Anda di halaman 1dari 22

Diskusi Tentang Jual Beli Dalam

Islam

Oleh :
Dalil Perintah Jual Beli
Jual-beli merupakan salah satu kegiatan muamalah yang sering dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari.Dalam masalah jual-beli ini, Rasulullah pun telah
menjelaskan mengenai etika berdagang, menunjukkan mengenai mana jual-beli yang
diperbolehkan dan mana jual-beli yang tidak diperbolehkan. Sehingga antara penjual
ataupun pembeli tidak ada yang dirugikan.Karena unsur yang terpenting dalam jual-
beli adalah kerelaan antara kedua belah pihak, yaitu salah satu pihak tidak ada yang
rugi. Sehingga perlu kita mengetahui bagaimana etika dalam jual-beli yang
sebenarnya.
Menurut etimologi, jual-beli diartikan :

.
Arti : Pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Jual beli apapun pada asalnya adalah boleh kecuali ada dalil yang
mengharamkannya. Allah taala telah berfirman :





Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. [QS.
An-Nisaa : 29].
Dalil selanjutnya :

Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka


berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. [QS. Al-Baqarah : 275].

Dua ayat di atas berlaku umum untuk semua jenis jual beli, termasuk jual beli
secara kredit. Sampai ayat ini, para ulamamutabar tidak berbeda pendapat mengenai
jual beli kredit. Hal itu dikarenakan Rasulullah SAW pernah melakukan jual beli
dengan menunda waktu pembayaran sebagaimana terdapat dalam hadits :

Dari Aisyah RA : Bahwasannya Nabi SAW pernah membeli makanan


dari seorangYahudi dengan pembayaran tertunda dan menggadaikan
baju besinya sebagai boroh atau gadai [HR. Bukhari no. 2068, 2096,
2200, 2251, 2252, 2386, 2509, 2513, 2916, 4467; Muslim no. 1603; An-Nasai
no. 4609, 4650; Ibnu Majah no. 2436; dan Ahmad no. 23626, 24746, 25403,
25467].
(Dimuat : http://fauzanganteng1.blogspot.co.id/)
Syarat Jual Beli
1. Syarat jual beli menurut madzhab Hanafiyah
Dalam akad jual beli harus disempurnakan empat (4) syarat, yaitu:
A. Syarat Iniqad (dibolehkan oleh syari)
B. Syarat Nafadz (harus milik pribadi sepenuhnya)
C. Syarat Umum (terbebas dari cacat)
D. Syarat Luzum (Syarat yang membebaskan dari khiyar)

2. Syarat jual beli menurut madzhab Malikiyah


A.Malikiyah merumuskan 3 macam syarat jual beli, yaitu:
B.Aqid
C.Sighat
D.Obyek Jual Beli

3. Syarat jual beli menurut madzhab Syafiiyah


A. Syafiiyah merumuskan dua kelompok persyaratan jual beli, yaitu:
B. Ijab Qabul
C. Obyek Jual beli.
4. Menurut Madzhab Hanabilah
A.Madzhab Hanabilah merumuskan tiga kategori syarat jual beli, yaitu:
B.Aqid
C. Sighat
D. Obyek Jual Beli.

(Dimuat : http://adibahafrahnisa.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-rukun-syarat-dan-
macam-jual.html?m=1)
Rukun Jual Beli
Dalam menetapkan rukun jual beli diantara para ulama terjadi perbedaan.
Menurut Ulama Hanafiah, rukun jual beli adalah ijab Qabul yang menunjukkan
pertukaran barang secara ridha baik ucapan maupun perbuatan.

Menurut Jumhur Ulama ada empat rukun jual beli, yaitu:


Pihak penjual (Bai)
Pihak pembeli (mustari)
Ijab Qabul (Sighat)
Obyek jual beli (Maqus alaih)

(Dimuat : http://adibahafrahnisa.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-rukun-syarat- dan-


macam-jual.html?m=1)
Macam-macam Jual Beli
1. Ditinjau dari pertukaran (Wahbah Az-Zuhaili,Al-Fiqh al-Islami wa adillatuhu, 4/595
596) :
a. Jual beli salam (pesanan)
Jual beli salam adalah jual beli melalui pesanan yakni jual beli dengan cara
menyerahkan uang muka terlebih dahulu kemudian barang diantar belakangan.

b. Jual beli muqayyadah (barter)


