terjadi money illusion. Kedua, bila
uang yang digunakannya adalah fiat money (uang kertas, uang logam) maka syarat penggunaan uang
jenis ini adalah pemerintah wajib menjaga nilainya. Artinya, pemerintah boleh menambah jumlah uang
yang beredar dengan syarat nilainya tidak boleh berubah, sehingga money illusion tidak terjadi.10

D. Dampak Uang pada Sisi Penawaran: Money Illusion dan pilihan Teknologi

Pada sisi penawaran dampak dimasukkannya unsur uang terasa pada teori biaya khususnya
ketika optimalisasi penggunaan input. Untuk mudahnya misalnya fungsi produksi hanya terdiri dari dua
jenis input yaitu tenaga kerja (labor, L) dan modal (Kapital, K). Harga tenaga kerja L adalah w dan harga
modal K adalah adalah r. Marjinal productivity tenaga kerja adalah MP L dan marginal productivity
modal adalah MPK.
Selama MPL > w maka penggunaan tenaga kerja menguntungkan untuk terus ditambah karena
tambahan 1 unit tenaga kerja menghasilkan nilai output yang lebih besar daripada harga input w. Begitu
pula selama MPK > r maka penggunaan modal masih menguntungkan untuk terus ditambah karena
tambahan 1 unit modal menghasilkan nilai output yang lebih besar daripada harga input r.
Sekarang katakanlah pemerintah mencetak uang baru yang menimbulkan efek inflasi sehingga
terjadi money illusion. Kenaikan jumlah uang yang beredar diantisipasi oleh pekerja akan menimbulkan
inflasi, sehingga pekerja menuntut adanya kenaikan gaji.
Di negara-negara berkembang termasuk indonesia juga didorong oleh proses pengalihan
teknologi usang dari negara maju ke negara berkembang. Barang-barang modal seperti mesin-mesin
yang telah usang teknologinya karena telah ditemukan teknologi yang lebih baru djual dengan harga
murah ke negara-negara berkembang. Secara makro pertumbuhan ekonomi meningkat namun
pertumbuhan pengangguran juga meningkat meskipun pertumbuhan penduduk konstan. Dalam konsep
makro ekonomi islami, hal ini tidak terjadi. Karena, yang pertama bila sistem yang digunakan adalah
sistem upah (ijarah atau ju’alah) maka money illusion ini tidak akan terjadi. Kedua, islam juga mengenal
sistem bagi hasil yang dapat mendorong produktivitas.11

E. Dampak Pemerintah pada Sisi Permintaan: Keynesian Economics

Pada tahun 1936, John Maynard Keynes menjawab pertanyaan tentang penyebab Great
Depression dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest and Money. Keynes
menerangkan bahwa pemerintah harus melakukan campur tangan dalam mengendalikan perekonomian
nasional dengan kebijakan-kebijakan secara aktif sehingga mempengaruhi gerak perekonomian. Keynes
juga menyatakan bahwa bukan hanya penawaran agregat saja yang menentukan pendapatan nasional,
tapi juga permintaan agregat, misalnya dengan menurunkan pajak, meningkatkan belanja pemerintah.
Pentingnya peranan pemerintah dalam perekonomian sebenarnya telah diungkapkan oleh Ibn
Khaldun beratus tahun yang lalu. Ibn Khaldun mengatakan bahwa pemerintah adalah pasar terbesar, ibu
dari semua pasar dalam hal besarnya pendapatan dan penerimaannya. Negara adalah faktor produksi
terpenting dimana produksi bergantung pada penawaran dan permintaan terhadap produk.
Bagi Ibn Khaldun, sisi pengeluaran keuangan publik sangatlah penting. Pada satu sisi sebagian
dari pengeluaran penting bagi aktivitas lain. Tanpa infrastruktur yang disiapkan oleh negara, mustahil

10
Ibid., hlm. 18.
11
Ibid., hlm. 21.
6

terjadi populasi yang besar dan tanpa ketertiban dan kestabilan politik, produsen tidak memiliki insentif
untuk berproduksi. Mereka takut kehilangan tabungan dan labanya karena kekacauan dalam negaranya.
Pada sisi lain pemerintah menjalankan fungsi terhadap sisi permintaan pasar. Dengan permintaannya
pemerintah memicu produksi. Jika pemerintah menghentikan belanjanya krisis akan terjadi. Oleh karena
itu, semakin banyak yang dibelanjakan oleh pemerintah semakin baik akibatnya bagi perekonomian.
Kebijakan fiskal dengan meningkatkan pembangunan infrastuktur juga telah diterapkan pada
zaman pemerintahan Khulafaur Rasyidin, antara lain di zaman pemerintahan Umar bin Khattab dimana
kota Kuffah dan Basrah dibangun atas perintahnya termasuk pembangunan dan pelebaran jalan. 12

F. Dampak Pemerintah Pada Sisi Penawaran: Supply Side Economics

Supply Side Economics adalah penciptaan insentif kepada individual dan perusahaan guna
menigkatkan produktivitas. Cara yang banyak dilakukan adalah dengan pengurangan pajak sehingga
memberikan insentif untuk bekerja lebih keras, berinvestasi lebih banyak. Akibatnya terjadi peningkatan
agregat penawaran (aggregate supply) jangka pendek dan akhirnya peningkatan pendapatan negara serta
penurunan tingkat harga.
Peningkatan tingkat pajak akan menyebabkan bertambahnya pendapatan pajak negara. Akan
tetapi setelah titik maksimum, peningkatan tingkat pajak akan menyebabkan turunnya pendapatan pajak
negara, bahkan pada titik dimana pengenaan pajak adalah 100% sehingga pemerintah tidak akan
memperoleh pendapatan pajak. Bila pembebanan pajak rendah, masyarakat akan termotivasi untuk
bekerja lebih giat lagi sehingga tingkat produksi naik yang konsekuennya akan meningkatkan
pendapatan pajak. Bila dalam memenuhi kebutuhannya pemerintah menerapkan pajak yang tinggi
melebihi batas kewajaran, akibatnya motivasi masyarakat untuk bekerja turun bahkan dapat berhenti
berproduksi sehingga jumlah produksi menurun yang konsekuensinya pendapatan pajak turun. 13

BAB 2

EKONOMI MAKRO SEDERHANA

12
Ibid., hlm. 24.
13
Ibid,. hlm 11-29.
7

A. Ekonomi Satu Pulau Satu Orang

Perekonomian paling sederhana adalah perekonomian dimana hanya ada satu orang yang hidup di
satu pulau. Bayangkanlah seseorang bernama Bill, yang selamat pada suatu kecelakaan pesawat , dan
terdampar sendirian di suatu tempat . Di sini, individu dan masyarakat adalah satu; tidak ada perbedaan
antara masyarakat dan pribadi. Akan tetapi, hampir semua keputusan dasar yang mencirikan
perekonomian kompleks harus diambil dalam suatu perekonomian sederhana. Yakni, meskipun Bill bisa
mendapatkan apa pun yang diproduksinya, ia masih harus memutuskan bagaimana mengalokasikan
sumber daya pulau itu, apa yang akan diproduksi, serta bagaimana dan kapan memproduksinya.
Pertama, Bill harus memutuskan apa yang ingin ia produksi. Perhatikan bahwa kata kebutuhan tidak
muncul dalam pernyataan itu. Kebutuhan adalah tuntutan absolut, tapi kebutuhan itu lebih dari sekedar
air yang cukup, nutrisi dasar, dan tempat bernaung untuk bertahan hidup. Kebutuhan sangat sulit
didefinisikan. Apa yang menjadi “kebutuhan absolut” untuk satu orang mungkin tidak berlaku bagi
orang lain. . Dalam segala hal, Bill harus menempatkan keinginannya dalam suatu urutan prioritas dan
mengambil beberapa pilihan.
Kemudian ia harus melihat kemungkinan. Apa yang bisa ia lakukan untuk memenuhi keinginannya,
dalam batasan pulau tersebut? Di tiap masyarakat, tak peduli sederhana atau kompleks, kemampuan
orang untuk melakukan sesuatu itu terbatas. Dalam masyarakat dimana hanya ada satu orang , Bill
menghadapi kendala waktu, kondisi fisiknya, pengetahuannya, keahliannya, dan sumber daya serta iklim
pulau itu.
Dengan sumber daya terbatas, Bill harus memutuskan bagaimana menggunakan sumber daya yang
ada dengan cara terbaik untuk memenuhi tingkat-tingkat keinginannya. Makanan mungkin akan berada
di urutan teratas daftar prioritasnya. Apakah ia harus menghabiskan waktu hanya mengumpulkan buah-
buahan dan biji-bijian? Apakah ia harus berburu untuk mendapatkan makanan? Apakah ia harus
membuka lahan dan menanam benih tumbuhan? Jawaban pada pertanyaan ini tergantung pada
karateristik pulau, iklim, flora dan faunanya (apakah ada buah dan biji-bijian disana?), tingkat keahlian
dan pengetahuannya (apakah ia tahu cara bertani?), dan preferensinya (ia mungkin seorang vegetarian).
Biaya oportunitas Konsep pilihan terbatas dan kelangkaan adalah inti dalam disiplin ilmu
ekonomi. Konsep ini bisa diterapkan ketika kita membahas perilaku individu seperti Bill dan ketika kita
menganalisis perilaku banyak orang dalam masyarakat yang kompleks. Akibat kelangkaan waktu dan
sumber daya, Bill tak punya banyak waktu untuk mengumpulkan buah dan biji-bijian jika ia memilih
untuk berburu—ia menukar lebih banyak daging dengan lebih sedikit buah. Bill juga mengalami dilema
antara makanan dan tempat berteduh. Jika Bill ingin merasa nyaman, ia mungkin akan mendirikan
bangunan yang nyaman untuk ditinggali, tapi ia mungkin harus mengorbankan makanan yang mungkin
ia hasilkan. Alternatif baik yang sering kita abaikan ketika menetapkan pilihan adalah biaya
oportunitas dari pilihan itu.
Bill kadang memutuskan untuk beristirahat, berjemur di pantai, dan menikmati sinar matahari. Di
satu sisi, kesenangan ini gratis—ia tidak harus membayar untuk suasana pribadi yang ia dapatkan. Tapi
nyatanya, biaya oportunitas tetap ada. Biaya sesungguhnya dari kesenangan itu adalah nilai dari sesuatu
yang lain yang bisa diproduksi oleh Bill, tetapi tidak ia lakukan, selama ia menghabiskan waktu
dipantai.14

B. Ekonomi Satu Pulau Lima Orang

14
Karl E.Case & Ray C.Fair, Prinsip-Prinsip Ekonomi Edisi Kedelapan Jilid 1, (Jakarta: Erlangga. 2007), hlm.31-33.
8

Sekarang bayangkanlah ada satu kapal tenggelam di tengah laut, semua penumpangnya meninggal
atau hilang, kecuali empat orang  yang terdampar di pulau tersebut.  Jadi di pulau itu sekarang ada lima
orang.  Orang pertama memiliki ikan hasil tangkapannya, orang kedua memiliki beras yang dibawanya
dari kapal, orang ketiga memiliki kantong tidur (sleeping bag) yang  selalu dibawanya, orang keempat
memiliki pisau kesayangannya, dan orang kelima memiliki radio kecil.
Untuk bertahan hidup, masing-masing orang memancing ikannya sendiri-sendiri.  Tentu saja orang
pertama yang telah berpengalaman memancing ikan, selalu mendapat ikan yang lebih banyak, dan
beristirahat keesokan harinya.  Bila ia ingin makan ikan bakar tanpa harus susah payah menyalakan api,
maka ia meminjam pisau orang keempat dengan imbalan memberi sebagian ikan simpanannya.  Bila ia
ingin makan ikan bakar sambil mendengarkan radio, ia meminjam radio dengan memberi imbalan ikan
simpanannya kepada orang kelima.  Begitu seterusnya.  Tidak selamanya pertukaran itu berlangsung
mulus, ada kalanya ia tidak ingin meminjam pisau sedangkan orang keempat sangat memerlukan ikan.  
Atau ia sangat ingin beras, padahal orang kedua ingin berasnya ditukar dengan radio agar dapat
berhubungan dengan dunia luar.  Bukan saja tidak mulus, bahkan juga diperlukan waktu yang cukup
lama untuk mencari kecocokan apa yang akan ditukar dengan siapa.  Keadaan ini dalam ilmu ekonomi
disebut double coincidence needs  yaitu pertukaran hanya dapat terjadi bila ada keinginan yang cocok
antara kedua pihak.15  

C. Ekonomi Satu Pulau Lima Orang dan Uang dari Langit

Sekarang bayangkanlah, ada sebuah helicopter yang baru saja merampok bank. Untuk jejak, uang
hasil rampokan tersebut dijatuhkan ke beberapa pulau sebagai tempat penyimpanan harta rampokan. 
Uang yang dijatuhkan dari helicopter tersebut (helicopter money) diantaranya jatuh di pulau tempat
kelima orang tadi, lebih tepatnya, jatuh tepat didepan orang pertama.  Katakan saja jumlah uangnya
adalah M1 yaitu sebesar 1 juta rupiah.  Jadi sekarang telah terjadi perubahan jadi ekonomi tanpa uang
(moneyless economy) menjadi ekonomi uang (money economy).
Orang pertama menawarkan kepada orang kedua, inginkah ia menukar berasnya dengan uang
tersebut.  Orang kedua setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya.  Beralihlah uang tersebut kepada
orang kedua. 
Orang kedua menawarkan kepada orang ketiga, inginkah ia menukar sleeping bag nya dengan uang
tersebut.  Orang ketiga juga setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya.  Beralih pula uang tersebut
kepada orang ketiga.
Orang ketiga menawarkan kepada orang keempat, inginkah ia menukar pisau miliknya dengan uang
tersebut.  Orang keempat setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya.  Beralih lagi uang tersebut
kepada orang keempat.
Orang keempat menawarkan kepada orang kelima, inginkah ia menukar radio miliknya dengan uang
tersebut.  Orang kelima setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya.  Beralih lagi uang itu kepada
orang kelima.
Orang kelima menawarkan kepada orang pertama, inginkah ia menukar ikan tangkapannya dengan
uang tersebut.  Orang pertama setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya.  Beralih kembali uang itu
kepada orang pertama.
Secara formal dikatakan bahwa jumlah uang yang beredar dalam ekonomi adalah M 1 (money at time
1), berapa kali uang tersebut berpindah tangan adalah V 1 (velocity of money at time 1), harga masing-
masing barang yang dipertukarkan adalah P 1 (price at time 1), dan jumlah barang yang dipertukarkan
adalah T1 (goods being traded at time 1).

15
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: IIIT-Indonesia, 2003), hlm.31.
9

Dalam contoh ini:


M1  =   Rp 1 juta
V1   =   5 kali
P1    =   Rp 1 juta
T1    =   5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)

Bila transaksi ini dirumuskan dalam rumus matematik16:


                        M1 x V1            =     P1 x T1
                        Rp 1 juta x 5  =     Rp 1 juta x 5

Sekarang katakanlah, helikopter ini menjatuhkan lagi uang sejumlah Rp 2 juta, dan jatuh lagi tepat
didepan orang pertama. Proses yang sama terjadi, orang pertama menawarkan uang tersebut kepada
orang kedua untuk ditukar dengan beras.  Orang pertama setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya
yaitu sejumlah Rp 3 juta (Rp 1 juta pertama dan Rp 2 juta kedua).  Uang tersebut beralih kepada orang
kedua.  Dan begitu seterusnya sebagaimana telah terjadi sebelumnya.  Perbedaannya adalah jumlah uang
beredar sekarang M2 jumlahnya Rp 3 juta.  Harga masing-masing barang pun sekarang berubah menjadi
P2 yaitu Rp 3 juta. Secara formal dapat ditulis:
M2  =   Rp 3 juta
V2   =   5 kali
P2   =   Rp 3 juta
T2   =   5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)

Bila transaksi ini dirumuskan dalam rumus matematik:


                        M2 x V2            =         P2 x T2
                        Rp 3 juta x 5  =         Rp 3 juta x 5

Jadi kenaikan jumlah uang beredar ternyata telah meningkatkan harga masing masing barang. 
Kenaikan harga-harga secara umum ini disebut inflasi. 17
Dalam contoh ini juga terlihat bahwa perubahan aspek moneter yaitu jumlah uang yang beredar,
ternyata tidak membawa perubahan apa-apa pada ekonomi riil.  Jumlah barang yang dipertukarkan
dalam ekonomi tidak berubah.  Pendapatan nominal setiap kali menjual barang memang naik dari Rp 1
menjadi Rp 3 juta.  Namun kenaikan pendapatan nominal itu tidak meningkatkan daya beli uang,
sehingga pendapatan riil tidak berubah.  Yang berubah adalah harga-harga barang.  Dalam ilmu ekonomi
keadaan ini disebut sebagai money neutrality yaitu perubahan yang sifatnya ’once and for all’ atas
jumlah uang beredar tidak mengubah variabel-variabel ekonomi sektor riil seperti pendapatan riil. 
Bila perubahan jumlah uang yang beredar tidak hanya terjadi once and for all, namun terjadinya
berulang kali dengan pola dinamis, dan ternyata tetap tidak mengubah variable ekonomi sektor rill
disebut money superneutrality.

Ibnu Khaldun merumuskan superneutrality of money ini sebagai berikut:

16
Adiwarman A. Karim, ibid, hlm. 32.
17
Ibid, hlm. 33.
10

“Kekayaan suatu Negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang yang dimilikinya. Namun ia ditentukan
oleh beberapa besar kemampuan negara itu memproduksi barang dan jasa, serta efisiensi negara tersebut
dalam memproduksi”18

D. Ekonomi Satu Pulau Lima Orang, Uang dari Langit dan Raja
Sekarang bayangkanlah, orang pertama sebagai orang yang pertama kali ada di pulau itu dan paling
berpengalaman menangkap ikan serta selalu saja uang dari helikopter serta selalu saja uang dari
helikopter jatuh di depan orang pertama, menjadi orang yang paling dominan dalam perekonomian pulau
itu. Demikian dominannya sehingga keempat orang lain sepakat menunjuk orang pertama menjadi
pemimpin mereka. Ini diperlukan untuk mengatur lokasi pemancingan masing-masing orang. Jadi,
sekarang telah terjadi perekonomian dengan pemerintah dimana orang pertama menjadi rajanya.
Ada dua perubahan penting dalam perekonomian pulau itu dengan ditunjukkannya orang pertama
sebagai raja, yaitu:

1. Adanya kepemimpinan

Menurut kesepakatan dipulau itu, orang pertama mempunyai hak untuk mengatur agar kegiatan
ekonomi berjalan dengan adil yaitu memastikan tidak ada satu pihakpun yang terdzalimi. Hal ini
dianggap penting karena suatu hari ketika orang keempat menukar uangnya dengan radio milik orang
kelima, ternyata orang kelima berbuat curang dengan menahan batere radio tersebut. Orang kelima
berdalih bahwa yang ia tukarkan adalah radio, tidak termasuk batere.  Sehingga terjadi keributan.

2. Adanya efektifitas kepemimpinan

Keadaan objektif yang membuat kepemimpinan orang pertama dapat berjalan efektif adalah ia
mempunyai kekuatan ekonomi yang paling besar. Ia menjadi pembeli terbesar karena dengan tangkapan
ikan dan uang dari helicopternya, ia memiliki daya beli besar (purchasing power) untuk dapat menukar
dengan barang-barang milik orang lainnya.  Ia juga menjadi penjual terbesar karena sumberdaya awal
(initial endowment) yang dimilikinya berupa ikan tangkapan dan uang dari helicopter.  Kefektifan
kepemimpinan ini penting karena sebelumnya orang kedua berusaha menjadi pemimpin dengan beras
yang dimilikinya sebagai modal kekuatan ekonominya.  Orang kedua berpikir karena semua orang pasti
memerlukan beras, maka sumberdaya yang dimilikinya menjadi faktor paling strategis untuk menjadi
pemimpin.  Namun ternyata ketiga orang lainnya makan ”daging” kelapa muda belajar dari orang
pertama bagaimana mengatasi ketiadaan beras di pulau itu. 19

Dampak adanya kepemimpinan:

18
Ibid, hlm. 33.
19
Ibid, hlm. 34.
11

Ditunjuknya orang pertama sebagai pemimpin menimbulkan implikasi baru.  Jasa yang diberikannya
untuk memastikan mekanisme pasar berjalan secara adil merupakan kenikmatan yang diperoleh oleh
orang-orang pulau itu.  Untuk itulah mereka bersedia memberikan kompensasi kepada orang pertama
penghargaan berupa uang atau barang.  Uang penghargaan inilah yang kemudian dikenal sebagai pajak. 
Bahkan keempat orang itu bersedia membayar pajak lebih banyak bila digunakan untuk menyediakan
hal-hal yang berguna bagi mereka, misalnya untuk memasang obor di pelosok pulau sehingga mobilitas
mereka di malam hari menjadi lebih mudah.20

Dampak adanya efektifitas kepemimpinan:

Kekuatan ekonomi yang dimiliki orang pertama menimbulkan implikasi baru. Transaksi di
pulau menjadi lebih efisien lagi.  Orang-orang selain orang pertama, kini dapat menjual miliknya kepada
orang pertama.  Selanjutnya bila mereka memerlukan sesuatu, mereka dapat memperolehnya dari orang
pertama.  Orang pertama telah berubah menjadi seorang produsen, konsumen, sekaligus seorang
pedagang.  Sebagai seorang pedagang, ia membeli barang untuk menjualnya lagi.  Bila orang kedua
ingin menukar sesuatu, ia mendatangi orang pertama, menjual berasnya, mendapat bayaran uang,
kemudian dengan uangnya itu ia membeli sleeping bag atau pisau, atau radio dari persediaan yang
dimiliki orang pertama.  Begitu pula dengan orang ketiga dan seterusnya.  Mereka membawa barang
yang mereka miliki, menjualnya pada orang pertama, kemudian membeli barang yang mereka perlukan
dari orang pertama.21

E. Ekonomi Banyak Pulau, Banyak Orang, Banyak Uang, Banyak Raja

Pertama,bayangkanlah di pulau tersebut tinggal satu juta orang yang perilaku ekonominya persis
sama dengan orang pertama dan disebut sebagai masyarakat golongan nelayan dan saat ini menguasai
birokrasi pemerintahan, satu juta orang yang perilakunya persis sama dengan orang kedua dan disebut
sebagai masyarakat golongan pertama (pangan), satu juta orang yang perilakunya sama persis dengan
orang ketiga dan disebut sebagai masyarakat golongan penjahit (sandang), satu juta orang yang
perilakunya sama persis dengan orang keempat dan disebut sebagai masyarakat golongan tukang kayu
(papan) dan ada satu juta orang yang perilakunya sama persis dengan orang kelima disebut sebagai
masyarakat golongan telekomunikasi. Karena satu juta orang tersebut berperilaku persis sama dengan
orang yang pertama, dan seterusnya satu juta orang berikutnya persis sama dengan orang berikutnya,
maka tidak ada perubahan apapun atas analisis sebelumnya yang telah dijelaskan. Perilaku satu atau satu
juta orang yang berperilaku sama, dalam konteks analisis perilaku makroekonomi tidak membawa
perubahan apapun.
Kedua, bayangkanlah pulau yang dari tadi kita bicarakan adalah sebuah negara yang mempunyai
kedaulatan sendiri. Inipun tidak membawa perubahan apapun terhadap analisis sebelumnya.
Ketiga, bayangkanlah uang yang jatuh dari helikopter itu adalah uang yang dicetak oleh pemerintah
negara tersebut. Anggaplah helicopter itu pabrik pencetakan uang. Ini juga tidak merubah apapun atas
analisis sebelumnya.22

20
Ibid, hlm. 35.
21
Ibid. hlm. 35.
22
Ibid, hlm. 35-36.
12

Sekarang bayangkanlah ternyata tidak hanya ada satu pulau, ternyata ada banyak pulau lain. Masing-
masing pulau keadaannya seperti pulau pertama, ada lima juta orang yang perilakunya lima macam, juga
ada uang namun jenisnya berbeda pada masing-masing pulau. Di tiap pulau memiliki rajanya masing-
masing.
Jadi kini bayangkanlah, ada banyak negara, dengan banyak orang, banyak jenis uang dan masing-
masing negara memiliki pemerintahan masing-masing. Namun untuk kemudahan penjelasan, akan tetap
digunakan orang pertama sampai dengan orang kelima, helicopter money, pulau dan raja. Toh tidak
mengubah analisis.

Kita ingat kembali keadaan di pulau pertama, dimana:

M1 (Pulau 1) = Rp 1 juta
V1 (Pulau 1) = 5 kali
P1 (Pulau 1) = Rp 1 juta
T1 (Pulau 1) = 5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)

Untuk membedakan dengan uang antarpulau, katakanlah uang di pulau pertama berwarna
merah semua (disebut Rp), di pulau kedua warna hijau semua (disebut (Sin $), di pulau-pulau berikutnya
berturut-turut berwarna kuning (disebut SR) dan biru (disebut RM).

Katakanlah keadaan di pulau kedua sebagai berikut:

M1 (Pulau 2) = Sin $200


V1 (Pulau 2) = 5 kali
P1 (Pulau 2) = Sin $200
T1 (Pulau 2) = 5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)

Katakanlah keadaan di pulau ketiga sebagai berikut:

M1 (Pulau 3) = SR 3300
V1 (Pulau 3) = 5 kali
P1 (Pulau 3) = SR 3300
T1 (Pulau 3) = 5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)

Katakanlah keadaan di pulau ketiga sebagai berikut:

M1 (Pulau 4) = RM 330
V1 (Pulau 4) = 5 kali
P1 (Pulau 4) = RM 330
T1 (Pulau 4) = 5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)23

Artinya, harga ikan sama, harga beras sama, harga sleeping bag, harga pisau, harga radio di pulau pertama
masing-masing adalah Rp 1 juta. Harga-harga barang yang sama di pulau kedua adalah Sin $ 200, di pulau
ketiga harganya SR 3300, di pulau keempat harganya RM 330. Atau dengan kata lain:
23
Ibid, hlm. 37.
13

Rp 1 juta = Sin $ 200 = SR 3300 = RM 330

Bagi orang di pulau pertama, uang merahnya ekivalen dengan uang-uang lain sebagai berikut:

Sin $ 1 = Rp 5000 (Rp 1 juta/Sin $ 200)


SR 1 = Rp 303 (Rp 1 juta/SR 3300)
RM 1 = Rp 3030 (Rp 1 juta/RM 330)

Sekarang katakanlah, ketika helicopter menjatuhkan lagi uang sejumlah Rp 2 juta ke pulau pertama, tidak ada
uang yang dijatuhkan ke pulau-pulau lain.

