Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MARAKNYA KASUS PENIMBUNAN BARANG DI SAAT

MEWABAHNYA VIRUS CORONA

Untuk memenuhi tugas matakuliah Hukum Islam yang diampu oleh

Bapak Mishbahul Munir, S.H., M.Hum

Disusun oleh:

R. Bagus Aulya Rakhmatullah (190111100337)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

MARET 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah
dengan judul Maraknya Kasus Penimbunan Barang di Saat Mewabahnya
Virus Corona.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas matakuliah Hukum Islam dan
untuk memberikan penjelasan tentang maraknya kasus penimbunan barang saat
ini.

Makalah ini ditulis dengan bantuan berbagai pihak, untuk itu saya
mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada pihak yang telah
membantu, khususnya kepada:

1. Bapak Mishbahul Munir, S.H., M.Hum. selaku dosen pengampu dari


matakuliah Hukum Islam;

2. Dan teman-teman semua yang telah membantu

Terlepas dari itu semua, saya menyadari bahwasannya masih banyak


kekurangan yang ada di dalam makalah ini, baik dari susunan, kalimat atau
bahasanya. Karena hal tersebut, saya menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun agar nanti kedepannya saya bisa memperbaiki makalah ini dengan
baik.

Akhir kata, semoga makalah ini bisa memberi manfaat bagi para
pembacanya.

Pamekasan, 28 Maret 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandemi merupakan suatu wabah penyakit global. Menurut World Health


Organization (WHO), pandemi dinyatakan ketika penyakit baru menyebar di
seluruh dunia melampaui batas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
pandemi dimaknai sebagai wabah yang berjangkit serempak di mana-mana
meliputi daerah geografi yang luas. Wabah penyakit yang masuk dalam kategori
pandemi adalah penyakit menular dan memiliki garis infeksi berkelanjutan.
Pandemi umumnya diklasifikasikan sebagai epidemi terlebih dahulu yang
penyebaran penyakitnya cepat dari suatu wilayah ke wilayah tertentu.

Saat ini terjadi terjadi pandemi COVID-19 (Corona Virus Diseases 2019)
yang mana virus ini telah mewabah hampir ke seluruh dunia. Virus ini mulai
menarik perhatian dunia setelah pada tanggal 20 Januari 2020, otoritas kesehatan
di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, mengatakan tiga orang tewas di
Wuhan setelah menderita pneumonia yang disebabkan virus ini. 1 Setelah
berkembang selama kurang lebih tiga bulan, jumlah kasus positif COVID-19 di
seluruh dunia mencapai angka 622.450 kasus, dengan korban jiwa mecapai angka
28.794 dan 135.779 orang sembuh.2 Amerika Serikat menjadi negara dengan
kasus positif COVID-19 terbanyak saat ini yaitu, berjumlah 105.573 kasus dan di
Indonesia sendiri telah terjadi 1.155 kasus positif COVID-19.3

Hal yang disayangkan adalah perilaku masyarakat yang sangat panik saat
pandemi ini terjadi. Khususnya di Indonesia, masyarakat berbondong-bondong

1
Denny Adhietya Febrian, “Asal Mula dan Penyebaran Virus Corona dari Wuhan ke Seluruh
Dunia” , diakses dari https://bali.idntimes.com/health/medical/denny-adhietya/asal-muasal-dan-
perjalanan-virus-corona-dari-wuhan-ke-seluruh-dunia-regional-bali/, pada tanggal 28 Maret 2020
pukul 23.00.
2
CSEE, “COVID -19 Interactive Map”, diakses dari
https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd40299423467b4
8e9ecf6/, pada tanggal 28 Maret 2020 pukul 23.15.
3
Ibid.
membeli barang kebutuhan sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan bagaimana
jika barang tersebut habis dan orang lain tidak mendapatkan barang tersebut.

Di saat terjadi kepanikan tersebut, ada beberapa pihak yang mencoba


mengambil keuntungan dari kejadian tersebut, mereka menimbun barang-barang
kebutuhan seperti Hand sanitizer dan masker lalu menjualnya kembali dengan
harga yang mahal. Hal tersebut cukup meresahkan, karena menyebabkan
kelangkaan barang-barang tersebut. Terjadinya hal ini mungkin disebabkan oleh
tidak mengertinya masyarakat tentang risiko penimbunan barang dan juga
bagaimana hukumnya menimbun barang. Para pihak yang menimbun barang
tersebut mungkin hanya ingin mencari keuntungan di saat terjadinya pandemi ini
tanpa disadari bahwa perbuatannya tersebut salah di mata hukum.

