Anda di halaman 1dari 12

Penimbunan Harga Masker Pasca Virus

Corona (COVID-19)

KELOMPOK 1

DISUSUN OLEH :

RINA DESTY RIANA 14311392


MILA NUR KAMILA 18311090
NAJAH SHUFI ADZQIAUS S. 18311259
BIANCA FRI AMALIA 18311324
CEYCIL FARADILA 18311404
KIKI CANDRA MAHENDRA 18311472

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2020
I. PENDAHULUAN
Akhir Desember 2019 dunia dihebohkan dengan adanya wabah virus
baru. Konon virus ini awal penyebarannya berada di Kota Wuhan, China.
Beberapa ahli kesehatan bahkan menyebutkan bahwa wabah virus ini
disebabkan oleh hewan, yaitu kelelawar. Virus itu bernama Corona (COVID-
19).
Penyebarannya pun hingga kini sangat meluas ke beberapa negara,
seperti : Italia, Spanyol, Singapura, Malaysia, Korea, Jepang, Uni Emirat
Arab, dan di bulan ini virus corona telah menyebar di Indonesia. Virus
corona ini sudah tidak hanya menghebohkan beberapa negara lagi tetapi juga
sudah menghebohkan seisi dunia. Angka kematian kasus akibat infeksi virus
corona ini sudah mencapai lebih dari 3000 jiwa.
Virus yang telah masuk ke Indonesia ini membuat masyarakat panik
dan kelabakan untuk mencari barang barang sebagai pelindung diri dari virus
corona ini seperti masker, hand sanitizer atau pembersih tangan, dan
sebagainya. Kelangkaan produk produk ini terjadi saat hari pertama
dinyatakan virus corona telah masuk di Indonesia. Semua masyarakat
Indonesia mulai memborong habis produk produk ini. Kelangkaan ini malah
dimanfaatkan oleh beberapa pedagang atau penjual untuk menaikan harga
barang barang ini dengan harga yang sangat fantastis.
Pada kasus disini akan dibahas mengenai melonjaknya harga masker
di Indonesia. Biasanya masker ini mudah ditemukan seperti di apotek
minimarket, maupun warung warung kecil.Pada awal masuknya virus ini di
Indonesia awal bulan lalu, pihak yang menjual via online pun menaikkan
harga masker per kotak pada kisaran harga Rp. 500.000 sampai Rp.
1.000.000. Padahal harga masker ini biasanya hanya dijual sekiitar Rp
20.000 sampai Rp 40.000. Situasi tersebut membuat masyarakat sulit
mendapatkan masker di tengah penyebaran virus corona ini. Hal seperti ini
tidak diperbolehkan dalam agama islam. Islam mempunyai hukum jual beli
yang akan dibahas lebih lanjut di makalah ini.
II. LANDASAN TEORI
1) Pengertian Muamalah dan Fiqh Muamalah
Muamalah secara etimologi sama dan bermakna dengan al-mufa’alah
yaitu saling berbuat, bertindak, atau mengamalkan
Secara terminologi, pengertian muamalah dalam arti luas yaitu
aturan-aturan (hukum-hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam
kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial. Muamalah dalam
arti sempit yaitu semua akad yang membolehkan manusia saling menukar
manfaatnya dengan cara dan aturan yang telah ditentukan allah dan manusia
wajib mentaati-Nya.
Secara Fiqh secara bahasa adalah pemahaman yang mutlak, baik
secara jelas maupun secara tersembunyi. Fiqh dibagi menjadi 4 :

 Ibadat : pengabdian seorang muslim terhadap Allah


 Muamalat : Peraturan agama untuk menjaga hak milik manusia
dalam tukar menukar barang atau seuatu yang memberi man!aat
dengan cara yang ditentukan agama
 Munakahat : undang undang perkawinan atau akad yang
menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki dan perempuan yang
bukan mahramnya untuk mendapatkan kebahagiaan rumah tangga dan
menyelesaikan pertikaian yang mungkin teradi antara keduanya.
 Jinayat  : perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan
dapat menimbulkan hukuman demi untuk menjaga harta, jiwa serta
hak azasi manusia

Pengertian Fiqh Muamalah, yaitu “hukum-hukum yang berkaitan dengan


tindakan manusia dalam persoalan-persoalan keduniaan, misalnya dalam
persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan sewa menyewa.”

