Prinsip-prinsip Ekonomi
Ilmu ekonomi lahir sebagai sebuah disiplin ilmiah setelah berpisahnya
aktifitas produksi dan konsumsi. Ekonomi merupakan aktifitas yang boleh dikatakan
sama halnya dengan keberadaan manusia di muka bumi ini, sehingga kemudian
timbul motif ekonomi, yaitu keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.Prinsip ekonomi adalah langkah yang dilakukan manusia dalam memenuhi
kebutuhannya dengan pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Konsep Ekonomi Islam
Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua pandangan yang ekstrim
(kapitalis dan komunis) dan mencoba untuk membentuk keseimbangan di antara
keduanya (kebendaan dan rohaniah). Keberhasilan sistem ekonomi Islam tergantung
kepada sejauh mana penyesuaian yang dapat dilakukan di antara keperluan
kebendaan dan keperluan rohani / etika yang diperlukan manusia.
Tiga Asas Sistem Ekonomi Islam
Dengan melakukan istiqra` (penelahaan induktif) terhadap hukum-hukum
syara’ yang menyangkut masalah ekonomi, akan dapat disimpulkan bahwa Sistem
Ekonomi (an-nizham al-iqtishady) dalam Islam mencakup pembahasan yang
menjelaskan bagaimana memperoleh harta kekayaan (barang dan jasa), bagaimana
mengelola (mengkonsumsi dan mengembangkan) harta tersebut, serta bagaimana
mendistribusikan kekayaan yang ada.
asas-asas yang membangun sistem ekonomi Islam terdiri dari atas tiga asas, yakni :
(1) bagaimana harta diperoleh yakni menyangkut kepemilikan (al-milkiyah),
(2) bagaimana pengelolaan kepemilikan harta (tasharruf fil milkiyah), serta
(3) bagaimana distribusi kekayaan di tengah masyarakat
Makna Kepemilikan
Kepemilikan (property), dari segi kepemilikan itu sendiri, pada hakikatnya
merupakan milik Allah SWT, dimana Allah SWT adalah Pemilik kepemilikan
tersebut sekaligus juga Allahlah sebagai Dzat Yang memiliki kekayaan. Dalam hal ini
Allah SWT berfirman :
“Dan berikanlah kepada mereka, harta (milik) Allah yang telah Dia berikan kepada
kalian.” (QS. An-Nuur : 33)
1) Kepemilikan Individu (private property)
Kepemilikan individu adalah ketetapan hukum syara’ yang berlaku bagi zat
ataupun manfaat (jasa) tertentu, yang memungkinkan siapa saja yang
mendapatkannya untuk memanfaatkan barang tersebut, serta memperoleh kompensasi
dari barang tersebut (jika barangnya diambil kegunaannya oleh orang lain seperti
disewa, ataupun karena dikonsumsi untuk dihabiskan zatnya seperti dibeli).
2). Kepemilikan Umum (collective property)
Kepemilikan umum adalah izin As-Syari’ kepada suatu komunitas untuk
sama-sama memanfaatkan benda. Benda-benda yang termasuk dalam kategori
kepemilikan umum adalah benda-benda yang telah dinyatakan oleh Allah SWT dan
Rasulullah saw bahwa benda-benda tersebut untuk suatu komunitas dimana mereka
masing-masing saling membutuhkan.
3). Kepemilikan Negara (state properti)
Harta-harta yang terrnasuk milik negara adalah harta yang merupakan hak
seluruh kaum muslimin yang pengelolaannya menjadi wewenang negara, dimana
negara dapat memberikan kepada sebagian warga negara, sesuai dengan
kebijakannya. Makna pengelolaan oleh negara ini adalah adanya kekuasaan yang
dimiliki negara untuk mengelolanya semisal harta fai’, kharaj, jizyah dan sebagainya.
Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam
Prinsip Ekonomi Islam:Tauhid dan persaudaraan; Bekerja dan produktivitas;
Distribusi kekayaan yang adil.
Tujuan Ekonomi Islam adalah: Pemenuhan kebutuhan dasar manusia, meliputi
pangan: 1) sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan. 2) Memastikan kesetaraan
kesempatan untuk semua orang. 3) Mencegah terjadinya pemusatan kekayaan dan
meminimalkan ketimpangan distribusi pendapatan dan kekayaan, 4) Memastikan
kepada setiap orang kebebasan untuk mematuhi nilai-nilai moral, 5) Memastikan
stabilitas dan pertumbuhan ekonomi
Kebijakan dasar dan Azas-azas Ekonomi Islam
Kebijakan dasar dalam sistem ekonomi Islam: Larangan riba (abolition of
riba); Penerapan mudharabah dalam perekonomian; Pelarangan israf (konsumsi yang
berlebihan); Kehadiran institusi zakat dalam mengatur distribusi kekayaan di
kalangan masyarakat.
Azas-azas yang mendasari perekonomian Islam: Asas suka sama suka, yaitu
kerelaan yang sebenarnya, bukan kerelaan yang sifatnya semu dan seketika; Asas
keadilan, yaitu keseimbangan atau kesetaraan antar ndividu atau komunitas; Asas
saling menguntungkan dan tidak ada pihak yang dirugikan; Asas tolong menolong
dan saling membantu serta dilarang untuk adanya pemerasan dan eksploitasi
1
2.
Allah ada banyak hikmahnya bagi kepentingan kehidupan manusia, baik dalam
kehidupan individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Larangan praktek riba dan bunga sudah jelas, lugas dan tegas, sehingga
seyogianya kita posisikan sebagai sesuatu yang sudah tuntas. Antara riba dan bunga
adalah sama dan sebangun, dan oleh karena itu hukumnya haram. Indikator mengapa
riba dan bunga dilarang dan diharamkan oleh Allah, karena terdapat unsur-unsur
ketidak adilan, saling menzalimi, eksploitatif, merugikan salah satu pihak dan
terkonsentrasinya modal pada kelompok orang-orang tertentu saja (yang kaya).
Indikator-indikator tersebut dapat kita pahami dari konteks ayat “ ل تظلمون ول تظلمون
“ Dampak negatif yang ditujukkannya adalah dampak sosial, moral dan material,
baik kepada salah satu pihak dan atau kedua belah pihak. Sehingga itu sistem
pendekatan Al-Qur’an dalam pelarangan riba sama dengan sistem dalam pelarangan
judi dan khamar, karena memang juga keduanya sudah mengakar dan melembaga
dalam kehidupan masyarakat, yang akibat-akibatnya telah banyak menimbulkan
kegoncangan sosial, kerusakan moral dan kerugian material.