Secara formal dapat ditulis:

M2 (Pulau Pertama) = Rp 3 juta


V2 (Pulau Pertama) = 5 kali
P2 (Pulau Pertama) = Rp 3 juta
T2 (Pulau Pertama) = 5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)

Artinya, terjadi kenaikan harga di pulau pertama yaitu harga ikan sama, harga beras sama, harga
sleeping bag, harga pisau, harga radio di pulau pertama masing-masing adalah Rp 3 juta. Sedangkan harga-harga
barang yang sama di pulau lainnya tidak mengalami kenaikan. Harganya tetap di pulau kedua adalah Sin $ 200,
di pulau ketiga harganya SR 3300, di pulau keempat harganya RM 330. Atau dengan kata lain:

Rp 3 juta = Sin $ 200 = SR 3300 = RM 330

Bagi orang di pulau pertama, uang merahnya ekivalen dengan uang-uang lain sebagai berikut:

Sin $ 1 = Rp 15000 (Rp 3 juta/Sin $ 200)


SR 1 = Rp 909 (Rp 3 juta/SR 3300)
RM 1 = Rp 9090 (Rp 3 juta/RM 330)24

Dalam ilmu ekonomi makro, bagi penduduk pulau pertama yang mengalami melemahnya nilai
tukar mata uang di pulau pertama disebut mata uangnya terdepresiasi. Sedangkan bagi penduduk pulau-
pulau lainnya yang mengalami penguatan nilai mata uangnya terhadap mata uang pulau pertama disebut
mata uangnya terapresiasi terhadap mata uang pulau pertama.
Sekarang katakanlah, raja pulau pertama tidak ingin uangnya terdepresiasi. Ketika ia menerima
uang tambahan dari helicopter, ia tidak serta merta menggunakan uang tersebut. Sebaliknya, uang
tersebut ia simpan saja sehingga uang yang beredar di pulau pertama tetap sama dengan keadaan awal
yaitu Rp 1 juta. Ini berarti nilai tukar mata uang pulau pertama tidak mengalami depresiasi yang berarti
merupakan proses dari sterilisasi.
Dalam contoh yang lebih realistis, bayangkanlah pulau pertama mendapat devisa SR 100
(contoh paling mudahnya di beri hibah berupa uang) oleh pulau lainnya. Dengan uang tersebut, raja
pertama dapat mengeluarkan sejumlah uang simpanannya senilai SR 100 yaitu 3030 (100 x 303). Namun
24
Ibid, hlm. 38.
14

bila hal ini dilakukannya, maka nilai tukar uangnya akan terdepresiasi. Itu sebabnya hibah SR 100 itu
disimpan saja oleh pulau pertama. Jadi dampak perubahan nilai tukar uang akibat naiknya devisa negara
disterilisasi.25

F. Mungkinkah Perekonomian Tanpa Bunga? (Materi Intermediate)

Telah dijelaskan dalam model yang dikembangkan mulai dari bentuk yang paling sederhana yaitu
ekonomi satu orang sampai bentuk yang kompleks dengan jutaan orang, dengan dimasukkannya unsur uang,
dan juga adanya pemerintah. Dan ternyata kita dapat menjelaskan dalam bentuk yang paling kompleks. Bunga
uang tidak perlu dan tidak penting dalam model ekonomi. Bunga dapat dimasukkan ke model ekonomi ini, tapi
sekali lagi tidak perlu. Dalam sub bahasan berikutnya akan dijelaskan bahwa memasukkan unsur bunga dalam
perekonomian sebenarnya merupakan penyederhanaan yang berlebihan (over simplication) dari konsep rate of
profit (dalam teori klasik Adam Smith.26

G. Mengapa Ada Bunga Dalam Perekonomian? (Materi Intermediate)

Homer dan Sylla menjelaskan bahwa bunga uang telah dikenal jauh sebelum Masehi, yaitu sejak zaman
Sumeria dan Babylonia Purba tahun 3000 SM. Jadi umur konsep bunga telah teramat tua. Setua itu pula
larangan mengenakan bunga, paling tidak larangan bunga dapat ditemukan di kitab Taurat, Injil, dan Al-Qur’an.
Dalam sejarah ekonomi Eropa dibedakan antara usury dan interest. Usury didefinisikan sebagai kegiatan
meminjamkan uang “where more is asked that is given”. Kata usury berasal dari kata benda dalam bahasa Latin
‘usura’ berarti “use”atau menggunakan sesuatu. Dalam hal ini yang dimaksud adalah menggunakan modal
yang dipinjam, jadi usury ialah harga yang harus dibayar untuk menggunakan uang.
Dalam bahasa arab usr berarti kesulitan. Mengambil riba dipercaya akan menimbulkan kesulitan.seperti
yang tertuang dalam QS. An-nisa’(4): 160-161, yang artinya: “sebagaimana telah ditimpakan kepada kaum
sebelumnya yang kepada mereka telah diharamkan hal yang tadinya halal dan baik karena mereka banyak
menghalangi orang dari jalan Allah dan karena mereka memakan riba padahal telah diharamkan kepada
mereka”.27

25
Ibid, hlm. 38.
26
Ibid, hlm. 38.
27
Ibid, hlm. 41.
15

BAB 3

KESEIMBANGAN PASAR DALAM EKONOMI MAKRO

A. Keseimbangan Pasar Ekonomi Mikro : Individu

Dalam bentuk yang paling sederhana, keseimbangan pasar digambarkan dalam bentuk kurva
demand dari satu individu yang berpotongan dengan kurva supply dari individu lain. Bentuk kurva
demand yang negatif ( dari kiri atas ke kanan bawah ) dan bentuk kurva supply yang positif ( dari kanan
atas kekiri bawah ).28

Grafik 3.1 Keseimbangan Pasar Ekonomi Mikro

B. Keseimbangan Pasar Ekonomi Makro: Industri

Dalam ekonomi mikro pun telah dijelaskan bagaimana menjumlahkan kurva-kurva demand
individu secara horizontal menjadi permintaan industri. Begitu pula dengan penjumlahan kurva-kurva
supply secara horizontal yang membentuk kurva penawaran industri. 29

C. Keseimbangan Pasar Ekonomi Makro: Agregat

Bila seluruh individu dijumlahkan secara horizontal menjadi industri sehingga didapat jumlah
kuantitas barang A yang ditawarkan dalam suatu perekonomian (∑Qs), dan jumlah kuantitas barang A
yang diminta dalam suatu perekonomian (∑Qd), maka didapatkan kurva demand agregat industri A dan
kurva supply agregat industri A.
Selanjutnya, bila kuantitas barang dan jasa masing-masing industri dikonversi dalam satuan
yang sama, katakan saja output nasional Y, maka didapatkan kurva Aggregate Demand (AD) dan
Aggregate Supply (AS) nasional.30
D. Keseimbangan pasar Ekonomi Makro : Adanya Uang dalam perekonomian

28
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: IIIT-Indonesia, 2003), hlm. 47.
29
Ibid, hlm. 48.
30
Ibid, hlm. 49.
16

Masuknya uang dalam perekonomian mengakibatkan pembentukan keseimbangan umum


bertambah kompleks, meskipun pada akhirnya keseimbangan umum tetap terjadi pada saat AD = AS. 31
Dalam pembentukan Agregate Demand, ada dua keseimbangan pasar yang menentukan yaitu :

1. Keseimbangan pasar uang : kurva LM

a. Kurva yang menunjukkan L = M :

Keseimbangan pasar uang digambarkan oleh kurva LM. Sesuai namanya, kurva LM
menunjukkan L = M, dimana :
L adalah jumlah likuiditas ( uang ) dalam perekonomian yang diedarkan oleh bank sentral.
M adalah jumlah uang yang ingin dipegang masyarakat.
Dalam notasi lain, dituliskan Ms = Md, dimana ;
Ms adalah money supply ( penawaran uang oleh bank sentral )
Md adalah money demand ( permintaan uang oleh masyarakat )

Permintaan uang berdasarkan motifnya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Permintaan uang untuk melakukan transaksi, disebut Md (sp)


2. Permintaan uang untuk spekulasi, disebut Md (sp)
3. Permintaan uang untuk berjaga-jaga (precautionary), disebut Md (pr)
Sehingga dirumuskan :
Md = Md (tr) + Md (sp) + Md (pr)

b. Kurva yang menunjukkan hubungan uang dan pendapatan

Semakin kaya orang, maka semakin besar pula keinginannya memegang uang untuk melakukan
transaksi. Sebaliknya, semakin miskin orang, semakin kecil jumlah uang yang ingin dipegangnya.
Hubungan yang positif ini dikenal sebagai teori Cam-bridge akanpermintaan uang :

Md (tr) = k Y

Money demanded merupakan porsi tertentu dari kekayaan. Bila Y besar, maka Md (tr) besar,
bila Y kecil, maka Md (tr) kecil.

Y ↑→Md (tr) / P ↑

Porsi itu sendiri disimbolkan dengan ‘k’ yang relatif stabil dari waktu ke waktu. Perubahan
teknologi dapat mengubah ‘k’, misalnya dengan adanya ATM, maka jumlah uang yag dipegang dalam
saku berkurang dibandingkan bila tidak ada ATM, karena bila memerlukan uang ia dapat menarik dari
ATM. Bila kemudian kartu debit telah diterima luas, maka jumlah uang yang dipegang dalam saku
semakin berkurang karena transaksi dapat dilakukan tanpa fisik uang.
Hubungan antara uang dan kekayaan ini digambarkan dengan grafik berikut. Kemiringan slope
kurva ditentukan oleh besaran ‘k’.32
31
Ibid, hlm. 51.
32
Ibid, hlm. 54.
17

Grafik 3.7 Kurva Fungsi Permintaan Uang Untuk Transaksi

c. Kurva yang Menunjukkan Hubungan Uang dan Tingkat Bunga

Semakin tinggi bunga, semakin orang tertarik menyimpan uangnya dalam deposito di bank
konvensional. Dalam konteks lain, semakin tinggi bunga obligasi semakin orang tertarik membeli obligasi,
konvensional. Bila orang meningkatkan simpanan uangnya dalam bentuk deposito di bank konvensional atau
membeli obligasi konvensional, maka semakin sedikit uang yang tersedia baginya untuk melakukan spekulasi
berjual beli saham dipasar saham.

i ↑ → beli obligasi atau simpan deposito → Md (sp) / P ↓

hubungan negatif ini digambarkan secara grafis sebagai berikut:

Grafik 3.8 Kurva Fungsi Permintaan Uang untuk Spekulasi

d. Pembentukan Kurva LM

Kurva LM dibentuk dengan menggabungkan ketiga kurva diatas. Secara grafis, penggabungan ini
digambarkan dengan empat kuadran, dimana :
Kuadran 1 adalah kurva Md (sp) / P dengan i
Kuadran 2 adalah kurva L = M
Kuadran 3 adalah kurva Md (tr) / P dengan Y
Kuadran 4 adalah kurva LM yang merupakan hasil dari penggabungan kuadran 1,2, dan 3. 33

33
Ibid, hlm. 55.
18

Grafik 3.9 Pembentukan Kurva Keseimbangan Pasar Uang

2. Keseimbangan Pasar Barang: Kurva IS

a. Kurva yang Menunjukkan I = S

Keseimbangan pasar barang digambarkan oleh kurva IS. Sesuai namanya, kurva IS menunjukkan I = S,
dimana : I adalah investasi

S adalah saving (tabungan)

Dalam buku ekonomi mikro islam, telah dijelaskan bahwa pendapatan yang diterima dapat digunakan
sebagian untuk konsumsil, dan sebagian lagi untuk disimpan.

Y = C+S, dimana : Y adalah pendapatan


C adalah konsumsi
S adalah simpangan34

Bila diasumsikan seluruh simpanan tersebut digunakan untuk investasi, maka:

S=I

Y=C+I

b. Kurva yang Menunjukkan Hubungan Investasi dengan Tingkat Bunga

Hubungan antara investasi (I) dengan tingkat bunga (i), dilatarbelakangi oleh praktik yang lazim
dilakukannya yaitu meminjam kredit dari bank konvensional untuk melakukan investasi. Semakin tinggi bunga
semakin sedikit jumlah kredit yang mau dipinjam oleh masyarakat dari bank konvensional, berarti semakin
sedikit investasi yang terjadi.

34
Ibid, hlm. 59.
19

Grafik 3.15 Kurva Fungsi Investasi

i ↑→ kredit mahal permintaan kredit ↓→investasi ↓


hubungan negatif ini secara grafis digambarkan seperti pada gambar diatas.

c. Kurva yang Menunjukkan Hubungan Tabungan dengan Pendapatan

Hubungan antara tabungan (S) dengan pendapatan (Y), dilatarbelakangi oleh kecenderungan
orang untuk menggunakan sebagian pendapatannya untuk ditabung dan sebagian yang lain untuk
dikonsumsi.
Kecenderungan untuk menabung sebagian pendapatannya disebut marginal propensity to save
(mps), dan kecenderungan menggunakannya untuk keperluan konsumsi disebut marginal propensity to
consume (mpc).35
Y=C+S
Y = (mpc x Y) + (mps x Y)

Grafik 3.16 Kurva Fungsi Saving

d. Pembentukan Kurva IS

Kurva IS dibentuk dengan menggabungkanketiga kurva diatas. Secara grafis, penggabungan ini
digambarkan dengan empat kuadran, dimana:

1) Kuadran 1 adalah kurva I dengan i


2) Kuadran 2 adalah kurva I = S
3) Kuadran 3 adalah kurva S dengan Y
4) Kuadran 4 adalah kurva LM yang merupakan hasil dari penggabungan kuadran 1,2, dan 3. 36

35
Ibid, hlm. 60.
36
Ibid, hlm. 61.
20

Grafik 3.17 Pembentukan Kurva Keseimbangan Pasar Barang dan Jasa

3. Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang : kurva IS-LM

Bila kita gabungkan kedua kuadran 4, dapatlah kurva IS-LM. Perpotongan kurva dengan kurva
LM merupakan titik keseimbangan umum. Sesuai namanya, keseimbangan umum IS-LM
menggambarkan bertemunya keseimbangan pasar uang (LM) dengan keseimbangan pasar barang (IS). 37

Grafik 3.22Kurva IS-LM

4. Hubungan kurva IS-LM dengan kurva AS-AD

Kurva IS-LM menggambarkan keseimbangan pasar barang dan keseimbangan pasar uang,
dengan sumbu horizontal Y ( pendapatan nasioanal ) dan sumbu vertical i (tingkat bunga). Sedangkan
kurva AS-AD menggambarkan keseimbangan pasar agregat dalam perekonomian, dengan sumbu
horizontal Y (pendapatan nasional) dan sumbu vertical P (harga umum). 38

37
Ibid, hlm. 64
38
Ibid, hlm. 64.
21

Grafik 3.23 Kurva IS-LM dan Kurva AS-AD

E. Keseimbangan Pasar Ekonomi Makro: Masuknya Peran Pemerintah

Pemerintah adalah penabung besar dengan wewenangnya, pemerintah dapat menarik pajak dan
menjadikan pajak sebagai tabungan pemerintah. Pemerintah juga disebut sebagai pembeli besar, karena
dengan tabungan nya yang besar pemerintah mempunyai kemampuan yang besar sebagai pembeli.
Seperti pemerintah menaikkan tabungannya (Sg), dan pada saat yang sama, menaikkan belanjanya yang
masuk ke dalam perekonomian.

Y=C+S

Y = (Cg + Ch) + (Sg + Sh)

Dimana :

Y = pendapatan nasional

Cg = konsumsi pemerintah

Ch = konsumsi rumah tangga

Sg = tabungan pemerintah

Sh = tabungan rumah tangga

Kenaikan tersebut digambarkan bergesernya kurva S dikuadran 3 ke arah kiri bawah. Dengan
mempertahankan asumsi S= I, maka kurva IS pada kuadran 4 bergeser kekanan atas. Kurva I pada
kuadran 1 tidak berubah karena masuknya belanja pemerintah ke perekonimian tidak melalui mekanisme
I yang lazim.

Naiknya belanja pemerintah tidak memengaruhi kurva LM karena tidakada komponen


pembentuk kurva LM yang mengandung unsur S. bergesernya kurva IS kekanan atas dengan kurva LM
tetap, mengubah titik keseimbangan titik 1 (i1, y1) ketitik 2 (i2,y2). 39

F. Keseimbangan Pasar Ekonomi Makro Pada Macam-Macam Aggregate Supply ( Materi Intermediate)

1. Kurva AS ber-slope positif: tanpa rigiditas dan regiditas gaji.

Cara paling sederhana adalah dengan mengansumsikan kurva AS mempunyai slope positif
seperti lazimnya kurva S dalam ekonomi mikro.

39
Ibid, hlm. 67.
22

Grafik 3.30 Kurva AS

Asumsi yang digunakan dalam kurva AS yang ber-slope positif adalah :

1. Harga-harga fleksibel, dapat turun dapat naik, dengan kata lain tidak riditas harga (kekakuan harga).
2. Gaji-gaji fleksibel, dapat turun dapat naik. Dengan kata lain tidak ada regiditas gaji (kekakuan gaji).
3. Perekonomian belum berada paada keadaan kapasitas penuh, sehingga setiap kenaikan AD dapat
dipenuhi oleh kapasitas produksi yang ada.

Pada kenyataannya, tidak selamanya ketiga asumsi itu dapat terpenuhi. Keynes dalam buku General
Theory (1936) mengansumsikan gaji nominal tidak dapat turun, atau dengan kata lain ada rigiditas gaji. Secara
lengkap asumsi yang dibangun Keynes adalah :
1. Pasar barang kompetitif, dan harga-harga fleksibel.
2. Gaji-gaji tidak fleksibel. Dengan kata lain ada rigiditas (kekakuan) gaji nominal.

Output diproduksi oleh perusahaan-perusahaan secara kompetitif. Untuk menyederhanakan bagi pemula,
input yang digunakan untuk memproduksi hanya tenaga kerja. Dengan demikian perusahaan akan
memperkerjakan buruh sampai titik optimalnya yaitu pada saat tingkat produktivitas marjinal buruh(marginal
product of labor, MPL) sama dengan gaji riilnya (W/P). MPL adalah tambahan output yang dihasilkan dengan
adana tambahan satu unit tenaga kerja.

MPL = W/P, dimana MPL adalah marginal product of labor

W/P = gaji riil

W= gaji nominal

P= tingkat harga.40

2. Kurva AS ber-slope Horizontal: Rigiditas Harga

Alternatif lain dari asumsi Keynes adalah dengan mengansumsikan rigiditas yang terjadi pada harga,
bugan gaji. Secara lengkap, asumsi altrnatif ini adalah:

1. Harga–harga tidak fleksibel.


2. Pasar tenaga kerja kompetitif, dan gaji-gaji fleksibel. Dengan kata lain, tidak ada rigiditas gaji.
3. Kurva AS ber-slope Vertikal: Rigiditas Output

Alternatif lain adalah dengan mengansumsikan rigiditas terjadi pada output bukan pada gaji atau harga.
Kurva AS mempunyai slope yang vertical pada saat seluruh kapasitas produksi perekonomian telah terpakai.
Asumsi yang digunakan dalam kurva AS yang ber-slope vertical adalah:
40
Ibid, hlm. 70.
23

1. Perekonomian berada pada keadaan kapasitas penuh. Dengan kata lain, ada rigiditas output.
2. Harga-harga fleksibel, dapat turun dapat naik. Dengan kata lain, tidak ada rigiditas harga (kekakuan
harga).41

3. Kurva AS ber-slope Vertikal: Rigiditas Output

Alternatif lain adalah dengan mengansumsikan rigiditas terjadi pada output, bukan pada gaji ataupun
harga. Kurva AS mempunyai slpoe yang vertikal pada saat seluruh kapasitas produksi perekonomian telah
terpakai. Asumsi yang digunakan dalam kkurva AS yang ber-slope vertikal adalah:
1. Perekonomian berada pada keadaan kapasitas penuh.
2. Harga-harga fleksibel, bisa turun atau naik.

4. Keseimbangan AS-AD

Dampak dari kenaikan AD berbeda-beda pada jenis AS yang berbeda. Pergeseran AD hanya
berdampak pada Y. Bila AD naik (bergeser kekanan) maka pendapatan nasional naik. Sebaliknya bila
AD turun (bergeser kekiri) maka pendapatan nasional turun.

Apabila AD naik terus sampai tingkat Y max yaitu output maksimal yang dapat dihasilkan
dengan kapasitas ekonomi yang ada, maka yang terjadi bukanlah kenaikan P. 42

BAB 4

UANG DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

A. Pengertian Uang

Uang secara umum adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagi alat pembayaran dalam
suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran utang, atau sebagai alat untuk melakukan pembelian
barang dan jasa. Selain uang sebagai ukuran nilai barang, uang juga berfungsi sebagai media penukaran.
Namun, uang tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri. Uang diciptakan untuk melancarkan pertukaran dan
menetapkan nilai yang wajar dari pertukaran tersebut.
Menurut Al- Ghazali, uang diibaratkan cermin yang tidak mempunyai warna, tetapi dapat merefleksikan
harga semua barang. Dalam istilah klasik dikatakan bahwa uang tidak memberi kegunaan langsung, tetapi
ketika uang itu digunakan untuk membeli barang-barang itu akan memberi kegunaan.
Menurut teori ekonomi konvensional, uang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi hukum dan sisi fungsi.
Secara hukum, uang adalah sesuatu yang dirumuskan oleh undang-undang sebagai uang. Sementara secara
fungsi, uang adalah segala sesuatu yang menjalankan fungsinya sebagai uang. 43

41
Ibid, hlm. 72.
42
Ibid, hlm. 73.
43
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 45.
24

B. Konsep Uang dalam Islam

Dalam ekonomi islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah uang, uang bukan capital.
Sebaliknya, konsep uang yang di kemukakan dalam ekonomi konvensional tidak jelas.sering kali istilah uang
dalam persepektif ekonomi konvensional diartikan secara bolak-balik (interchangeability), yaitu uang sebagai
uang dan uang sebagai capital.44
Perbedaan lain adalah bahwa dalam ekonomi islam uang adalah sesuatu yang bersifat flow concept dan
capital adalah suatu yang bersifat stock concept, sedangkan dalam ekonomi konvensional terdapat beberapa
pengertian. Frederic S. Mishkin, misalnya, mengemukakan konsep irving fisher yang menyatakan bahwa:

MV=PT
Keterangan:
M = jumlah uang
V = tingkat perputaran uang
P = tingkat harga barang
T = jumlah barang yang di perdagangkan

Dari persamaan di atas dapat di ketahui bahwa semakin cepat perputaran uang (V↑) maka semakin besar
income yang di peroleh. Persamaan ini juga berarti bahwa uang adalah flow concept. Fisher juga mengatakan
bahwa sama sekali tidak ada kolerasi anatara kebutuhan memegang uang (demand for holding money) dengan
tingkat suku bunga. Konsep fisher ini hampir sama dengan konsep yang ada di dalam ekonomi islam, bahwa
uang adalah flow concept, bukan stock concept.
Pendapat lain yang di uangkapkan oleh mishkin adalah konsep dari marshall pigou dari cambridge,
yaitu:
M = kPT
Keterangan:
M = jumlah uang
k = 1/v
P = tingkat harga barang
T = jumlah barang yang di perdagangkan

Walaupun secara matematis k dapat di pindahkan ke kiri atau ke kanan, secar filosofis kedua konsep ini
berbeda. Dengan adanya k pada persamaan marshall pigou di atas menyatakan bahwa deman for holding money
adalah suatu proprsi (k) dari jumlah pendapatan (PT). Semakin besar k, semakin besar demand for holding
money (M), untuk tingkat pendapatan tertentu (PT). Ini berarti kosep dari marshall pigou mengatakan bahwa
uang adalah stock concept. Oleh sebab itu, kelompok cambridge mengatakan bahwa uang adalah salah satu cara
untuk menyimpan kekayaan (store of wealth).

Konsep islam Konsep konvensional


1. Uang tidak identik dengan modal 1. Uang sering di identikan dengan modal
2. Uang adalah public goods 2. Uang (modal) adalah private goods
3. Modal adalah private goods 3. Uang (modal) adalah flow concept bagi
4. Uang adalah flow concept fisher

44
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam,Edisi Ketiga, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm.77.
25

5. Modal adalah stock concept 4. Uang( modal) adalah stoc concept bagi
cambridge school

C. Ekonomi Makro dengan Uang

Menurut Al-Ghazali dan Ibn khladun uang adalah apa yang di gunakan manusia sebagai sumber
ukuran nilai harga, media transaksi pertukaran, dan media simpanan.

1. Uang Sebagai Ukuran Harga

Abu Ubaid (w.224H) menyatakan bahwa dirham dan dinar adalah nilai harga sesuatu, sedangkan segala
sesuatu tidak bisa menjadi nilai harga keduanya. Imam Ghazali (w.505H) menegaskan bahwa alloh
menciptakan dinar dan dirham sebagai hakim penengah di antara seluruh harta agar seluruh harta bisa di ukur
dengan keduanya. Ibn Rusyd (w.595H) menyatakan bahwa, ketika seseorang susah menemukan nilai persamaan
antara barang-barang yang berbeda, jadikan dinar dan dirham untuk mengyukurnya. Ibn al-qayyim (w.751H)
mengungkapkan bahwa dinar dan dirham adalah nilai harga barang komoditas. 45

2. Uang Sebagai Media Transaksi

Uang menjadi media transaksi yang sah yang di terima oleh siapapun bila ia di tetapkan oleh negara.
Inilah perbedaan uang dengan media transaksi lain seperti cek. Berlaku juga cek sebagai alat pembayaran
karena penjual dan pembeli sepakat menerima cek sebagai alat bayar. Begitu pula dengan kartu debet, kartu
kredit dan alat bayar lainya. Umar bin khattab r.a berkata “saat aku ingin menjadikan uang dari kulit unta, ada
orang yang berkata, kalau begitu unta akan punah, maka aku batalkan keinginan tersebut”. Sebaliknya, emas
dan perak tidak serta merta menjadi uang bila tidak ada stempel (sakkah) dari negara. 46

3. Uang Media Penyimpanan Nilai

Ibn khaldun mengisyaratkan uang sebagai alat simpanan. Ia menyatakan, kemudian Alloh Ta’ala
menciptakan dari dua barang tambang, emas, dan perak. Sebagai nilai untuk setiap harta. Dua jenis ini
merupakan simpanan dan perolehan orang-orang di dunia kebanyakanya. 47

D. Perubahan Fungsi Uang

Fungsi uang sebagai medium of exchange dapat digunakan dan dan di terima sebagai alat pembayaran.
Ada tiga tahap perkembangan fungsi uang, yaitu commodity money, token money, deposit money.

1. Commodity money

45
Ibid, hlm. 80
46
Ibid, hlm. 81.
47
Ibid, hlm. 82.
26

Kita dapat mendefiniskan commodity money sebagai medium of exchange yang mempunyai nilai
komoditi apabila komoditi tersebut digunakan bukan sebagai uang. Sebagai medium of change terdapat 3 hal
penting yang harus di prhatikan yaitu: kelangkaan (scarity), daya tahan (durability) dan nilai tinggi.

2. Token money

Goldsmith (orang yang memnjamkan uang) dan para bankir menyadari bahwa menjadi komoditi (seperti
emas dan perak) dan kemudian megeluarkan tanda penerimaan (receipt) akan menghasilkan keuntungan. Merka
akan memberikan bunga atas deposit koin emas dan perak.apabila harga emas batangan naik dan day beli koin
turun, mereka dapat melebur koin tersebut menjadi bentuk batangan, atau bila harga di luar lebih tinggi dari
harga di dalam maka mereka akan menjual ke luar. Kedua aktivitas tersebut akan memberikan keuntungan.
Semakin tanda terima (receipt) yang berputar di antar depositor, maka goldsmith dan para bankir akan
memunyai kesempatan lebih besar untuk menggunakan emas dan perak tersebut dan memperoleh lebih banyak
keuntungan. Ini adalah contoh pertama dalam sejarah moneter inggris mengenai token money dari aktivitas
lembaga keuangan. Tanda terima (receipt) yang pertama dilakukan oleh goldsmith dan kemudian oleh bank
menjadi medium of exchange. Jelaslah sekarang bahwa tanda terima (receipt) untuk deposit, atau bank notes
yang selanjutnya disebut token menggantikan commodity money. Kertas tanda terima ini (receipt) dapat di
tukarkan dengan koin emas apabila di butuhkan.

3. Deposit money

Semakin pesatnya pertumbuhan industri dalam rangka memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat,
mengakibatkan semakin tingginya kebutuhan uang dalam jumlah besar, misalnya untuk keperluan
pembangunan pabrik, pembelian mesin, pembelian bahan baku dalam jumlah besar, pengiriman barang dalam
jumlah besar, juga transaksi antar negara dalam jumlah besar. Untuk itu dibutuhkan perubahan di bidang
keuangan, terutama tentang cara pembayaran. Banyak para pengusaha membayar tagihan mereka dengan
menggunakan cheques. Hanya pengeluaran kecil gaji karyawan dan transportasi yang di bayar dengan tunai.
Pikhak yang menerima pembayaran akan memasukan uang tersebut ke bank mereka. 48

E. Uang Dalam Fungsi Utilias

Dalam teori klasik , fungsi utilitas uang adalah:

Ux = f(x1,x2,x3,..... xn)
Dengan budged constrain:
Pi Xi + M = y + Mo
Keterangan:
f =fungsi utility
Xi = jumlah komoditi
P = harga komoditi
M = jumlah uang yang di minta
Y = pendapatan nominal
Mo = jumlah awal yang di miliki

48
Ibid, hlm. 83-86.
27

Dari persamaan di atas terlihat bahwa uang merupakan fungsi utilitas yang tidak langsung (indirect
utility function). Dalam teori neo-classial fungsi uang di rumuskan sebagai berikut:
Ux = g[f(x1,x2,x3,......x), M, P1,P2,P3,.....Pn
Dengan budged constrain:

Dari persamaan di atas terlihat bahwa uang merupakan fungsi utilitas yang langsung (direct utility
function). Seperti yang sudah di uraikan di atas bahwa uang di akui hanya sebagai intermediary form, hanya di
akui sebagai medium of exchange dan unit of account tidak lebih dari ini. Artinya fungsi uang hanya sekedar
sebagai medium dari barang yang satu berubah menjadi barang yang lain, tidak perlu adanya double
coincidence needs. Uang bukanlah suatu komoditi. Jadi dalam konsep islam, uang tidak masuk dalam fungsi
utility kita, karena sebenarnya manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu sendiri, tetapi dari fungsi uang. 49

F. Time Value of Money

Dalam Islam tidak dikenal adanya time value of money, yang dikenal adalah ecomonic value of time.
Teori time value of money adalah sebuah kekeliruan besar karena mengambil dari ilmu teori pertumbuhan
populasi dan tidak ada ilmu finance. Dalam menghitung pertumbuhan populasi digunakan rumus:

Pt = Po (1 + r)
Rumus ini kemudian diadopsi begitu saja dalam ilmu finance sebagai teori bunga majemuk menjadi:

FV = PV (1 +r)
Jadi, future value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-t, present value dari uang
dianalogikan dengan jumlah populasi tahuk ke-0, sedangkan tingkat suku bunga dianalogikan dengan tingkat
pertumbuhan populasi. Jelas hal ini salah, karena uang bukanlah makhluk hidup yang dapat berkembang biak
dengan sendirinya.50

G. Economic Value of Time

Dalam Economic value of time misalnya dalam menghitung nisbah bagi hasil di bank syariah. Dalam
proses penentuan nisbah ini, return on capital harus diperhitungkan. Return on capital tidak sama dengan
return on money. Return on capital tergantung kepada jenis bisnisnya dan berkaitan dengan sektor riil,
sedangkan return on money berkaitan dengan interest rate. Penentuan nisbah bagi hasil harus di lakukan di
awal, dan untuk itu digunakan projected return. Jika kemudian ternyata actual return dari bisnis yang dibiayai
tidak sama dengan angka proyeksinya, maka yang digunakan adalah angka aktual, bukan angka proyeksi. Hal
ini menunjukkan bahwa Islam tidak mengenal time value money. Time mempunyai economic value jika dan

49
Ibid, hlm. 86-87.
50
Ibid, hlm. 87.
28

hanya jika waktu tersebut dimanfaatkan dengan menambah faktor produksi yang lain, sehingga menjadi capital
dan dapat memperoleh return.51

H. Uang sebagai Flow Concept

Dalam Islam flow concept dan capital adalah stock concept. Semakin cepat perputaran uang, akan
semakin baik. Contohnya, pada aliran air masuk dan aliran air keluar. Sewaktu air mengalir disebut sebagai
uang, sedangkan apabila air tersebut mengendap maka disebut sebagai capital. Wadah tempat mengendapnya
adalah private goods, sedangkan air adalah public goods. Saving harus diinvestasikan ke sektor riil. Apabila
tidak, maka saving bukan saja tidak mendapat return, tetapi juga dikenakan zakat. 52

I. Uang sebagai Public Goods

Ciri dari public goods adalah barang tersebut dapat digunakan oleh masyarakat tanpa menghalangi orang
lain untuk menggunakannya. Sebagai public goods, uang dimanfaatkan lebih banyak oleh masyarakat yang
lebih kaya. Hal ini bukan karena simpanan mereka di bank, tetapi karena asset mereka, seperti rumah, mobil,
saham, dan lain-lain. Yang digunakan di sektor produksi, sehingga memberikan peluang yang lebih besar
kepada orang tersebut untuk memperoleh lebih banyak uang. Jadi, semakin tinggi tingkat produksi, akan
semakin besar kesempatan untuk dapat memperoleh keuntungan dari public goods tersebut. Oleh karena itu,
penimbunan (hoarding) dilarang karena menghalangi yang lain untuk menggunakan public goods tersebut. Jadi,
jika dan hanya jika private goods dimanfaatkan pada sektor produksi, maka kita akan memperoleh
keuntungan.53

J. Kerancuan Konsep Uang dalam Pemikiran Konvensional

Pemikiran ekonomi konvensional tentang uang beragam. Fisher menyatakan bahwa permintaan uang
(money demand) adalah fungsi dari income, sedangkan interest tidak ada hubungannya dengan permintaan
uang. Uang adalah salah satu cara untuk menyimpan kekayaan (store of wealth), Marshall_Pigou juga
menyatakan bahwa manusia mempunyai individual choice, yaitu bagaimana dia menentukan dan bagaimana
memegang dan memelihara asetnya, apakah sebagian di bonds, di stock, atau money, dan sebagainya. Dalam
teori moneter konvensional, seseorang itu dipengaruhi oleh tiga motif, yaitu money demand for transactions,
money demand for precautionary dan money demand for speculation.
Bagi Keynes, money demand for transactions ditentukan oleh tingkat pendapatan; money demand for
precautionary ditentukan oleh tingkat pendapatan; dan money demand for speculation ditentukan oleh tingkat
suku bunga. Secara matematis, hal ini dirumuskan sebagai berikut:

Mdtr = f (Y)

Mdpre = f (Y)

Mdsp = f (i)

51
Ibid, hlm. 88.
52
Ibid, hlm. 89.
53
Ibid, hlm. 88.
29

Sebenarnya ada kekeliruan yang dibuat oleh Keynes, salah satunya yang juga diprotes oleh muridnya
sediri, Tobin-Boumol, masing-masing pada tahun 1953 dan 1956. Jika dipelajari pada buku Keynes, secara
implisit, ada perfect substitution antara money dan non-monetary asset. Dilihat dari modelnya, secara implisit
dia mengatakan bahwa adanya perfect substitution antara money, bonds dan capital. Misalnya dalam teori
konvensional dan yang disebut problem of anggregation, di mana diketahui ada lima pasar, yaitu:
1. Consumer Goods
2. Labor Services
3. Production (capital) Goods
4. Bonds
5. Money

Semua ini akan berhadapan dengan:


1. Prices
2. Wages
3. Interest
Dari variabel di atas, timbul persoalan karena ada 5 pasar yang akan dipecahkan dengan 3 harga.
Untuk memecahkan persoalan ini, Keynes menggabungkan capital dan bonds menjadi non-monetary asset
sehingga sekarang kita mempunyai 4 pasar dengan 3 harga yang kita ketahui. Ketika dia menggabungkan
capital goods dan bonds menjadi satu nama baru yaitu non monetary asset, disitulah kekeliruan yang akhirnya
membawa implikasi jauh ke belakang ke teori-teori yang sampai sekarang bisa kita baca di teori Samuelson.
Gabungan capital goods dan bonds diwakilkan nilainya dengan interest. Jadi secara implisit, capital goods
dan bonds dianggap perfect substitution.

