PERSAINGAN MONOPOLI DAN OLIGOPOLI DALAM EKONOMI ISLAM
A. Pasar Monopoli 1. Pengertian Pasar Monopoli Monopoli dalam perspektif ekonomi Islam memiliki pengertian yang berbeda dengan monopoli dalam perspektif ekonomi konvensional. Dalam perspektif ekonomi Islam secara etimologi monopoli (ihtikâr) berasal dari kata al- hukr yang artinya al-zhulm wa al-‘isâ’ah al-mu‘âsyarah, yaitu berbuat aniaya dan sewenang-wenang. Sedangkan secara terminologis, monopoli(ihtikâr) adalah menahan atau menimbun (hoarding) barang dengan sengaja, terutama pada saat terjadi kelangkaan barang dengan tujuan untuk menaikkan harga di kemudian hari. Praktik ihtikâr akan menyebabkan mekanisme pasar terganggu, di mana produsen kemudian akan menjual dengan harga yang lebih tinggi dari harga normal. Penjual akan mendapatkan untung besar (monopolistic rent), sedangkan konsumen akan menderita kerugian. Jadi, akibat ihtikâr, masyarakat luas akan dirugikan akibat ulah sekelompok kecil yang tidak bertanggung jawab. Sedangkan monopoli (dari bahasa Yunani: monos yang berarti satu dan polein yang berarti menjual) dalam perspektif ekonomi konvensional adalah suatu keadaan di mana di pasar hanya ada seorang penjual suatu barang, sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya. Ketentuan di atas termasuk ketentuan monopoli murni atau pure monopoly. Dalam kenyataan sulit untuk mendapatkan perusahaan yang tergolong monopoli murni. Di mana tidak ada unsur persaingan dari perusahaan lain. Karena seandainya hanya ada satu penjual di pasar, tetap masih ada kemungkinan perusahaan tidak langsung, misalnya produk-produk dari perusahaan lain yang bisa dijadikan sebagai substitusi (meski bukan substitusi sempurna) bagi produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan monopoli. Misalnya, PLN mendapat persaingan dari perusahaan yang menjual genset. Kepemilikan suatu sumber daya yang unik (istimewa) yang tidak dimiliki oleh orang atau perusahaan lain merupakan salah satu penyebab terjadinya pasar monopoli. Di samping sumber daya yang unik dan istimewa skala ekonomis merupakan faktor yang dipertimbangkan terbentuknya pasar monopoli. Pada waktu perusahaan mencapai keadaan di mana ongkos produksi mencapai batas minimum, jumlah produksi adalah hampir menyamai jumlah permintaan yang ada di pasar. Dengan demikian, sebagai akibat dari skala ekonomis, perusahaan dapat menurunkan harga barangnya apabila produksi semakin tinggi. Pada tingkat produksi yang sangat tinggi, harga secara otomatis akan semakin rendah, sehingga perusahaan-perusahaan baru tidak sanggup bersaing dengan perusahaan yang terlebih dahulu berkembang. Keadaan ini menyebabkan terbentuknya pasar monopoli. Pasar monopoli juga dapat terbentuk melalui peraturan pemerintah yang mengatur kegiatan perusahaan-perusahaan yang mewujudkan kekuasaan monopoli seperti peraturan paten dan hak cipta, hak usaha eksklusif yang diberikan kepada perusahaan jasa umum. Monopoli dalam Islam dilakukan dengan cara menimbun barang, sedangkan ekonomi konvensional bukan hanya dengan menimbun saja, akan tetapi dengan banyak cara, seperti kepemilikan suatu sumber daya unik (istimewa) yang tidak dimiliki oleh orang atau perusahaan lain, skala ekonomis, dan lain sebagainya. Dengan demikian, apapun yang dilakukan pihak tertentu untuk mencari keuntungan dengan cara membuat kelangkaan suatu barang dapat disebut monopoli (ihtikâr) dalam perspektif ekonomi Islam. Definisi-definisi monopoli dalam perspektif konvensional yang tujuan dan motifnya menzalimi dan merugikan orang lain, maka dapat dikategorikan monopoli, begitu pula sebaliknya, apabila motifnya tidak untuk menzalimi pihak lain, maka tidak dikatakan monopoli. 