Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perekonomian merupakan bagian yang sangat penting untuk
kelangsungan utuhnya sebuah negara. Perekonomian negara yang kokoh akan
mampu menjamin kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Salah satu
penunjang perekonomian negara adalah kesehatan pasar, baik pasar barang
jasa, pasar uang, maupun pasar tenaga kerja. Kesehatan pasar, sangat
tergantung pada makanisme pasar yang mampu menciptakan tingkat harga
yang seimbang, yakni tingkat harga yang dihasilkan oleh interaksi antara
kekuatan permintaan dan penawaran yang sehat. Apabila kondisi ini
dalam keadaan wajar dan normal (tanpa ada pelanggaran), monopoli
misalnya? maka harga akan stabil, namun apabila terjadi persaingan yang
tidak jujur, maka keseimbangan harga akan terganggu dan yang pada akhirnya
mengganggu hak rakyat secara umum.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian tas`ir ?
2. Apa hukum tas`ir ?
3. Apa saja macam macam tas`ir ?
4. Apa saja pendapat ulama` tentang tas`ir ?
5. Apa hikmah tas`ir ?

Fiqh muamalah 2 | 1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tas`ir
Dalam fikih islam dikenal dua istilah bebeda mengenai harga suatu barang,
barang as-saman dan as-si’r.“as-saman” adalah harga satuan barang atau nilai
sesuatu. Sementara “as-si’r” adalah harga yang ditentukan untuk barang dagangan.
Kata as-si’ru jamaknya as’ar artinya harga (sesuatu). Kata as-si’ru ini digunakan di
pasar untuk menyebut harga (di pasar). Fluktuasi harga suatu komoditas berkaitan
erat dengan as-si’ir bukan as-saman larena as-si’ir merupakan harga aktual yang
terbentuk dalam proses jual beli.1
Sedangkan penetapan harga adalah suatu proses untuk menentukan seberapa
besar pendapatan yang akan diperoleh atau diterima oleh perusahan dari produk atau
jasa yang di hasilkan.
Penetapan harga telah memiliki fungsi yang sangat luas di dalam program
pemasaran. Menetapkan harga berarti bagaimana mempertautkan produk kita dengan
aspirasi sasaran pasar, yang berarti pula harus mempelajari kebutuhan, keinginan, dan
harapan konsumen.
Dengan kata lain harga dan penetapan harga adalah suatu proses yang harus
dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan nilai suatu produk atau jasa dengan
mengkalkulasikan terlebih dahulu segala macam biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh keuntungan serta mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan selain harga.2

B. Hukum Tas’ir
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum tas’ir menjadi 2 (dua)
madzhab sebagai berikut :

1 Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah Prinsip dan Implementasinya pada Sektor Keuangan Syariah, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2016), hlm.379-380
2 http://1futureinsights.blogspot.com/2016/07/makalah-penetapan-harga-dan-strategi.html

Fiqh muamalah 2 | 2
1. yang mengharamkan secara mutlak. Ini adalah pendapat jumhur ulama
dari ulama Hanafiyah, Syafiiyah, dan Hanabilah. Ini juga pendapat
ulama muta`akkhirin seperti Imam Syaukani dan Imam An-Nabhani.
Namun sebagian ulama Hanabilah ada yang mengharamkan secara
mutlak seperti Ibnu Qudamah, sementara ulama lainnya ada yang
memberikan rincian (tafshil) seperti Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul
Qayyim. Artinya, menurut Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim
jika tas’ir mengandung kezhaliman, hukumnya haram. Jika untuk
menegakkan keadilan, hukumnya boleh bahkan wajib.
2. yang membolehkan, meski tidak membolehkan secara mutlak. Ini
pendapat sebagian ulama Hanafiyah dan Malikiyah. Sebagian ulama
Hanafiyah membolehkan tas’ir jika para pedagang melambungkan
harga secara tidak wajar. Sebagian ulama Malikiyah membolehkan
tas’ir jika sebagian kecil pedagang di pasar sengaja menjual dengan
harga sangat murah, sedang umumnya pedagang memasang harga
lebih mahal. Maka tas’ir dibolehkan untuk menaikkan harga agar
sesuai dengan harga umumnya pedagang.