Dalam teori mikro ekonomi, titik optimal terjadi pada persinggungan antara indifferent curve dengan
budget line. Keadaan perfect substitution menyebabkan utility function atau indifferent curve berbentuk garis
30

lurus (straight line), sehingga timbul corner solution (titik optimal). Artinya, pada titik optimal, orang akan
memegang seluruhnya dalam bentuk uang, atau seluruhnya dalam bentuk bonds. 54

BAB 5

STABILITAS EKONOMI DALAM BERBAGAI SISTEM


(MATERI INTERMEDIATE)

A. Pandangan Aliran Monetarists tentang uang

Aliran monetarists disebut juga teoritisi kuantitas uang modern. Berpendapat lebih luas lagi yaitu bahwa
perubahan money supply tidak hanya mempengaruhi tingkat harga, tetapi lebih luas lagi, bahwa dalam jangka
pendek money supply juga merupakan determinan penting yang dapat mempengaruhi aktivitas perekonomian.
Menurut kaum monetarist antara money supply dan GNP terdapat hubungan langsung dan meyakinkan.
Hubungan itu tidak lain adalah monetary velocity yang dapat ditaksir (predictable). Oleh karena itu, suatu
perubahan money supply dan GNP dengan jumlah yang dapat diramalkan. Jika money supply ditingkatkan
selama periode resesi, maka kenaikan spending pertama-tama akan meningkatkan kesempatan kerja
(employment) dan output riil. Sedangkan bila perekonomian sudah mendekati full-employment, maka kenaikan
GNP (Karena kenaikan money supply) akan disertai kenaikan harga-harga.

Dalam pembahasan tentang permintaan uang oleh masyarakat, monetarist sangat menitik beratkan perhatian
pada permintaan uang untuk tujuan traksaksi. Permintaan akan uang masyarakat itu dirumuskan sebagai suatu
fraksi tertentu dari penghasilan mereka (Md=KY). Suatu kenaikan money supply akan meningkat Y (GNP), dan
kenaikan Y ini baru berhenti apabila money demand = money supply (Md = Ms). Jadi income akan terus
meningkat sampai seluruh kenaikan money supply itu diserap ke dalam kenaikan permintaan uang untuk
transaksi (transaction demand). Dalam hubungan ini, monetarist sama sekali tidak menyinggung pengaruhnya
terhadap tingkat bunga

Oleh karena Md = KY, maka Md akan sama dengan Ms hanya bila income sama dengan suatu fraksi tertentu
yang dikalikan dengan money supply (Y = 1/k.Ms). factor pengali (1/k) ini tidak lain adalah velocity of money
(v). velocity ini akan tetap konstan selama k tidak berubah.

Pandangan kaum monetarist mengenai velocityini sangat kaku (inflexible), yakni bahwa factor V itu
tidak berubah alias konstan. Yang perlu ditekankan hanyalah bahwa velocity itu dapat diramalkan. Tapi
belakangan sebagian besar kaum monetarist hanya menekankan bahwa velocity itu mestinya dapat diramalkan,
dan tidak perlu harus konstan.55

B. Pandangan aliran Keynesians tentang uang

54
Ibid, hlm. 89-90.
55
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam,Edisi Ketiga, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm.93.
31

Berbeda dengan kaum monetarist, kaum Keynesians berpendapat bahwa money supply mempengaruhi GNP
melalui jalur yang tidak langsung dan tidak meyakinkan, terutama karena anggapan bahwa velocity tidak stabil
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini dijelaskan oleh Keynesians dengan tiga cara yaitu :

1. Katakanlah bank sentral meningkatkan money supply melalui open market operations (membeli surat
berharga pemerintah).
2. Perubahan money supply itu tidak akan mempengaruhi GNP apabila pasa saat yang sama terjadi
perubahan permintaan akan uang. Disini Keynesians menggunakan fungsi money demand yang
tergantung pada tingkat bunga.perubahan bunga akan mempengaruhi permintaan investasi dan income.
3. Dalam dunia Keynesians masyarakat akan membelanjakan kelebihan uang kas itu untuk assets finansiil :
harga-harga surat berharga itu akan naik, dan tingkat bunga menurun.

Itulah sebabnya Keynesians menggambarkan hubungan antara uang dan tingkat bunga. Sedangkan
monetarist menggambarkan hubungan antara uang dan income. Keynesians sangat menekankan motif spekulasi
dalam memegang uang, sedang monetarist lebih menekankan motif transaksi.

Jadi kesimpulan pandangan utama Keynesians ialah : perubahan money supply hanya dapat
mempengaruhi aggregate spending dan GNP, apabila pertama-tama tingkat bungan berubah, dan kemudian
hanya jika business spending atau consumers spending sensitive terhadap perubahan tingkat bunga itu.

Menurut monetarist sumber kestabilan perekonomian adalah tingkat harga. Sedangkan menurut
Keynesians, money supply riil yang lebih besar ini akan menurukan tingkat bunga, dan investment spending
selanjutnya masih aka tetap naik.56

C. Pandangan ekonom Ausria tentang uang

Para ekonom Austria berpendapat bahwa dengan menggunakan fiat money pemerintah dengan bebas
akan dapat mencetak uang tanpa mempertimbangkan kebutuhan dari transaksi di sector riil.

Cara mengatasi seignorage dan penciptaan kredit oleh perbankan, menurut ekonom Austria adalah
dengan cara menggunakan kombinasi antara 100% reserve dan standar emas. Keuntungan yang diterapkan dari
100% reserve gold standar menurut ekonom Austria adalah akan membatasi keleluasaan pemerintah untuk
menerapkan anggaran defisi. Karena dengan system ini, pemerintah mau tidak mau harus melakukan anggaran
berimbang.57

D. Pemikiran masudul alam choudury tentang uang

Choudury melakukan analisis ekonomi moneternya berdasarkan teori endogenous money ia berpendapat
bahwa perekonomian akan berjalan stabil ketika di tunjang oleh system 100% reserve. 58

56
Ibid, hlm. 94.
57
Ibid, hlm. 96.
58
Ibid, hlm. 98.
32

E. Pemikiran Umer Chapra tentang uang.

Menurut chapra, terdapat tiga sumber pengembangan moneter dalam rangka menjamin pertumbuhan
moneter yang cukup dan tidak berlebihan. Dua diantaranya bersifat domestic yaitu pembiayaan deficit Negara
dengan menjamin dari bank sentral dan pengembangan deposit dengan cara menciptakan bank-bank kredit
komersial. Dan ketiga bersifat eksternal berupa moneterisasi balance of payment surpus.

Dengan menggunakan formula dasar Keynes, permintaan akan uang versi chapra adalah sebagai
berikut :

Md = f (Y,S,Π), dimana

Y = Barang dan jasa yang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan. Dan investasi produktif yang selaras dengan
nilai islam

S = nilai-nilai moral dan social (termasuk zakat) yang nantinya akan berpengaruh terhadap proses alokasi dan
distribusi sumber daya. Ini akan berpengaruh terhadap Md yang tidak dipergunakan untuk spicuous
consumption.

Π = rate of profit. Suku bungan tidak diperkenankan dalam proses financial intermediation.

Dalam rangka mencapai stabilitas, chapra mengusulkan beberapa instrument kebijakan moneter berikut ini:

1. Target pertumbuhan pada M dan M0


2. Public share of demand deposit
3. Statutory reserve requirement
4. Credit ceiling.59

F. Upaya Stabilisasi Mata uang Emas (Dinar) dalam Konsep Ekonomi

1. Kestabilan Dinar (Emas) menurut Quantity Theory of Money

Dalam perekonomian yang islami, permintaan akan uang dipengaruhi oleh agregate output (Y) dan rate
of return on investment (r). Sehingga bisa kita formulasikan sebagai berikut:

Md/P = l(r,Y),          di mana lr < 0 dan lY > 0…………………………….(2.1)

M merupakan money stock dan P adalah tingkat harga. Persamaan di atas mirip dengan liquidity
preference function dalam teori ekonomi konvensional. Namun, penggantian komponen i (interest rate) dengan
r (rate of return) mempunyai implikasi yang luas. Salah satunya adalah bahwa dalam fungsi di atas , uang tidak
bersubstitusi dengan interest bond dan derivatives.

Money supply dapat diformulasikan sebagai berikut:

Ms = mH ………………………………………………….(2.2)

59
Ibid, hlm. 100.
33

m adalah money multiplier  dan H adalah high powered money (base money). Sehingga persamaan
money multiplier sebagai berikut:

M = [I + C/D]/[Rr + Re + C/D]………………………………..(2.3)

Rr dan Re adalah required reserve ratio dan excess reserve, yang masing-masing merupakan persentase
dari deposits (D). Sedangkan C, representasi dari currency dalam peredaran.

High powered money diambil dari neraca Bank Sentral yang jumlahnya sama dengan volume kredit
domestik dan international reserve.

H = L + F………………………………………………..(2.4)

Perlu dicatat bahwa uang dalam perekonomian dapat dipengaruhi oleh Bank Sentral melalui H dan sistem
perbankan melalui m.

        Sisi aset Bank Sentral dalam perekonomian yang islami berbeda dengan Bank Sentral konvensional,
karena tidak mengandung interest bearing bonds. Namun diganti dengan aset finansial yang di back up oleh
transaksi riil, yakni Q. Di samping itu, selain mencakup international reserve (F) juga berstandarkan emas (G)
sehingga high powered money dalam perekonomian islami adalah:

H = Q + F + G …………………………………….(2.5)

maka money supply dalam perekonomian islami dapat diformulasikan sebagai berikut:

Ms = m (Q +F + G)………………………………..(2.6)

Dari persamaan money supply di atas, dapat dilihat bahwa Bank Sentral dapat menaikan besaran money
supply dengan cara meningkatkan salah satu dari ketiga komponen yang ada dalam persamaan tersebut. Namun,
kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit domestik sangatlah terbatas, tidak demikian halnya dengan
sistem fiat money. Hal ini dikarenakan di samping adanya keterbatasan dalam komponen G, Bank Sentral tidak
dapat menyalurkan uang transaksi riil di masyarakat

Selanjutnya, untuk menentukan tingkat kestabilan nilai tukar, kita akan menggunakan pendekatan
purchasing power parity (PPP). Dengan paradigma PPP, nilai tukar suatu negara ditentukan oleh rasio antara
tingkat harga dalam negeri dan luar negeri.

E = P/P*……………………………………(2.7)

E adalah exchange rate (nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri), P harga dalam
negeri dan P* harga luar negeri. Kemudian kita akan menggunakan paradigma perfect capital mobility untuk
mendeskripsikan kondisi interest parity, sebagai berikut:

i = i* + e……………………………………..(2.8a)
34

di mana i tingkat bunga dalam negeri, i* tingkat bunga luar negeri, dan e  tingkat ekspektasi depresiasi atas mata
uang domestik. Perlu dicatat di sini, bahwa  rate of return dari foreign asset merupakan penambahan i* dan e.
Dalam perekonomian islami, kondisi return parity-nya adalah:

r = r* + e……………………………………………(2.8b)

Mensubtitusikan persamaan (2.7) dan (2.8b) ke dalam persamaan (2.1), kita akan mendapatkan fungsi
permintaan uang dalam perekonmian islami di bawah ini:

M/EP* = l(r* + e,Y),     lr*+e <0 dan ly > 0……………………………………(2.9)

Maka keseimbangan pasar uang (persamaan 2.9 dan 2.6) adalah:

(Q + F + G) m/EP* = l(r* + e,Y)……………………………………(2.10)

Sehingga :

E = (Q + F + G)m/P* l(r* + e,Y)……………………………………(2.11)

Dengan pendekatan monetarist model maka persamaan keseimbangan nilai tukar dalam standar emas
(dinar) bisa kita amati dalam persamaan (2.11). Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa nilai tukar dalam
standar emas (dinar) relatif stabil dibandingkan sistem fiat money. Ada beberapa keuntungan lainnya, di
antaranya adalah: pertama, penawaran uang tidak bisa dinaikkan semaunya sendiri oleh otoritas moneter karena
akan sangat dibatasi oleh cadangan devisa dan cadangan emasnya, hal ini berpengaruh pada terjaganya
kestabilan nilai tukar yang ujungnya adalah terjaganya nilai uang itu sendiri. Kedua, uang yang beredar di
masyarakat akan terserap oleh sektor riil sehingga akan membawa keseimbangan antara sektor moneter
(finansial) dan sektor riil (ΔQ > 0). Ketiga, kalaupun terjadi apresiasi atau depresiasi nilai tukar tetapi fenomena
tersebut seiring dengan pertumbuhan output akibat volume transaksi di sektor riil. 60

2.Kestabilan Dinar menurut Pandangan Tokoh Penggagas Kembalinya Dinar

Menurut kelompok ini, nilai nominal dan nilai intrinsik dari mata uang Dinar dan Dirham akan menyatu.
Artinya, nilai nominal mata uang yang berlaku akan dijaga oleh nilai intrinsiknya (nilai itu sebagai barang, yaitu
emas dan perak itu sendiri), bukan oleh daya tukar terhadap mata uang lain. Maka, seberapapun misalnya Dolar
AS naik nilainya, mata uang Dinar akan mengikuti senilai Dolar menghargai 4,25 gram emas yang terkandung
dalam 1 Dinar. Depresiasi sekalipun semua faktor ekonomi dan nonekonomi yang memicunya ada) tidak akan
terjadi.

Dalam pandangan kelompok ini, dengan menggunakan Dinar, akan terhindar dari inflasi. Penurunan nilai
Dinar atau Dirham menurut Abdul Razzaq Lubis, memang masih akan mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas
yang menopang nilai nominal Dinar itu mengalami penurunan (biasa disebut inflasi emas). Di antaranya akibat
ditemukannya emas dalam jumlah besar. Tetapi keadaan ini kecil kemungkinannya, karena penemuan emas
besar-besaran biasanya memerlukan usaha eksplorasi dan eksploitasi di samping memakan investasi yang besar,
juga waktu yang lama. Tetapi andaipun hal ini terjadi, emas temuan itu akan disimpan menjadi cadangan devisa
negara, dan tidak langsung dilempar ke pasaran. Dengan demikian pengaruh penurunan nilai emas di pasaran

60
Ibid, hlm. 102-105.
35

bisa ditekan seminimal mungkin. Di sinilah pentingnya ketentuan emas sebagai milik umum harus dikuasai oleh
negara.61

61
Ibid, hlm. 105.
36

BAB 6

ECONOMIC VALUE OF TIME

A. Pendahuluan

Faktor yang menentukan nilai waktu adalah bagaimana seseorang memanfaatkan waktu itu. Semakin
efektif (tepat guna) dan efisien (tepat cara), maka akan semakin tinggi nilai waktunya. Efektif dan efisien akan
mendatangkan keuntungan di dunia bagi siapa saja yang melaksanakannya.
Di dalam Islam, keuntungan bukan saja keuntungan di dunia, namun yang dicari adalh keuntungan di
dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, pemanfaatan waktu bukan saja harus efektif dan efisien, namun ia juga
harus didasari dengan keimanan. Keimanan inilah yang mendatangkan keuntungan di akhirat. 62

B. Perubahan Pada Endowment Point Dan Dampaknya Terhadap Permintaan


Endowment point di tentukan oleh berapa besar current income dan berapa besar future income. Oleh
karena itu, setiap perubahan pada curent income atau setiap perubahan pada future income akan mengubah
endowment point. Dan dari endowment point inilah kita dapat menentukan budget line. Pada budget line
inilah kita akan mendapatkan titik konsumsi optimal. Karena kurva permintaan di turunkan dari titik optimal
pada budget line, maka setiap perubahan pada endowment point akan mengubah kurva permintaan.63

1. Perubahan dalam curent income

a. Peningkatan curent income

Bayangkanlah endowment point hafizh sebesar 1000 kg beras saat ini dan 1000 kg beras tahun depan.
Secara grafis, ini di grafikkan oleh titik Y (1000,1000). Satu-satunya pedagang beras di daerah itu adalah barri.
Berdasarkan pengalamannya berdagang beras, barri menawarkan beras kepada hafizh dengan rasio pt/po = 1,25.
Dengan rasio ini kita dapat menggambarkan budget line hafizh. Pada budget line ini titik optimal baginya
adalah mengonsumsi 800 kg beras tahun ini, dan mengonsumsi 1250 kg beras tahun depan.
Sekarang katakanlah hafizh mendapat warisan pada tahun ini sebesar 500 kg beras, artinya curent income
nya menjadi 1500 kg. Secara grafis, kenaikan curent incoe akibat warisan ini telah mengubah endowment point
hafizh dari titik Y (1000,1000) menjadi titik Y’ (1500,1000). Dengan rasio pt/po 1,25 maka kita dapat
menggambar budget line baru dengan menggeser budget lama ke kanan sampai melalui titik endowment point
baru. Pertanyaannya adalah dimana titik optimal baru? Jawabnya, wallahu a’lam. Karena titik optimal terjadi
ketika budget line bersinggungan dengan utillity function, padahal kita belum pernah menggambarkan utillity
function nya.64

62
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami Edisi Ketiga, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 111.
63
Ibid, hlm.121.
64
Ibid, hlm. 122.
37

Future Goods
(kg berat)

[(P1/P0)-1](%)
Slope = -1.25

U’

D’
1.500
1.250 0 A A’
Y’ 25
1.000

B’
D’

D
800 1100 1500 Current Goods 800 1100
Current Goods
800 (kg beras)
(kg beras)

(a) Budget Line (b) Future Consumtion Demand Curve

Grafik 6.5 Dampak Perubahan Endowment Point Karena Peningkatan Current Income

Jika bagi hafizh future goods adalah giffen goods maka titik optimal dapat terjadi pada titik upper U’.
Jika bagi hafizh curent goods adalah giffen goods, maka titik optimal dapat terjadi pada titik bottom B’. Jika bagi
Hafizh curent dan future goods adalah normal goods, maka titik optimal terjadi pada saat dia mengonsumsi lebih
banyak current goods dan lebih banyak future goods, misalnya pada titik 0’.
Sekarang anggaplah titik optimal baru terjadi pada titik 0’ (1100, 1500). Dengan demikian, kita dapat
menggambar kurva permintaan yang baru. Karena rasio pt/po teta 1,25, maka yang terjadi adalah pergeseran
kurva permintaan ke kanan sampai melalui titik optimal baru. Berikut ini tabel untuk menggambarkan kurva
permintaan beras saat ini (current goods).65

Penjual Pt/po Quantity demended (current goods, kg beras)

Barri 1,25 800

Barri 1,25 1100

b. Penurunan Current Income

Bagian ini sekedar kebalikan dari bagian yang menggambarkan efek kenaikan current income. Oleh
karena itu bagian inisengaja disediakan untuk latihan. Mulailah dengan endowment point pada titik y’ dan
gunakan juga asumsi pt/po- 1,25 kemudian simulasikan adanya serangan hama sehingga current income nya
turun 500 gram menjadi 1000 kg beras.66

2. Perubahan dalam future income

65
Ibid, hlm.122.
66
Ibid, hlm.123.
38

a. Peningkatan future income

Bayangkan endowment point mutia sebesar 1000 kg jagung saat ini dan 1000 kg jagung tahun depan.
Secara grafis, ini diperlihatkan oleh titik Y (1000,1000). Satu-satunya pedagang jagung didaerah itu adalah bari.
Berdasarkan penglamannya beragang jagung, bari menawarkan jagung kepada mutia dengan rasio pt/po= 1,25.
Dengan rasio ini kita dapat menggambar budget line mutia. Pada budget line ini, titik optimalbagi mutia terjadi
pada titik 0 (1100, 875) yaitu pola konsumsi optimal baginya adalah mengonsumsi 100 kg jagung tahun ini, dan
mengkonsumsi 875 kg jagung tahun depan.
Sekarang, katakanlah mutia di janjika oleh ayahnya mendapat ulang tahun pada tahun depan sebesar 500
kg jagung, artinya future income-nya menjadi 1500 kg. Secara grafis, kenaikan future income akibat hadiah
ulang tahun ini telah mengubah endiwment point mutia dari titik Y (1000,1000) menjadi titik Y’ (1000,1500).
Dengan rasio pt/po 1,25, maka kita dapat menggambar budget line baru dengan enggeser budget lama ke kanan
sampai melalui titik endowment point baru. Pertanyaannya adalah dimana titik optimal baru? Jawabannya,
wallahua’lam. Karena titik optimal terjadi ketika budget line bersinggungan dengan utility function-nya.
Sekarang anggaplah titik optimal baru terjadi pada titik 0’ (1300,1125). Denhan demikian, kita dapat
menggambar kurva permintaan yang baru. Karena rasio pt/po tetap 1,25, maka yang terjadi adalah pergeseran
kurva permintaan ke kanan sampai melalui titik optimal baru. Berikut ini tabel untuk menggambarkan
bagaimana pembentukan kurva permintaan beras saat ini (current goods).67

Penjual Pt/po Quantity demanded (current goods, kg beras)

Barri 1.25 1100


Barri 1,25 1300

Future Goods
(kg berat)
[(P1/P0)-1](%)

Slope = -1.25

U’
Y’ A
1.500 A’
O’ 25
1.250
1.000
Y
875 O

B’ D’

D
1000 1300 Current Goods
1100 1300
1100 (kg beras) Current Goods
(kg beras)

(a) Budget Line (b) Future Consumtion Demand Curve

Grafik 6.6 Dampak Perubahan Endowment Point karena Peningkatan pada Future Income
b. Penurunan dalam current income

67
Ibid, hlm.123-124.
39

Bagian ini seledar kebalikan dari bagian yang menggambarkan efek kenaikan future income. Oleh
karena itu bagian ini sengaja di sediakan untuk latihan. Mulailah dengan endowment point pada titik Y’ dan
gunakan juga asumsi pt/po = 1,25 kemudian simulasikan bahwa mutia menjanjikan hadiah ulang tahun kepada
hafizh sehingga futire income-nya turun 500 kg menjadi 1000 kg beras.68

C. Present Value Versus Provitabiliti

Keterangan Rizki akan akan menjual kedua mobil BMW-nya yang berwarna merah dan hijau. Katakan
pula Reza setuju untuk membeli mobil yang merah dengan pola pembayaran sebagai berikut:

Tahun ke 1 2 3

Jumlah uang (dalam ratusan rupiah) 0 0 4

Sedangkan malik setuju untuk membeli mobil yang hijau dengan pola pembayaran sebagai berikut:

Tahun ke 1 2 3

Jumlah uang (dalam ratus juta rupiah) 0 2 1

Kemudian katakanlah kedua mobil tersebut dibelinya seharga @ Rp 100 juta dengan uang miliknya sendiri (self-
inancing).

Adanya perbedaan pola pembayaran ini, mendorong rizki menghitung berapa return yang di perolehnya
berdasarkan economic value of time. Untuk itu berdasarkan pengalaman berdagang mobil, rizki
mempertimbangkan:

1. Profit/sales
2. Sales turn over

Menentukan rasio jual cicilan terhadap harga jual tunai (rasio Pt/Po) sebesar “pr” (profit rate) setiap tahunnya.

Untuk dapat membandingakan profit rate dari pola pembayaran yang berbeda maka rizki harus
mengkoversijumlah pembayaran yang di terimanya pada waktu yang berlainan menjadi satu kesatuan ( unit of
account) yang sama yaitu profit rate dalam satuan unit Po. Untuk itu katakanlah Rizki menggunakan kriteria
bahwa jumlah pembayaran yang telah memperhatikan economic value of time-nya sama dengan jumlah uang
yang di keluarkannya ketika membeli. Dengan demikian rumus yang di gunakan untuk menghitung profite rate
pertahun adalah:

Rt + 1 Rt + 2
C=Rt+ + + ... +
68
(1+ pr)
Ibid, hlm.124-125. (1+ pr)
Rt + n
(1+ pr)
40

Dengan menggunakan rumus ini, rizki dapat menghitung profit rate penjualan mobilnya yang merah sebagai
berikut :

0 4
1=0+ +
(1+ pr) (1+ pr)

Secara matematis persamaan ini dapat dipecahkan dimana (1+pr) 2 =4, dan pr=1. profit rate penjualan mobilnya
yang hijau sebagai berikut :

2 1
1=0+ +
(1+ pr) (1+ pr)

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan (1+pr) 2 , maka didapat :

(1+pr)2 = 1 + 2 pr + pr2 = 2 + 2 pr + 1

Kurangi (1 + 2pr) dari kedua sisi, maka didapat pr2 = 2, atau pr = 1,414.

Mobil Harga beli Pembayaran Tahun ke- Profit rate

1 2 3

Merah 1 0 0 4 1

Hijau 1 0 2 1 1,414

Dari tabel ini, jelaslah bahwa pola pembayaran mobil merah memberikan profit rate yang lebih kecil di
bandingkan pola pembayaran mobil hijau.

Pola pembayaran manakah yang akan dipilih oleh Rizki? Tentu yang lebih baik adalah bila kedua
mobilnya dapat di jual dengan pola pembayaran mobil hijau, yaitu yang memberikan profit rate 1,414.

Sayangnya, hanya Mikail yang mau melakukan pola pembayaran seperti itu, dan sayangnya pula Mikail
hanya mau membeli satu mobil yaitu yang berwarna hijau sedangkan Reza mau membeli mobil merah dengan
pola pembayaran yang menghasilkan profit rate 1,0.

Pilihan Jual Mobil Profit Rate Keterangan

1 Hijau dan merah pada Mikail 1,414+1,414=2,828 unattainable


41

2 Hijau kepada Mikail, merah kepada Reza 1,414+1,0=2,414 Attainable

3 Hijau kepada Mikail 1,414 Attainable

4 Merah kepada Reza 1,0 Attainable

Untuk memaksimalkan profit rate –nya, rizki memilih pilihan ke 2 sebagai first-best solution yang dapat
dicapai (attainable).. Sedangkan pilihan ke-1, meskipun mempunyai profit rate yang lebih tinggi, bukan
merupakan solusi karena tidak dapat dicapai (attainable) .69

BAB 7

INFLASI:
STABILITAS NILAI UANG DOMESTIK

69
Ibid, hlm. 125-131.
42

A. Sejarah Inflasi

Emas memberikan nilai pada suatu mata uang dan juga akseptabilitas di tempat lain. Dalam hal ini,
sejarah perekonomian Kerajaan Byzantium menarik untuk dipelajari. Byzantium berusaha keras untuk
mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor komoditasnya sebanyak mungkin ke negara-negara lain dan
berusaha mencegah impor dari negara-negara lain agar dapat mengumpulkan uang emas sebanyak-
banyaknya.
Tetapi apa yang kemudian terjadi, pada akhirnya orang-orang harus makan, membeli pakaian,
mengeluarkan biaya untuk transportasi, serta juga menikmati hidup sehingga mereka akan membelanjakan
uang (kekayaan) yang dikumpulkannya tadi sehingga ahirnya malah menaikkan tingkat harga komoditasnya
sendiri. Spanyol setelah era Conquistadores juga mengalami hal yang sama, begitu juga dengan Inggris
setelah perang dengan Napoleon. Pada masa kini, terutama setelah era kapitalisme dimulai, masalah yang
sama tetap menjadi perbedaan para ekonom dan otoritas keuangan.
Apa yang menyebabkan semua itu terjadi, tidak ada satu sebab utama yang dapat disalahkan.
Semuanya adalah akibat gabungan dari penurunan produksi pertanian, pajak yang berlebihan, depopulasi,
manipulasi pasar, high labor cost, pengangguran, kemewahan yang amat berlebihan, dan sebab-sebab yang
lainnya, seperti perang yang berkepanjangan,embargo dan pemogokan pekerja. 70

B. Teori Inflasi Konvensional

Inflasi adalah proses meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus (continue)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. 71
Definisi inflasi oleh para ekonom modern adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang
harus dibayarkan (nilai unit perhitungan moneter) terhadap barang-barang atau komoditas dan jasa.
Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan unit perhitungan moneter terhadap baramg-barang atau
komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation).72

Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tngkat harga secara
umum. Persamaannya adalah sebagai berikut:

tingkat harga ( t )−tingkat harga( t−1)


Rate of infation = X 100
tingkat harga(t−1)

Pada umumnya, otoritas yang bertanggung jawab dalam mencatat statistik perekonomian suatu negara
menggunakan Consumer Price Index atau CPI dan Producer Price Index atau PPI sebagai pengukur tingkat
inflasi. Hanya saja, kedua metode pengukuran tersebut mempunyai kelemahan-kelemahan, yang salah
satunya adalah karena menggunakan kumpulan yang mewakili sebuah subset dari seluruh barang dan jasa

70
Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Makro Islam, edisi ketiga, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm.133.
71
Ekawarman dan Fahruddinsyah, Pengantar Teori Ekonomi Makro, (Jakarta: Gaung Persada, 2010), hlm. 152.
72
Adiwarman Azwar Karim, ibid, hlm.135.
43

yang diproduksi oleh keseluruhan perekonomian, sehingga index harga tersebut tidak merefleksikan secara
akurat seluruh perubahan harga yang terjadi.
Para ekonom cenderung lebih senang menggunakan Implicit Gross Domestic Product Deflator atau
GDP Deflator untuk melakukan pengkuran tingkat inflasi. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Nominal GDP
Implicit Price Deflator = X 100
Real GDP

Untuk mengetahui apa dan bagaimana inflasi, perlu dipahami bahwa uang mempunyai fungsi-fungsi
sebagai berikut dalam perekonomian diantaranya adalah:

1. Media pertukaran.
2. Pengukur nilai
3. Unit perhitungan dan akuntansi
4. Penyimpan nilaI.
5. Instrumen terms of payment.73

Sedangkan menurut Sadono Sukirno, dalam bukunya Makro Ekonomi (2011), menyebutkan fungsi uang
diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk melancarkan kegiatan tukar menukar.