Permasalahan ini akan dikaji berdasarkan hukum Islam dan hukum positif
di Indonesia. Hukum Islam sendiri adalah hukum yang berasal dari agama Islam,
yaitu hukum yang diturunkan oleh Allah untuk kemaslahatan hamba-hambaNya
di dunia dan di akhirat.4 Hukum positif merupakan hukum yang berlaku,
contohnya adalah undang-undang.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang telah penulis rumuskan untuk makalah ini,
yaitu :

1. Apakah yang dimaksud dengan penimbunan barang?


2. Bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum positif terhadap
penimbunan barang?
3. Apakah hukum dari menimbun barang dalam Islam dan apa sanksi yang
didapatkan oleh seorang penimbun dalam hukum Islam dan hukum
positif?

1.3 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah:

4
Muchammad Ichsan, Pengantar Hukum Islam (Yogyakarta: Laboratorium Hukum Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2015), hal. 1
1. Untuk mengetahui yang apa yang dimaksud dengan penimbunan;
2. Untuk mengetahui pandangan-pandangan hukum terhadap penimbunan;
3. Untuk mengetahui sanksi yang didapatkan jika menimbun barang.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penimbunan Barang

Penimbunan barang adalah pembelian barang secara banyak, lalu


menjualnya dengan harga yang lebih tinggi. Menurut UU No 1 Tahun 1953,
penimbunan (mempunyai simpanan) adalah menyimpan, atau menguasai langsung
atau tidak langsung baik untuk sendiri, maupun untuk orang lain atau bersama-
sama orang lain. Menurut KBBI, penimbunan adalah proses, cara, perbuatan
menimbun; pengumpulan. Dalam Islam, penimbunan artinya melakukan
perdagangan dengan cara menimbun barang (ihtikar) dengan tujuan agar harga
barang tersebut mengalami lonjakan. Al Ihtikar Berasal dari bahasa Arab yang
artinya aniaya dan menyimpan makanan. Ihtikar juga berarti penimbunan. Secara
istilah, ihtikar berarti membeli barang pada saat lapang lalu menimbunnya supaya
barang tersebut langka di pasaran dan harganya menjadi naik. Jadi, Ihtikar atau
penimbunan barang adalah membeli sesuatu dengan jumlah besar, agar barang
tersebut berkurang di pasar sehingga harganya (barang yang ditimbun tersebut)
menjadi naik dan pada waktu harga menjadi naik baru kemudian dilepas (dijual)
ke pasar, sehingga mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.5

Jadi, penimbunan barang adalah suatu perbuatan yang disengaja dengan


tujuan mengumpulkan barang supaya barang tersebut langka di pasaran, lalu
dijualnya kembali barang tersebut dengan harga di atas pasar.

2.2 Pandangan Hukum

Penimbunan dalam pandangan hukum Islam merupakan taktik dagangan


yang sangat tidak bermoral dan juga tidak manusiawi, karena praktik perdagangan
semacam itu banyak menimbulkan mudarat bagi kehidupan manusia.6 Di antara
5
Anonim, ”Penimbunan Barang (Ihtikar) Menurut Hukum Islam”, diakses dari
http://irwanto1990.blogspot.com/2014/10/penimbunan-barang-ihtikar-menurut-hukum.html/, pada
tanggal 29 Maret 2020 pukul 10.42.
6
Afidah Wahyuni, “Penimbunan Barang dalam Perspektif Hukum Islam”, Al-Iqtishad Vol. 2 No.
2, Juli 2010, hal. 1.
mudarat yang bisa ditimbulkan adalah kesusahan bagi masyarakat dalam
mendapatkan kebutuhannya. Khususnya pada saat ini, saat masyarakat
membutuhkan masker dan hand sanitizer ada pihak yang mengambil keuntungan
dengan cara menimbunnya untuk dijual kembali dengan harga yang mahal, tentu
saja hal tersebut sangat tidak bermoral dan jauh dari kata manusiawi. Selain itu,
menimbun masker dan hand sanitizer juga dapat membahayakan orang lain,
karena kekurangan masker dan hand sanitizer penyebaran COVID-19 dapat
menyebar dengan cepat yang tentunya sangat mebahayakan.

Dalam hukum Islam Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan menimbun


barang kecuali dia seorang pendosa”. (HR Muslim). Dalam hadist lain Rasulullah
SAW bersabda,”Barang siapa menimbun makanan selama 40 hari, ia akan lepas
dari tanggungan Allah dan Allah pun cuci tangan dari perbuatannya dan penduduk
negeri mana saja yang pada pagi hari di tengah-tengah mereka ada orang yang
kelaparan, sungguh perlindungan Allah Ta’ala telah terlepas dari mereka”. (HR
Ahmad dan Hakim). Dari kedua hadist tersebut sudah jelas bahwa perilaku
menimbun masker dan hand sanitizer di tengah-tengah pandemi COVID-19 yang
mana hal ini merugikan orang lain adalah dosa, dan perlindungan Allah telah
terlepas dari mereka yang menimbun barang tersebut.