Jual beli muqayyadah adalah jual beli dengan cara menukar barang dengan barang
seperti menukar baju dengan sepatu.

c. Jual beli muthlaq


Jual beli muthlaq adalah jual beli barang dengan sesuatu yang telah disepakati
sebagai alat tukar.

d. Jual beli alat tukar dengan alat tukar


Jual beli alat tukar dengan alat tukar adalah jual beli barang yang biasa dipakai
sebagai alat tukar dengan alat tukar lainnya seperti dinar dengan dirham.
2. Ditinjau dari hukum :

a. Jual beli Sah (halal)


Jual beli sah atau shahih adalah jual beli yang memenuhi ketentuan syariat. Hukumnya,
sesuatu yang diperjualbelikan menjadi milik yang melakukan akad.

b. Jual beli fasid (rusak)


Jual beli fasid adalah jual beli yang sesuai dengan ketentuan syariat pada asalnya tetapi
tidak sesuai dengan syariat pada sifatnya, seperti jual beli yang dilakukan oleh orang yang
mumayyiz tetapi bodoh sehingga menimbulkan pertentangan.

Menurut jumhur ulama fasid (rusak) dan batal (haram) memiliki arti yang sama. Adapun
menurut ulama Hanafiyah membagi hukum dan sifat jual beli menjadi sah, batal dan fasid
(rusak). (Wahbah Az-Zuhaili,Al-Fiqh al-Islami wa adillatuhu, 4/425)

Perbedaan pendapat antara jumhur ulama dan ulama hanafiyah berpangkal pada jual beli atau
akad yang tidak memenuhi ketentuan syara bedasarkan hadits Rasul.

Rasulullah Saw bersabda, Barangsiapa yang berbuat suatu amal yang tidak kami
perintahkan maka tertolak. Begitu pula barangsiapa yang memasukkan suatu perbuatan
kepada agama kita, maka tertolak. (HR Muslim)
Berdasarkan hadits di atas, jumhur ulama berpendapat bahwa akad atau jual beli yang
keluar dari ketentuan syara harus ditolak atau tidak dianggap, baik dalam hal muamalat
maupun ibadah.
Adapun menurut ulama Hanafiyah, dalam masalah muamalah terkadang ada suatu
kemaslahatan yang tidak ada ketentuannya dari syara sehingga tidak sesuai atau ada
kekurangan dengan ketentuan syariat. Akad seperti ini adalah rusak tetapi tidak batal.
Dengan kata lain, ada akad yang batal saja dan ada pula yang rusak saja.

c. Jual beli batal (haram)


Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah sebagai berikut :

1) Jual beli yang menjerumuskan ke dalam riba


- Jual beli dengan cara Inah
Rafi berkata, Jual beli secara inah berarti seseorang menjual barang kepada
orang lain dengan pembayaran bertempo, lalu barang itu diserahkan kepada pembeli,
kemudian penjual itu membeli kembali barangnya sebelum uangnya lunas dengan
harga lebih rendah dari harga pertama.
Sementara itu jika barang yang diperjualbelikan mengandung cacat ketika berada
di tangan pembeli, kemudian pembeli tersebut menjual lagi dengan harga yang lebih
rendah, hal ini boleh karena berkurangnya harga sesuai dengan berkurangnya nilai
barang tersebut. Transaksi ini tidak menyerupai riba.
- Jual beli dengan cara Tawarruq
Tawarruq artinya daun. Dalam hal ini adalah memperbanyak harta.
Jadi, tawarruq diartikan sebagai kegiatan memperbanyak uang. Contohnya adalah
apabila orang yang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan maksud
memperbanyak harta bukan karena ingin mendapatkan manfaat dari produknya.
Barang yang diperdagangkannya hanyalah sebagai perantara bukan menjadi tujuan.

- Jual beli sistem salam (ijon)


Bedanya dengan kredit, kalau salam, barangnya yang diakhirkan, uangnya di depan.

- Jual beli dengan menggabungkan dua penjualan (akad) dalam dan satu
transaksi
Contohnya penjual berkata, aku menjual barang ini kepadamu seharga 10 dinar
dengan tunai atau 20 dinar secara kredit.
Contoh lain, penjual berkata, Aku menjual rumahku kepadamu dengan syarat aku
memakai kendaraanmu selama 1 bulan.
- Jual beli secara paksa
Jual beli dengan paksaan dapat terjadi dengan 2 bentuk :
a) Ketika akad, yaitu adanya paksaan untuk melakukan akad. Jual beli ini adalah
rusak dan dianggap tidak sah
b) Karena dililit utang atau beban yang berat sehingga menjual apa saja yang dimiliki
dengan harga rendah

- Jual beli sesuatu yang tidak dimiliki dan menjual sesuatu yang sudah
dibeli dan belum diterima
Syarat sahnya jual beli adalah adanya penerimaan, maksudnya pembeli harus
benar-benar menerima barang yang akan dibeli. Sebelum dia menerima barang
tersebut maka tidak boleh dijual lagi.