2. Untuk menjadi satuan nilai
3. Untuk ukuran bayaran yang ditunda.
4. Sebagai alat penyimpan nilai.74

Menurut Ekawarman dan Fahruddiansyah Muslim, dalam bukunya Pengantar Teori Ekonomi Makro
(2010), inflasi dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Penggolongan didasarkan pada parah tidaknya infasi.

a) Inflasi ringan (dibawah 10% per tahun)


b) Inflasi sedang (antara 10-30% per tahun)
c) Inflasi berat (antara 30-100% per tahun)
d) Hiperinflasi (diatas 100% per tahun)

2. Penggolongan didasarkan pada sumber penyebabnya.

73
Ibid, hlm.136.
74
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar, Edisi Ketiga, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 268.
44

a) Inflasi permintaan yaitu inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan barang terlalu kuat.
Inflasi ini disebut demand pull inflation.
b) Inflasi biaya yaitu inflasi ini timbul karena kenaikan ongkos produksi. Inflasi ini disebut cost push
inflation atau supply inflation.
c) Inflasi campuran yaitu gabungan dari kedua kombinasi antara tarikan permintaan dan dorongan
biaya.

3. Penggolongan inflasi yang didasarkan pada asalnya.

a) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) yaitu inflasi ini semata-mata disebabkan
dari dalam negeri. Adapun penyebabnya antara lain misalnya karena defisit anggaran belanja yang
dibiayai dengan pencetakan uang baru, kenaikan upah, gagal panen, dan lain-lain.
b) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported infaltion) yaitu inflasi yang disebabkan karena naiknya
harga barang-barang import. Hal ini terjadi karena biaya produksi di luar negeri tinggi atau karena
adanya kenaikan tarif import barang.75

C. Teori Inflasi Islam

Merurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena:

1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi
dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit penghitungan.
2. Melemahkan semangat menabung dari sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya Marginal
Propensity to Save).
3. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barang-barang mewah
(naiknya marginal propensity to Consum).
4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yang menumpukan kekayaan seperti: tanah,
logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti: pertanian,
industri, perdagangan, transportasi, dan lainnya.

Selain itu, inflasi juga mengakibatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan akuntansi seperti:

1. Apakah penilaian terhadap aset tetap dan aset lancar dilakukan dengan metode biaya historis atau
metode biaya aktual.
2. Pemeliharaan modal riil dengan melakukan isolasi keuntungan inflasioner.
3. Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi (index) untuk mendapatkan
kebutuhan perbandingan waktu dan tempat.

Ekonomi islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364 M-1441 M), yang merupakan salah satu murid
dari Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu:

1. Natural inflation.

Inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah dimana orang tidak mempunyai kendali atasnya
(dalam hal mencegah). Ibn al-Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh
75
Ekawarman dan Fahruddinsyah, Pengantar Teori Ekonomi Makro, ibid, hlm.152.
45

turunnya penawaran agregatifn (AS) atau naiknya permintaan agregatif (AD). Jika memakai perangkat
analisis konvensional yaitu persamaan identitasnya:

MV=PT=Y

Dimana: M= jumlah uang beredar


V= kecepatan peredaran uang
P= tingkat harga
T= jumlah barang dan jasa (kadang dipakai juga notasi Q)
Y= tingkat pendapatan nasional (GDP)

Maka natural inflation dapat diartikan sebagai:


a. Gangguan tehadap jumlah barang ddan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian (T).
b. Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar daripada nilai impor,
sehingga secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan M turun sehingga V dan T tetap,maka
P naik.

Maka natural inflation dapat dibedakan berdasrkan penyebabnya yaitu:

a. Akibat uang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor naik sedangkan impor turun,
sehingga net eksport nilainya sangat besar, maka mengakibatkan naiknya permintaan agregatif (AD).
b. Akibat dari turunnya tingkat produksi (AS), karena terjadinya paceklik, perang, embargo, ataupun
boycott.76

2. Human error inflation.

Inflasi yang disebabkan selain dari natural inflation dapat digolongkan ke dalam human error inflation.
Human error inflation merupakan inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan manusia itu sendiri.

Human error inflation dapat dikelompokkan menurut penyebabnya-penyebabnya sebagai berikut:

a. Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad administration).

Jika kita merujuk pada persamaan MV=PT, maka korupsi akan mengganggu tingkat harga (P naik),
karena para produsen akan menaikkan harga jual produksinya untuk menutupi biaya-biaya “siluman” yang telah
mereka keluarkan. Dimasukkannya biaya siluman tersebut dalam COGS (cost of goods solds). COGS akan
mendorong ATC dan MC naik ke ATC 2 dan MC2, sehingga harga jual pada keadaan normal profit naik dari P
ke P2. Hal ini akan mengakibatkan COGS menjadi tidak merefleksikan nilai sumber daya sebenarnya yang
digunakan dalam proses produksi. Harga yang terjadi terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada
sehingga akan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi (high cost economy). Pada akhirnya akan terjadi inefisiensi
alokasi sumber daya yang akan merugikan masyarakat secara keseluruhan.

b. Pajak yang berlebihan (excessive tax).

76
Adiwarman Azwar Karim, ibid, hlm.140.
46

Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada perekonomian hampir sama dedngan efek yang
ditimbulka oleh korusi dan administras yang buruk yaitu kontraksi pada kurva penawaran agregatif (AS).
Namun, jika dillihat kebih jauh excessive tax tersebut mengakbatkan apa yang dinamakan para ekonom dengan
“efficiency loss” atau “weight loss”.

c. Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (excessive seignorage).

Seignorage arti tradisionalnya adalah keuntungan dari pencetakan koin yang di dapat oleh
percetakannya di mana biasanya percetakan tersebut dimiliki oleh pihak penguasa atau kerajaan. Tindakan
seignorage ini juga salah satu penyebab inflasi, menurut Milton Freigman, seorang ekonom monetaris
terkemuka, dikatakannaya “inflation ia always everywhere a monetary phenomenon”. Para otoritas moneter di
negara-negara barat pada umumnya meyakini bahwa pencetakan uang akan menghasilkan keuntungan bagi
pemerintah (inflation tax), hal ini sesuai dengan persamaan berikut:
(M t −M t−1) M t −1
Real revenue from printing money = =µx
Pt Pt
Dimana µ adalah tingkat pertumbuhan uang. Nilai µ yang tinggi akan menyebabkan tingkat inflasi( π ¿
yang tinggi, sehingga implikasinya adalah suatu nilai nominal yang lebih tinggi pula dari tingkat suku
bunga(R= r + π ¿ . Oleh karena itu, disimpulkan bahwa suatu tingkat pertumbuhan uang yang tinggi akan
menghasilkan tingkat pajak yang tinggi pula dari pajak memeang uang (tax for holding money).
Dilain pihak, ekonom islam Ibn al-Maqrizi berpendapat bahwa percetakan uang yang berlebihan jelas-
jelas akan mengakibatkan naiknya tingkat harga secara keseluruhan. Menurutnya, kenaikan harga-harga
komoditas adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang atau nominal, sedangkan jika diukur dengan emas (dinar
emas), maka harga-harga komoditas tersebut arang sekali mengalai kenaikan. Ia juga berpendapa bahwa uang
sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi (jual beli) dan dalam
pecahan yang mempunyai nilai nominal kecil (supaya tidak ditumpuk atau hoarding).77

Necessary & Sufficient Condition Stabilisasi Uang.

Necessary & Sufficient Condition untuk menjaga stabilitas jenis-jenis uang dalam perekonomian dapat
dilihat sebagai berikut:

No. Jenis uang Necessary Condition Sufficient Condition


1. Full Bodied - -
Money
2. 100% Reserve Pengesahan pemerintah -
sebagai alat
pembayaran.
3. Partial Reserve Pengesahan pemerintah Pemerintah harus
sebagai alat menjaga nilainya.
pembayaran.

77
Ibid, hlm.150.
47

4. Token money - Pengesahan Pemerintah harus


pemerintah sebagai mencegah dan melarang
alat pembayaran. perdagangan uang.
- Pemerintah harus
menjaga nilainya.
5. Fiat Money - Pengesahan - Pemerintah harus
pemerintah sebagai mencegah dan
alat pembayaran. melarang perdagangan
- Pemerintah harus uang.
menjaga nilainya - Pemerintah harus
mencegah dan elarang
peredaran uang palsu.
6. Bank Money N/A (bukan uang). N/A (bukan uang).

BAB 8
48

NILAI TUKAR UANG:


STABILITAS NILAI UANG INTERNASIONAL

A. Teori Nilai Tukar Uang Konvesional

Exchange Rates (nilai tukar uang) uang yang lebih popular dikenal dengan sebutan kurs mata uang
adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang
domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestic dalam mta uang asing.
Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainnya.
Digunakan Dalam berbagai transaksi antara lain, transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi
internasional, ataupun aliran uang jangka panjang pendek antarnegara, melewati batas-batas geografis atau
batas hukum.
Nilai tukar suatu mata uang dapat ditentukan oleh pemerintah (otoritas moneter) seperti pada
Negara-negara yang memakai system fixed exchange rates atau ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan
pasar yang saling berinteraksi (bank komersial-perusahan multinasional-perusahan manajemen asset-
perusahan asuransi-bank devisa-bank sentral) serta kebijakan pemerintah seperti pada Negara-negara yang
memakai rezim system flexible exchange rates.
Nilai tukar dapar dicatat sebagai spot atau immediate delivery (penyerahan +/-2 hari) atau juga
dapat dicacat sebagai transaksi dimuka (forwad transaction) dalam berbagai periode penyerahan. 78
Perbedaan antara biaya dari meminjam dalam dua mata uang dalam periode waktu yang terkait.
Karena setiap Negara mempunyai hubungan dalan investasi dan perdagangan dengan beberapa
Negara lainnya, maka tidak ada satu niali tukar yang dapat mengukur secara memadai daya beli
(purchasing power) dari mata uamg domestic atas mata uanf asing secara umum. Konsep-konsep dari nilai
tukar uang yan efektif telah dikembangkan untuk mengukur rata-rata tertimbang (weighted averge) harga
dari mata uang asing dalam mata uang domestic. Begitu juga berbagai skema penimbangan (weighting)
telah diajukan, termasuk didalamnya timbangan (weight) Impor untuk merefleksikan daya beli terhadap
barang-barang impor, timbangan perdagangan bilateral untuk merefleksikan pentingnya berbagai mata uang
dalam perdangangan global (dunia), dan juga timbangan elastisitas porsi perdangan untuk mereflesikan
tingkatan yang berbeda dari daya asing (competitiveness) sebuah Negara dengan Negara-negara yang
lainnya.79

1. Purchasing Power Parity

Definisi dari Purchasing Power Parity adalah suatu kondisi dimana harga dari suatu barang yang dapat
diperdagangkan (tradable goods) dalam suatu mata uang seharusnya sama dimana pun barang iu dibeli. Jika
kondisi arbitrase (arbitrage condition = kondisi dimana tidak terdapatnya kesempatan untuk membeli suatu
barang dengan harga yamg lebih tinggi) terjadi setiap barang secara individual, untuk maka kondisi ini akan
terjadi untuk sekelompok barang (basket of goods) dlam jumlah representif, dapat diturunkan sebagai berikut:

P = e P’
Dimana: P = tingkat harga domestic (domestic price)

78
Adiwarman A Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015) hal. 157
79
Ibid. hlm.157.
49

P’= tingkat harga luar negeri (foreign price)


E= nilai tukar uang (exchange rate)

Persamaan di atas adalah dinamakan dengan persmaaan paritas daya beli yang menyatakan bahwa rupiah
di Indonesia akan mempunyai daya beli yang sama dengan singapura.
Law of one price (LOP) atau hukum satu harga menyebutkan bahwa didalam suatu pasar persaingan
(competitive market) yang tidak aada biaya traansportasi serta bebas dari hambatan perdagangan, maka sutu
brang yang indektik akan mempunyai harga yang sama dalam suatu nilai tertentu.
Nilai tukar riil uang suatu Negara adalah jumlah dari barang domestic yang dibutuhkan untuk membeli 1
unit barang yang sama di luar negeri.
Persamaan adalah sebagai berikut:

Real Exchange Rate = e P’


P
Jika nilai tukar riil > 1, maka lebih dari 1 unit harga barang domestic dibutuhkan untuk membeli barang
luar negeri yang identik.. jika niali tukar riil < 1, maka kurang dari 1 unit barang domestic dibutuhkan untuk
membeli barang luar negeri yang identik.
Untuk obligasi, paritas daya beli ini juga berlaku seperti pada niali tukar uang tentunya dengan
menerapkan bebrapa modifikasi pada persamaan matematisnya. Persamaan matematis berikut menggambarkan
apa yang dinamakan sebagai “interes arbitarage” atau “interest parity” atau “bond arnitage condition”

1
1+i=e ¿ x [ e
(1+i' ) ]
e¿
1+ I = (1 + I’)
e

Dimana : e* = expected future exchange rate


i = tingkat suku bunga dalam negeri
i’ = ringkat suku bunga luar negeri80

2. Kebijakan Nilai Tukar Uang

Mata uang dapat digunakan untuk membeli barang-barang dari luar negeri atau asset financial seperti
saham, obligasi, treasury bills, options, future, warrants dll. Jika SGD 1 berharga IDR 5000 maka sebaliknya
Dapat juga diekpresikan yaitu setiap IDR 50 berharga SGD 1 sen . semakin tinggi harga SGD ( in IDR
term), semakin rendah harga IDR (in SGD trem), begitu juga sebaliknya.
Dalam suatu Negara, satu-satunya institusi resmi yang dapat mengubah penawaran mata uangnya
adalah Bank Sentral dari Negara tersebut. Setiap Bank Sentral dapat memilih antara dua rezim kebijakan nilai
tukar yang berbeda yaitu:

a. Rezim Nilai Tukar Dipagu (fixed exchange rate regime) yaitu bila otoritas keuangan suatu Negara
menetapkan suatu nilai tukar uang tertentu un tuk mata uannya.
b. Rezim Nilai Tukar Fleksible (flexible exchange rate regime) yaitu bila nilai tukar mata uang ngara
adalah ditentukan oleh keseimbang yang terjadi di pasar pertukaran uangnya. 81

80
Ibid, hlm. 158.
50

3. Fixed Exchange Rate Regine

Dalam sitem kebijakan ini Bank Sentral suatu negara cukup mengumumkan suatu nilai tukar tertentu
untuk mata uangnya terhadap mata uang asing tertentu dimana bank sentral bersedia membeli dan menjual mata
uang asing dengan kuantitas berapapun.
Dalam rezim nilai uang dipagu ini Bank Sentral sering sekali dipaksa untuk mencetak uang melebihi apa
yang diinginkan. Dalam rezim nilai uang dipagu ini Bank Sentral dapat mengendalikan nilai tukar atau
penawaran uang, akan tetapi tidak keduanya sekaligus. Jika Bank Sentral menetapkan nilai tukar, maka Bank
Sentral harus menawarkan berapapun kuantitas uang yang dibutuhkan oleh para pedagang, yang mana jika hal
tersebut terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan “international reserve crisis”, yaitu keadaan dimana sebuah
Bank Sentral kehilangan kemampuannya untuk menjaga nilai tukar tertentu untuk mata uang negaranya. Ketika
Bank Sentral menyadari bahwa cadangan devisanya telah banyak berkurang, maka Bank Sentral terpaksa harus
menaikkan nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang domestik dengan harapan agar permintaan terhadap
cadangan devisa yang dimilkinya menurun. Hal tersebut dikenal dengan nama “devaluasi”. Jika yang terjadi
sebaliknya, dimana bank sentral harus terus membeli devisa, maka Bank Sentral dapat menurunkan nilai tukar
mata uang negaranya terhadap mata uang asing. Hal ini dikenal dengan nama “revaluasi”
Pada saat Bank Sentral kehilangan kendali atas penawaran mata uang, Bank Sentral juga kehilangan
kendali atas harga, sehingga jika Bank Sentral ingin mengendalikan tingkat harga domestik, maka Bank Sentral
harus membiarkan nilai tukar untuk mengambang bebas. Pada rezim nilai tukar yang dipagu ini juga
dimungkinkan bagi Bank Sentral untuk menetapkan nilai tukar yang berbeda-beda pada orang-orang tertentu
menyangkut keperluan yang tertentu pula

4. Flexible Exchange Rate Regime

Rezim sistem nilai tukar mengambang ini adalah sistem yang dipakai oleh hampir sebagian besar negara
di dunia pada saat ini. Jika bank sentral ingin menambah penawaran uang, Bank Sentral dapat mencetak uang
dan kemudian membeli sesuatu aset. Jika bank sentral ingin mengurangi penawaran uang, maka bank sentral
dapat menjual sesuatu aset dan memusnahkan uang yang didapatnya dari penjualan tersebut. 82

Jika bank sentral membeli atau menjual mata uang negaranya sendiri, maka akan mempengaruhi
penawaran uang. Selain itu bank sentral juga dapat memperjualbelikan mata uang asing. Bank sentral yang
memperjualbelikan mata uang asing dinamakan “intervensi”. Melalui intervensi bank sentral melakukan
perubahan permintaan akan mata uang asing. Intervensi dari Bank Sentral dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Unsterilizied Intervention : intervensi yang tidak disertai dengan tindakan-tindakan offset yang
dirancang untuk mencegah perubahan yang menyeluruh pada penawaran uang domestik.
b. Sterilizied Intervention : intervensi yang disertai dengan tindakan-tindakan offset yang dirancang untuk
mencegah perubahan yang menyeluruh pada penawaran uang domestik.

Nilai tukar uang atau kurs karena mengikat pada ketentuan oleh paritas daya beli mempunyai persamaan
matematis sebagai berikut :

E = p / p’

81
Ibid, hlm. 160.
82
Ibid., hlm. 161-162
51

Tingkat harga p dan p’ ditentukan melalui interaksi permintaan dan penawaran uang dimasing-
masing negara. Kemudian, tawar-menawar dari kesempatan arbitase akan memaksa nilai tukar e ke tingkat
dimana persamaan paritas daya beli P= e p’ berlaku.

Dalam teori neoklasikal, tingkat harga dalam suatu negara dapat berubah, karena berubahnya
penawaran uang atau karena fakto-faktor yang mendahului perubahan dari output negara tersebut, seperti
kebijakan fiskal, teknologi, peperangan, cuaca dan lain sebagainya. Jika terjadi kenaikan penawaran uang
yang signifikan, maka akan terjadi kenaikan harga yang signifikan (inflasi). Tingkat harga melonjak naik
karena terjadi penurunan permintaan uang, juga lonjakan dari nilai tukar (depresiasi) uang. Lonjakan ini
dinamakan “exchange rate overshooting”. Exchange rate overshooting ini adalah salah satu fenomena
yang penting karena bisa membantu kita dalam menjelaskan mengapa nilai tukar uang bergerak tajam
dari hari ke hari.
Kenaikan output (produksi barang dan jasa) suatu negara akan menyebabkan nilai tukar mata
uangnya mengalami operasi terhadap mata uang asing, sedangkan jika terjadi kenaikan output negara
asing akan menyebabkan nilai tukar mata uang domestik mengalami depresiasi terhadap mata uang
asing.83

5. Penawaran Uang dan Nilai Tukar Uang dalam Jangka Pendek

Analisis penentuan nilai tukar uang adalah analisis untuk jangka pendek karena anilisis untuk jangka
panjang terhadap kejadian-kejadian ekonomi mengizinkan adanya penyesuaian menyeluruh dari tingkat harga
dan dari semua faktor produksi untuk mencapai tingkat full employment.

Berikut adalah penjelasan grafis tentang penentuan nilai tukar uang adalah :

Grafik 8.3 Keseimbangan Nilai Tukar Uang Terhadap Tingkat Suku Bunga Dan Ekspektasi Nilai
Tukar

Keseimbangan Nilai Tukar Uang terhadap Tingkat Suku Bunga dan Ekspektasi Nilai Tukar

Keseimbangan atau equilibrium dari pasar pertukaran uang adalah pada titik 1 di mana expected return
Rupiah dari deposito IDR dan deposito SGD adalah sama. Grafik diatas menunjukkan bagaimana

83
Ibid, hlm. 163.
52

keseimbangan dari nilai tukar uang ditentukan dalam pasar pertukaran uang asing dengan tingkat suku bunga
tertentu dan ekspentasi tentang nilai tukar di masa depan. 84

B. Teori Nilai Tukar Islam

Kebijakan nilai tukar uang dalam islam dapat dikatakan menganut sistem managed floating, dimana nilai
tukar adalah kebijakan dari pemerintah, karena pemerintah tidak mencampuri keseimbangan yang terjadi
dipasar kecuali jika terjadi hal-hal yang mengganggu keseimbangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu
nilai tukar yang stabil adalah suatu kebijakan pemerintah yang tepat. 85

Dalam islam, nilai tukar disebabkan oleh dua hal, yaitu:

1. Perubahan Harga Terjadi di Dalam Negeri

Faktor luar negeri tidak mengalami perubahan, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yakni:

a) Natural Exchange Rate Fluctuation

i. Fluktuasi nilai tukar uang disebabkan oleh permintaan agregat (AD). Jika diperhatikan ketika permintaan
agregat naik (AD) maka harga pun akan mengalami kenaikan (P). Sedangkan tingkar harga diluar
negeri tidak mengalami kenaikan, maka nilai tukar mata uang akan mengalami depresiasi atau melemah
(e). Begitupun sebaliknya, jika permintaan agregat mengalami penurunan (AD) maka hargapun akan
mengalami penurunan pula (P) yang mengakibatkan nilai tukar mata uangpun akan mengalami
apresiasi atau penguatan (e).

ii. Fluktuasi nilai tukar mata uang juga disebabkan oleh penawaran agregat (AS). Dimana ketika penawaran
agregat mengalami kenaikan (AS) maka harga pun akan mengalami penurunan (P) dan tingkat nilai
tukar mata uang akan mengalami apresiasi atau penurunan (e). Begitupun sebaliknya, ketika
penawaran agregat mengalami penurunan (AS) maka hargapun akan mengalami kenaikan (P) dan
mengakibatkan nilai tukar mata uang akan mengalami depresiasi atau melemah (e).

b) Human Eror Exchange Rate Fluctuation

i. Corruption dan Bad Administration


Korupsi dan administrasi yang buruk akan mengakibatkan meningkatnya harga yang mengakibatkan
terjadinya misallocation of resource serta mark up yang tinggi. Sehingga untuk bisa menutupi biaya-
biaya siluman atau kekurangan-kekurangan yang disebabkan oleh korupsi dan administrasi yang buruk
maka produsen harus meningkatkan harga jual. Jika dilihat dari persamaan P= e P’, maka kenaikan
harga (P) juga akan mengakibatkan depresiasi atau melemahnya nilai tukar (e).

ii. Excessive Tax


Yaitu kenaikan pajak penjualan. Dengan adanya kenaikan pajak maka otomatis juga akan
meningkatkan harga penjualan. Karena jika tidak meningkatkan harga penjualan, produsen akan

84
Ibid, hlm.165.
85
Ibid., hlm. 168
53

kesulitan dalam melakukan proses produksi. Sehingga seperti pengertian diatas, ketika harga
mengalami peningkatan (P) maka nilai tukar pun juga turut mengalami depresiasi atau melemah
(e).

iii. Excessive Seignorage


Adalah pencetakan uang yang berlebih. Uang yang dimaksud disini adalah uang selain dirham dan
dinar. Ketika pencetakan uang yang berlebih ini terjadi maka akan mengakibatkan kenaikan tingkat
harga secara keseluruhan (P) atau inflasi. Sehingga mengakibatkan nilai tukar uang pun melemah
(e).86

2. Perubahan harga terjadi diluar negeri

Faktor dalam negeri tidak mengalami perubahan, akan tetapi perubahan harga terjadi di luar negeri
karena hal berikut ini:

a. Non-Engineered/ Non-Manipulated Changes

Disebut Non-Engineered/ Non-Manipulated Changes karena perubahan yang terjadi bukan merupakan
manipulasi dari pihak-pihak tertentu. Misalnya Bank sentral Singapura mengurangi jumlah dolar Singapura
/SGD yang beredar. Akibatnya bagi para negara-negara seperti Indonesia yang hendak melakukan transaksi
dengan Singapura yang harus menggunakan uang SGD harus menukar Rupiahnya dengan SGD mengalami
depresiasi atau melemahnya nilai Rupiah. Itu terjadi karena jumlah SGD yang telah berkurang.
Penurunan jumlah penawaran SGD menyebabkan nilai tukar yang melemah yang mengakibatkan harga
barang-barang impor menjadi naik. Sehingga bagi industri-industri yang harus mengimpor barang-barang
produksinya harus membelinya dengan harga yang mahal dan selanjutnya membuat harga barang produksinya
pun menjadi mahal.
Mengambil analogi yang diambil oleh Khalifah Umar bin Khatab r.a, BI dapat melakukan intervensi
dengan cara mengurangi penawaran rupiah dan menjual cadangan SGD nya. Hal tersebut dapat membuat nilai
tukar rupiah terhadap SGD menguat (apresiasi). Batas intervensi dapat dilakukan sampai terjadinya batas nilai
tukar awal.

b. Enginereed/ Manipulated Changes

Merupakan usaha dari pihak-pihak tertentu untuk memanipulasi dengan maksud untuk merugikan pihak
lain. Misalnya para fung manager menimbun IDR (Rupiah Indonesia) dengan tujuan untuk melepaskannya pada
suatu saat tertentu. Pelepasa IDR tersebut dapat mengakibatkan banjir rupiah di Indonesia. Sehingga rupiah
yang ada di Indonesia menjadi menumpuk yang mengakibatkan nilai tukar rupiah mengalami depresiasi atau
melemah secara tiba-tiba. Dan tindakan ini merupakan tindakan yang diharamkan oleh islam karena termasuk
dalam kategori ikhtikar (rekayasa penawaran untuk mengambil keuntungan diatas keuntungan normal).
Menurut Ibn Thaimiyah, apabila hal tersebut terjadi maka pemerintah seharusnya menetapkan sistem nilai tukar
dipagu secara temporer (sementara). Bank Indonesia harus melakukan penetapan nilai tukar pada tingkat
Ioriginal supporting level IDR, yaitu nilai tukar IDR sebelum terjadinya rekayasa yang membuat fluktuasi IDR.

86
Ibid, hlm. 168.
54

Selain itu, apabila Fund Manager melakukan manipulasi terhadap permintaan IDR, seperti melalui
mekanisme forward transaction yang dikombinasi dengan margin trading yang menyebabkan IDR seperti
menurun. Sehingga nilai tukar pun menjadi melemah.87

BAB 9

KEBIJAKAN MONETER
87
Ibid, hlm.170.
55

A. Pendahuluan

1. Sejarah Kebijakan Moneter Islam

Sistem moneter sepanjang zaman telah mengalami banyak perkembangan, sistem ekkonomi inilah yang
banyak dilakukan studi empiris maupun historis bila dibandingkan dengan studi ilmu ekonomi yang lain.
Sistem keuangan pada zaman Rasullullah digunakan bimetallic standard yaitu emas dan perak (dirham dan
dinar) karena keduanya merupakan alat pembayaran yang sah dan beredar di masyarakat.