Pembagian Fiqh Muamalah


A. Al-Muamalah al-Madiyah, yaitu muamalah yang mengkaji objeknya,
sehingga sebagian ulama berpendapat bahwa muamalah al-madiyah ialah
muamalah bersifat kebendaan karena objek fiqh muamalah adalah benda
halal,haram,dan syubhat untuk diperjualbelikan, benda benda yang
memudaratkan, dan mendatangkan kemasalahatan bagi manusia serta segi-
segi lainnya.
B. Al-Muamalah al-Adabiyah, yaitu muamalah yang ditinjau dari segi cara
tukar menukar benda yang bersumber dari pancaindra manusia, yang unsur
penegaknya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban, misalnya jujur,
hasud, dengki, dan dendam.

Ruang Lingkup Fiqh Muamalah


A. Ruang lingkup pembahasan muamalah Madiyah ialah masalah jual beli
(al-ba’i/al-tijarah), gadai (al-rahn), jaminan dan tanggungan (kafalah dan
dhaman), pemindahan utang (al-hiwalah), jatuh bangkrut (taflis),dsb.
maupun masalah kontemporer seperti masalah bunga bank, asuransi
kredit, dan masalah-masalah baru lainnya.
B. Ruang lingkup muamalah yang bersifat adabiyah ialah ijab kabul, saling
meridai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan
kewajiban,kejujuran pedagang,penipuan,pemalsuan, dan salah satunya
masalah yang akan kita diskusikan yaitu penimbunan (iktikar), dan segala
sesuatu yang berusmber dari indra manusia yang ada kaitannya dengan
perederan harta dalam hidup bermasyarakat.

2) Pengertian Jual Beli


Jual Beli secara bahasa berarti “menukar sesuatu dengan sesuatu yang
lain” sedangkan secara istilah jual beli pertukaran harta dengan harta
atas dasar saling merelakan dan memindahkan milik dengan ganti
yang dapat dibenarkan.

Dasar Hukum Jual Beli


Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat
manusia mempunyai landasan yang kuat dalam al quran dan sunnah
rasulullah saw. Beberapa ayat alquran dan sunnah tentang jual beli.
Qs al-baqarah ayat 275,198, Qs an-nisa ayat 29

Hukum Jual Beli


Dari kandungan al-quran dan sabda rasul di atas, para ulama fiqh
mengatakan bahwa hukum dari asal dari jual beli yaitu mubah (boleh).
Akan tetapi, pada situasi-situasi tertentu hukumnya boleh menjadi wajib
atau haram pada kasus-kasus tertentu.
Contohnya pada kasus yang kita bahas ini mengenai praktik iktikar
(penimbunan barang sehingga stok hilang dari pasar dan harga melonjak
naik). Apabila seseorang melakukan iktikar dan mengakibatkan
melonjaknya harga barang yang ditimbun atau disimpan, maka pihak
pemerintah boleh memaksa pedagang untuk menjual barannya sesuai
dengan harga sebelum terjadi pelonjakan harga. Sehingga disini
pemerintah dapat ikut campur apabila sudah terjadi masalah.