2) Jual beli yang dilarang dalam Islam


- Jual beli yang dapat menjauhkan dari ibadah
Maksudnya adalah ketika waktunya ibadah, pedagang malah menyibukkan diri
dengan jual belinya sehingga mengakhirkan shalat berjamaah di masjid. Dia
kehilangan waktu shalat atau sengaja mengakhirkannya, maka jual beli yang
dilakukannya haram (dilarang).
Sebagian besar orang menyangka bahwa shalat dapat menyibukkan mereka dari mencari
rizki dan jual beli, padahal justru dengan shalat dan amal shalih-lah yang bisa
mendatangkan barakah dan rahmat Allah Swt.

- Menjual barang-barang yang diharamkan


Barang yang diharamkan Allah Swt maka diharamkan pula jual beli barang tersebut.

- Menjual sesuatu yang tidak dimiliki


Misal ada seorang pembeli mendatangi seorang pedagang untuk membeli
barang dagangan tertentu darinya sementara barang tersebut tidak ada pada pedagang
tersebut. Kemudian keduanya melakukan akad dan memperkirakan harganya, baik
dengan pembayaran tunai ataupun tempo dan barang tersebut masih belum ada pada
pedagang itu. Selanjutnya pedagang itu membeli barang yang diinginkan pembeli di
tempat lain lalu menyerahkannya kepada pembeli itu setelah keduanya ada
kesepakatan harga dan cara pembayarannya baik secara tunai atau tempo.
- Jual beli inah
Adalah apabila seseorang menjual suatu barang dagangan kepada orang lain
dengan pembayaran tempo (kredit) kemudian orang itu (si penjual) membeli kembali
barang itu secara tunai dengan harga lebih rendah.
Yang seharusnya kita lakukan ketika kita menjual barang secara tempo kepada
seseorang adalah hendaknya kita membiarkan orang tersebut memiliki atau menjual
barang itu kepada selain kita ketika dia membutuhkan uang dari hasil penjualan itu.

- Jual beli najasy


Adalah menawar suatu barang dagangan dengan menambah harga secara terbuka,
ketika datang seorang pembeli dia menawar lebih tinggi barang itu padahal dia tidak akan
membelinya.

- Melakukan penjualan atas penjualan orang lain


Misal ada seseorang mendatangi seorang pedagang untuk membeli suatu barang
dengan khiyar (untuk memilih, membatalkan atau meneruskan akad) selama 2 hari, 3
hari atau lebih.
Maka tidak dibolehkan kepada pedagang lain untuk mendatangi atau menawarkan
kepada pembeli dengan berkata, Tinggalkanlah barang yang sedang engkau beli dan saya
akan memberikan kepadamu barang yang sama yang lebih bagus dengan harga lebih
murah.
- Jual beli secara gharar (penipuan)
Adalah apabila seorang penjual menipu saudara semuslim dengan cara
menjual kepadanya barang dagangan yang di dalamnya terdapat cacat. Penjual itu
mengetahui adanya cacat tetapi tidak memberitahukannya kepada pembeli.
3. Ditinjau dari benda (objek), jual beli dibagi menjadi 3 macam
(Kifayatul Akhyar, Imam Taqiyuddin, hal. 329) :

a. Bendanya kelihatan
Ialah pada waktu melakukan akad jual beli, barang yang diperjualbelikan ada di
depan penjual dan pembeli. Contoh : membeli beras di toko atau pasar.

b. Sifat-sifat bendanya disebutkan dalam janji

Ialah jual beli salam (pesanan).Salam adalah jual beli yang tidak tunai. Salam
mempunyai arti meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga
tertentu.
Maksudnya ialah perjanjian yang penyerahan barang-barangnya ditangguhkan
hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika akad.
Dalam salam berlaku syarat jual beli dan tambahan :

i. Ketika melakukan akad salam, disebutkan sifat-sifatnya yang mungkin dijangkau oleh
pembeli, baik berupa barang yang dapat ditakar, ditimbang ataupun diukur.