Perkembangan emas sebagai standar uang beredar mengalami tiga kali evolusi yaitu:

a. The gold coin standard, dimana logam emas mulia sebagai uang yang aktif dalam peredaran.
b. The gold bullion standard, dimana logam emas bukanlah alat tukar yang beredar nammun otoritas
moneter menjadikan logam emas sebagai parameter dalam menentukan nilai tukar uang yang
beredar.
c. The gold exchange standard (Bretton woods system), dimana otoritas moneter menentukan nilai
tukar domestic currency dengan coreign currency yang mampu di back-up secara penuh oleh
cadangan emas yang dimiliki. Dengan perkembangan sistem keuangan yang demikian pesat telah
memunculkan uang fiducier (kredit money) yaitu uang yang keberadaannya tidak di back-up oleh
emas dan perak.88

2. Manajemen Moneter Islam

Dalam Alquran maupun sunnah tidak ditemukan secara spesifik keharusan untuk menggunakan
dinar(emas) dan dirham (perak) sebagai standart nilai tukar uang (full-bodied standart). Merujuk pendapat dari
para fuqoha tidak ditemukan akan keharusan memakai emas dan perak sebagai alat pembayar, walaupn pada
masa itu keberadaan full-bodied money merupakan sebuah kelaziman. Namun disamping membolehkan uang
fiducier, ibn taimiyah mengingatkan bahwa penggunaaan uang ini akan mengakibatkan hilangnya uang dinar dan
emas dari peredaran. Imam al-ghazali (1058-1111M) memperbolehkan penggunaan uang yang tidak dikaitkan
dengan emas atau perak selama pemerintah mampu menjaga nilainya. Hal ini membawa kepada dua pertanyaan
yang saling berkaitan, mengenai siapa yang berhak mengeluarkan uang fiducier dan bagaimana stabilitas nilai
uang tersebut dapat dicapai dalam sistem keuangan tanpa bunga. Secara umum, para fuqoha telah meyepakati
bahwa hanya otoritas yang berkuasa saja yang berhak untuk mngeluarkan uang, namun pemerintah wajib untuk
menjamin terciptanya kestabilan nilai uang tersebut. Penekanan Alquran mengenai uang adalah jaminan adanya
keadilan dalam fungsinya sebagai alat tukar, alat ukur dan alat penyimpan daya beli.
Keberadaan uang dalam sebuah perekonomian memberikan arti yang terpenting, ketidakadilan dari alat
tukar yang diakibatkan adanya instabilitas nilai tukar uang akan mengakibatkan perekonomian tidak bjalan pada
itik keseimbangan. Hal ini akan semakin mempersulit untuk merealisasikan keadilan alam sosial ekonomi dan
kesejahteraan sosial. Stabilitas harga berarti terjaminnya keadilan uang dalam fungsinya sehingga perekonomian
akan relatif berada dalam kondisi yang memungkinkan teralokasinya sumber daya secara merata, terdistribusinya
pendapatan, optimum growth, full employment dan stabilitas perekonomian.
Pada dasarnya, kebutuhan manusia dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu perlu serta mendesak dan
tidak perlu serta kurang bermanfaaat. Komponen pertama dapat dimasukkan sebagai permintaan uang untuk

88
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) hlm.177.
56

konsumsi pemenuhan kebutuhan dan investsi produktif. Sedangkan jenis kedua meliputi konsumsi yang
berlebihan (conspicious consumption). Dapat dikemukakan bahwa upaya regulasi untuk mengendalikan
permintaan uang dengan suku bunga sebagai instrumen moneter malah akan mengakibatkan penyalahgunaan
sumber dana untuk tujuan yang tidak produktif. Regulasi dicirikan dengan memainkan peranan suku bunga
dalam sektor makro telah membawa permintaan uang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan yang kurang perlu,
investasi yang kurang produktif dan tingginya spekulasi. Oleh karena itu para ekonom islam lebih mengandalkan
variabel-variabel penting dalam manajemen permintaan uang. Variabel-variabel tersebut saling mendukung
dalam mengendalaikan permintaan uang. Barkorespondensinya variabel-variabel tersebut dalam satu sistem ini
akan dapat menciptakan pola permintaan uang yana relatif stabil. 89

B. Permintaan Uang

Teori permintaan uang pada hakikatnya merupakan teori tentang alokasi sember-sumber ekonomi yang
sifstnya terbatas. Seseorang yang memegang uang akan dihadapkan pada keuntungan dan kemungkinan kerugian
dari kepemilikan suatu bentuk kekayaan.
Dalam teori permintaan uang konvensional, suku bunga merupakan biaya yang digunakan untuk
menjelaskan peilaku individu dalam mengelola uang kas riilnya. 90

1. Teori permintaan uang klasik

Teori permintaan uang klasik, tercermin dalam teori kuantitas uang. Pada awalnya teori ini
diperuntukkan untuk menengakan peranan uang dalam perekonomian. Dengan sederhana, Irving Fisher
merumuskan teori kuantitas uang sebagai berikut :

MV=PT

Kemudian dalam versi lain volume barang yang diperdagangkan (T) diganti dengan output riil (O),
sehingga persamaan tersebut menjadi :

MV=PO=Y

Marshal dan pigou juga mengembangkan formulasi yang hampi sama, namun pada hakikatnya berbeda

M=kPO
M = k.Y
Dimana k = 1/v
Md = k P O = k Y

Secara sistematik, formula marshal ii sama dengan formula irving fisher, namun mempunyai filosofi
yang berbeda.
Karena uang juga difungsikan sebagai alat utuk menyimpan kekayaan ( store of wealth), maka seorang
individu akan menentukan individual choice-nya didalam memelihara komposisi kekayaan yang dimilikinya.

89
Ibid, hlm.179.
90
Ibid, hml.180.
57

2. Teori permintaan uang keynes

Penjabaran keynes tentang idividual choise marsall-pigou adalah keinginan seseorang untuk mengatur
uang atau asetnya yang dipengaruhi oleh :

a. Money demand for transaction, yang ditentukan oleh tingkat pendapatan.


b. Money demand for precautionay, ditentukan oleh tingkat pendapatan.
c. Money demand for spekulation, ditentukan oleh suku bunga.

Secara matematis dirumuskan :

M dtr =f ( y )

M dpre =f ( y )

M dsp =f ( y )

Menurut Keynes besarnya permintaan uang dapat dikelompokkan dalam 3 motif, yaitu :

a. Motif transaksi (transactionary motive), merupakan permintaan uang yang timbul karena adanya kebutuhan
untuk memayar transaksi biasa.
b. Motif berjaga-jaga (precautionary motive), permintaan akan uang untuk tujuan memenuhi kemungkinan-
kemungkinan yang tidak terduga.
c. Motif spekulatif (speculative motive), keutuhan unukmemenuhi kemungkinan yang tak terduga. 91

Dari motif ketiga inilah suku bunga sebagai biaya opportunity muncul, dimana semakin tinggi suku
bunga semakin rendah permintaan uang untuk spekulatif begitu juga sebaliknya. Permintaan uang merupakan
permintaan akan saldo riil, dimana permintaaan seseorang untuk saldo riil tidak berubah apabila harga
berubah. Permintaan uang untuk saldo riil/real balances (Md/P) ditentukan dari besarnya pendapatan riil (Y)
serta biaya opportunity yaitu suku bunga (r). Maka secara matematis formula keynes untuk pemintaan uang
dapat dituliskan :
Md
= f (Y;r)
P
M d = [kY + λ (r)w]P
Karena analisis Keynes adalah analisis jangka pendek, maka w dianggap tetap tidak berubah, sehingga
dapat dirumuskan :
M d =kY + λ ( r )
M d /P berbanding lurus dengan riil income (Y) dan berbanding terbalik dengansuku bnga (r). Dalam
teori Keynes, kedua variabel ini merupakan sentra pokok dalam penentuan besarnya permintaaan uang yang
dihaapkan akan mampu membawa perekonomian dalam pengalokasian sumberdaya yang efisien, investasi
yang produktif dan terealisasikannyankesejahteraan sosial. 92

C. Teori Permintaan Uang dalam Islam

91
Ibid, hlm. 180.
92
Ibid, hlm. 182.
58

Diskusi tentang bagaimana manajemen moneter harus dilakuka, tidak akan pernah terlepas dari berbagai
cara untuk mempertemukan permintaan uang dan penawaran pada tingkat yang paling idea. Permintaan uang
seara tidak langsung akan mengikutsertakan tingkat suku bung, tootal transaksi, total output, personal income,
pendapatan tetap, kesejahteraan,upah, tingkat inflasi dan ekspetasinya, institusi perantaranya dan inovasi-
inovasi dalam keuangan. Permintaan uanga dari ketiga madzhab islam pada dasarnya mempunyai kesamaan
dalam motif memegang uang. Dalam islam fungsi permintaan uang hanya dikenal dua motif saja, yaitu motif
transaksi dan berjaga-jaga. Karena perbuatan yang mengarah pada motif spekulasi dilarang dalam islam, maka
instrumen moneter yang ada dihindakan dai penggunaan variabel yang akan mengarahkan kepada motif
spekulasi. Keberadaan instrumen pengganti suku bunga diarahkan penggunaannya terhadap uang yang
memiliki tujuan yang bersifat penting dan mendesak serta investasi yang produktif dan efisien. Walaupu ada
persamaan dalam motif untuk memegang uang, namun penggunaan variabel penjelas yang digunakan diantara
ketiga madzhab adalah berbeda.93

1. Permintaan Uang Madzhab Iqtishaduna

Permintaan uang hanya ditujukan untuk dua tujuan pokok, yaitu transaksi dan berjaga-jaga atau
untuk investasi. Secara matematik formula permintaan uang dapat dituliskan :

Md = md trans + md ¿

Permintaan uang untuk transakasi merupakan fungsi dari tingkat pendapatan yang dimiliki oleh
seseorang. Dimana semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka permintaan uang untuk memfasilitasi
transaksi barang dan jasa juga akan meningkat. Fungsi permintaan uang untuk motif berjaga-jaga ditentukan
oleh besar kecilnya harga barang tangguh untuk pembelian barang tidak tunai.
Zaid ibn Ali Zainal Abidin ibn husein ibn Al ibn Abi Thalib memperbolehkan pembayaran dengan
harga yanglebih tinggi dari haga tunai dalam perniagaan komoditi secara kredit. Apabila harga bayar
tangguh meningkat maka akan mengurangi permintaan uang kas riil. Karena orang akan lebih senang
memegang barang yang akan meningkat harganya pada masa datang daripada memegang dalam wujud uang
kas. Pada masa rasulullah, permintaan uang hanya ada dua yaitu untuk transaksi dan berjaga-jaga.
Md = Md tr + Md pr apabila Md pr ↓ maka Md tr ↑.
Masing-masing fungsi permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga dapat dituliskan sebagai
berikut :
Md trans = f (y) Md ¿ = f (Y, PT / Po)

Dalam formula permintaan uang di bawah ini kta lihat bahwa variabel bebas pendapatan (Y)
mempunyai koefisien yang positif dan harga bayar tangguh berkoefisien negatif. 94

M d = f (y + PT /PO )

2. Madzhab Mainstream

93
Ibid, hlm. 186.
94
Ibid, hlm. 187.
59

Landasan filosofis dari teori dasar permintaan uang ini adalah islam mengarahkan sumbe-sumber daya
yang ada untuk dialokasikan secara maksimum dan efisien. Pelarangan hoarding money atau penimbunan
kekayaan merupakan “kejahatan” penggunaan uang yang harus diperangi. Pengenaan pajak terhadap aset
produktif yang menganggur merupakan strategi utama yang digunakan oleh madzhab ini. Dues of idle cash atau
pajak atas aset produktif yang menganggur bertujuan untuk mengalokasikan setiap sumber dana yang ada pada
kegiatan usaha produktif. Penggunaan kebijakan ini akan berdampak pada pola permintaan uang untuk motif
berjaga-jaga. Semakin tinggi pajak yang dikenakan terhadap aset produktif yang dianggurkan maka permintaan
terhadap aset ini akan berkirang.

Secara matematis, permintaan uang untuk mdzhab kedua ini dapat dirumuskan :

M d =Md + Md ¿
trans

Md trans= f (y)

Md ¿∧inv = f (y, μ)

Tingkat dues of idle fund diwakili oleh nilai μ ,semakin tinggi nilai μ maka semakin kecil permintaan
uang untuk motif berjaga-jaga karena pada tingkat μyang tinggi biaya risiko yang harus dikeluarkan untuk
membayar pajak terhadap uang kas tersebut menjdi naik. Dalam kondisi seperti ini seseorang akan berusaha
memperkecil pajak yang dia bayarkan kepada pemerintah dengan cara mengurangi kekayaan yang idle. Tinggi
rendahnya tingkat resiko menyimpan uang kas (Ω ¿dipengaruhi oleh besarnya dues of idle fund µ dikurangi
dengan risiko investasi (𝜓).

𝛺=µ-𝜓

Dalam persamaan dibawah ini kita dapat tuliskan bahwa variabel pendapatan (Y) berbanding positif
dengan banyaknay permintaan uang dan berbanding terbalik dengan nilai pajak yang dikenakan terhadap aset
atau kekayaan yang dianggurkan (µ).95

Md= f( Y+, µ- )

3. Madzhab Alternatif

Permintaan uang dalam madzhab ini erat kaitannya dengan konsep endogenous uang dalam Islam.
Teori endogenous dalam Islam secara sederhana dpat diartikan bahwa keberadaan uang pada hakikatnya
adalah representasi dari volume transaksi yang ada dalam sektor riil. Teoriini yang akhirnya menjembatani
dan tidak mendikotomikan antara pertumbuhan uang disektor moneter dan pertumbuhan nilai mata uang
disektor riil.

95
Ibid, hlm. 189.
60

Islam menganggap bahwa perubahan nilai tambah ekonomi tidak dapat didarkan semata-mata pada
perubahan waktu. Nilai tambah terjadi jika ada pemanfaatan secara ekonomis selama uang itu dipergunakan.
Sehingga tidak selalu nilai mata uang harus bertambah walau waktu bertambah, tetapi nilai tambah
bergantung dari hasil yang diusahakan dengan uang itu.
Menurut M.A Choudhury permintaan uang adalah representasi dari keseluruhan kebutuhan transaksi
dalam sektor rill. Semakin tinggi kapasitas dan volume sektor riil meningkat, maka permintaan uang pun
akan meningkat. Variabel yang mem[engaruhi permintaan uang meliputi variabel sosio-ekonomi (X),
kebijakan pemeirntah dalam regulasi ekonomi (Y), dan informasi objektif masyarakat akan kondisi riil
ekonomi.
Teori exogenous uang dalam literatur konvensional dianggap bahwa permintaan dan penawaran
uang dipengaruhi oleh suku bunga. Sedangkan dalam mazhab ini permitaan dan penawaran uang
dipengaruhi oleh besarnya profit sharing atau expected rate of profit yang merupakan representasi dari
prospek pertumbuhan ekonomi. Expected rate of profit merupakan harapan keuntungan yang bisa didapatkan
dari menginvestasikan uang disektor riil. Peningkatan investasi berarti penurunan permintaan uang kas yang
disimpan. Jika expected rate of profit yang didapat dari investasi disektor riil meningkat, maka penawaran
investasi juga akan meningkat. Dan tingginya penawara investasi akan mengakibatkan penurunan jumlah
uangyangdipegang maasyarakat.
M.A Choudhury memformulasikan permintaan uang sebagai berikut:

N
Ms ( π , y , p , S , R , X ,Y ¿ [ θ ] =∑ Md b (r b ¿ , y , p , S , X ,Y )[θ]¿
b =1

N N m N
Ms = ∑ Md b=∑ Ms b=∑ ∑ Md bj =Md
b =1 b=1 j=1 b=1

b = 1,2,3,......, N

Md ¿ f ¿

Keterangan: π = tingkat keuntungan

y = pendapatan riil

p = tingkat harga-harga atau inflasi

rb = ratio profit sharing

S = total keuangan

R = reserve requirement oleh bank sentral ke bank umum

θ = induced-knowledg (pengetahuan masyarakat akan kondisi objektif tiap variabel) 96


96
Ibid, hlm. 191.
61

D. Manajemen Moneter Konvensional dan Islam

1. Manajemen Moneter Konvensional

Adanya ketidakteratuan dan hubungan antar variabel dalam perekonomian sering kali
menjadikan sulit untuk mengidentifikasi alur suatu kebijakan moneter mencapai tujuannya, sehingga
banyak pihak masih melihat bahwa mekanisme moneter seperti halnya Black-box. Pada dasarnya, ada
dua paradigma dalam memahami mekanisme transmisi moneter, yakni paradigma uang pasif dan
paradigma uang aktif yang perbedaannya terletak pada penggunaan sasaran operasional yang digunakan
dalam mekanisme moneternya.97

a. Uang Pasif

Paradigma uang pasif percaya bahwa kesenjangan output merupakan kausal utama dalam
mekanisme transmisi. Suku bunga jangka pendek dan nilai tukar dijadikan sebagai sasaran antara
(intermediate objective) yang pada gilirannya akan mempengaruhi perkembangan besaran permintaan,
kesenjangan output dan ekspektasi inflasi.

Asumsi yang digunakan dalam paradigma endogenous konvensional ini, adalah:


 Jumlah uang beredar adalah dependent terhadap suku bunga, uang dinyatakan sebagai variabel
endogen yang mana otoritas moneter tidak mempunyai kemampuan secara penuh untuk mengatur
jumlah uang beredar.
 Instrumen moneter yang dijadikan sasaran operasional bank sentral bukan uang beredar melainkan
suku bunga.

Sasaran pokok yang ingin dicapai paradigma ini adalah tercapainya target inflasi yang telah
ditetapkan sebelumnya (price targeting) menggunakan sasaran suku bunga jangka pendek sebagai
instrumen moneternya.

Instrumen moneter (suku bunga) −¿ suku bunga jangka pendek dan nilai tukar −¿ agregat
demand, kesenjangan output dan ekspektasi inflasi −¿ inflasi.98

b. Uang Aktif

Paradigma uang aktif percaya bahwa likuiditas merupakan kausal utama dalam mekanisme
transmisi moneter. Dalam paradigma ini suku bunga dianggap sebagai resultante biasa ynag terjadi
dalam mekanisme transmisi moneter. Secara sederhana paradigma ini dapat dijelaskan dengan teori
97
Ibid, hlm. 193.
98
Ibid, hlm. 194.
62

kuantitas (quantity theory of money) MV= PT merupakan dasar pijakan utama dalam paradigma uang
aktif ini. Jumlah uang beredar merupakan sarana yang aktif dijadikan pemerintah sebagai instrumen
moneter dalam mengendalikan tingkat inflasi. Dalam teori konvensional paradigma ini menganggap
uang sebagai variable exogen. Sasaran pokok yang ingin dicapaidrngan paradigma ini adalah
terkendalinya tingkat inflasi dengan menggunakan besaran moneter (jumlah uang beredar) sebagai
sasaran operasional.
Instrumen moneter (besaran jumlah uang beredar) −¿ target operasional −¿ target antara −¿
inflasi.99

2. Manajemen Moneter Islam

Dasar pemikiran manajemen moneter dalam konsep Islam adalah terciptanya stabilitas
permintaan uang dadn mengarahkan permintaan uang tersebut kepada tujuan yang penting dan produktif.
Dalam teori Keynes telah dikenal bahwa adanyha permintaan spekulatif akan uang dasarnya
dioengaruhi oleh keberadaan suku bunga (the theory of liquidity preference). Semakin tinggi permintaan
uang untuk spekulasi, maka semakin rendah tingkst bunga yang berlaku di pasar, dan sebaliknya juga.
penghapusan suku bunga dan adanya kewajiban pembayara pajak atas biaya produktif yang
menganggur, menghilangkan intensif orang unruk memegang uang idle sehingga mendorong orang
untuk melakukan: Qard ( meminjamkan harta kepada orang lain), penjualan muajjal, mudharabah.
Para pemilik dana akan menginvestasikan dananya pada kegiatan yang memberi keuntungan
terbesar (actual return), jadi semakin tinggi permintaan uang untuk invstasi di sektor riil atau kebutuhan
akan persediaan dana untuk investasi semakin besar dan tingkat keuntungan harapan yang diberikan
akan relatif menurun. Karena tingkat actual return tidaka berfluktuasif seperti suku bunga maka akan
menjadikan permintaan uang akan lebih stabil.
Penggunaan bunga opportunity cost tidak memberikan jaminan terhadap penggunaan dana yang
tersedia, atau tidak ada kontrol dari suku bunga dalam mengalokasikan penggunaan dana pinjaman
terssebut. Jika tidak ada mekanisme kontrol disertai dengan rentannya fluktuasi suku bunga,
memungkinkan dana akan dialokasikan untuk usaha yang tidak bersinggung disektor riil. Hal ini akan
mengurangi sumber dana pinjaman diinvestasikan di sektor riil, sehingga investasi itu tidak menjamin
adanya tambahan produktivitas dan sumber lapangagn kerja. Ketika ada penurunan actual return dari
investasi disektor riil (kondisi ekonomi sedang lesu), pemegan dana akan mengurangi investasinya dan
cenderung senang memegang uang kas riil.

Strategi dasar dalam manajemen moneter Islam menurut mazhab kedua adalah:

a. tidak adanya suku bunga sebagai biaya dari kapital (cost of capital) dan dikenakan pajak bagi aset
produktif yang menganggur (dues on idle fundI), mendorong pemodal menginvestasikan uangnya ke
sektor riil yang produktif.
b. Sistem bagi hasil dalam transaksi syirkah akan memberi kesempatan masyarakat ikkut serta dalam
roda perekonomian, sehingga pemerataan kerja tercapai dan pemerataan pendapatan terealisasikan.
c. Terciptanya kepastian berusah yang didukung dengan tidak adanya suku bunga, tetapi adanya
perhitungan risiko bagi hasil yang ditentukan dimuka dalam transaksi pinjam-meminjam. Besar
keuntungan peminjam dana adalah besarnya nisbah bagi hasil dikali keuntungan aktual yang
didapat.

99
Ibid, hlm. 194.
63

Strategi dasar dalam manajemen moneter Islam menurut mazhab ketiga adalah:

a. Ms mengikuti besarnya Md (Ms = Md) selalu terjaga. Sehingga Md dan Ms merupakanfungsi dari
permintaan Agregat (AD).
b. Penentuan besarnya Ms yang merupakan refleksi dari Md ditentukan melalui shuratic process
(proses musyawarah) yang melibatkan para pelaku ekonomi di sektor riil.
c. shuratic process akan efektif bila masyarakat mempuanyai pengetahuan yang merata (induced
knowledge).100

3. Konsep Uang Beredar dalam Ketiga Mazhab Ekonomi Islam

Dalam ekonomi Islam ada beberapa mazhab yang berbeda pendapat akan bentuk kurva penawaran uang,
hal ini disebabkan perbedaan asumsi yang melatar belakangi frame berfikirnya. Dalam ekonomi Islam ada tiga
mazhab yang dikenal, yaitu:

a. Mazhab Istishaduna

Pandangan utama mazhab ini adalah jumlah uang beredar merupakan elastis sempurna, dimana
pemerintah sebagai pemegang otoritas moneter tidak mampu mempengaruhi jumlah uang yang beredar.
Pendapat ini didasarkan asumsi yang merefleksikan gambaran ekonomi dimasa Rosulallah. Pada masa Rosul
mata uang yang beredar adalah dinar (terbuat dari emas) yang diimpor dari Roma,dan dirham (terbuat dari
perak) ysng diimpor dari Persia. Nilai tukar yang berlaku saat itu adalah satu dinar sebanding dengan sepuluh
dirham.
Fungsi penawaran uang berbentuk elastis sempurna (perfect elastis), karena pada masa itu tidak dikenal
atau dilarang adanya bea masuk (bea cukai) pada barang atau uang impor, sehingga permintaan uang internal
selalu tercukupi. Selain itu juga dikarenakan tidak adanya bank sentral yang melakukan pencetakan mata uang
sendiri dan pemerintah juga tidak mampu mengendalikan jumlah uang beredar. Karena kepingan dinar dan
dirham sama dengan nilai nominal (face value), memungkinkan adanya peleburan kepingan uang menjadi
barang-barang hiasan yang otomatis akan menarik uang beredar dipasar.
Kebijakan pendukung yang diberlakukan pada masa Rosulullah bertujuan untuk menciptakan pasar
persaingan sempurna. Salah satu penyebab gagalnya pasar persaingan sempurna adalah adanya mis-informasi di
kalangan pelaku ekonomi, dan terhambatnya kesempatan untuk melakukan perdagangan yang lebih luas.
Kebijakan yang diberlakukan untuk menciptakan pasar persaingaan sempurna, yaitu:
 Larangan praktek Hijaz (penimbunan uang/barang atau boarding), karena hal ini akn mengubah
pasar persaingan sempurna menajadi pasar oligopoly atau monopoli. Jika hal ini terjadi, maka
pemerintah akan melakukan penentuan harga pasar atau price intervention.
 larangan tallaqir rukhban (membeli barang yang dari pedagang belum memasuki pasar). 101

b. Mazhab Mainstream

Dikatakan oleh Mewally, bahwa penawaran uang dalam Islam sepenuhnya dikontrol oleh negara sebagai
pemegang monopoli dari penerbitan uang yang sah (legal tender). Jumlah uang beredar oleh otoritas moneter
ditetapkan sesuai proposional tingkat pendapatan atau nilai transaksi, yaitu:
100
Ibid, hlm. 194-198.
101
Ibid, hlm. 198.
64

Ms = f ( μ)
Dan
Ms = βY ; β> 0

Suatu kondisi yang penting bagi uang adalah permintaan uang sama dengan permintaan akan uang.

MS = MD

Jika kelebihan permintaan uang, maka pendapatan Y dan biaya aset yang menganggur μ0 , yaitu:

M d 0 (Y 0 /μ 0) ⟩ M s0 =α Y 0

Banyaknya uang yang menganggur, menjadikan pemerintah menaikkan biayanya menjadi μ1, sehingga :

Y0
M d0 ( )
μ1
=M s 0=α Y 0

Jika biaya naik, maka akan berdampak pada kenaikan permintaan uang, sehingga:

M d 1 (Y 1 / μ1 )=M s 1=α Y 1

c. Mazhab Alternatif

Mazhab ketiga dalam menjelaskan manajemen moneter Islam adalah Mazhab Alternatif, yang
menyatakan bahwa keberadaan uang pada dasarnyaterintegrasi dalam system social ekonomi yang berlaku.
Sehingga value dan jumlah uang bukanlah variable utuh yang berdiri sendiri. Terintegrasinya uang dalam
sebuah system yang komplekmenjadikan uang tidak independen atau bukanlah variable yang exogenous.
Konsep endogenouitas uang dalam Islam ini berbeda dengan cara pandang terhadap uang dalam mazhab kedua.
Tidaklah seperti halnya mazhab kedua yang mengatakan bahwa bank sentral full control terhadap money
supply, melainkan jumlah uang beredar lebih ditentukan oleh actual spending demand dalam kebutuhannya
untuk transaksi di pasar barang dan jasa.

Asumsi yang digunakan pada konsep ini adalah:

1. Terjadinya globalisasi perekonomian menyebabkan bank sentral tidak lagi mampu melakukan
pengontrolan secara penuh terhadap jumlah uang beredar. Keberadaan fund manager adalah salah satu
contoh bahwa pihak diluar bank sentrakl juga mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam
mempengaruhi level stock uang yang ada dalam pasar.
65

2. Perekonomian mengarah terhadap islamisasi system keuangannya, system ummah sudah mulai
diberlakukan dalam system perekonomian yang dianut. System ummah yang dimaksud adalah tidak
adanya suku bunga dan penggunaan expected rate of profit dalam system pembiayaan. System ummah
ini juga mengarahkan kepada maksimalisasi sumber dana kepada usaha-usaha yang bersifat produktif.

Secara mikroekonomi, penawaran uang adalah fungsi dari price stok, yang berupa expected rate of profit
dari akad musyarakah atau mudharabah. Semakin tinggi expected rate of profit yang berlaku, maka akan
meningkatkan penawaran uang untuk diinvestasikan dalam system pembiayaan mudharabah ini. Karena pelaku
dari transaksi ini adalah pasar, dan expected rate of profit sendiri adalah kondisi dari potensi bisnis di sector riil,
maka bank sentral bukan satu-satunya pelaku ekonomi yang dapat mempengaruhi penawaran uang untuk
memenuhi kebutuhan transaksi di sector rill ini. Perilaki dari pelaku ekonomi-lah yang akan menentukan pada
level berapa jumlah uang beredar akan ditawarkan. 102

4. Hubungan Antara Sektor Moneter dengan Sektor Riil dalam Ekonomi Islam

a. Perubahan pada Money Demand for Speculation

Seperti beberapa penjelasan yang telah kita dapatkan di atas bahwa pertumbuhan moneter dalam system
ekonomi Islam selalu didasarkan pada kondisi riil. Sector moneter tidaklah independen terhadap perubahan-
perubahan disektor riil. Keduanya berintegrasi dalam satu kesatuan, sector riil akan menentukan berapa level
keseimbangan disektor moneter, namun bukan berarti pergerakan sector riil disebabkan oleh sector moneter.

Asumsi yang digunakan dalam menerangkan peranan permintaan uang untuk motif spekulasi dalam
ekonomi Islam meliputi:

1. Permintaan selalu menjaga nilai tukar uang


2. Permintaan menjegah dan melarang perdagangan uang. Keberadaan system bunga adalah tindakanyang
bertentangan dengan hokum dan bersifat illegal, dan karenanya variable bunga tidak diakomodir
sebagai variable kebijakan.
3. Pemerintah mencegah dan melarang peredaran uang palsu. 103

102
Ibid, hlm. 204.
103
Ibid, hlm. 209.
66

AS

AD

P1/P0

MS

MD1

MD0
M
M0 M1

Grafik 9.13 Perubahan Money Demand Untuk Spekulasi Dalam Madzhab Pertama

b. Pemberlakuan Kebijakan Ms yang Ekspansif

Dalam mazhab pertama, diasumsikan tidak ada satu institusi pun yang mempunyai kemampuan penuh
untk melakukan intervensi pasar dalam usahanya untuk mempengaruhi Ms. Karena tidak ada bank sentral
didalam suatu Negara, maka tidak ada pula kebijakan moneter yang bersifat ekspansif. Dengan demikan, pada
mazhab pertama kebijakan moneter yang bersifat ekspansif tidak pernah ada sehingga keseimbangan antara
sector riil dan moneter tidak berubah.
Sedangkan pada mazhab kedua, kasus untuk kebijakan yang bersifat aksioner ini dapat saja terjadi
karena bank sentral mempunyai kemampuan secara penuh untuk mengendalikan jumlah uang beredar. 104

c. Money Illusion
104
Ibid, hlm. 212.
67

Money illusion merujuk pada pilihan yang dilakukan untuk megubah permintaan, atau penawaran, dari
barang dan jasa yang terkait dengan respon dari perubahan keadaan yang timbul padahal faktor-faktor riil yang
mempengaruhi permintaan atau penawaran tersebut (seperti pendapatan, tingkat harga relative, kekayaan riil
termasuk persediaan uang riil) tidak berubah sama sekali. 105

BAB 10

INSTRUMEN MONETER

A. Instrumen Moneter Konvensional


Otoritas moneter mempunyai pengaruh yang penting terhadap arah tingkat harga, output, dan nilai tukar
uang. Bank sentral selaku otoritas moneter melakukan hal tersebut melalui kemampuannya dalam
mengendalikan penawaran uang dan kredit bank, dan dengan melalui pengaruhnya terhadap tingkat suku
bunga, arus kredit, dan perkembangan sektor finansial pada sebuah perekonomian. Pengaruh yang lain adalah
kemampuan bank sentral untuk mengendalikan jumlah maksimum untuk mengendalikan jumlah maksimum
suku bunga yang dapat dibayarkan terhadap jumlah simpanan tertentu kepada bank-bank dan menentukan
proporsi saham yang dapat dibeli melalui kredit.

Dalam pengimplementasian kebijakan-kebijakan tersebut, tindakan bank sentral sudah mengalami


evolusi yang panjang sepanjang sejarah, sejalan juga dengan bentuk kebijakan dari bank sentral itu sendiri.
Agar tujuan kebijakan moneter dapat tercapai, bank sentral menggunakan instrumen-instrumen kebijakan
moneter seperti berikut:106

1. Kebijakan Pasar terbuka (Open Market Operation).

Kebijakan membeli atau menjual surat berharga atau obligasi di pasar terbuka. Jika bank sentral ingin
menambah suply uang maka bank sentral akan membeli obligasi, dan sebaliknya bila akan menurunkan jumlah
uang beredar maka bank sentral akan menjual obligasi. Biasanya yang digunakan oleh bank sentral sebagai
objek kebijakan pasar terbuka adalah obligasi pemerintah jangka pendek saja.

Pada saat bank sentral melakukan kegiatan jual dan beli obligasi pemerintah tersebut, perekonomian
akan terpengaruh dalam tiga hal yaitu:
a. Perubahan jumlah giro cadangan institusi finansial. Jika bank indonesia membeli sekuritas (obligasi)
pemerintah, maka giro cadangan institusi penyimpanan finansial akan meningkat sejumlah obligasi
pemerintah yang dibeli oleh BI tersebut. Atau dapat dikatakan bahwa jika hal-hal lainnya tetap, maka
jumlah penawaran uang (money demand) akan meningkat dalam jumlah tertentu dari pembelian yang
dilakukan oleh BI tersebut dimana tingkat kegiatan perekonomian akan meningkat pula. Sebaliknya, jika BI
menjual obligasi pemerintah, maka akan terjadi kontraksi pada penawaran uang yang menurun yang akan
berakibat turunnya tingkat kegiatan perekonomian.