C. Macam Macam ta`sir


Para ulama fiqh membagi tas’ir kepada dua macam, yaitu :
1. harga yang berlaku secara alami, tanpa campur tangan dan ulah para
pedagang. Dalam harga seperti ini, para pedagang bebas menjual
barangnya sesuai dengan harga yang wajar, dengan
mempertimbangkan keuntungannya. Pemerintah, dalam harga yang
berlaku secara alami ini, tidak boleh campur tangan, karena campur
tangan pemerintah dalam kasus seperti ini boleh membatasi hak para
pedagang.
2. harga suatu komoditi yang ditetapkan pemerintah setelah
mempertimbangkan modal  dan keuntungan bagi para pedagang dan

Fiqh muamalah 2 | 3
keadaan ekonomi masyarakat. Penetapan harga dari pemerintah ini
disebut dengan at-tas’ir al-jabari.

Menurut Abd. Karim Ustman, pakar fiqh dari Mesir, dalam perilaku ekonomi,
harga suatu komoditi akan stabil apabila stok barang tersedia banyak di pasar, karena
antara penyediaan barang dan dengan permintaan konsumen terdapat keseimbangan.
Akan tetapi, apabila barang yang tersedia sedikit, sedangkan permintaan konsumen
banyak, maka dalam hal ini akan terjadi fluktuasi harga. Dalam keadaan yang
disebutkan terakhir ini, menurutnya, pihak pemerintah tidak boleh ikut campur dalam
masalah harga itu. Cara yang boleh menstabilkan harga itu adalah pemerintah
berupaya menyediakan komoditi dimaksud dan menyesuaikannya dengan permintaan
pasar. Sebaliknya, apabila stok barang cukup banyak di pasar, tetapi harga melonjak
naik, maka pihak pemerintah perlu melakukan pengawasan yang ketat. Apabila
kenaikan harga ini disebabkan ulah para pedagang, misalnya dengan melakukan
penimbunan dengan tujuan menjualnya setelah melonjaknya harga (ihtikar), maka
kasus seperti ini pemerintah berhak untuk menetapkan harga. Penetapan harga dalam
fiqh disebut dengan at-tas’ir al-jabari.3

D. Pendapat ulama` tentang tas`ir

Ada dua pendapat ulama mengenai tas’ir yaitu :

a. Pendapat yang tidak Setuju dengan Tas'ir


1. Ibn Qadamah al-Malik
Menyatakan pemerintah tidak memiliki kewenangan
untuk megatur harga, masyarakat boleh mrnjual barang-
barang mereka dengan harga berapa pun yang mereka sukai.
2. Ulama Mazhab Hanbali
Ada dua alasan tidak diperkenankannya pemerintah
menetapkan harga.

