PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.
Suatu hakikat yang memiliki makna yang tinggi dan tujuannya akan lebih
menarik dan akan menggugah hati pembaca apabila dituangkan dengan kerangka
ucapan yang baik dan mendekatkan kepada kepemahaman, melalui analogi atau
penyamaan dengan sesuatu yang telah diketahui secara yakin. Sudah barang tentu,
apabila hakikat-hakikat yang mempunyai makna setinggi dan sebagus apapun
tidak akan berpengaruh kepada pembaca, ketika penyajian dan pengucapannya
tidak memiliki semacam nilai keindahan dan ketertarikan bagi pembaca, sehingga
makna yang dikandung oleh hakikat itu akan sulit di tangkap oleh pembaca.
Tamtsil merupakan kerangka yang menampilkan makna-makna dalam bentuk
yang hidup dan mantap dalam pikiran, menyamakan hal yang ghaib dengan yang
hadir, yang abstrak dengan konkret dan menganalogikan sesuatu dengan hal yang
serupa. Tamsil adalah salah satu gaya Al-Quran dalam mengungkapkan berbagai
penjelasan dan segi-segi kemukjizatan. Dengan adanya tamtsil banyak makna
yang, lebih indah , menarik dan mempesona. Oleh karena itu, tamtsil lebih
mendorong jiwa untuk menerima makna yang dimaksudkan dan membuat akal
merasa puas dengannya.
Rumusan Masalah.
Dari latar belakang yang terurai di atas dapat di tarik rumusan permasalahan,
guna tidak terjadi perluasan pembahasan. Masalah yang akan di bahas adalah:
1. Apa yang dinamakan amtsal?
2. Unsur apa saja yang terdapat dalam amtsal?
3. Ada berapa macam-macam amtsal?
4. Apa fungsi dan tujuan amtsal?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Amtsal.
Secara bahasa amtsal adalah bentuk jama dari matsal yang artinya sama atau
serupa, perumpamaan, sesuatu yang menyerupai dan bandingan. Di lihat dari
wazannya, kata matsal, mitsil dan matsil sama dengan sabah, sibih dan sabih di
dalam segi lafadz maupun maknanya.
Sedangkan secara terminology, amtsal adalah suatu ungkapan yang
dihikayatkan dan sudah populer dengan maksud menyerupakan keadaan yang
terdapat dalam perkataan itu dengan keadaan sesuatu yang karenanya perkataan
itu diucapkan. Maksudnya, menyerupakan sesuatu (seseorang atau keadaan)
dengan apa yang terkandung dalam perkataan. Misalnya,
(betapa banyak lemparan panah yang mengena tanpa sengaja).
Artinya, banyak pemanah yang mengenai sasaraan itu dilakukan pemanah
yang biasanya yang tidak tepat lemparannya. Menurut ahli sastra, amtsal adalah
ucapan yang banyak disebutkan yang telah biasa dikatakan orang dimaksudkan
untuk menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan orang dengan keadaan
sesuatu yang dituju. Misalnya, firman Allah dalam surat al-Hasyr ayat 2, yang
artinya ...itulah perumpamaan yang kami buat bagi manusia agar meraka
berpikir. Sedangkan menurut Ibnu Qayyim, amtsal adalah menyerupakan sesuatu
dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya dan mendekatkan sesuatu yang
abstrak (maqul) dengan indrawi (kongkret) atau mendekatakan salah satu dari
dua makhsus dengan yang lain dan menganggap salah satu satunya sebagai yang
2. al-musyabbah bih (asal cerita atau tempat menyamakan); yaitu sesuatu yang
dijadikan tempat menyamakan.
3. wajh al-syibh (segi atau arah persamaan), yaitu arah persamaan antara kedua
hal yang disamakan tersebut.
Seperti firman Allah dalam surat yunus ayat 24.
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan)
yang kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya.........
: kehidupan dunia.