Bentuk Jual Beli Yang Dilarang


1. Jual Beli karena tidak memenuhi syarat dan rukun, seperti menjual
barang najis atau haram seperti babi, khamr, bangkai,dll.
2. Jual Beli barang rampasan atau curian, jika si pembeli telah tahu
bahwa itu barang rampasan, maka keduannya telah bekerjasama dalam
perbuatan dosa.
3. Membeli barang dengan memborong untuk ditimbun, kemudian akan
dijual ketika harga naik karena kelangkaan barang tersebut. Jual beli
ini dilarang karena menyiksa pihak pembeli disebabkan mereka tidak
memperoleh barang keperluannya saat harga masih standar. Rasulullah
SAW bersabda : “tidak ada orang yang menahan barang kecuali orang
yang berbuat salah”. (HR Muslim)

3) Ihtikar
Pengertian
Monopoli atau ihtikar artinya menimbun barang agar yang
beredar di masyarakat berkurang, lalu harganya naik. Yang menimbun
memperoleh keuntungan besar, sedang masyarakat dirugikan. Upaya
penimbunan barang dagangan untuk menunggu melonjaknya harga.
pengertian monopoli sebagai perbuatan menahan barang agar
tidak beredar dipasar dengan harapan harganya bisa naik. Akan
semakin besar dosa orang yang melakukannya jika praktik monopoli
itu dilakukan secara kolektif (berjama’ah) di mana para pedagang
barang-barang jenis tertentu bersekutu untuk menguasainya. Demikian
pula seorang pedagang yang melakukan monopoli satu jenis
komoditas tertentu dengan maksud untuk meraih keuntungan bagi
dirinya sendiri dengan jalan mengusai pasar sesuai keinginan- nya.
Dalam sistem perekonomian Islam yang diutamakan adalah
untuk mencapai keuntungan social (kolektif) sebanyak-banyaknya.
Dengan demikian praktik monopoli, para konsumen, para pekerja
miskin (pengusaha lemah), dan masyarakat secara keseluruhan akan
menjadi korban, karena tidak adanya keseimbangan antara
kepentingan pribadi dan sosial, antara milik pribadi dan sosial.

Jenis Produk Ihtikar


Ulama Mazhab Maliki, sebagian ulama Mazhab Hanbali,
Imam Abu Yusuf dan Ibnu Abidin (keduanya ahli fikih Mazhab
Hanafi) menyatakan bahwa larangan ihtikar tidak terbatas pada
makanan, pakaian, dan hewan, tetapi meliputi seluruh produk yang
dibutuhkan masyarakat. Oleh sebab itu, kemudaratan yang menimpa
orang banyak itu tidak terbatas pada makanan, pakaian dan hewan,
tetapi mencakup seluruh produk yang dibutuhkan orang.

Dasar Hukum
Dasar hukum pelarangan ihtikar, yang dikemukakan ulama fikih
yang tidak membolehkannya, adalah hasil induksi dari nilai-nilai universal
yang dikandung Al-Qur’an yang menyatakan bahwa setiap perbuatannya,
termasuk didalamnya ihtikar, diharamkan. Di antara ayat-ayat tersebut
adalah firman Allah SWT dalam surah al-Maidah ayat 2 :
“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Al- lah Amat berat siksa-
Nya”.
Dalam sunah Rasulullah SAW juga banyak dijumpai hadis
yang tidak membenarkan perbuatan ihtikar. Diantaranya : “siapa
yang merusak harga pasar, sehingga harga tersebut melonjak tajam,
maka Allah akan menempatkannya didalam api neraka pada hari
kiamat” (HR. at-Tabrani dari Ma’qil bin yasar). kemudian sabda
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu
Hurairah yang mengatakan: “ siapa yang melakukan penimbunan
barang dengan tujuan merusak harga pasar, sehingga harga naik
secara tajam, maka ia telah berbuat salah.”

Hukum Ihtikar
Berdasarkan Al-Qur’an dan sunah rasulullah SAW diatas, ulama
sepakat menyatakan bahwa ihtikar tergolong dalam perbuatan yang dilarang
(haram). Seluruh ulama sepakat menyatakan bahwa melakukan ihtikar itu
hukumnya haram. Meskipun terjadi perbedaan pendapat tentang cara
menetapkan hukum tersebut, sesuai dengan sistem pemahaman hukum yang
dimiliki mazhab masing-masing. Perbedaan pendapat tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Mazhab syafi’I, Hanbali, Maliki, Zaidiah, dan az-Zahiri. :
Menurut mereka, melakukan ihtikar hukumnya haram. Alasan yang mereka
kemukakan adalah ayat dan hadis yang telah disebutkan diatas.

