Anda di halaman 1dari 8

Khutbah Pertama:

Ayyuhal ikhwah,

Tiap kali hati seorang muslim merenungi nash-nash syariat, maka akan ia dapati segala bentuk
motivasi yang dapat menyatukan hati kaum muslimin. Dan akan dia dapati pula larangan dari
segala hal yang dapat menyebabkan perpecahan di antara mereka. barangsiapa yang membaca
sejarah umat jahiliyah, mereka akan mendapati dengan jelas bagaimana Islam membina umat
tersebut. Mereka yang berpecah belah dan saling benci karena fanatik kabilah, mencati bersatu
dan berada dalam ikatan persaudaraan Islam.

Di antara benutk ibadah yang sangat dimotivasi syariat kita yang suci agar supaya diwujudkan
adalah menyambung kekerabatan. Atau silaturahim. Syariat mendudukan silaturahim pada
keadaan yang agung. Dan mereka yang mengamalkannya akan mendapatkan pahala yang besar.
Sebaliknya, mereka yang memutuskannya mendapat siksa yang pedih. Barangsiapa yang tidak
mengagungkan amalan ini dan tidak mengamalkannya, maka dengarlah firman Allah berikut
ini,

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil (QS:An-Nisaa |
Ayat: 36).

Atau firman Allah berikut:

Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (QS:An-Nisaa | Ayat: 1)

Atau firman Allah tentang penduduk surga:




dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan.
(QS:Ar-Rad | Ayat: 21).

Setelah mendengar ayat-ayat ini, bagaimana hari seseorang tidak bergetar? Orang yang beriman
akan merasa takut apabila berlaku tidak sempurna dalam ibadah ini. dan ia juga mendengar
Rasulullah bersabda,

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menyambung
silaturahim. (HR. al-Bukhari).

Karena sesungguhnya seorang mukmin, ketika dia mendengar harid ini ia akan merasa takut
apabila termasuk orang yang memutus silaturahim. Atau tidak sempurna dalam menunaikannya

Orang beriman yang mana yang akan meremehkan silaturahi, padahal ia mendengar sabda Nabi
dalam sebuah hadits muttafaq alaihi.

Barangsiapa yang suka untuk dilapangkan rezekinya dan diakhirkan usianya, hendaklah ia
menyambung silaturrahim. (Muttafaq alaih).

Makna dari diakhirkan usianya adalah ajalnya diakhirkan atau umurnya dipanjangkan.

Atau sabda Nabi yang lain,

Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: Barang siapa yang menyambungku, maka Allah
akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan
dengannya. (Muttafaqun alaihi).

Dalam hadits yang lain,

Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk dan setelah usai darinya maka rahim berdiri lalu
berkata: Ini adalah tempat orang berlindung dari pemutusan silaturramhi. Maka Allah berfirman:
Ya. Bukankah kamu merasa senang Aku akan menyambung hubungan dengan orang yang
menyambungmu dan memutuskan hubungan dengan orang memutuskan denganmu? Ia
menjawab: Ya. Allah berfirman: Demikian itu menjadi hakmu. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Lawan dari menyambung silaturahim adalah memutuskan silaturahim. Allah berfirman,

Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan? (QS:Muhammad | Ayat: 22).

Apa balasan mereka wahai Rabb?

Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan
dibutakan-Nya penglihatan mereka. (QS:Muhammad | Ayat: 23).

Bagaimana bisa seseorang berani memutuskan silaturahim, padahal ia mendengar firman Allah
tentang penduduk neraka?

Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-
apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-
orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk
(Jahannam). (QS:Ar-Rad | Ayat: 25).

Ibadallah,

Ada beberapa kesalah-pahaman terkait dengan silaturahim. Kita dapati orang-orang keliru dalam
memahami menyambung hubungan rahim dan hubungan kekerabatan.

Pertama: sebagian orang hanya menyambung hubungan dengan orang yang mau menyambung
hubungan dengan mereka. Ini adalah pemahaman keliru. Karena menyambung hubungan ini
terkait dengan hak Allah dan juga hak kerabat. Oleh karena itu, ketika kerabat tidak
menyambung hubungan dengan Anda, maka jangan Anda melakukan hal yang sama. Karena
Allah memiliki hak dalam ibadah ini.

Ada seseorang datang kepada Nabi , ia berkata,


!


Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung hubungan dengan mereka, akan
tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik kepada mereka, akan tetapi mereka berbuat
buruk terhadapku. Aku berlemah lembut kepada mereka, akan tetapi mereka kasar terhadapku,

Perhatikanlah sifat ini! betapa banyak orang yang memutus hubungan kekerabatannya! Atau
bertemu mereka tanpa senyum dan bermuka masam. Atau sifat-sifat lain yang merupakan sikap
memutus hubungan. Perhatikan sekali lagi pertanyaan orang yang datang kepada Nabi ,

Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung hubungan dengan mereka, akan
tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik kepada mereka, akan tetapi mereka berbuat
buruk terhadapku. Aku berlemah lembut kepada mereka, akan tetapi mereka kasar terhadapku,
maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Apabila engkau benar demikian, maka
seakan engkau menyuapi mereka pasir panas, dan Allah akan senantiasa tetap menjadi
penolongmu selama engkau berbuat demikan. (Muttafaq alaihi).

Memutus hubungan silaturahim bagaikan sakit dosanya bagaikan seseorang memakan pasir
panas. Bayangkan betapa menderitanya hal itu. Tidak ada sedikit pun kebaikan pada mereka.
Mereka mendapat dosa yang besar karena meremehkan hak Allah. Dan Allah timpakan siksa
pada mereka.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma bahwasanya abi
bersabda,

Seorang yang menyambung silahturahmi bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang
dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silahturahmi adalah orang
yang berusaha kembali menyambung silaturahmi setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak
lain. (HR. al-Bukhari).

Kedua: Membatasinya hanya pada seorang muslim saja.

Dalam ash-Shahihain teradapat sebuah hadits dari Asma binti Abu bakr radhiallahu anhuma.

Dari Asma binti Abu Bakr radliallahu anhuma, ia berkata; Ibuku menemuiku saat itu dia masih
musyrik pada zaman Rasulullah . Lalu aku meminta pendapat kepada Rasulullah . Aku
katakana, Ibuku sangat ingin (aku berbuat baik padanya), apakah aku harus menjalin hubungan
dengan ibuku? Beliau menjawab, Ya, sambunglah silaturrahim dengan ibumu. (HR. Bukhari,
Muslim, dan yang lainnya).

Juga dalam ash-Shahihain dari Amr bin al-Ash radhiallahu anhu, ia berkata, Aku mendengar
Rasulullah mengucapkan dengan jelas,

Sesungguhnya keluarga bapakku (yang tidak beriman) bukanlah wali-waliku, sesungguhnya


wali-waliku hanyalah Allah dan orang-orang shalih yang beriman, hanya saja mereka
mempunyai hak rahim yang akan aku berikan sebagaimana layaknya. (HR. al-Bukhari).

Beliau tetap menunaikan hak-hak kekerabatan kepada keluarga beliau yang non Islam.

Jika demikian, berarti syariat kita tetap menunutunkan agar kita menyambung hubungan
kekerabatan dengan keluarga kita yang non muslim. Lalu bagaimana kiranya dengan keluarga
yang muslim? Betapa besar keburukan yang dilakukan orang yang memutus hubungan dengan
keluarga yang muslim. Terlebih lagi memutus hubungan dengan kedua orang tua. Wal
iyadzubillah..

Ayyuhal muslimun,

Ada sebagian orang yang diberikan taufik, ia mencari segala cara untuk menyambung
silaturahmi. Ia mengerahkan segala kemungkinan untuk menempuh jalan tersebut. Di antara
wasilah yang menyebabkan tersambungnya silaturahim adalah:

Pertama: bagi mereka yang memiliki kelebihan harta. Lalu ingin berwasiat memberi sebagian
dari hartanya. Hendaknya dia memperhatikan kerabatnya. Perhatikan yang terdekat dan terdekat.
Anas bin Malik radhiallahu anhu berkata,

Abu Thalhah adalah seorang dari kaum Anshar yang paling banyak hartanya di kota Madinah
berupa kurma, dan harta yang paling ia cintai adalah Bairuha. Kebun tersebut berhadapan
dengan masjid. Nabi sering masuk ke dalamnya dan meminum dari airnya yang baik.

Anas yang meriwayatkan hadits ini berkata, ketika turun ayat { }


bangunlah Abu Thalhah menghadap Rasulullah dan berkata, Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Allah Taala berfirman { ( } Kalian tidak akan
mendapatkan kebaikan sehingga kalian menafkahkan dari apa yang kalian cintai), dan
sesungguhnya harta yang pling aku cintai adalah Bairuha, maka ia menjadi sedekah untuk
Allah. Aku berharap kebaikannya dan simpanan pahalanya di sisi Allah, maka letakkanlah wahai
Rasulullah dimana yang Allah beritahukan kepadamu. Lalu Rasulullah bersabda: Bakhkhin
(beruntung) itu adalah harta yang mendatangkan keuntungan. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Dari ummul mukminin Maimunah binti al-Harits radhiallahu anha, ia berkata,

Wahai Rasulullah, tahukah engkau bahwa aku memerdekakan budakku? Nabi bertanya,
Apakah engkau telah melaksanakannya? Ia menjawab, Ya. Nabi bersabda, Seandainya
engkau berikan budak itu kepada paman-pamanmu, maka itu akan lebih besar pahalanya. (HR.
al-Bukhari dan Muslim).