105
Ibid, hlm. 216.
106
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2014), hlm. 217.
68

b. Perubahan harga dan hasil dari sekuritas apabila terjadi perubahan harga obligasi, maka akan terjadi
perubahan dari hasil (yield) dari obligasi tersebut. Penurunan pembelian obligasi akan menyebabkan
turunnya harga obligasi dan meningkatnya hasil (yield) dari obligasi tersebut dan berlaku sebaliknya.
Karena bank sentral adalah penjual/pembeli besar dari sekuritas pemerintah relatif dibanding
penjual/pembeli lainnya sehingga bank sentral dapat secara mempengaruhi tingkat bunga yang kemudian
akan mempengaruhi tingkat suku bunga jangka pendek lainnya. Untuk memelihara suatu tingkat harga
tertentu sekaligus juga tingkat suku bunga tertentu dari suatu obligasi, bank sentral perlu memiliki kesiapan
untuk membeli atau menjual sekuritas pemerintah pemerintah dalam jumlah sebesar yang para pedagang
lainnya bersedia untuk menjual atau membelinya pada harga tersebut.

c. Perubahan perkiraan dari keseluruhan perekonomian. Terdapat efek yang dinamakan announcement effect
dari kegiatan pasar terbuka yang dilakukan oleh bank sentral. Para ekonom dan analis moneter akan
mengamati, meneliti, dan kemudian membuat suatu prediksi tentang bagaimana efek dari kegiatan ini yang
akan terjadi terhadap suku bunga, tingkat inflasi, dan juga kehidupan sehari-hari. Namun, tidak ada
kesepakatan di antara para ekonom tentang bagaimana perkiraan perubahan khususnya jika terjadi
perubahan akibat kegiatan pasar terbuka ini.107

2. Penentuan Discount Rate.

Kebijakan ini berhubungan dengan fasilitas yang dimiliki oleh bank- bank untuk meminjam uang secara
langsung kepada bank sentral. Biaya peminjaman itulah yang disebut dengan discount rate atau fasilitas
diskonto. Umumnya peminjaman oleh bank-bank adalah untuk kepentingan pembayaran dana pencairan
simpanan yang dilakukan nasabah oleh nasabah penyimpan atau deposan serta arus cadangan keluar, sehingga
peminjaman biasanya dilakukan hanya untuk penyesuaian dan jangka waktu beberapa hari.
Ketersediaan dana kredit ini mengizinkan bank sentral untuk menarik cadangan dari sistem perbankan
melalui OMO, jika dianggap perlu dalam pencapaian kebijakan makroekonomi, tanpa perlu khawatir bank-bank
yang mengalami kesulitan dalam memenuhi ketentuan wajib cadangannya. Fasilitas ini juga membuat bank
yang kesulitan dapat memenuhi kekurangan cadangan musimannya tanpa mengurangi portopolio peminjaman.
Ketersediaan kredit ini juga membebaskan bank-bank kecil untuk harus memegang portofolio aset likuid yang
mudah dijual untuk memenuhi kebutuhan peminjaman musiman.
Kredit yang diberikan oleh bank sentral biasanya terdiri dari kredit penyesuaian yaitu kredit yang
mengizinkan institusi penyimpanan untuk menghadapi aktivitas peminjam dan kredit yang tidak terantisipasi.
Kredit musiman yaitu kredit yang mengizinkan institusi tertentu untuk mempunyai akses khusus pada jendela
diskonto untuk membiayai aktivitas musiman. Kredit yang terakhir, kredit perpanjangan yaitu kredit untuk
memenuhi kebutuhan kredit jangka panjang dari institusi peminjaman yang sedang menghadapai masalah yang
diakibatkan oleh masalah arus kas yang berlarut-larut. 108

3. Penentuan Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement).

Peraturan ini dirancang untuk menjamin pemilik uang atau nasabah penyimpan (deposan) yang
menyimpan uangnya di bank akan mendapatkan uangnya bila ia menarik simpanannya. Meskipun
demikian, tidak semua dana simpanan tersebut dicadangkan karena bagi bank sendiri kebijakan ini
merugikan karena idle cash yang diatur oleh RR tersebut tidak menghasilkan pendapatan bagi bank.

107
Ibid, hlm. 218.
108
Ibid, hlm. 222.
69

Peraturan RR ini bisa berubah-ubah persentasenya untuk mengakomodasi dan memfasilitasi peraturan
moneter yang berlaku serta untuk mencapai tujuan bank sentral.
Bank sentral umumnya menentukan angka rasio minimum antara uang tunai (reserve) dengan
kewajiban giral bank (demand deposits), yang biasa disebut minimum legal reserve ratio. Pada waktu
yang lalu dana cadangan tersebut lebih besar untuk demand deposit (rekening giro) dibandingkan dengan
cadangan untuk time deposit (deposito berjangka), namun pada saat ini ketentuan RR ini dihitung
berdasarkan simpanan total deposan tanpa membedakan apakah itu giro, tabungan, ataupun deposito. 109

4. Moral Suasion.

Untuk mendorong institusi finansial agar cenderung berpihak kepada kepentingan publik, bank sentral
menggunakan pengaruhnya yaitu himbauan moral. Himbauan moral ini bertujuan untuk meyakinkan para
bankir dar manajer senior insitusi finansial agar lebih memerhatikan kepentingan jangka panjang daripada
kepentingan jangka pendek institusinya.

Dalam praktiknya, himbauan moral dapat ditranformasikan menjadi instrumen yang sangat hebat apabila
bank sentral mengumumkan bahwa bank sentral akan mencatat institusi mana saja yang bekerja sama dan mana
yang tidak meminjamkan pada discount window. Lebih dari itu, karena bank sentral dapat melarang merger
bank-bank, bank sentral mempunyai kekuasaan untuk menggunakan himbauan moral untuk mencapai sasaran
dari kebijakan moneter.110

5. Aplikasi instrumen moneter konvensional di Indonesia.

Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia mempunyai beberapa instrumen moneter
antara lain:

a. OMO melalui jual beli sertifikat bank Indonesia dipasar uang (saat ini tinggkat suku bunga SBI adalah
17,58%).

b. Cadangan minimum yang ditentukan BI (saat ini 5%).

c. Rasio kecukupan modal yang ditentukan BI (saat ini 8%).

d. Plafon kredit untuk sektor-sektor prioritas tertentu seperti sektor usaha kecil dan menengah di daerah
pedesaan.

e. Sistem pengawasan perbankan memakai sistem forward looking risk-based supervision yang mengacu pada
standar internasional.

f. Fit and proper test yang ditujukan untuk orang-orang yang akan menduduki posisi penting di bank-bank
umum dimana orang tersebut harus lulus tes sebelum menduduki jabatan tersebut.

g. Batas maksimum pemberian kredit yang ditujukan untuk membatasi pemberian kredit kepada kelompok
usaha sendiri oleh bank-bank.111

109
Ibid, hlm. 223.
110
Ibid, hlm. 224.
111
Ibid, hlm. 224.
70

B. Instumen Moneter Islam

1. Mazhab Pertama (Iqtishaduna)

Pada masa awal islam dapat dikatakan bahwa tidak diperlukan suatu kebijakan moneter karena sistem
perbankan hampir tidak ada dan penggunaan uang sangat minim. Jadi, tidak ada alasan yang memadai untuk
melakukan perubahan-perubahan terhadap penawaran akan uang melalui diskresioner. Selain itu, kredit tidak
memiliki peran dalam penciptaan uang karena kredit hanya digunakan diantara para pedagang dan, peraturan
pemerintah tentang surat peminjaman (promissory notes) dan instrumen negosiasi (negotiable instruments)
dirancang sedemikian sehingga tidak memungkinkan penciptaan uang.
Promissory notes atau bill exchange dapat diterbitkan untuk membeli barang dan jasa atau mendapatkan
sejumlah dana segar, namun tidak dapat dimanfaatkan untuk tujuan kredit. Kreditor dapat menjual surat tersebut
namun debitur tidak dapat menjual uang atau komoditi sebelum ia menerima surat tersebut. Oleh sebab itu,
tidak ada pasar untuk jual-beli negotiable instruments, spekulasi dan penggunaan pasar uang menjadi tidak ada.
Jadi sistem kredit tidak menciptakan uang. Aturan-aturan tersebut mempengaruhi keseimbangan antara pasar
barang dan pasar uang berdasarkan transaksi tunai.
Dalam nasi’a atau aturan transaksi lainnya, uang yang dibayarkan atau diterima bertujuan mendapatkan
komoditas atau jasa atau uang ditukarkan dengan suatu yang benar-benar memberikan nilai tambah bagi
perekonomian. Instrumen lain yang pada saat ini digunakan untuk mengatur jumlah peredaran uang serta
mengatur tingkat suku bunga jangka pendek adalah OMO (jual-beli surat berharga pemerintah) yang belum
dikenal pada masa awal pemerintahan islam. Selain itu, tindakan menaikkan atau menurunkan tingkat suku
bunga bertentangan dengan ajaran islam yang melarang praktek riba.
Sistem pemerintah yang berhubungan dengan konsumsi, tabungan, dan investasi, serta perdagangan
telah menciptakan instrumen otomatis untuk kebijakan moneter. Disisi lain, sistem ini menjamin keseimbangan
uang dan barang/jasa dan juga mencegah penggunaan tabungan untuk tujuan selain menciptakan kesejahteraan
nyata di masyarakat. Dan juga adanya imbalan dari Allah Swt untuk usaha dan bentuk kegiatan perekonomian
lainnya menambahkan nilai dari kegiatan ini dikaum muslimin serta mendorong kaum muslimin untuk investasi
dan menyalurkan dana melalui infaq atau shadaqah. 112

2. Mazhab Kedua (Mainstream)

Tujuan kebijakan moneter pemerintah adalah maksimisasi alokasi sumber daya untuk kegiatan ekonomi
produktif. Alquran melarang praktek penumpukan uang (money hoarding) karena membuat uang tersebut tidak
memberikan manfaat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, mazhab ini merancang
sebuah instrument kebijakan yang ditujukan untuk mempengaruhi besar kecilnya permintaan akan uang (M D)
agar dapat dialokasikan pada peningkatan produktivitas perekonomian secara keseluruhan.
Permintaan dalam islam dikelompokkan dalam dua motif yaitu motif transaksi (transaction motive) dan
motif berjaga-jaga (precautionary motive). Semakin banyak uang yang menganggur (iddle) berarti permintaan
akan uang untuk berjaga-jaga (M Dprec) semakin besar, sedangkan semakin tinggi pajak yang dikenakan terhadap
uang yang menganggur berbanding terbalik dengan permintaaan akan uang untuk berjaga-jaga. Dues of iddle
fund adalah instrument kebijakan yang dikenakan pada semua asset produktif yang menganggur.

112
Ibid, hlm. 225.
71

Semakin tinggi dues of idle fund yang dikenakan terhadap uang yang idle akan menyebabkan
masyarakat enggan untuk menyimpan uang yang idle tersebut. Konsekuensinya masyarakat yang mempunyai
uang idle akan secara suka rela mengalokasikan kekayaannya pada investasi yang sifatnya produktif. 113

3. Mazhab Ketiga (Alternatif)

Sistem kebijakan moneter yang dianjurkan oleh mazhab ini adalah syuratiq process yaitu kebijakan
yang diambil berdasarkan musyawarah bersama otoritas sector riil. Menurut pemikiran mazhab ini,
kebijakan moneter adalah repeated games in game theory. Dalam hal ini, bentuk kurva penawaran dan
permintaan akan uang seperti tambang yang melilit dengan kemiringan (slope) positif akibat knowledge
induced process dan informant sharing yang baik. Menurut mazhab ini, keseimbangan di sector moneter
adalah derivasi keseimbangan di sector riil, sedangkan kebijakan sector moneter adalah harmonisasi dengan
kebijakan sector riil.114

Menurut Umer Chapra mekanisme kebijakan moneter yang sesuai dengan syariah Islam harus mencakup
enam elemen yaitu:

1. Target Pertumbuhan M dan Mo. Setiap tahun Bank Sentral harus menentukan pertumbuhan
peredaran uang (M) sesuai dengan sasaran ekonomi nasional.Pertumbuhan M terkait erat dengan
pertumbuhan Mo (high powered money:uang dalam sirkulasi dan deposito pada bank sentral). Bank
sentral harus mengawasi secara ketat pertumbuhan Mo yang dialokasikan untuk pemerintah, bank
komersial dan lembaga keuangan sesuai proporsi yang ditentukan berdasarkan kondisi ekonomi,
dan sasaran dalam perekonomian Islam. Mo yang disediakan untuk bank-bank komersial terutama
dalam bentuk mudharabah harus dipergunakan oleh bank sentral sebagai instrument kualitatif dan
kuantitatif untuk mengendalikan kredit.
2. Public Share of Demand Deposit (Uang giral). Dalam jumlah tertentu demand deposit bank-bank
komersial (maksimum 25%) harus diserahkan kepada pemerintah untuk membiayai proyek-proyek
sosial yang menguntungkan.
3. Statutory Reserve Requirement. Bank-bank komersil diharuskan memiliki cadangan wajib dalam
jumlah tertentu di Bank Sentral. Statutory reserve requirements membantu memberikan jaminan
atas deposit dan sekaligus membantu penyediaan likuiditas yang memadai bagi bank. Sebaliknya,
Bank Sentral harus mengganti biaya yang dikeluarkan untuk memobilisasi dana yang dikeluarkan
oleh bank-bank komersial ini.
4. Credit Ceilings (Pembatasan Kredit). Kebijakan menetapkan batas kredit yang boleh dilakukan oleh
bank-bank komersil untuk memberikan jaminan bahwa penciptaan kredit sesuai dengan target
moneter dan menciptakan kompetisi yang sehat antar bank komersial.
5. Alokasi Kredit Berdasarkan Nilai. Realisasi kredit harus meningkatkan kesejahteraan masyarakat .
Alokasi kredit mengarah pada optimisasi produksi dan distribusi barang dan jasa yang diperlukan
oleh sebagian besar masyarakat. Keuntungan yang diperoleh dari pemberian kredit juga
diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat. Untuk itu perlu adanya jaminan kredit yang disepakati
oleh pemerintah dan bank-bank komerisal untuk mengurangi risiko dan biaya yang harus
ditanggung bank.

113
Ibid, hlm. 226.
114
Ibid., hlm. 227
72

6. Teknik Lain. Teknik kualitatif dan kuantitatif diatas harus dilengkapi dengan senjata-senjata lain
untuk merealisasikan sasaran yang diperlukan termasuk diantranya moral suasion atau himbauan
moral.115

C. Aplikasi Intrumen Moneter

1. Sudan

Pada masa sebelum diberlakukannya syariah islam pada sistem perbankan di sudan, Bank
Sentral Sudan (BOS) sangat tergantung pada instrumen-instrumen langsung seperti tingkat suku bunga,
plafot kredit (credit ceilling), ketentuan rasio likuiditas , dan tingkat diskonto. Pada awalnya
instrumen-instrumen tersebut sangat efektif karena perekonomian sudan yang mempunyai karakteristik
yaitu sistem finansial yang non-kompetitif, pasar model primer dan sekunder yang belum berkembang,
serta kelangkaan modal. Namun karena instrumen-instrumen langsung tersebut mengakibatkan distorsi
dari alokasi sumber daya bank, interferensi terhadap mekanisme harga, pembatasan kredit, serta
misalokasi dan distorsi dari kometisi akibat penerapan batasan-batasan pada manajemen aset bank.
Pada akhirnya, BOS lebih memilih untuk memakai instrumen-instrumen tidak langsung seperti RR dan
OMO.

Pada tahun 1984, setelah diperkenalkannya syariah islam di sudan, BOS mengeluarkan arahan
dan perintah kepada seluruh bank yang beroperasi di sudan agar menjalankan prinsip-prinsip
perbankan yang sesuai dengan syariah islam dalam aktivitas kesehariannya. Akibatnya, BOS
dihadapkan pada permasalahan subsitusi instrumen moneter konvensional dengasn instrumen moneter
yang sesusi dengan syariah islam untuk dapat mempertahankan perannya sebagai pengawas dan
pemberi arahan bagi bank-bank, melakukan ekspansiatau kontraksi penawaran uang atau kredit, dan
mengimplementasikan kebijakan moneter, serta sekaligus menjaga kepentingan publik. 116

Berikut adalah instrumen-instrumen moneter yang digunakan oleh BOS dalam operasionlnya:

a. Reserve Requirement, setiap bank harus menyadangkan pada simpanan di BOS sedikitnya 20%
(10% untuk simpanan dalam mata uang asing) dari total dana simpanan masyarakat (dengan
pengecualian simpanan investasi) yang direfleksikan pada neraca akhir bulan bank tersebut;

b. Bank-bank komersial harus mencapai dan memelihara rasio likuiditas sebesar 10% dari dana giro
dan tabungan dalam bentuk mata uang lokal;

c. Plafon kredit untuk sektor-sektor prioritas tertentu seperti;

1) Pertanian

2) Ekspor

3) Perindustrian

4) Pertambangan dan energi

115
M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, (Jakarta: The Islamic Foundation, 2000), alih bahasa oleh Ikhwan
Abidin, hal. 141
116
Adiwarman A. Karim, Ibid, hlm. 229.
73

5) Transportasi dan pergudangan

6) Profesional, pengrajin, dan bisnis keluarga ukuran kecil

7) Perumahan rakyat

8) Investasi pada pasar saham resmi khartoum

Di mana minimum 90% dari dana kredit bank harus dialokasikan pada sektor prioritas tersebut
dan sisanya dialokasikan pada sektor non-prioritas, termasuk perdagangan domestik dan jasa yang
tidak berhubungan dengan sektor prioritas;

d. Margin keuntungan minimum untuk perjanjian Murabahah (berkisar antara 10% - 50% tergantung
pada sektor dan mata uang yang digunakan)

e. Penyertaan minimum nasabah untuk perjanjian Musyarakah sebagai alat untuk mengatur jumlah
ketersediaan sumber daya untuk kredit (sampai dengan 1998)

f. Jendela pembiayaan sebagai fasiliyas siaga yang dapat digunakan oleh bank-bank jika mereka
memintanya baik untuk keperluan karena kekurangan likuiditas maupun pembiayaan investasi

g. Aturan-aturan kualitatif dan kuantitatif seperti:

1) Ketentuan minimum 50% dari total kredit yang diberikan harus untuk daerah rural

2) Kelompok bank-bank dapat membentuk portofolio kredit untuk sektor prioritas hanya jika
mereka memberikan BOS sebelumnya

h. Foreign Exchange Operation sebagai alat BOS untuk menjaga stabilitas nilai tukar uang (bukan
untuk fungsi kontrol likuiditas)

i. OMO dengan menggunakan instrumen:

1) Central bank musharaka certificate (CMC) di mana fungsi dari sekuritas bank sentral
konvensional sebagai pengendali likuiditas uang terpenuhi dengan keberadaan sekuritas yang
berdasarkan sistem bagi hasil (yang sesuai syariah islam) ini.

2) Goverment Musharaka Certificate (GMC) yaitu instrument yang memungkinkan pemerintah


untuk melakukan pengumpulan dana melalui penertiban sekuritas yang menjanjikan pada
investor suatu pengembalian yang dinegosiasikan sebelumnya atas dasar investasi mereka
pada kumpulan aset pemerintah yang berbentuk kepemilikan pada perusahaan-perusahan
publik atau patungan yang menguntungkan dalam operasinya.

j. Ijara Certificate (sukuk) yaitu suatu sekuritas yang dimaksudkan untuk memobilisasi simpanan
jangka pendek yang digunakan untuk pembangunan proyek infrastruktur jangka panjang yang
dilakukan melalui sekuritisasi aset pemerintah berwujud seperti lapangan terbang, jalan raya,
bangunan, pabrik, sekolah, rumah sakit, pembangkit listrik, penyulingan minyak, dan lainnya.
74

Dikarenakan pendapatan yang dihasilkan oleh sekuritas jenis ini (pendapatan sewa), serta basis
asetnya (underlying asset) yang berwujud serta tersekuritisasi maka sukuk ini dapat
diperdagangkan di pasar sekunder.117

2. Iran

Iran adalah salah satu-satunya negara islam yang menerapkan sistem perekonomian dengan
mengacu oleh pemikiran teori ekonomi islam mazhab 1. Pada dasarnya, instrumen-instrumen moneter
yang ada haruslah unsur yang dapat menjauhi riba dan hal-hal yang mengandung ketidakpastian. Ada
banyak modifikasi yang dilakukan oleh otoritas moneter di Iran terhadap sistem perbankannya agar
tetap bisa kompetitif di era persaingan global ini.

Berikut adalah instrumen moneter yang dipakai oleh otoritas moneter di Iran:

a. Reserve Requirement Ratio. Ketentuan rasion cadangan ini adalah antara 10% sampai dengan
30%. Biasanya digunakan untuk menyerap kelebihan dana bank yang dianggurkan yang secara
potensial dapat digunakan dalam peningkatan likuiditas;

b. Adjusted Open Market Operations. Pada dasarnya OMO tidak dapat efektif digunakan pada
negara yang pasar keuanganya pada finansialnya belum berkembang. Oleh karena itu, diperlukan
penyesuaian-penyesuaian agar dapat efektif, karena keharuan menghindari suatu operasi yang
memakai instrumen yang berdasarkan suku bunga yang telah ditentukan (pre-determined interest
based operation) bank-bank tidak diperbolehkan membeli obligasi pemerintah kecuali dengan
menggunakan sumber daya sendiri;

c. Discount rates. Karena adanya pelarangan terhadap riba, maka instrumen jenis ini tidak digunakan
seluas seperti pada sistem perbankan konvensional. Namun karena bank sentral adalah ‘lender of
the resort’ dan juga ‘ultimte source of liquidity’, mka bank sentrl sehrusny dpt menyedikan
likuidits pada saat di mana bank-bank sangat membutuhkannya, sehingga (karena mazhab I
menganggap bahwa discounting sekuritas yang didasarkan pada transksi riil diperbolehkan)
instrumen ini diperbolehkn.

d. Credit Ceiling. Instrumen ini digunakan untuk mengendalikan penciptaan uang, pertumbunhn
likuiditas oleh otoritas moneter. Lebih lanjut, instrumen ini juga digunakan untuk mengalokasikan
dana dn fasilitas kredit terhadap sektor-sektor tertentu dalam perekonomian yang dikehendaki.

e. Minimum Expected Profit Ratio of Bank dan Bank’s Share of Profit in Various Contracts. Bank
sentral menerapakan adanya suatu rasio minimum dari expected profit dari bank dlam kerja sama
ventura dan aktivitas mudharabah yang berbeda-beda untuk setiap sektor atau lapangan usaha. 118

3. Indonesia

Peraturan perbankan syariah yang dikeluarkan pada tahun 1998 yang menggantikan peraturan
perbankan syariah tahun 1992 telah memungkinkan perkembangan perbankan syarih yang sangat
cepat. Berkembangnya jumlah cabang bank syariah baik dari bank umum yang berdasarkan syariah
maupun divisi syariah dri bank konvensional, serta meningkatnya kemampuan dan menyerap dana

117
Ibid, hlm. 230-232.
118
Ibid, hlm. 232.
75

masyarakat yang terlihat dari dana simpanan pihak ketiga yang tertera di neraca bank-bank syariah
tersebut. Hal tersebut mengharuskan bank indonesia sebagai bank sentral untuk lebih menaruh
perhatian dan lebih hati-hati dalam menjalankan fungsinya pengawasannya sebagai bank sentral yang
bertugas mengawasi bank-bank umum yang ada dibawahnya sekaligus dengan tidak menganggu
momentumpertumbuhan bank-bank syariah tersebut.

BI dalam menjalankan fungsi-fungsi bank sentralnya terhadap bank-bank yang berdasarkan


syariah mempunyai instrumen-instrumen sebagi berikut:

a. Giro Wajib Minimum (GMW), biasanya dinamakan Statutory Reserve Requirement, yaitu
simpanan minimum bank-bank umum dalam bentuk giro pada BI yang besarnya ditetapkan oleh
BI berdasarkan persentasi tertentu dari dna pihak ketiga. GMW ini adalah kewajiban bank dalam
rangka mendukung pelaksanaan prinsip-prinsip kehati-hatian perbankan (prudential banking) serta
juga mempunyai peran sebagai instrumen moneter yang berfungsi mengendalikn jumlah peredaran
uang.

Dalam pelaksanaannya GMW ini besarannya adalah 5% dari dana pihak ketiga yang berbentuk
IDR (Rupiah) dan 3% dari dana pihak ketiga yang berbentuk mata uang asing. Jumlah tersebut
dihiting dari rata-rata harian dalam satu masa laporan sebelumnya. Sedangkan dana pihak ketiga
yang dimaksud di sini adalah dalam bentuk:

1) Giro Wadiah

2) Tabungan Mudharabah

3) Deposito Investasi Mudharabah

4) Kewajiban Linnya

Dana pihak ketiga bank IDR ini tidak termasuk dana yang diterima oleh bank dari bank indonesia
(BI) dan BPR. Sedangkan dana pihak ketiga dlam mata ung asing meliputi kewajiban dalam mata
uang asing kepada pihak ketiga termasuk bank dan bank indonesia (BI) yang terdiri dari:

1) Giro Wadiah

2) Deposito Investasi Mudharabah

3) Kewajiban lainnya

Adapum kesalahan dan keterlambatan dalam penyampaian laporan mingguan yang digunakan
untuk menentukan GMW ini dikenakan denda oleh bank indonesia (BI). Sedangkan untuk bank
yang melakukan pelanggaran GMW ini dikenakan sanksi baik kekurangan dari minimum maupun
kekurangan negatif.

b. Sertifikat investasi Mudharabah Antarbank Syariah (Sertifikt IMA), sertifikat IMA adalah suatu
instrumen yang digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan dana untuk dana untuk
76

mendapatkan keuntungan dan di lain pihak sebagai sarana penyedia dana jangka pendek bagi
bank-bank syariah yang kekurangan dana.

Sertifikat ini berjangka waktu 90 hari, di terbitkan oleh kantor pusat bank syariah dengan format
dan ketentuan standart yang di tetapkn oleh bank indonesia. Pemindahan tanganan sertifikat IMA
hanya dapat di lakukan oleh bank pennam dana pertamaa saja, sedngkan bank penanam dana
kedua tidak di perkenankan memindah tangankan kepada pihak lain smpai berakhirnya jangka
waktu. Pembayaran akan di lakukan oleh bank syariah penerbit sebesar nilai nominal di tambah
imbalan bagi hasil.

c. Setifikat wadiah bank indonesia (SWBI), adalah instrumen bank indonesia yang sesuai dengan
syariah islam yang digunakan dalam OMO. Selain itu, SWBI ini juga dapat di gunakan oleh bank-
bank syariah yang mempunyai kelebihan likuiditas sebagai saran penitipan dana jangka pendek.

Dalam operasionalnya, SWBI ini mempunyai sutu nilai nominal minimum Rp 500 juta dengan jangka
waktu yang dinyatakn dalam hari. Pembayrn dan pelunasan SWBI adalah melalui debet/kredit rekening giro
bank yang ada di bank indonesia (BI). Jika jatuh tempo dan akan di kembalikan beserta bonus yang ditentukan
berdasarkan parameter sertifikat IMA.119

119
Ibid, hlm.233-234.
77

BAB 11

PEMERINTAH SEBAGAI IBU


SEGALA PASAR

A. Pasar dan Pemerintah

1. Barang dan Pasar

Jika kita menelaah teori ekonomi konvensional, kebijakan fiskal itu dibuat karena terjadinya
kegagalan mekanisme pasar (market failur). Apabila kegagalan mekanisme pasar ini terus terjadi, maka akan
terjadi distorsi atau gangguan terhadap penawaran dan permintaan yang kemudian dapat mengganggu
keseimbangan dari permintaan agregatif (AS) dan penawaran agregatif (AD) pada perekonomian tersebut

Ilmu ekonomi membedakan barang berdasarkan jenis sifatnya yaitu:

a. Private goods

Private goods adalah barang yang dapat diproduksi (ditawarkan) secara lebih efisien oleh perusahaan
swasta dalam sebuah pasar. Contoh dari private goods adalah mobil, rumah, pakaian, dan lain – lain.

b. Public goods

Public goods adalah barang yang cenderung tidak dapat diproduksi (ditawarkan) secara lebih secara
efisien dalam jumlah sedikit oleh perusahaan swasta sehingga penawarannya kebanyakan dilakukan oleh
pemerintah.120

Public goods dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu:

1) Non Excludable Goods

Non excludable goods adalah barang yang memerlukannya dimana orang lain tidak dapat dilarang
untuk ikut menggunakan atau menikmatinya. Contohnya adalah pada atraksi sebuah pesawat udara dimana
pihak penyelenggara tidak dapat melarang orang yang tidak mampu membeli tiket masuk untuk menikmati
atraksi tersebut dari luar arena pertunjukan. Umumnya untuk non excludable goods ini orang enggan

120
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 235-236.
78

membayar selama mereka dapat menikmati nya secara gratis. Karena orang enggan membayar, maka tidak
ada perusahaan swasta yang mau mengusahakannya oleh karena itu, pemerintah lah yang harus
menyediakannya. Untuk itu pemerintah mengenakan pajak kepada masyarakat, dimana salah satu manfaatnya
adalah untuk pengadaan barang yang tergolong non excludable goods.

2) Non Rivalrous Goods

Non rivalrous goods adalah barang yang banyak orang dapat menggunakan atau menikmati sekaligus
tanpa mengganggu kesenangan orang lain yang lebih dulu menikmatinya. Contohnya adalah menonton acara
di televisi, semua orang dapat menikmatinya sekaligus tanpa mengganggu orang satu sama lainnya selama
mereka berada pada saluran dan waktu yang sesuai. Perusahaan televisi swasta yang menghasilkan jenis
barang yang seperti ini, tidak akan membiarkan perusahaannya beroperasi tanpa memperoleh keuntungan
sehingga dibuatlah bisnis ini menjadi sesuatu yang menghasilkan keuntungan.

Pasar yang kompetitif akan menghasilkan private goods secara efisien, produsen dapat memperoleh
keuntungan dari menjual private goods tersebut karena orang – orang akan membayar untuk memperoleh atau
menikmatinya. Sedangkan untuk barang yang non excludable dan non rivalrous, produsen tidak dapat
memperoleh keuntungna karena orang tetap dapat menggunakan atau menikmati barang tersebut tanpa harus
membayar.