Dalam kaidah balghah, matsal itu harus terdiri dari ketiga unsur itu. Begitu
juga dengan amtsal Al-quran. Tetapi, menurut hasil penelitian para penulis Alquran, amtsal Al-quran, baik yang berbentuk istiarah, tasybih maupun majaz
mursal, tidak selamanya harus ada musyabah bihnya sebagaimana yang berlaku
dalam amtsal menurut para ahli bahasa dan ilmu bayan. Sebagaimna amtsal Alquran yang disebutkan para pengarang ulumul Quran, ternyata mereka
merangkum ayat-ayat Al-quran yang mempersamakan keadaan sesuatu dengan
sesuatu yang lain, baik yang berbentuk istiarah, tasbih ataupun majaz mursal,
yang tidak ada kaitannya dengan dengan asal cerita.
Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. setiap kali kilat itu
menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap
menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya dia
melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah
berkuasa atas segala sesuatu (20).
Dalam ayat itu, Allah memberikan perumpamaan terhadap orang munafik
dengan dua perumpamaan, yaitu diumpamakan dengan api yang menyala dan
dengan air yang di dalamnya ada unsur kehidupan. Begitu pula Al-quran di
turunkan, pertama untuk menyinari hati dan keduanya untuk menghidupkannya.
Allah menyebutkan keadaaan orang munafik juga di dalam dua hal, mereka di
umpamakan menghidupkan api untuk menyinari dan memanfaatkannya agar
dapat berjalan dengan sinar api tadi. Tetapi sayang mereka tidak bisa
memanfaatkan api itu, karena Allah telah menghilangkan cahayanya, sehingga
masih tinggal panasnya saja yang akan membakar badan mereka, sebagaimana
mereka
tidak
menghiraukan
suara
Al-quran
dan
hanya
berpura-pura
membacanya saja. orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat dari
petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, Karena sifat-sifat kemunafikkan yang
bersemi dalam dada mereka. keadaan mereka digambarkan Allah seperti dalam
ayat tersebut di atas. Mereka walaupun pancaindera sehat, masih tetap di pandang
tuli, bisu dan buta karena tidak dapat menerima kebenaran.
Mengenai matsal mereka yang berkenaan dengan air, Allah menyerupakan
mereka dengan keadaan orang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita,
guruh dan kilat, sehingga terkoyaklah kekuatan orang itu dan meletakkan jarijemarinya untuk myumbat telinga serta memejamkan mata karena takut petir
menimpanya. keadaan orang-orang munafik itu, ketika mendengar ayat-ayat yang
mengandung peringatan, adalah seperti orang yang ditimpa hujan lebat dan petir.
mereka menyumbat telinganya Karena tidak sanggup mendengar peringatanperingatan Al Quran itu.
2. Amtsal Kaminah.
Amtsal kaminah adalah amtsal yang di dalamnya tidak disebutkan dengan
jelas lafazh tamtsilnya (pemisalan) tetapi ia menunjukkan makna-makna yang
indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh
tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya.
Sebenarnya, Al-quran sendiri tidak menjelaskan sebagai bentuk
perumpamaan terhadap makna tertentu, hanya saja isi kandungannya
menunjukkan salah satu bentuk perumpamaan. Intinya, amtsal ini merupakan
perumpamaan maknawi yang tersembunyi, bukan lafdhi yang tampak jelas.
Contoh, dalam surat al-Isra ayat 110.
Katakanlah: "Serulah Allah atau Serulah Ar-Rahman. dengan nama yang
mana saja kamu seru, dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang
terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua
itu".
Dalam ayat itu, secara jelas tidak ada perumpamaan, tetapi ayat itu
mengandung nilai keindahan. Maksudnya janganlah membaca ayat Al Quran
dalam shalat terlalu keras atau terlalu perlahan tetapi cukuplah sekedar dapat
5. Menghindarkan
orang
dari
perbuatan
yang
tercela
yang
dijadikan
Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasehat, lebih
kuat dalam memberikan peringatan dan dapat memuaskan hati. Misalnya surat azZumar ayat 27.