Campur tangan pemerintah dalam penetapan harga

Pihak pemerintah seharusnya sejak semula telah mengantisipasi agar tidak


terjadi ihtikar dalam setiap komoditas, manfaat dan jasa yang sangat
dibutuhkan masyarakat. Untuk itu pihak pemerintah sebaiknya melakukan
penetapan harga yang adil pada setiap komoditas yang menyangkut kebutuhan
orang banyak. Harga yang adil itu menurut zumhur ulama, adalah dengan
mempertimbangkan modal dan keuntungan bagi pedagang serta tidak terlalu
memberatkan masyarakat.

III. DISKUSI

Pada kasus ini, akan dibahas mengenai harga masker yang melonjak tinggi
akibat virus corona. Karena hal ini masyarakat menjadi harus menggunakan masker
untuk menjaga dirinya/terhindar dari virus tersebut oleh sebab itu permintaan
terhadap masker menjadi meningkat dan menyebabkan kelangkaan. Kelangkaan ini
malah dimanfaatkan oleh beberapa pedagang atau penjual yang curang yang telah
menimbun barang tersebut dan dijual kembali dengan harga yang sangat tinggi
diatas harga pasarnya.

Hubungan kasus ini dengan fiqh muamalah adalah mengenai ketaatan pada
hukum hukum atau aturan aturan yang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Banyak
penjual atau produsen yang tidak mengikuti fiqh muamalah dan melakukan
kecurangan kecurangan dalam kasus ini. Mereka sama saja mengambil kesempatan
dalam kesempitan jika seperti ini.

Fiqh muamalah dibagi menjadi dua yaitu Al-Muamalah al-madiyah dan Al-
Muamalah al-adabiyah. Jika dikaitkan untuk Al-Muamalah al-madiyah dan Al-
Muamalah al-adabiyah perbuatan ini jelas salah karena mendatangkan kerugian bagi
umat manusia yang sedang membutuhkan barang ini.

Menurut pandangan islam atau fiqh muamalah hukum Jual beli sebagai sarana
tolong menolong antara sesama umat manusia mempunyai landasan yang kuat dalam
al quran dan sunnah rasulullah saw. Beberapa ayat alquran dan sunnah tentang jual
beli. Qs al-baqarah ayat 275,198, Qs an-nisa ayat 29. Tetapi dalam kasus ini
bukannya kegiatan jual beli tersebut menolong sesama manusia tetapi tidak
membuat kemaslahatan karena banyak masyarakat khususnya masyarakat yang
kurang mampu akan sulit untuk membeli barang tersebut karena ulah para penjual
yang curang tersebut.

Untuk ruang lingkup fiqih muamalah juga dibagi menjadi dua sifat yaitu
muamalah madiyah dan adabiyah. Pada kali ini akan lebih dibahas sifat adabiyah
karena kasus ini melakukan iktikar. Iktikar artinya menimbun memperoleh
keuntungan besar, sedang masyarakat dirugikan. Hal ini lah yang telah dilakukan
oleh banyak penjual yaitu dengan menimbun stok masker dan menjualnya dengan
harga yang sangat tinggi. Dalam islam sudah ditentukan aturan aturan dan dasar
hukum jual beli yang dimana seharusnya hal ini dipatuhi demi kebaikan bersama.
Dasar hukum dari jual beli ini bisa dilihat dari Qs al-baqarah ayat 275,198, Qs an-
nisa ayat 29.