Oleh karena itulah public goods akan lebih efisien bila diproduksi bukan oleh perusahaan swasta,
tetapi oleh pemerintah. Pemerintah dapat mengambil keuntungan dengan semakin meningkatnya kualitas
masyarakat dimana selanjutnya pemerintah dapat memperoleh dana dari pajak yang disetorkan oleh
masyarakat itu sendiri.121

2. Distribusi

Dalam masyarakat terdapat beragam jenis manusia. Ada yang kaya dan ada yang miskin, ada yang
terampil dan ada yang tidak terampil sehingga secara alamiahnya terjadi kesenjangan. Untuk itu diperlukan
distribusi (equity) agar kesenjangan ini dapat diperkecil.

Equity adalah keadilan dalam mendistribusikan sumber daya (resource). Pemerintah harus membantu
masyarakat yang kurang beruntung dengan bantuan dari masyarakat yang lebih beruntung. Bantuan dapat
dilakukan melalui pajak, sumbangan, hibah, dan lainnya. 122

3. Transfer Tunai Barang dan Jasa

Pemerintah dapat melakukan dua cara distribusi pendapatan, yaitu:

a. Pertama dengan melakukan bantuan secara tunai (cash transfer). Hal ini dapat dilakukan melalui uang
tunjangan atau uang transfer.

121
Ibid, hlm. 236-237.
122
Ibid, hlm. 237.
79

b. Kedua dengan memberikan bantuan secara langsung berupa barang kepada orang – orang yang
membutuhkan.

Dari kedua cara ini, pemerintah tinggal menentukan cara mana yang paling sesuai dengan si
penerima. Sebagai contoh, sekolah adalah termasuk private goods, karena sekolah adalah barang excludable
dan revalrous akibat dari biaya sekolah yang semakin tinggi sehingga banyak orang yang menjadi tidak
mampu untuk masuk dan menikmati bangku sekolah. Untuk itu, pemerintah perlu memberikan bantuan
beasiswa kepada orang – orang yang kurang mampu agar mereka tetap dapat menimba ilmu di sekolah. 123

4. Kegagalan Pemerintah

Kita telah mengetahui bahwa perusahaan swasta tidak dapat menyediakan public goods secara
efisien, oleh karena itu public goods harus disediakan oleh pemerintah. Dalam memproduksi public goods,
pemerintah juga dapat menemui kegagalan karena adanya:

a. Inefisiensi dalam proses produksi.


b. Buruk atau kurangnya informasi.124

B. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Tabel 1.11 Berikut ini struktur APBN 2004 dan RAPBN 2005 di Indonesia:
Uaian 2004 2008
APBN % thd PDB RAPBN % thd PDB
A. Pendapatan Negara dan Hibah 349,9 17,5 377,9 17,2
I. Penerimaan Dalam Negeri 349,3 17,5 377,1 17,2
1. Penerimaan perpajakan 272,2 13,6 297,5 13,6
a. Pajak Dalam Negeri 260,2 13,0 285,1 13,0
1) Pajak Penghasilan 134,0 6,7 141,9 6,5
i. Migas 13,1 0.7 13,6 0,6
ii.Non Migas 120,8 6,0 128,3 5,9
2) PPn dan PPnBM 86,3 4,3 98,8 4,5
3) PBB 8,0 0,4 10,3 0,5
4) Cukai 27,7 1,4 28,9 1,3
5) Pajak lainnya 1,6 0,1 2,0 0,1
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 77,1 3,9 79,6 3,6
a. Sumber Daya Alam 47,2 2,4 50,9 2,3
b. Bagian Pemerintah atas Laba BUMN 11,5 0,6 9,4 0,4

123
Ibid, hlm. 237-238.
124
Ibid, hlm. 238.
80

c. PNBP Lainnya 18,4 0,9 19,3 0,9


II. Hibah 0,6 0,0 0,8 0,0

B. Belanja Negara 374,4 18,7 394,8 18,0


I. Belanja Pemerintah Pusat 252,3 12,8 264,9 121,1
1) Belanja pegawai 57,2 2,9 62,2 2,8
2) Belanja barang 35,6 1,8 31,0 1,4
3) Belanja modal 39,8 2,0 43,0 2,0
4) Pembayaran bunga utang 65,7 3,3 64,0 2,9
5) Subsidi 26,6 1,3 33,6 1,5
6) Belanja hibah - - - -
7) Bantuan Sosial 14,3 0,7 16,3 0,7
8) Belanja Lain-lain 16,1 0,8 14,8 0,7
II. Belanja Daerah 119,0 6,0 129,9 5,9
1) Dana Perimbangan 112,2 5,6 123,4 5,6
a. Dana bagi hasil 26,9 1,3 31,2 1,4
b. Dana alokasi umum 82,1 4,1 88,1 4,0
c. Dana alokasi khusus 3,1 0,2 4,1 0,2
2) Dana otonomi khusus dan penyesuaian 6,9 0,3 6,5 0,3

C. Surplus/Defisit Anggaran (A-B) -24,4 -1,2 -16,9 -0,8

D. Pembiayaan (D.I + D.II) 24,4 1,2 16,9 0,8


I. Pembiayaan dalam negeri 40,6 2,0 37,1 1,7
1) Perbankan dalam negeri 19,2 1,0 9,0 0,4
2) Non perbankan dalam negeri 21,4 1,1 28,1 1,3
II. Pembiayaan luar negeri (neto) -16,1 -0,8 -20,2 -0,9
1) Pinjaman luar negeri (netto) 28,2 1,4 26,6 1,2
a. Pinjaman program 8,5 0,4 8,6 0,4
b. Pinjaman proyek 19,7 1,0 18,0 0,8
2) Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri -44,4 -2,2 -46,8 -2,1
81

Dari tabel di atas, pendapatan negara terbesar diperoleh dari sektor pajak, pada tahun 2004. Pendapatan
negara dari pajak sebesar Rp 7,2 triliun (77,8% dari total pendapatan negara). Sedangkan pada RAPBN 2005
diperkirakan pendapatan negara dari pajak sebesar Rp 297,5 triliun (78,7%). 125

C. Budget Deficit

Setiap perubahan terhadap pendapatan maupun penerimaan negara memberikan dampak terhadap
anggaran pemerintah (government budget). Selayaknya anggaran pemerintah ini sesuai dengan kemampuan
negara (govrnment budge constraint), seperti pada rumus dibawah ini:

G≤T

Keterangan:

G = belanja negara

T = pendapatan pajak

Bila pendapatan negara lebih besar daripada penerimaan, maka akan terjadi budget surplus.
Sebaliknya bila pendapatan negara lebih kecil daripada pengeluaran negara, maka akan terjadi budget deficit.

Budget deficit memang tidak disukai, tetapi boleh dilakukan asalkan tidak secara terus – menerus
(hanya dilakukan sementara). Dengan tidak adanya budget deficit berarti tidak ada uang baru yang dicetak,
ini berarti tidak akan terjadi inflasi yang disebabkan oleh monetary expansion. Untuk negara yang pasar
obligasinya tidak berkembang dengan baik, maka alternatif lain adalah mencetak uang. 126

Untuk memenuhi kebutuhan negara pada saat dalam keadan deficit, cara yang paling umum
dilakukan adalah meningkatkan penerimaan negara melalui pajak atau meminjam dana (utang) dari
masyarakat atau pihak yang melalui obligasi. Apabila dibutuhkan pinjaman dari pihak lain, harus dipastikan
kemampuan untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Uang ini harus dibayar dimasa mendatang sehingga
dalam government budget harus dimasukkan komponen pembayaran utang Negara :

T–G≤D

Keterangan:

G = Belanja negara

T = Pendapatan pajak

D = Uang

Besarnya utang yang harus dibayar adalah utang tahun berjalan termasuk juga bunga dari utang
tersebut, sehingga rumusnya menjadi

125
Ibid, hlm. 239.
126
Ibid, hlm. 242.
82

T–G≤(1+i)D

Keterangan:

G = Belanja negara

T = pendapatan pajak

i = bunga

D = outstanding uang

D. Kebijakan dan Instrumen Fiskal Pemerintahan Islam

Fungsi fiskal menurut konvensional adalah sebuah fungsi dalam tataran perekonomian yang sangat
identik kemampuan yang ada pada pemerintah dalam masalah menghasilkan pendapatan untuk menutupi
kebutuhanya dan lalu mengalokasikan anggarannya yang ada, atau bisa disebut dengan anggaran belanja
Negara dan juga mendistribusikannya agar tercapai apa yang dinamakan dengan efisiensi anggaran.
Sedangkan instrument fiskal yang bisa digunakan adalah pajak dan anggaran. Dalam pandangan ekonomi
islam pendapatan dan anggaran merupakan alat yang efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan ekonomi. 127

Kebijakan fiskal telah dikenal sejak zaman Rasulullah Saw hingga zaman pertengahan. Baitul mal
adalah lembaga pengelolaan keuangan negara sehingga terdapat kebijakan fiskal dan memberikan dampak
positif terhadap tingkat investasi, penawaran agregat dan secara tidak langsung memberikan dampak pada
tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Berikut ini adalah beberapa ciri dari kebijakan fiskal Baitul Mal di
zaman Rasulullah Saw dan para sahabat :

1. Sangat Jarang Terjadi Anggaran Defisit

Dalam teori ekonomi anggaran deficit ini akan menimbulkan berbagai persoalan akibat adanya
pertambahan yang beredar, antara lain terjadinya inflasi dan melemahnya nilai tukar uang. Selama perjuangan
Rasullullah SAW, terccatat hanya sekali saja terjadi anggaran defisit. Hal ini terjadi ketika terjatuhnya kota
Makkah. Utang akibat anggaran defisit ini dibayarkan kurang dari satu tahun, yaitu setelah selesainya perang
Hunayn. 128

2. Sistem Pajak Proporsional

Pada zaman Rasulullah Saw dan para sahabat sistem pajak proporsional memiliki bebarapa
keunggulan, sebelumnya dijelaskan terlebih dahulu apa yang disebut sistem pajak proporsional. Yakni
merupakan salah satu kontribusi islam dalam instrument fiskal. Sitem pajak progresif adalah suatu sistem
perpajakan yang mengenakan persentase lebih tinggi seiring dengan semakin tinggi jumlah pendapatan,
sistem pajak ini biasanya digunakan dalam memungut pajak pendapatan individu dan dipraktekan hampir di
semua Negara. Sementara pajak proporsional adalah suatu sistem perpajakan yang mengenakan persentase

127
M. nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis, (Bandung:Alfabeta, 2001), Hlm.
149-150

128
Adiwarman A. Karim, Ibid, hlm.247.
83

yang sama terhadap seluruh tingkat pendapatan. Di beberapa Negara, sitem pajak porposional biasanya
digunakan untuk memungut pajak atas keuntungan perusahaan korporat, yaitu pajak yang harus dibayar
adalah proposional dengan keuntungan yang diperoleh, misalkan 30% dari keuntungan adalah pajak yang
harus dibayarkan.129

3. Besarnya Rate Kharaj Ditentukan Berdasarkan Produktivitas Lahan, bukan Berdasarkan Zona.

Kebijakan penentuan rate kahraj dilakukan karena produktivitas lahan diukur dari tingkat kesuburan
tanah, jumlah produk dan juga metode irigasinya dengan demikian lahan yang bersebelahan dikenakan rate
kharaj yang berbeda. Tapi hal tersebut mengakibatkan beberapa hal yakni pengusaha kecil yang kurang
produktif dapat tetap berusaha di lokasi yang baik dan tidak terpinggirkan menjadi pedagang kaki lima. 130

4. Berlakunya Regressive Rate untuk Zakat Peternakan

Regressive rate adalah penurunan rate karena jumlah hewan ternak yang dipelihara semakin banyak.
Kebijakan regressive rate ini akan mendorong peternak untuk memperbesar skala usahanya dengan biaya
produksi yang rendah. Hal ini mengakibatkan semakin besarnya supply hewan ternak dengan harga yang
relatif murah.

5. Perhitungan Zakat Perdagangan Berdasarkan Besarnya Keuntungan, bukan atas Harga Jual

Sistem perhitungan zakat perdagangan berdasarkan keuntungan (profit atu quasi-rent) tidak
mempengaruhi kurva penawaran sehingga jumlah barang yang ditawarkan tidak berkurang dan tidak terjadi
kenaikan harga jual. Hal ini bahkan menjadi insentif bagi pedagang untuk mencari keuntungan sejalan
dengan kewajiban membayar zakat. Jumlah zakat yang diterima akan meningkat seiring dengan
meningkatnya keuntungan pedagang.131

6. Porsi Besar untuk Pembangunan Infrastruktur

Infrastruktur merupakan hal yang sangat penting dan mendapat perhatian yang lebih besar. Pada
zaman Rasulullah Saw pembangunan infrastruktur juga telah dilakukan seperti jalan raya, pasar, pos dan
sumur umum. Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab juga mengikuti pada zaaman Rasulullah dalam
membangun infrastruktur seperti pembangunan kota dagang besar yakni Basrah dimana kota ini sebagai pintu
masuk perdagangan dengan Romawi dan kota Khuffah yang menjadi pintu masuk perdagangan dengan
Persia.
Pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab juga dibangun kanal dari Fustat ke Laut Merah sehingga
orang yang membawa gandum ke Kairo tidak perlu lagi naik unta karena bisa menyebrang dari Sinai
langsung menuju Laut Merah dan hal ini pastinya dapat meringankan beban para pembawa gandum dan
masyarakat lainnya. Di masa ini pula khalifah Umar bin Khattab juga menginturksikan bagi para gubernur

129
Ibid, hlm.247.
130
Ibid, hlm.247.
131
Ibid, hlm.248.
84

yang ada di Mesir untuk membelanjakan minimal dari 1/3 dari pengeluaran untuk pembangunan
infrastrukutur.132

7. Manajemen yang Baik untuk Hasil yang Baik

Di zaman khalifah Umar bin Khattab r.a penerimaan Baitul mal dapat mencapai 180 juta dirham,
beliau mampu mengatur pemerintahan dengan baik sehingga setiap kota memberikan pajaknya kepada
pemerintah. Di masa kepemimpinannya beliau juga memberikan contoh untuk hidup sederhana dan tidak
berfoya-foya akan harta yang mereka miliki, dan juga tidak adanya tindakan korupsi yang merugikan Negara
dan karean hal tersebut penerimaan Baitul Mal juga besar. Akan tetapi pada masa kepemimpinan al-Hajjaj
penerimaan baitu mal mengalami penurunan yakni hanya sebesar 18 juta dirham hal ini disebabkan berbagai
hal seperti ketidakmampuan pemerintah dalam mengatur setiap kota agar memberikan pajaknya dengan baik
kepada pemerintah dan memberikan contoh yang tidak baik dengan gaya hidup yang berfoya-foya.
Namun pada masa Umar bin Abdul Aziz keadaan mulai membaik dengan meningkatnya penerimaan
baitul mal yakni sebesar 30 juta dirham dan 40 juta dirham di tahun kedua. Khalifah Umar bin Abdul Aziz
pernah berkata “Seandainya saya memerintah satu tahun lagi, Insya Allah penerimaan Baitul Mal akan sama
dengan zamannya Kahlifah Umar ibn Khattab” dengan berkata demikian pastinya khalifah Umar bin Abdul
Aziz berusaha untuk mengembalikkan keadaan dan penerimaan baitul mal sama seperti pada masa Umar ibn
Khattab. Di zaman pertengahan islam pernah terjadi inflasi, karena disebabkan bebrapa hal seperti pemimpin
yang lupa akan tanggung jawabnya karena merasa dimanja oleh para pengusaha. Karena mereka para
pengusaha mengambil keuntungan dengan pendekatan kepada penguasa, keuntungan yang dapat mereka
peroleh adalah dapat ikut campur dalam mengendalikan pemerintahan meraka dapat mengambil pendapatan
pemerintah di provinsi dengan alasan sebagai pembayaran kembali utang yang dilakukan penguasa. 133

8. Jaringan Kerja antara Baitul Mal Pusat denag Baitul Mal Daerah
Dizaman Khalifah Ali r.a disusun dasar-dasar dan tujuan adiminstrasi Baitul Mal pusat dan Baitul
Mal daerah, sehingga hubungan kerja antara pusat-daerah menjadi lebih jelas. Dan karena semakin luasnya
wilayah penerintahan islam, maka baitul mal juga telah didirikan di daerah-daerah.

a. Peningkatan Pendapatan Nasional Dan Partisipasi Kerja

Untuk meningkatkan pendapatan nasional dan partisipasi kerja, Rasulullah SAW kebijakan sebagai
berikut :

1. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar.

Rasulullah Saw menggariskan bagi setiap orang Anshar bertanggung jawab terhadap saudranya dari
kalangan kaum Muhajirin. Hal ini dilakukan Rasulullah Saw untuk mendorong terciptanya distribusi
pendapatan yang pada gilirannya meningkatkan permintaan agregatif (AD) di Madinah.
2. Membagikan tanah dan membangun perumahan untuk kaum Muhajirin.

132
Ibid, hlm.250.
133
Ibid, hlm.250.
85

Dengan hal ini akan terpenuhinya kebutuhan dasar akan rumah atau tempat tinggal dan pastinya akan
meningkatkan partisipasi mereka dalam bekerja. Selain dapat membantu kaum Muhajirin dengan hal
tersebut dapat memberikan semangat bagi kaum Muhajirin dalam bekerja.

3. Membagikan 80% harta rampasan perang dapat meningkatkan pendapatan yang pada akhirnya
meningkatkan permintaan agregatif (AD).

4. Mendorong terjalinnya kerja sama kaum Muhajirin dengan kaum Anshar hal ini dapat dilakukan karena
kaum Anshar yang memiliki tanah pertanian, perkebunan dan tabungan dan kaum Muhajirin yang
membutuhkan pekerjaan dengan hal tersebut pastinya akan terjalin kerja sama di antara mereka. Dengan
kerja sama tersebut dapat menciptakan lapangan pekerjaan, melengkapi fasilitas perdagangan,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memperluas produksi dan meningkatkan modal.

b. Pemungutan Pajak

Dengan kebijakan tentang pemungutan pajak terhadap setiap jenis usaha dapat menciptakan kestabilan
harga dan mengurangi kebijakan. Pada saat stagnasi dan menurunnya permintaan agregatif (AD) dan
penawaran agregatif (AS), pajak (Khusunya Khums) mendorong stabilitas pendapatn dan produksi total.
Kebijakan ini juga tidak menyebabkan penurunan harga maupun jumlah produksi dan tidak memberatkan
bagi masyarakat dengan pajak yang terlalu besar.

c. Pengaturan Anggaran

Dengan mengatur anggran APBN secara cermat dan proporsional serta terus menjaga keseimbangan,
tidak akan terjadi budget deficit, bahkan akan terjadi budget surplus seperti terjadi pada zaman Khulafaur
Rasyidin.

d. Penerapan Kebijakan Fiskal Khusus

Pada masa Rasulullah Saw, diterapkan bebrapa kebijakan fiskal khusus yaitu :
1. Meminjam peralatan dari kalangan non-Muslim dengan jaminan pengembalian dan ganti rugi apabila
alat tersebut rusak.
2. Menerapkan kebijakan pemberian insentif
3. Meminta bantuan kaum muslimin secara sukarela atas permintaan Rasulullah. 134

E. Efektivitas Kebijakan Fiskal

Dalam menentukan kebijakan yanag akan diterapkan, harus diketahui terlebih dahulu efektivitas
kebijakan dengan menggunakan kurva IS-LM. Dalam teori Keynesian, kurva IS-LM adalah alat analisis yang
digunakan untuk menunjukkan kombinasi aggregate output dan tingkat suku bunga.
Seperti juga dalam kebijakan moneter, pengaruh kebijakan fiskal sangat tergantung pada kemiringan
kurva IS dan LM. Grafik di bawah ini menunjukkan efektivitas kebijakan fiskal berdasarkan kurva IS dan
LM.

134
Ibid, hlm.251-252.
86

(a) Kebijakan Fiskal Kuat

(b) Kebijakan Fiskal Lemah

Grafik 11.5 Efektivitas Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal menjadi efektif apabila kurva IS curam atau kurva LM datar. Grafik tersebut
menunjukkan bahwa dengan menurunkan sedikit tingkat suku bunga, maka agregat output (Y) bertambah lebih
banyak. Sedangkan kebijakan fiskal menjadi tidak efisien apabila kurva LM curam atau kurva IS datar. Seperti
terlihat pada grafik tersebut, penurunan tingkat suku bunga yang tinggi hanya menaikkan agregat output
sedikit.135

BAB 12

PEMERINTAH SEBAGAI
PENABUNG BESAR

135
Ibid, hlm. 252-253.
87

A. Anggaran Pendapatan Pemerintah

Dalam struktur Anggaran Pendapatan Negara (APBN) terdapat beberapa cara yang di guanakan untuk
menghimpun dana guna untuk menjalankan pemerintahan, diantaranya yaitu:

1. Melakukan Bisnis

Pemerintah dapat melakukan bisnis seperti perusahaan lainnya. misalnya pemerintah dapat mendirikan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dari perusahaan yang dimiliki oleh Negara ini diharapkan dapat
memberikan keuntungan kepada Negara sehingga dapat digunakan sebagai sumber pendapatan Negara. 136

2. Pajak

Penghimpunan dana yang umum yaitu dengan cara penarikan pajak dari masyarakat. pajak ditarik dalam
berbagai bentuk, misalnya seperti pajak bangunan, pajak pendapatan, pajak penjualan, pajak bumi dan
sebagainya. pajak yang dikenakan kepada masyarakat tidak dibedakan apa bentuk usahanya, sehingga
menimbulkan ketidak stabilan.
dalam teori konvensional, pajak mendorong kurva penawaran ke kiri (mengurangi penawaran) jika
digunakan dalam bentuk Value Added Tax. pengaruh norml kurva penawaran dapat dilihat pada ilustrasi grafis
berikut ini:137

Grafik 12.1 Pengaruh Value Added Tax terhadapnKurva Penawaran


Sedangkan pengaruh Proportional Tax (%) terhadap kurva penawaran dapat dilihat dari ilustrasi berikut
ini :

136
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: IIIT-Indonesia, 2007), Edisi Ketiga, hlm. 255.
137
Ibid, hlm. 255.
88

Khusus untuk pajak Bumi dan bangunan, pajak dikenakan adalah berdasarkan produktivitas
lahan/tanah , bukan berdasarkan zona (daerah). 138

3. Meminjam Uang
Pemerintah dapat meminjam uang masyarakat atau sumber-sumber yang lainnya dengan syarat harus
dikembalikan dikemudian hari. masyarakat harus mengetahui dan mendapat informasi yang jelas bahwa
dikemudian hari mereka harus membayar pajak yang lebih besar untuk membayar utang yang dipinjam hari ini.
meminjam uang hanya bersifat sementara dan tidak boleh dilakukan terus menerus. 139

B. Anggaran Pendapatan Pemerintah Islam

Sumber pendapatan Negara pada zaman Rasulullah Saw. tidaklah terbatas pada zakat semata, karena
zakat sendiri baru diperkenalkan paada tahun ke 8 hijriyah. di zaman Rasulullah Saw sisi penerimaan APBN
terdiri dari:

1. Kharraj

sumber pertama kali yang di perkenalkan pada zaman Rasulullah adalah Karraj. Kharraj adalah pajak
terhadap tanah, atau di Indonesia setara dengan Paajak Bumi dan Bangunan (PBB). perbedaan yang mendasar
antara sistem PBB dan sistem Kharraj adalah Kharraj ditentukan berdasarkan tingkat produktivitas dari tanah
(land Productivity) bukan berdasarkan daerah (Zoning). hal ini berarti untuk tanah yang bersebelahan sekalipun,
misalanya di satu sisi ditanami anggur sedangkan disisi lain di tanami kurma, maka harus membayar jumlah
kharraj yang berbeda. dan yang menentukan besarnya pembayaran Kharraj adalah pemerintah.besarnya Karraj
secara spesifik ditentukan oleh tiga hal, yakni sebagai berikut:

a. karakteristik tanah/tingkatkesuburan tanah.


b. jenis tanaman termasuk marketability dan kuantity.
c. jenis irigasi.140

138
Ibid, hlm. 255-256
139
Ibid, hlm. 257.
140
Ibid, hlm. 257.
89

Kharraj dibayar oleh seluruh masyarakat baik masyarakat muslim maupun non muslim.

2. Zakat

pada masa awal pemerintahan Islam, zakat dikumpulkan secara tunai, hasil peternakan, dan hasil
pertanian. sistem zakat untuk masing-masing bentuk usaha,diantaranya:

a. Zakat Pendapatan

zakat pendapatan dihitung berdasarkkan nisab (pendapatan minimuum), jika menggunakan dinar dan
dirham masing-masing 20 dinar dan 200 dirham, sedangkan untuk zakat yang di keluarkan sebesar 2,5% dari
jumlah nisab, dan jika pendapatan kurang dari nasab maka dibebaskan dari zakat. 141

b. Zakat Peternakan

karakterisasi zakat peternakan khususnya adalah pengenaan zakat secara regresif yang mana makin
banyak hewan peliharaan, maka makin kecil rate nya dan pembedaan ukurannya untuk setiap jenis hewan. 142

contohnya:  Tabel 12.1 Zakat peternakan kambing atau domba

Jumlah kambing Jumlah Zakat Presentase Zakat


    minimum Maksimum
1-39 0 0 0
40-120 1 0.99 2.5
121-200 2 1,0 1.45
201-299 3 1,0 1,50
301-399 4 1,0 1.33
400-499 4 0.8 1,00
500-599 5 0.83 1,00
600-699 6 0.85 1,00
700-799 7 0.87 1,00
800-899 8 0.88 1,00
900-999 9 0.9 1,00
1000-1099 10 0.99 1,00

Presentase zakat maksimum adalah 2,5% dan presentase zakat minimumnya 0,8 %, sedangkan rata-
rata maksimumnya adalah 1,15 % dan rata-rata minimumnya adalah 0,84 %.
c. Zakat Pertanian

zakat pertanian menggunakan flat rate yang di bedakan jenis pengairannya, karena hasil pertanian
merupakan barang yang tidak tahan lama, jika hasil pertaniannya melimpah maka dikhawatirkan barang
tersebut akan busuk.

141
Ibid, hlm. 258.
142
Ibid, hlm. 258.
90

secara mikroekonomi , zakat sendiri tidak mempunyai pengaruh terhadap penawaran agregatif (AS),
karena zakat diterapkan dalam bentuk quasi rent dan maksimum keuntungan. zakat merupakan bagian yang
kecil dari profit.143

3. Khums

pertentangan antara proportional tax dengan lump-sum tax.


dalam sistem ekonomi Islam yang dikenal dengan sistem Proportional tax. dalam Al-Quran surat Al-
Anfal(8):41 dijelaskan bahwa Khums itu ada tidak terbantahkan. perbedaan pendapat muncuk diantara ulama
Sunni dan Syi’i dalam mnerjemahkan kalimat “Ghanintum min Syai’in” artinya “dari apa yang kamu peroleh”
yang menjadi perdebatan diantara ulama adalah objeknya, yangmana beranggapan bahwa yang diambil adalah
apa saja dan sebagian lain menganggap yang diambil adalah apa saja dan sebagian lain menganggap bahwa
yang boleh diambil tertentu saja.para ulama syi’i mengatakan bahwa sumber pendapatan apapun harus
dikenakan Khums sebesar 20%, sedangkan ulama sunni beranggapan bahwa ayat ini hanya berlaku untuk harta
rampasan, sedangkan untuk Imam Abu Ubaid menyatakan bahwa yang dimaksud Khums bukan hanya hasil
perang saja,ctetapi juga barang temuan dan barang tambang. dengan demikian dikalangan ulama sunni ada
sedikit perkembangan dalam mengartikan Khums ini.144

4. Jisyah

Jisyah adalah pajak yang dibayar oleh orang-orang non muslim sebagai pengganti fasilitas sosial-
ekonomi dan layanan kesejahteraan lainnya,serta untuk mendaptkan perlindungan keamanan dari nagara
lain.Jisyah sama dengan Poll Tax , karena non muslim tidak mengenal zakat fitrah. jumlah yang harus dibayar
sama dengan jumlah minimum yang dibayar oleh orang Islam.

5. Penerimaan Lain.

Ada yang disebut dengan Kaffarah yakni denda, misalnya denda yang dikenakan kepada suami isteri
yang berhubungan pada bulan puasa, maka mereka harus membayar denda dan denda tersebut masuk kedalam
pendapatan Negara.145

BAB 13

PEMERINTAH SEBAGAI
PEMBELI BESAR

143
Ibd.,hlm.262.
144
Ibd.,hlm.264
145
Ibd.,hlm.266
91

A. Pendahuluan

Dalam bab ini pemerintah sebagai pembeli terbesar atau kebijakan fiskal dari sisi pengerluaran.
Pengeluaran pemerintah merupakan alokasi anggaran yang disusun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) setiap tahunnya ke berbagai sektor atau bidang dengan tujuan untuk mensejahterakan rakyat
melalui bermacam-macam progam.Dalam pemerintahan Indonesia secara garis besar dikelompokkan ke dalam
dua golongan sebagai berikut:

1. Pengeluaran rutin: pengeluaran yang dilkukan pemerintah secara rutin yang terdiri dari belanja pegwai
meliputi pembayaran gaji pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan untuk
kepentingan penyelenggaraan pemerintah.

2. Pengeluaran pembangunan: pengeluaran untuk pemenuhan kebutuhan fisik seperti pembangunan


jembatan, jalan. Dan non fisik seperti pelaksanaan progam pengenntasan kemiskinan. Dalam rangka
menambah modal masyarakat.

Catatan dimasa Rasulullah tidak begitu rinci karena kurang mendapat perhatian dibandingkan masa
sekarang. Pada saat ini, anggaran belanja publik telah banyak menjadi pembicaraan. Posisi pemerintah dalam
alur sirkulasi ekonomi makro ter;ihat dalam persamaan berikut:

Y=C+S
(Yh + Yg) = (Ch + Sh) + (Cg + Sg)
S = I, asumsi keynesian
(Yh + Yg) = (Ch + Ih) + (Cg + Ig)
(Yh + Yg) = Ch + (Ih + Ig) + Cg
Y=C+G+I

Y = Pendapatan Nasional
C = Konsumsi
I = Investasi
g = Goverment
h = Household
G = pengeluaran pemerintah146
B. Klasifikasi Belanja

Berdasarkan jenisnya, belanja pemerintah dibedakan menjadi:

1. Wasteful Spending

Kondisi dimana pengeluaran pemerintah tidak memberikan manfaat yang begitu besar dibandingkan
dengan biaya yang dikeluarkan. Apabila pemerintah mengeluarkan biaya sebesar Rp 1M untuk transportasi
umum ternyata kemudian manfaatnya hanya sebesar Rp 700jt, maka dikatakan bahwa terjadi wasteful spending
sebesar Rp 300jt. Nilai Rp300jt yang hilang ini menggeser kurva penawaran ke kiri. 147

146
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2015), hlm.271.
92

Grafik 13.1 Wasteful Spending

2. Productive Spending

Apabila pengeluaran pemerintah memberikan manfaat yang lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan. Contohnya adalah pembangunan jembatan umum yang membutuhkan biaya sebesar Rp 500jt,
ternyata memberikan manfaat sebesar Rp 900jt. Hal ini berarti berarti terjadi Productive Spending sebesar Rp
148
400jt dimana pengeluaran pemerintah tersebut akan menggeser kurva penawaran ke kanan.