3 http://nurieas.blogspot.com/2012/07/tasir.html

Fiqh muamalah 2 | 4
a) Rasulullah tidak pernah menetapkan harga
meskipun penduduk menginginkannya.
b) Menetapkan harga adalah suatu kezaliman. Jual
beli melibatkan hak milik seseorang,
didalamnya ia memiliki hak untuk menjual pada
harga berapa pun sesuai dengan kesepakatannya
dengan pembeli.
3. Sayyid Sabiq
Menyatakan terlarang melakukan tas’ir berdasarkan
ketentuan hadis riwayat Anas Ibn Malik di atas.4
b. Pendapat Setuju dengan Tas'ir
1. Pendapat ini dikemukakakan oleh ulama Hanafiyah, sebagian
besar ulama Hanabaliah, seperti Ibn Qudamah (541-620 H/
1147-1223 M), Ibn Taimiyah (661-728 H/ 1262-1327 M), dan
Ibn Qayyim al-Jauziyah (691-751 H/ 1292-1350 M) dan
mayoritas pendapat ulama Malikiyah. Ulama Hanafiyah yang
membolehkan pihak pemerintah bertindak menetapkan harga
yang adil (mempertimbangkan kepentingan pedagang dan
pembeli), ketika terjadinya fluktuasi harga disebabkan ulah
para pedagang.
Alasan mereka adalah pemerintah dalam syari’at Islam
berperan dan berwenang untuk mengatur kehidupan
masyarakat  demi tercapainya kemaslahatan mereka. Hal ini
Imam Abu Yusuf (113-182 H/ 731-789 M) mengatakan
bahwa: “Segala kebijakan penguasa harus mengacu kepada
kemaslahatan warganya”. Oleh sebab itu, jika pemerintah
melihat bahwa pihak pedagang telah melakukan manipulasi
harga, pihak pemerintah boleh turun tangan untuk

4 Op.Cit hal 383

Fiqh muamalah 2 | 5
mengaturnya dan melakukan penetapan harga komoditi yang
naik itu.
2. Ibn Qudamah, Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim al-Jauziyyah,
membagi bentuk penetapan harga itu kepada dua macam,
yaitu: penetapan harga yang bersifat zalim, dan penetapan
harga yang bersifat adil. Penetapan harga yang bersifat zalim,
menurut mereka adalah penetapan harga yang dilakukan
pemerintah tidak sesuai dengan keadaan pasar dan tanpa
mempertimbangkan kemaslahtan para pedagang. Menurut
mereka, apabila harga suatu komoditi melonjak naik
disebabkan terbatasnya barang dan banyaknya permintaaan,
maka dalam hal ini pemerintah tidak boleh ikut campur dalam
masalah harga itu. Apabila pemerintah ikut menetapkan harga
dalam keadaan seperti ini, maka pihak pemerintah telah
melakukan suatu kezaliman terhadap para pedagang. 5
E. Hikmah tas`ir
Hikmah tas’ir pada hakikatnya adalah mencegah adanya kezhaliman dalam
penetapan harga yang bisa merugikan pembeli ataupun penjual. Tas’ir dimaksudkan
agar terjadi kesepakatan harga antara penjual dan pembeli sehingga tidak ada pihak
yang dirugikan dan kemaslahatan tetap terjaga. Islam sangat melarang adanya
kapitalisme yang hanya menguntungkan satu pihak saja. Untuk mencegah adanya
kapitalisme ini, pemerintah perlu dilibatkan dalam penetapan harga yang tentunya
masih berpihak pada kepentingan dan kemaslahatan bersama.
Penguasa diperintahkan untuk memelihara kemaslahatan kaum Muslim
(masyarakat) secara keseluruhan. Penguasa tidak boleh mengutamakan kemaslahatan
pembeli dan mengesampingkan kemaslahatan penjual dengan mematok harga
tertinggi. Penguasa juga tidak boleh mengutamakan kemaslahatan penjual dan
mengabaikan kemaslahatan pembeli dengan menetapkan harga terendah.  Ia juga
tidak boleh melanggar kemaslahatan penjual dan pembeli dengan mamaksa mereka

5 http://karambanewblog.blogspot.com/2018/01/contoh-makalah-fiqh-muamalah-tentang.html