ۗ ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَأْ ُكلُوْ نَ ال ِّر ٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َكما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَ َخبَّطُهُ ال َّشي ْٰطنُ ِمنَ ْالم‬
‫ ُل‬I‫ ُع ِم ْث‬I‫ا ْالبَ ْي‬II‫الُ ْٓوا اِنَّ َم‬IIَ‫سِّ ٰذلِكَ بِاَنَّهُ ْم ق‬ َ َ
‫ا َد‬Iَ‫ ر ٗ ُٓه اِلَى هّٰللا ِ ۗ َو َم ْن ع‬I‫فَ َواَ ْم‬ ۗ I‫وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰب‬
ۗ َ‫ل‬I‫ا َس‬I‫هٗ َم‬IIَ‫ا ْنت َٰهى فَل‬Iَ‫ةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه ف‬Iَ‫ ۤا َء ٗه َموْ ِعظ‬I‫وا فَ َم ْن َج‬ ۘ ‫ال ِّر ٰب‬
ٰۤ
َ‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬ ِ َّ‫كَ اَصْ ٰحبُ الن‬Iِ‫فَاُول ِٕٕى‬

Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata
bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia
berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya.(QS. Al-Baqarah: 275)

ۖ ‫ َر ِام‬I‫ َع ِر ْال َح‬I‫ َد ْال َم ْش‬I‫اذ ُكرُوا هّٰللا َ ِع ْن‬I


ْ Iَ‫ت ف‬ ْ َ‫ا ِ َذٓا اَف‬Iَ‫اًل ِّم ْن َّربِّ ُك ْم ۗ ف‬I‫ض‬
ٍ ‫ا‬IIَ‫تُ ْم ِّم ْن َع َرف‬I ‫ض‬ ْ َ‫وْ ا ف‬II‫ا ٌح اَ ْن تَ ْبتَ ُغ‬IIَ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجن‬
َ ‫لَي‬
َ‫َو ْاذ ُكرُوْ هُ َك َما ه َٰدى ُك ْم ۚ َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ِّم ْن قَ ْبلِ ٖه لَ ِمنَ الض َّۤالِّ ْين‬

Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu. Maka apabila kamu
bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berzikirlah
kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu, sekalipun
sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang yang tidak tahu.(QS. Al-Baqarah:
198)

‫ ُك ْم إِ َّن‬I ‫وا أَنفُ َس‬I


ْ Iُ‫اض ِّمن ُك ْم َوالَ تَ ْقتُل‬ ْ ُ‫وا الَ تَأْ ُكل‬
ٍ ‫وا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل إِالَّ أَن تَ ُكونَ تِ َجا َرةً عَن تَ َر‬ ْ ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬
‫هّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS An-Nisâ’ [4]: 29).
Untuk pemerintah sudah seharusnya turun tangan dalam kasus ini. Karena
kasus ini membuat masyarakat indonesia kelabakan dan menjadi kebingungan dalam
membeli masker. Dimana masyarakat seharusnya lebih dimudahkan dan dibantu
oleh pemerintah. Tetapi tangan tangan nakal para produsen atau penjual
membuatnya semakin tidak dapat terkendali.

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Rekomendasi dan solusi yang kelompok kami berikan sebagai berikut :

Apa alasan utama harga suatu produk mahal? Pastinya permintaan


atas suatu barang tersebut tinggi akan tetapi persediaan sedikit, maka dari itu
kita hubungkan dengan penimbunan masker ini merupakan perilaku manusia
yang mengambil keuntungan dimana ada peluang di dalamnya, seperti disaat
wabah virus menyebar sedangkan masyarakat membutuhkannya, disitulah
para pelaku mulai menyimpan dan menimbun masker disaat masih belum
dibutuhkan tetapi sebentar lagi mereka tahu bakal ada lonjakan permintaan
yang besar. Sehingga masker semakin langka dan dapat dijual dengan harga
mahal, tetapi masker tersebut laku saja karena desakan kondisi yang terjadi.