Grafik 13.2 Productive Spending

3. Tranfer Payment

Yaitu apabila pengeluaran biaya pemerintah dan pemberian manfaat terhadap masyarakat sama
besarnya. Misalnya pemerintah mengenakan pajak untuk digunakan menolong korban bencana alam yang
disalurkan melalui Palang Merah Indonesia (PMI), dimana PMI menerima dana sebesar jumlah pajak yang
147
Ibid, hlm. 272.
148
Ibid, hlm. 273.
93

ditarik pemerintah tersebut. Secara grafis tidak ada penambahan dan pengurangan resourcesehingga kurva tidak
mengalami pergerakan baik ke kiri maupun kekanan. 149

Menurut sifatnya, belanja Negara dapat dibedakan menjadi :

a. Tempory Spending: yaitu pembiayaan yang hanya dilakukan untuk satu kali waktu saja. Contohnya
adalah pengeluaran untuk pembangunan jalan raya, jembatan dan lainnya;
b. Permanent Spending:yaitu pembiayaan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus dalam
periode tertentu. Contohnya adalah biaya pemeliharaan jalan raya yang harus dikeluarkan setiap
tahunnya.150

C. Jenis Pengeluaran Baitul Mal

Ada ada dua jenis kebijakan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan empat khalifah pada permulaan
Islam untuk pengembangan ekonomi serta peningkatan partisipasi kerja dan produksi.

1. Mendorong masyarakat memulai aktivitas ekonomi, baik dalam kelompok sendiri maupun bekerja
sama dengan kelompok lainnya, tanpa dibiayai baitul mal.
2. Kebijakan dan tindakan yang dilakukan oleh Rasulullah dan khulafaur Rasyidin dengan
mengeluarkan dana baitul mal.

Kedua jenis ini dijelaskan pada bagian berikut untuk menggambarkan peran yang dimainkan setiap
orang dalam pertumbuhan ekonomi dan masyarakat pada era permulaan Islam.

1. Penyebaran Islam: proses dakwah jika dilihat dari sisi ekonomi tidak begitu banyak pengaruhnya.
Penyebaran Islam dipersiapkan aturan dan etika yang sesuai dengan fiqih. Didalam aturan main
bagaimana berekonomi yang sesuai fiqih, kemudian diatur pula etikanya (akhlaq). Dampak ekonomi
penyebaran Islam ini adalah meningkatnya AD sekaligus meningkatnya AS.
2. Pendidikan dan Kebudayaan: pada masa Rasulullah SAW pendidikan dan kebudayaan sangat
mendapatkan perhatian yang penting sekali. Hal ini tetap dilakukan semasa pemerintah Islam
sehingga meningkatkan kualitas SDM, dan memanfaatkan SDM untuk saling mengajari yang lain
untuk membuat melek huruf.
3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan: dimasa Rasulullah dan khulafaur rasyidin diterapkan dalam
berbagai bidang seperti, kedokteran, kimia, ilmu pasti, produksi senjata, arsitektur, dan tata kota,
sastra, pencetakan mata uang koin. Para ilmuan memperoleh penghargaan dan dimanfaatkan untuk
menyebarkan ilmu pengetahuan. Pada masa Rasulullah mayarakat terbuka lebar dengan ilmu
tersebut, maka Rasulullah memerintahkan masyarakat untuk memepelajari bisnis dan profesi yang
ada. Diantara ilmu yang menyentuh kehidupan dunia Islam adalah pada masa pemerintahan Umar
Ibn Khatab adalah ilmu manajemen yang mengatur masalah akuntansi dan fiskal baitul mal.
4. Pembangunan Armada Perang dan Keamanan: pembiayaan perang diperlukan dana yang tidak
sedikit. Dana tersebut disediakan untuk persediaan senjata, makanan, dan keperluan lainnya.
Seperlima harta rampasan perang yang diambil dari setiap peperangan merupakan sumber dana
baitul mal yang tepenting digunakan untuk memperkuat pengembangan kaum muslim. Selebihnya,

149
Ibid, hlm. 273.
150
Ibid,.h. 273
94

rampasan perang dibagikan orang yang ikut berperang dan yang lainnya untuk dijual kembali untuk
dibelikan senjata yang dibutuhkan.
5. Persediaan Layanan Kesejahteraan Sosial: subsidi negara terhadap para fuqoha wa masakin sangat
diperhatikan bukan hanya sekedar dibagi rata dan diberikan dalam jumlah yang kecil-kecil, tetapi
mereka juga dijamin sampai mereka tidak kekurangan. Sumber-sumber dana yang ada dibaitul mal
digunakan untuk tujuan masing-masing yan spesifik. Sebagai contoh, penerimaan zakat hanya dapat
digunakan untuk: menyantuni fakir miskin, menampung tuna wisma, membayar gaji para
pengumpul zakat, melunasi utang orang yang tidak bisa membayar utangnya, menolong orang-
orang yang baru masuk Islam, membebaskan budak, dan melaksanakan aktivitas pekerjaan umum. 151

Pengeluaran negara yang lebih banyak untuk kemaslakhatan umat pada zaman Rasulullah SAW dan
khulafaur rasyidin adalah sebagai berikut:

Tabel 13.1 Di bawah ini merupakan sumber-sumber pengeluaran primer dan sekunder negara yang
berhubungan dengan kemasyarakatan dizaman Rasulullaah dan emapt khalifah:

Primer Sekunder
1. Biaya pertahanan seperti 1. Bantuan untuk orang yang belajar
persenjataan, unta, dan persediaan agama di Madinah
2. Penyaluran zakat yang sesuai 2. Hiburan untuk para delegadi
dengan yang ada dalam al-qur’an, keagamaan
termasuk pemungut zakat 3. Hiburan untuk para utusan suku
3. Pembayaran untuk wali, guru, dan negara serta biaya perjalanan
qodhi, imam, muadzin, dan pejabat mereka
negara lainnya 4. Hadiah untuk pemerintah negara
4. Pembayaran upah para lain
sukarelawan 5. Pembayaran untuk pembebasan
5. Pembayaran utang negara kaum muslin yang menjadi budak
6. Bantuan untuk musafir 6. Pembayaran denda mereka yang
terbunuh secara tidak sengaja oleh
pasukan kaum muslimin
7. Pembayaran utang orang yang
meninggal dalam keadaan miskin
8. Pembayaran tunjangan untuk orang
miskin
9. Tunjangan untuk sanak saudara
Rasulullah SAW (80 butir kurma
dan 80 butir gandum untuk setiap
istrinya)
10. Persediaan darurat.

Enam prinsip umum dapat dijabarakan untuk membantu memberikan dasar yang rasional dan
konsisten mengenai belanja publik (peran pemerintah sebagai pembeli besar) :

1. Kriteria utama untuk semua alokasi pengeluaran adalah sejahteraanya masyarakat


2. Penghapusan kesulitan hidup dan penderitaan harus diutamakan diatas penyediaan rasa tentram.
151
Ibid, hlm. 275.
95

3. Kepentingan mayoritas yang lebih besar harus lebih besar harus lebih diutamakan diatas kepentingan
minoritas yang lebih sedikit.
4. Pengorbanan atau kerugian individu dapat dilakukan untuk menyelamatkan pengorbanan atau
kerugian publik, dan pengorbanan ataupun kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan dengan
menjatuhkan pengorbanan atau kerugian yang lebih kecil.
5. Siapapun yang menerima manfaat harus menanggung biaya.
6. Sesuatu yang tanpanya suatu kewajiban tidak dapat terpenuhi merupakan sesuatu kewajiban untuk
pengandaannya.152

1. Penyebaran Islam

Dana yang digunakan untuk kepentingan dakwah ini jika dilihat dari sisi ekonomi sebetulnya tidak
begitu banyak pengaruhnya. Penyebaran islam disiapkan aturan dan etika yang sesuai dengan fiqih. Di dalam
aturan main diatur bagaimana berekonomi yang sesuai fiqih, kemudian diatur pula etika bisnisnya. 153

2. Pendidikan dan Kebudayaan

Dalam masa pemerintahan Rasulullah SAW dan Khulafa ar-Rasyidin, penfidikan dan kebudayaan
mendapat perhatian yang penting sekali. Hal ini tetap dilakukan selama pemerintahan Islam selanjutnya untuk
meningkatkan kualitas sumberd daya manusia. Rasullullah juga memberi perhatian besar terhadap pengajaran
dan pendidikan bagi setiap muslim dan memanfaatkan setiap sumber daya untuk membuat mereka melek
huruf.154

3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Pengembangan ilmu pengetahuan pada masa Rasullullah SAW dan Khulafa ar-Rasyidin diterapkan
dalam berbagai bidang : kedokterran/medis, kimia, ilmu pasti, produksi senjata, arsitektur dan tata kota, sastra,
pencetakan mata uang koin. Para ulam dan ahli kedokteran dan oran-orang yang dapat menulis memperoleh
penghargaan dan dimanfaatkan untuk menyebarka ilmu pengetahuan.
Perlu diketahui bahwa perhatian Rasullullah SAW menyebabkan kaum muslim terbuka terhadap
pegembangan ilmmu pengetahuan tersebut di atas. Selain itu, Rasullullah SAW juga memerintahkan setiap
muslim untuk mempelajari bisnis dan profesi yang ada. 155

152
Ibid, hlm. 276.
153
Ibid, hlm. 277.
154
Ibid, hlm. 278.
155
Ibid, hlm. 278.
96

BAB 14

PEMERINTAH SEBAGAI
INVESTOR BESAR

A. Pendahuluan
Pada bab ini dijelaskan bagaimana pemerintah berperan sebagai pembeli besar sebagai salah satu praktik
dari kebijakan fiskal dari sisi pengeluaran. Pada pemerintahan pada zaman Rasulullah SAW dan Khulafa ar-
Rasyidin, Baitul Mal mempunyai peranan besar dalam perekonomian dan layanan publik.
Analisis pengeluaran Baitul Mal memperlihatkan bagaimana sektor layanan publik memegang peran
aktif dalam ekonomi pada masa awal pemerintahan Islam. Aktifitas ini meliputi penyebaran islam, perbaikan
pendidikan dan moral, bahkan memasukkan dan mensosialisasikan berbagai teknik baru.

B. Pertumbuhan Ekonomi, Investasi dan Infrastruktur

Pertumbuhan ekonomi membutuhkan lingkungan politis yang dapat menciptakan insentif untuk
investasi, sistem hukum yang melindungi hak-hak milik dan perlindungan masyarakat umum terhadap
97

korupsi, penyuapan, pencurian dan pengambilan alih hasil-hasil dari investasi mereka.Bahkan dalam
lingkungan yang kondusif atau tidak ada kejahatan pun keputusan politis dapat memengaruhi insentif
untuk berinvestasi dan produktivitas dari investasi-investasi tersebut, termasuk peraturan-peraturan
seperti pada perdagangan surat-surat berharga, perlindungan terhadap pemikiran melalui hak-hak paten
dan pada masalah-masalah ketenagakerjaan.Pertumbuhan juga membutuhkan investasi dalam
infrastruktur.
Infrastruktur adalah seluruh jenis modal yang bukan dimiliki oleh perusahaan bisnis perorangan
yang membuat produksi perusahaan menjadi lebih efisien. Jalan raya atau tol bisa membuat kendaran
pengangkut menjadi lebih meningkat produktivitasnya dalam hal mengangkut keluaran (output)
perusahaan dengan jumlah kendaraan yang sama, bandara dengan jalur yang banyak bisa membuat
perusahaan maskapai penerbangan mengurangi keterlambatan, jalur kereta yang cepat menyediakan
pilihan transportasi yang lebih baik daripada maskapai penerbangan untuk jarak kurang dari 250 km,
pelabuhan-pelabuhan dengan dermaga yang banyak membantu perusahaan pengiriman menghindari
waktu tunggu. Jaringan telepon yang bekerja dengan baik membantu masyarakat berkomunikasi dengan
mudah tanpa terganggu.Jaringan listrik yang menyediakan kapasitas listrik yang banyak dapat
menghindari ketidakefisienan yang disebabkan oleh pemadaman dan kebakaran.
Tiap-tiap Negara berbeda didalam banyak infrastruktur mereka yang dibiayai oleh pemerintah.
Di Perancis, jalan raya atau tol, bandara, pelabuhan, jalur kereta, jaringan telepon dan listrik secara
keseluruhan atau sebagian dimiliki oleh pemerintah. Di Amerika Serikat, jalan tol dimiliki oleh
pemerintah, begitu juga dengan kebanyakan dari bandara, jaringan listrik dan telepon disediakan oleh
perusahaan swasta yang diatur oleh pemerintah.
Bagaimanakah infrastruktur fisik dihubungkan dengan pertumbuhan?Dibeberapa Negara miskin,
nilai dari sebuah investasi bisnis berkurang akibat jalan tol dan bandara yang buruk, tidak adanya jalur
kereta, jaringan telepon yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk memasangnya, jaringan listrik
yang kapasitasnya tidak mencukupi.Seperti juga halnya keputusan-keputusan politis, infrastruktur fisik
penting untuk pertumbuhan dan jumlahnya dapat dipengaruhi oleh keutusan pemerintah. 156

C. Pengeluaran Agregat

Pengeluaran agregat menunjukkan hubungan antara pengeluaran agregat yang direncanakan (aggregate
planned expenditure) dan PDB riil.Pengeluaran agregat yang telah direncanakan adalah jumlah dari pengeluaran
konsumsi yang telah direncanakan, investasi, belanja barang dan jasa pemerintah serta ekspor dikurangi
impor.Sebagai contoh, pada tabel dibawah ini baris b pada saat PDB rill $2 triliun, pengeluaran konsumsi yang
direncanakan $0.5 triliun, belanja barang dan jasa pemerintah yang direncanakan $0.55 triliun, ekspor dan impor
yang direncanakan $1.2 triliun dan $0.5 triliun.Jadi, pada saat PDB riil $2 triliun, pengeluaran agregat yang telah
direncanakan adalah $4 triliun ($2.25 + $0.5 + $0.55 + $1.2 + $0.5).Pengeluaran agregat yang telah
direncanakan meningkat seiring dengan meningkatnya PDB riil.Hubungan ini digambarkan sebagai kurva AE
(aggregate expenditure).Komponen-komponen dari pengeluaran agregat yang meningkat seiring dengan PDB
riil adalah pengeluaran konsumsi dan impor. Komponen lain seperti investasi, belanja pemerintah dan ekspor
tidak mengikuti perubahan PDB.157

Planned Expenditure

156
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, Edisi Ketiga, (Jakarta : Rajawali Pers 2015), hlm. 287-288.
157
Ibid,hlm. 288-289
98

Real GDP Consumtio Investmen Governmen Exports Imports Aggregate


n t t Planned
(Y) (EX) (IM)
Expenditure
Expenditur (I) Purchases
(AE=C+I+G+EX
e
(G) -IM)
(C)
(trillions dollar)
a 0 0.75 0.5 0.55 1.2 0 3
b 2 2.25 0.5 0.55 1.2 0.5 4
c 4 3.75 0.5 0.55 1.2 1 5
d 6 5.25 0.5 0.55 1.2 1.5 6
e 8 6.75 0.5 0.55 1.2 2 7
f 10 8.25 0.5 0.55 1.2 2.5 8

Aggregate Planned
Expenditure
I+G+EX
(Trillions) AE

10 e

8 d

c
6

4 b

a
I+G+EX
2
Consumtion
Expenditure

I+G

2 4 6 8 10
Real GDP (trillions)

Grafik 14.1. Pengeluaran Agregat


99

D. Kebijakan Fiskal dan Permintaan Agregat

Pada grafik dibawah (a) dan (b) ditunjukkan dampak dari peningkatan belanja pemerintah pada
permintaan agregat. Kurva pengeluaran agregat ditunjukkan oleh kurva AE 0 pada bagian (a) dan kurva
permintaan agregat ditunjukkan oleh kurva AD 0 pada bagian (b). tingkat harga berada pada nilai 130, PDB riil
(real PDB) adalah $6 triliun dan perekonomian berada pada titik a pada kedua gambar. Sekarang, misalnya
belanja pemerintah meningkat $0.5 triliun pada tingkat harga konstan dengan nilai 130, kurva pengeluaran
agregat bergeser keatas menjadi AE1. Kurva ini memotong garis 450 (tiap-tiap titik pada garis ini pengeluaran
agregat sama dengan PDB riil), pada keseimbangan pengeluaran dengan nilai $8 triliun di titik b. Nilai ini
merupakan jumlah agregat dari barang dan jasa yang diinginkan pada tingkat harga 130, seperti ditunjukkan oleh
titik b paa grafik tersebut. Titik b terletak disepanjang garis permintaan agregat baru (AD1). Permintaan agregat
awal (AD0) telah bergeser ke permintaan agregat baru (AD1). Jarak pergeseran dari AD1ke AD2 ditentukan oleh
efek beruntun (multiplier) dari belanja pemerintah. Semakin besar efek beruntun (multiplier) tersebut, semakin
besar pergeseran pada kurva permintaan agregat. 158

Grafik 14.2 Belanja Pemerintah dan Permintaan Agregat

E. Keseimbangan Produk Domestik Bruto (PDB) dan Tingkat Harga dalam Jangka Pendek

158
Ibid, hlm. 289-291
100

Grafik dibawah (a) menggambarkan perekonomian, permintaan agregat adalah AD0dan kurva penawaran
agregat jangka pendek adalah SAS. Keseimbangan berada pada titik a, dimana permintaan agregat dan kurva
penawaran agregat jangka pendek berpotongan, tingkat harga adalah 130 dan PDB riil adalah $6 triliun.
Peningkatan $0.5 triliun pada belanja pemerintah menggeser kurva permintaan agregat ke kanan dari
AD0 dan AD1. Sementara tingkat harga mengalami kekakuan atau rigiditas (sticky) pada nilai 130, perekonomian
bergerak menuju titik b dan PDB riil meningkat menuju $8 triliun, tetapi selama proses penyesuaian tingkat
harga tidak konstan namun secara perlahan meningkat dan perkonomian bergerak sepanjang kurva penawaran
agregat jangka pendek menuju titik potong dari kurva penawaran agregat jangka pendek dengan kurva permitaan
agregat yang baru. Tingkat harga meningkat menjadi 146 dan PDB riil meningkat menjadi $7.6 triliun.
Pada saat kita memasukkan dampak tingkat harga kedalam perhitungan, peningkatan pada belanja
pemerintah tetap mempunyai dampak beruntun (multiplier) pada PDB riil, tetapi dampaknya lebih kecil
dibandingkan dengan keadaan dimana tingkat harga konstan. Semakin curam kemiringan dari kurva penawaran
jangka pendek, semakin besar peningkatan tingkat harga, semakin kecil peningkatan PDB riil dan semakin kecil
efek beruntun (multiplier) dari belanja pemerintah.
Dalam jangka panjang, PDB riil sama dengan PDB potensial, perekonomian berada pada keseimbangan
kesempatan kerja penuh. Sewaktu PDB riil sama dengan PDB potensial, peningkatan pada permintaan agregat
mempunyai dampak yang sama seperti yang telah dibicarakan, tetapi pengaruh jangka panjangnya berbeda. 159

F. Ekspansi Fiskal dan PDB Potensial

Misalnya PDB riil sama dengan PDB potensial yang berarti bahwa pengangguran sama dengan tingkat
alaminya. Misalnya juga tingkat pengangguran dan tingkat alaminya tinggi dan misalnya pemerintah salah
memperkirakan bahwa pengangguran berada diatas tingkat alaminya dan mencoba untuk mengurangi
pengangguran dan meningkatkan belanjanya.
Grafik ini menunjukkan dampak dari kebijakan fiskal yang ekspansif pada saat PDB riil sama dengan
PDB potensial. Dalam contoh ini, PDB potensial $6 triliun. Permintaan agregat menigkat (AD0 dan AD1), titik
keseimbangan jangka pendek, titik c, adalah keseimbangan diatas kesempatan kerja penuh dengan penggunaan
tenaga kerja secara penuh dan adanya kekurangan tenaga kerja, tingkat upah mulai meningkat. Tingkat upah
yang lebih tinggi meningkatkan biaya dan mengurangi penawaran agregat jangka pendek. Kurva SAS mulai
bergeser ke kiri (SAS0 dan SAS1). Perekonomian menggerakkan kurva permintaan agregat AD1menuju titik a’160

159
Ibid, hlm. 291-292.
160
Ibid, hlm. 292-293.
101

(a) Dampak Jangka Pendek

(b) Dampak Jangka Panjang

Grafik 14.3 Kebijakan Fiskal, PDB Rill dan Tingkat Harga

G. Keterbatasan Kebijakan Fiskal

Dikarenakan efek beruntun (multiplier) dari kebijakan publik jangka pendek tidak nol (0), kebijakan
fiskal ekspansif dapat digunakan untuk meningkatkan PDB riil dan mengurangi tingkat pengangguran pada
saat resesi, kebijakan fiskal yang kontraksi dapat digunakan juga jika perekonomian sedang panas
(overheating) untuk mengurangi PDB riil dan menjaga atau memantau inflasi, tetapi penggunaan kebiajakan
fiscal dibatasi oleh dua hal.
Pertama, lambannya proses legislative yang berarti adalah sulit untuk mengambil tindakan kebijakan
fiscal secara cepat, perekonomian mungkin dapat diuntungkan dengan rangsangan fiscal saat ini tetapi akan
memakan waktu lama bagi amggota DPR untuk beraksi. Pada saat tindakan tersebut diambil, perekonomian
mungkin membutuhkan kebijakan fiskal yang berbeda dari keadaan yang sebelumnya.
Kedua, tidak selalu mudah untuk mengatakan bahwa PDB riil dibawah atau diatas PDB
potensial.Perubahan didalam permintaan agregat dapat menggerakkan PDB riil jauh dari PDB potensial atau
perubahan pada penawaran agregat dapat mengubah PDB riil dan PDB potensial.Kesulitan ini merupakan
102

suatu hal serius, seperti telah pada kondisi kesempatan kerja penuh mengakibatkan peningkatan pada tingkat
harga dan tidak mempunyai dampak jangka panjang pada PDB riil. 161

H. Fungsi Investasi

Tidak seperti tabungan dan konsumsi, investasi merupakan sebuah bisnis yang tidak dapat diprediksi
dan berisiko, karena investasi tidak harus mengikuti pergerakan yang sama dengan produk nasional bruto
(GNP) beda halnya dengan pengeluaran konsumsi yang dpat mempengaruhi nilai produk nasional bruto
(GNP). Investasi merupakan aktivitas tersendiri dari sektor swasta dan sektor pemerintah.
Peristiwa dimana investasi tidak sejalan dengan laju pertumbuhan produk nasional bruto ditemukan
pada saat terjadinya resesi dalam siklus ekonomi juga dalam perekonomian yang sedang mengalami
inflasi.Jika nilai produk nasional bruto tetap tinggi dan tingkat suku bunga juga tinggi keadaan ini dapat
mengurangi investasi.
Dengan mengkombinasikan semua faktor diatas, yang memengaruhi permintaan investasi, kita dapat
menghasilkan fungsi investasi dalam formasi

I = I ( i, r, Q, T )
Dengan, dI/di < 0; dI/dQ≥ 0; dI/dT > 0.

Ket : I = tingkat investasi


i = tingkat suku bunga
r = tingkat pengembalian sebagai indikator dari keuntungan
Q = produk nasional bruto (GNP)
T = perubahan teknologi yang memengaruhi permintaan interval
Keberadaan i menyebabkan ketidakpastian dalam semua variable, dalam fungsi diatas r mempunyai
sifat acak dalam keberadaan i karena ketidakpastian yang disebabkan oleh harapan-harapan
investor.Karenanya, Q tidak dapat meningkat selama masih terdapat kelemahan (lag) pada harapan-harapan
investor. Juga karena penginvestasian kembali dari peningkatan Q tidak dapat direalisasikan, maka T
mengalami kelambatan (lag) dan efek beruntun antara ketidakpastian yang disebabkan oleh i dan iklim
ekonomi keseluruhan akan terbentuk.
Masuknya variable i ke dalam fungsi investasi didasarkan pada asumsi bahwa pengusaha meminjam
kredit dari bank untuk melakukan investasi. Itu sebabnya pengusaha akan membandingkan apakah return r
dari bisnisnya lebih tinggi dari tingkat bunga i. Bila r > i, maka ia akan melakukan investasi. Sebaliknya bila r
<i , ia tidak akan melakukan investasi. Asumsi ini dapat dengan mudah kita ganti karena pada kenyataannya
ada sumber dana lain untuk melakukan investasi. Bahkan kalaupun dengan sumber dana bank, saat ini ada
perbankan syariah yang tidak menggunakan sistem bunga. Tetapi menggunakan margin dalam pembiayaan
dan bagi hasil.162

I. Fungsi Investasi dalam Perekonomian Islami

161
Ibid, hal 294
162
Ibid, hlm. 294-295
103

Secara lebih spesifik, M.M metwally (1993) mengembangkan suatu fungsi investasi dalam
perekonomian islam akan sangat berbeda dari perekonomian yang non-Islami (konvesinal). Model yang
dikembangkan mengasumsikan tingkat suku bunga nol, adapun asumsi lain yang digunakan adalah:

1. Terdapat denda untuk penimbunan aset-aset yang tidak termanfaatakan.


2. Dilarangnya segala bentuk spekulasi dan tindakan perjudian.
3. Tingkat suku bunga pada semua jenis dana pinjaman adalah nol.

Jadi, para investor dapat memilih diantara tiga alternatif untuk memanfaatkan dananya (a) memegang
dananya dalam bentuk tunai (b) memegang dananya dalam bentuk aset-aset yang tidak menghasilkan
pendapatan (contoh: deposito bank, pinjaman, property) atau (c) menginvestasikan dananya ( menjadi
investor dalam proyek yang dapat menambah persedian modal negara). Menurut beberapa pandangan
kontemporer, seorang Muslim yang menginvestasikan dana atau tabungannya tidak akan dikenakan pajak
pada jumlah yang telah diinvestasikannya, tetapi dikenakan pajak pada keuntungan yang dihasilkan dari
investasinya, karena dalam perekonomian Islami semua aset-aset yang tidak termanfaatkan dikenakan pajak,
jadi investor Muslim akan lebih baik memanfaatkan dananya untuk investasi daripada mempertahankan
dananya dalam bentuk yang tidak termanfaatkan. Dengan kata lain, dana atau tabungan yang tidak
dimanfaatkan pada investasi riil akan dikenakan zakat pada tingkat tertentu.
Islam juga melarang bentuk bentuk-bentuk spekulasi seperti mencakup perlombaan, permainan kartu dan
aktivitas perjudian lainnya, tetapi juga bentuk-bentuk transaksi yang melibatkan hasil yang akan datang
(forward transaction).
Jelaslah bahwa investasi didalam perekonomian islam adalah fungsi dari tingkat keuntungan yang
diharapkan. Tingkat keuntungan yang diharapakan juga bergantung pada bagian relatif dari keuntungan yang
dialokasikan antara investor dan mereka yang menyediakan dana-dananya pada bentuk kerjasama atau
pinjaman.

Permintaan investasi dalam perekonomian islami akan meningkat jika:

1. Tingkat harapan akan tingkat keuntungan meningkat.


2. Tingkat/ besar iuran pada aset-aset yang tidak termanfaatkan meningkat.

Karena tingkat harapan keuntungan bukan merupakan variable yang dapat dikendalikan, satu-satunya
instrumen yang tersedia untuk penguasa muslim mendorong investasi adalah tingkat iuran pada aset-aset
yang tidak termanfaatkan. Ini merupakan alternatif dari bunga dalam perekonomian bebas non-islami
(konvensional).163

J. Pembangunan Infrastruktur

Infrastruktur merupakan hal yang sangat penting dan mendapat perhatian yang besar. Pada zaman
Rasululloh Saw. beliau membangun infrastruktur berupa sumur umum, pos, jalan raya, dan pasar.
Pembangunan infrastruktur ini dilanjutkan oleh khalifah Umar ibn Khattab r.a dimana beliau mendirikan dua
kota dagang besar yaitu Basrah (sebagai pintu perdagangan Romawi) dan Kuffah (sebagai pintu perdagangan
Persia). Pada masa pemerintahan islam tersebut tidak ada masalah bagi orang-orang non-muslim untuk ikut
dalam pembangunan negara islam.

163
Ibid, hlm. 296-298.
104

Apabila kita menggunakan teori Irving Fisher : MV = PT, maka apa yang dilakukan Rasululloh Saw,
dalam membangun infrastruktur adalah untuk melepaskan T dari tingkat full capacity, sehingga dalam
pertumbuhan ekonomi ini tidak terjadi inflasi. Melepaskan T dari kondisi full capacity adalah sangat penting
agar P tidak perlu naik atau mengalami adjustmen.
Keadaan ini dikenal dengan stagflasi diaman kenaikan AD hanya akan mengakibatkan kenaikan harga
(P) dan tidak pendapatan nasional (Y) karena perekonomian sudah mencapai fuul capacity. Agar terjadi
kenaikan pendapatan nasional (Y) maka pemerintah harus membelanjakan anggaran investasi infrastruktur
publik dan menciptakan kondisi yang kondusif agar masyarakat mau berinvestasi untuk hal-hal yang
produktif.164

DAFTAR PUSTAKA

Case, Karl E. & Ray C.Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Chapra, M. Umer. 2000. Sistem Moneter Islam. alih bahasa oleh Ikhwan Abidin .Jakarta: The Islamic
Foundation.

Ekawarman dan Fahruddinsyah. 2010. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Gaung Persada.

Karim, Adiwarman A. 2003. Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua. Jakarta: IIIT-Indonesia.
. 2007. Ekonomi Makro Islami Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mujahidin, Akhmad. 2007. Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan
Makroekonomi) Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sukirno, Sadono. 2011. Makro Ekonomi: Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

164
Ibid, hlm. 299.

Anda mungkin juga menyukai