Kedua: membuat yayasan sosial.

Pembangunan yayasan sosial bisa dilakukan dengan kerja sama antar anggota keluarga. Yang
jelas harus ada langkah pertama walaupun hal itu kecil. Pembangunannya menghimpun pemuda
dan orang tua. dari sana berbagai lapisan masyarakat dapat mengambil manfaatnya. Dan yayasan
sosial itu akan terus berkembang dalam waktu yang tidak ditentukan. Tentu ini akan bermanfaat
untuk sesama dan ibadah yang agung kepada Allah Taala.

Ketiga: Membuat acara kumpul keluarga.

Acara kumpul keluarga ini bisa dilakukan sebulan sekali atau waktu-waktu yang disepakati
bersama lainnya. Para keluarga yang masih muda hendaknya menginisiasi hal ini. Merekalah
yang menyiapkan pertemuan keluarga tersebut. Karena biasanya orang yang sudah tua agak
malas melakukan inisiatif demikian. Dengan menjadi perantara dalam menyambung silaturahim,
tentu mereka telah menjadi pembuka pintu kebaikan yang besar.

Khutbah Kedua:

Ibadallah,

Dari ayat-ayat dan hadits-hadits yang disebutkan pada khotbah ini, kita mengetahui betapa
agungnya menyambung silaturahmi. Namun sayangnya, sebagian orang menjadi penggembira
untuk setan. Mereka memutus hubungan silaturahim. Maka didapati hubungan buruk antara
anggota keluarga.

Dimulai dari durhaka kepada kedua orang tua. Bisa jadi juga seorang ayah atau ibu menzalimi
anak-anak mereka. Mengutamakan yang satu dibanding yang lainnya. Hubungan buruk ini
terkadang memisahkan antara saudara kandung. Tidak jarang disebabkan permasalahan dunia
yang sepele. Yang sangat tidak sebanding dengan harga kekerabatan mereka.

Ibadallah,

Dan juga termasuk hal yang menyedihkan, sebagian menutup pintu untuk menyambung
hubungan kekerabatan. Di antara mereka saling mengirimkan ucapan yang menyakiti perasaan.
Berjumpa dengan wajah yang masam, tidak ada senyuman.

Wahai saudaraku,

Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar kecuali Dia, hal ini akan mereka sesali sejak
malam pertama di kubur. Kemudian mereka berandai-andai kalau saja dulu tidak berbuat
demikian. Mereka mencela diri mereka yang tergelincir dari jalan yang benar.

Teladanilah Nabi Yusuf, beliau mendapat perlakuan buruk dari saudara-saudaranya, namun
beliau tetap menyambung silaturahim. Beliau memaafkan saudara-saudaranya.

Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami, dan sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). Dia (Yusuf) berkata: Pada hari ini tak ada cercaan
terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang
diantara para penyayang. (QS:Yusuf | Ayat: 91-92).

Inilah seseorang yang berjiwa besar. Ketika Allah memberinya kedudukan yang tinggi dan
saudara-saudaranya berada dalam keadaan lemah, beliau tutup semua luka masa lalu. Tidak
sedikit pun beliau ungkit tentang kesalahan saudara-saudaranya terhadap dirinya.

Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan
diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: Wahai ayahku inilah tabir mimpiku yang
dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya
Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan
)ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan
antaraku dan saudara-saudaraku. (QS:Yusuf | Ayat: 100).

Beliau tidak nisbatkan perbuatan jahat itu kepada saudara-saudaranya, tapi beliau sebut itu ulah
setan. Dalam posisi berkuasa, jika beliau mau beliau mengatakan apa yang bisa dikatakan orang-
orang, dan melakukan apapun sebagai perhitungan. Namun beliau sama sekali tidak melakukan
hal itu. beliau telah dilempar ke sumur, dijual hingga menjadi budak, masuk penjara, dll. tapi
beliau maafkan.

, Allahu akbar! Inilah hati yang besar. Dan ini adalah petunjuk dari Allah

Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk
mereka. (QS:Al-Anam | Ayat: 90).

memperbaiki hubungan kekerabatan kita, menyambung hubungan yang Semoga Allah


terputus, dan melembutkan hati di antara kita.

:







(( :


] : [




)) .






.















.

.








.
.


.






.
.
.

:
.

Anda mungkin juga menyukai