Dalam undang-undang, perilaku penimbunan barang diatur dalam


Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Dalam Pasal 29 ayat
1 UU Nomor 7 Tahun 2014 menyatakan “Pelaku Usaha dilarang menyimpan
Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting dalam jumlah dan waktu
tertentu pada saat terjadi kelangkaan Barang, gejolak harga, dan/atau hambatan
lalu lintas Perdagangan Barang”. Dalam pasal tersebut terdapat kata “Barang
Penting”, jika dihubungkan dengan kondisi saat ini di Indonesia, barang penting
tersebut bisa berupa masker dan hand sanitizer.
2.3 Hukum dan Sanksi Menimbun Barang
Di dalam hukum Islam, para ahli fiqh berpendapat bahwa penimbunan
hukumnya diharamkan apabila:
1. Barang yang ditimbun melebihi kebutuhannya;
2. Barang yang ditimbun dalam usaha menunggu saat naiknya harga,
misalnya emas dan perak;
3. Penimbunan dilakukan pada saat masyarakat membutuhkan, misalnya
bahan bakar minyak, beras dan lain-lain.7
Jika dilihat dari pendapat para ahli di atas, menimbun masker dan juga hand
sanitizer dapat diharamkan karena merupakan barang yang saat ini dibutuhkan
oleh masyarakat. Karena menimbun adalah perbuatan yang dilarang dan
diharamkan, maka jika melakukan penimbunan akan mendapatkan dosa dari
Allah.
Dalam Pasal 29 ayat 1 UU No. 7 Tahun 2014 telah disebutkan bahwa
perbuatan menimbun barang adalah perbuatan yang dilarang. Pelanggaran
terhadap pasal ini dapat dikenai Pasal 107 UU No. 7 Tahun 2014 yang bunyinya
“Pelaku Usaha yang menyimpan Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang
penting dalam jumlah dan waktu tertentu pada saat terjadi kelangkaan Barang,
gejolak harga, dan/atau hambatan lalu lintas Perdagangan Barang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima
puluh miliar rupiah)”.

7
Rahmita Silvana, “Hukum dan Akibat Penimbunan”, diakses dari
https://www.kompasiana.com/mita98/57f8ebd7a4afbd8c227a0bb2/hukum-dan-akibat-
penimbunan/, pada tanggal 29 Maret 2020 pukul 16.15.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa penimbunan barang adalah
suatu perbuatan yang disengaja dengan tujuan mengumpulkan barang supaya
barang tersebut langka di pasaran, lalu dijualnya kembali barang tersebut dengan
harga di atas pasar. Baik menurut pandangan hukum Islam dan hukum positif di
Indonesia, menimbun barang adalah perilaku yang tidak bermoral, tidak
manusiawi dan juga merugikan orang lain. Penimbunan masker dan hand
sanitizer di saat pandemi COVID-19 merupakan hal yang sangat tidak manusiawi
karena barang tersebut merupakan barang yang dibutuhkan oleh orang banyak,
terutama tenaga medis yang merupakan garda terdepan dalam hal memberantas
virus ini. Kepada para pelaku penimbunan barang, mereka dapat dikenai sanksi
pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 107 UU No. 7 Tahun 2014 yang bunyinya
“Pelaku Usaha yang menyimpan Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang
penting dalam jumlah dan waktu tertentu pada saat terjadi kelangkaan Barang,
gejolak harga, dan/atau hambatan lalu lintas Perdagangan Barang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima
puluh miliar rupiah)”.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah di saat terjadinya Pandemi
COVID-19 ini, kita harus tetap tenang dan tidak boleh panik. Kita harus menaati
apa yang disarankan oleh pemerintah, yaitu work from home, school from home
dan stay at home untuk memutus rantai perkembangan COVID-19. Sekali lagi,
pemerintah menganjurkan untuk tetap di rumah bukan demi kepentingan
kelompok tertentu, tapi untuk kepentingan bersama. Karena pemutusan rantai
perkembangan COVID-19 ini hanya dapat dilakukan jika ada kesadaran dalam
pribadi masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Ichsan, Muhammad. 2015. Pengantar Hukum Islam. Yogyakarta: Laboratorium


Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Wahyuni, Afidah. 2010. “Penimbunan Barang dalam Perspektif Hukum Islam”:


Al-Iqtishad Vol.2

Adhietya, Denny. 2020. Asal Mula dan Penyebaran Virus Corona dari Wuhan ke
Seluruh Dunia. Diambil dari: https://bali.idntimes.com/health/medical/denny-
adhietya/asal-muasal-dan-perjalanan-virus-corona-dari-wuhan-ke-seluruh-
dunia-regional-bali. Diakses pada 28 Maret 2020 Pukul 23.00 WIB.

CSEE. COVID-19 Interactive Map. Diambil dari


https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd
40299423467b48e9ecf6. Diakses pada 28 Maret 2020 Pukul 23.15 WIB.

Anda mungkin juga menyukai