Fiqh muamalah 2 | 6
untuk berjual beli dengan satu harga yang ia tetapkan.  Untuk mengontrol harga,
penguasa harus menjaga stabilitas keseimbangan penawaran dan permintaan.
Dalam kondisi harga melonjak, lonjakan harga itu terjadi bisa karena barang
tidak tersedia di pasar akibat aksi penimbunan.  Dalam hal ini syariah mengharamkan
penimbunan. Karena itu, yang harus dilakukan adalah penegakan hukum dengan
menindak pelaku penimbunan dan memaksanya agar menggelontorkan barang ke
pasar; Bisa juga tingginya harga disebabkan kurangnya penawaran.  Karena itu,
negara harus berupaya menaikkan penawaran.
Hal itu seperti yang dilakukan Umar bin al-Khathab saat harga bahan
makanan melonjak di Hijaz karena paceklik. Lalu ia mendatangkan bahan makanan
dari Mesir dan Syam yang produksinya berlimpah ke Hijaz sehingga harga kembali
normal tanpa perlu mematok harga.
Upaya itu bisa dilakukan negara dengan membeli dari daerah yang berlimpah
dan dibawa ke daerah yang kekurangan; bisa juga dengan mendorong para pedagang
untuk mendatangkannya ke daerah yang kekurangan dengan memberikan insentif
tertentu. Jika harus mendatangkannya dari luar negeri, negara bisa menurunkan cukai
atau bahkan mengha pusnya untuk mendorong pedagang asing memasukkan barang
itu ke dalam negeri.

Fiqh muamalah 2 | 7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam fikih islam dikenal dua istilah bebeda mengenai harga suatu barang,
barang as-saman dan as-si’r.“as-saman” adalah harga satuan barang atau nilai
sesuatu. Sementara “as-si’r” adalah harga yang ditentukan untuk barang dagangan.
Kata as-si’ru jamaknya as’ar artinya harga (sesuatu). Kata as-si’ru ini digunakan di
pasar untuk menyebut harga (di pasar). yang mengharamkan secara mutlak. Ini adalah
pendapat jumhur ulama dari ulama Hanafiyah, Syafiiyah, dan Hanabilah, yang
membolehkan, meski tidak membolehkan secara mutlak. Ini pendapat sebagian ulama
Hanafiyah dan Malikiyah
Para ulama fiqh membagi tas’ir kepada dua macam, yaitu : harga yang berlaku
secara alami, tanpa campur tangan dan ulah para pedagang. harga suatu komoditi
yang ditetapkan pemerintah setelah mempertimbangkan modal  dan keuntungan bagi
para pedagang dan keadaan ekonomi masyarakat.
Ada dua pendapat ulama mengenai tas’ir yaitu ada yang setuju dan ada yang
tidak setuju, dan yang terakhir ialah hikmah tas`ir Hikmah tas’ir pada hakikatnya
adalah mencegah adanya kezhaliman dalam penetapan harga yang bisa merugikan
pembeli ataupun penjual. Tas’ir dimaksudkan agar terjadi kesepakatan harga antara
penjual dan pembeli sehingga tidak ada pihak yang dirugikan dan kemaslahatan tetap
terjaga. Islam sangat melarang adanya kapitalisme yang hanya menguntungkan satu
pihak saja. Untuk mencegah adanya kapitalisme ini, pemerintah perlu dilibatkan
dalam penetapan harga yang tentunya masih berpihak pada kepentingan dan
kemaslahatan bersama.
B. SARAN
Sebaiknya mahasiswa harus mengetahui tentang tas`ir itu sendiri semisal
pengertian, macam, dan hikmah-hikmah tas`ir agar dapat menetapkan harga dan
mengetahui hukum hukum dalam menetapkan harga (tas`ir).

Fiqh muamalah 2 | 8
DAFTAR PUSTAKA

Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah Prinsip dan Implementasinya pada Sektor


Keuangan Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), hlm.379-380
http://1futureinsights.blogspot.com/2016/07/makalah-penetapan-harga-dan-
strategi.html
http://nurieas.blogspot.com/2012/07/tasir.html
Op.Cit hal 383
http://karambanewblog.blogspot.com/2018/01/contoh-makalah-fiqh-muamalah-
tentang.html

Fiqh muamalah 2 | 9

Anda mungkin juga menyukai