ii. Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bisa mempertinggi dan
memperendah harga barang itu. Contoh, kalau kain, sebutkan jenis kainnya, kualitas
nomor 1, 2 atau tiga dan seterusnya. Pada intinya sebutkan semua identitasnya yang
dikenal oleh orang-orang yang ahli di bidang ini yang menyangkut kualitas barang
tersebut.

iii. Barang yang akan diserahkan hendaknya barang-barang yang biasa didapatkan di
pasar.

iv. Harga hendaknya ditentukan di tempat akad berlangsung. (Fiqh Islam, Sulaiman
Rasyid, 1985, hal. 178-179)
c. Bendanya tidak ada

Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli yang
dilarang dalam Islam karena bisa menimbulkan kerugian salah satu pihak.
Contoh, penjualan bawang merah dan wortel serta yang lainnya yang berada di dalam
tanah adalah batal sebab hal tersebut merupakan perbuatan gharar.
Sesungguhnya Nabi Saw melarang penjualan anggur sebelum hitam dan
dilarang penjualan biji-bijian sebelum mengeras.
4. Ditinjau dari subjek (pelaku)

a. Dengan lisan

b. Dengan perantara
Penyampaian akad jual beli melalui wakalah (utusan), perantara, tulisan atau surat
menyurat sama halnya dengan ucapan. Penjual dan pembeli tidak berhadapan dalam
satu majlis akad.

c. Dengan perbuatan (saling memberikan) atau dikenal dengan


istilah muathah
Yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ijab qabul secara lisan. Seperti
seseorang yang mengambil barang yang sudah dituliskan label harganya oleh
penjual, kemudian pembeli melakukan pembayaran kepada penjual.

Jual beli yang demikian dilakukan tanpa sighat ijab qabul antara penjual dan pembeli.
Sebagian Syafiiyah melarangnya karena ijab qabul adalah bagian dari rukun jual beli
tapi sebagian Syafiiyah lainnya, seperti Imam an-Nawawi membolehkan jual beli
barang kebutuhan sehari-hari dengan cara demikian.
5. Ditinjau dari harga

a. Jual beli yang menguntungkan (al-murabahah)

b. Jual beli yang tidak menguntungkan yaitu menjual dengan harga aslinya (at-
tauliyah)

c. Jual beli rugi (al-khasarah)

d. Jual beli al-musawah yaitu penjual menyembunyikan harga aslinya tetapi kedua
orang yang akad saling meridhai.
6. Ditinjau dari pembayaran

a. Al-Murabahah (Jual beli dengan pembayaran di muka)

b. Bai as-Salam (Jual beli dengan pembayaran tangguh)

c. Bai al-Istishna (Jual beli berdasarkan Pesanan)


Hikmah Jual Beli
Maha suci Allah dalam menjadikan setiap peraturan ciptaannya penuh denganhikmah,
begitu juga dengan pensyariatan jual beli ini. Di sini saya akannyatakan hikmah
pensyariatan jual beli dari 3 sudut yaitu:

A. Individu

Penjual:
Mendapat rahmat dan keberkataan daripada Allah dengan mengikut apa yang telah
disyariatkan
Dapat berniaga dengan aman tanpa berlakunya khianat mengkhianati antara satu
sama lain.

Pembeli:
Berpuas hati di atas urusniaga yang dijalankan kerana peniga menjalankan urusan
mengikut syariat islam.
Mendapat keredhaan dan rahmat dari Allah di atas vvvurusniaga yang
berlandaskan syariat Islam
Terhindar daripada siksaan api neraka
B. Masyarakat
Menyenangkan manusia bertukar-tukarfaedah harta dalam kehidupan seharian
Menghindarkan kejadian rampas merampas dan ceroboh mencerobohi dalam usaha
memiliki harta
Menggalakkan orang ramai supaya hidup berperaturan, bertimbang rasa, jujur dan
ikhlas.
Menata struktur kehidupan masyarakat yang menghargai hak milik orang lain.
Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan.

C. Negara
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara ke tahap yang lebih baik.
Dapat menarik pelabur asing untuk melabur dalam ekonomi negara.
Menggalakkan persaingan ekonomi yang sihat sesama negara islam

(Dimuat : http://www.trendilmu.com/2016/01/hikmah-jual-beli-dalam-islam.html)

Anda mungkin juga menyukai