Lalu kami menganilasis beberapa faktor yang harus dibenahi,


khususnya di indonesia, antara lain :

1. Informasi dan pers


Kenapa informasi dan pers penting, karena pers merupakan salah satu
media untuk menyebarkan informasi yang terkini dan aktual kepada
masyarakat khususnya kasus virus corona sendiri. Dengan adanya
informasi yang terupdate dari pemerintah, sehingga masyarakat tahu
bagaimana upaya dan pencegahan virus corona ini terjadi, maka
masyarakat dapat antisipasi serta apa yang harus dipersiapkan dan
dilakukan sebelum virus ini menyebar di indonesia. Tetapi nyatanya
indonesia ini terlalu menyepelekan kondisi yang terjadi, sehingga terjadi
kelalaian yang mengakibatkan masyarakat kebingungan setelah virus
menyebar di indonesia dan memakan banyak korban.
2. Distribusi
Distribusi disini berkaitan dengan kekuatan dan kebijakan pemerintah
dalam mengatur produksi hingga distribusi masker, misalnya pemerintah
menargetkan 1 hari minimal dapat memproduksi 50jt masker untuk
dibagikan kepada masyarakat, 60% untuk tenaga medis/rumah sakit, 40%
untuk warga sipil, sehingga kontrol pemerintah disini penting dalam
proses distribusi masker yang akan meminimalisir terjadinya monopoli
atau penimbunan masker pada suatu kelompok atau individu.
3. Pemerintah
Disini pemerintah harus merespon cepat atas kejadian virus corona,
sehingga diharapkan meminimalisir dampak negatif dari virus ini. karena
pemerintah terkesan seperti menyepelekan sebelum virus ini menyebar di
indonesia, Apalagi di indonesia terdapat banyak sekali jumlah
penduduknya, sehingga respon dan antisipasi cepat perlu dilakukan.
Misal seperti lockdown, social distancing, work from home, dsb. Serta
pemerintah kurang siap atas lonjakan kasus kematian dan postif corona,
sehingga fasilitas dan alat dalam pencegahan masih kurang dan belum di
distribusi dengan rata contohnya thermal gun, maupun survei deteksi
virus di setiap wilayah indonesia.

4. Kesadaran masyarakat
Dengan respon dan antisipasi yang cepat dari pemerintah tanpa
didukung kesadaran masyarakat maka hasilnya akan sia-sia. Maka dari
itu kesadaran masyarakat indonesia saat ini perlu ditingkatkan apalagi
indonesia saat ini merupakan negara dengan tingkat kematian tertinggi di
dunia. Sehingga pemerintah sudah mengeluarkan sebuah aturan bagi
masyarakat agar melakukan social distancing dan work from home, yang
seharusnya ditaati agar penyebaran virus tidak semakin parah, tetapi
kesadaran orang masih kurang seperti banyaknya masyarakat yang
menganggap hal ini sepele dan masih banyaknya masyarakat yang ber-
aktifitas tanpa menghiraukan aturan yang diterpakan yang
mengakibatkan kasus suspect corona maupun kematian di indonesia
sangat tinggi. Dan apalagi MUI sudah mengeluarkan fatwa terhadap
kegiatan peribadahan seperti solat jumat dan fardu di masjid berjamaah
mulai diperingatkan untuk tidak melakukannya, akan tetapi masyarakat
indonesia yang terlalu semangat dalam agama tanpa didukung dengan
ilmu secara bersamaan akan juga menyepelekan, dan berkata bahwa
“hidup dan mati itu ditangan allah”. Hal tersebut yang akan terus
meningkatkan penularan virus corona, apabila kesaran masih kurang.

V. DAFTAR PUSTAKA
https://islam.nu.or.id/post/read/117580/haram-memborong-masker-di-
pasaran-untuk-dijual-dengan-harga-tinggi.

Prof. Ghazaly, AR., Drs. Ghufron, I., & Drs. Shidiq, S. 2010. FIQH
MUAMALAT. Jakarta : Prenada Media Group.

Syarqawie, F. 2014. FIKIH MUAMALAH. Banjarmasin : IAIN ANTASARI


PRESS. Aswaja Pressindo.

https://www.teropongsenayan.com/110002-harga-masker-naik-20-kali-lipat-
polisi-akan-tindak-penimbun

Anda mungkin juga menyukai