2. Hukum Monopoli Jumhur ulama berpendapat bahwa monopoli hukumnya haram sebagaimana dikemukakan oleh ulama kalangan Hanâbilah, Mâlikiyyah, Hanafiyyah, dan mayoritas Syâfi‘iyyah. Argumentasi yang mereka bangun adalah dalil naqlî dan ‘aqlî. Di antara dalil naqlî yang mereka jadikan landasan hukum adalah Alquran dan Sunah. Allah Swt. berfirman dalam surah al-Hajj [22] ayat 25 yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan Masjidil Haram yang telah Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebagian siksa yang pedih. (Q.s. al-Hajj [22]: 25)” Ibn Katsîr dalam karya fenomenalnya, Tafsîr Ibn Katsîr, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan حْل ِ َ ادdalam ayat tersebut adalah perilaku monopoli yang mana pelakunya diancam dengan siksaan yang sangat pedih. Hal ini menunjukkan bahwa monopoli yang dapat menimbulkan kelangkaan suatu barang yang sangat dibutuhkan masyarakat merupakan suatu kezaliman dan kejahatan. Hal ini diperkuat oleh hadis yang diriwayatkan oleh Abû Dâwûd dari Ya‘lâ ibn Umayyah “Dari Ya‘lâ ibn Umayyah berkata, sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda, ‚Monopoli suatu makanan di sekitar masjid al-Haram adalah suatu kejahatan‛. (H.r. Abû Dâwud)” Sebagian ulama menyatakan bahwa yang dimaksud ٍ ادَح ِْلdalam ayat tersebut adalah menyekutukan Allah Swt., menghalalkan yang haram, menghardik pembantu, dan sebagainya. Selain Alquran dan Hadis Rasulullah, keharaman monopoli ini diperkuat oleh âtsâr al-Shahâbah, di antaranya âtsâr ‘Umar ibn al- Khththâb, ‘Utsmân ibn ‘Affân, dan ‘Alî ibn Abî Thâlib. Argumentasi yang dibangun oleh ulama yang mengharamkan monopoli (ihtikâr) tidak hanya bersumber dari dalil naql saja, akan tetapi bersumber pula dari dalil ‘aql. Mereka mengemukakan bahwa monopoli sangat erat kaitannya dengan hajat orang banyak yang ketika salah satu pihak melakukannya akan menghambat pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya, kalaupun dapat memenuhinya, mereka mendapatkannya dengan harga yang cukup tinggi. Hal tersebut merupakan kezaliman yang tidak bisa diteloransi. Ihtikâr hanya merea-lisasikan kemaslahatan individu, bukan kemaslahatan umum, apabila kemas-lahatan individu berbenturan dengan kemaslahatan umum, maka kemaslahatan umumlah yang didahulukan. Sesunguhnya islam tidak pernah mengharamkan adanya monopoli, setiap orang di perbolehkan melakukan usaha bisnis baik dia merupakan penjual tunggal atau tidak. Selama tidak melanggar syariat dan tidak mendzalimi pihak lain. Sesungguhnya yang di larang oleh islam ialah perbuatan ihtikarnya. Meskipun islam tidak melarang adanya monopoli akan tetapi apabila terjadi ketimpangan pendapatan dan menimbulkan kerugian salah satu pihak maka negara wajib melakukan intervensi dan koreksi. Negara bertanggung jawab penuh untuk menciptakan keadilan ekonomi, dengan memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. 3. Ciri-ciri Pasar Monopoli Menurut Sadono Sukirno, ciri-ciri pasar monopoli yaitu: a. Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan b. Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip c. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam industri d. Dapat mempengaruhi penentuan harga e. Promosi iklan kurang diperlukan Sebab-sebab terjadinya monopoli menurut Masyhuri dalam buku Ekonomi Mikro, dan menurut Sadono Sukirno dalam buku Mikro Ekonomi Teori Pengantar yaitu sebagai berikut : a. Adanya hak paten b. Adanya hak yang diberikan pemerintah (peraturan), misalnya perusahaan listrik, telepon dan sebagainya c. Perusahaan monopoli mempunyai suatu sumber daya tertentu yang unik dan tidak dimiliki oleh perusahaan lain. d. Perusahaan monopoli umumnya dapat menikmati skala ekonomi (economies of scale) hingga ke tingkat produksi yang sangat tinggi B. Pasar Oligopoli 1. Pasar Oligopoli Dalam Pandangan Ekonomi Islam Pengertian secara bahasa oligopoli berarti ada beberapa penjual di pasar. Dapat dikatakan pasar oligopoli merupakan pertengahan dari pasar pasar monopoli dan pasar pasar monopolistic competition. Dalam pasar monopoli penjual dapat menentukan harga tanpa harus khawatir reaksi penjual lain. Sedangkan pasar monoplistic competition penjual hanya dapat menentukan harga pada kisaran tertentu, karena jika penjual lain menjual barang yang mirip atau sama maka penjual lain bisa merebut pelanggannya.Suatu pasar dikatakan oligopoli apabila ada dua atau beberapa penjual produk yang sama di pasar, jika hanya ada dua perusahaaan yang menghasilkan produk yang identik dikatakan sebagai duopoli. Ketika pelaku ologopoli tidak melakukan kolusi secara aktual akan berhadapan atau menemui kurva permintaan yang berorientasi islami. Secara umum, pola struktur oligopoli yang tidak diperkenankan dalam ekonomi islam adalah kemungkinan munculnya moral harard di dalamnya. Sebagai agama yang komprehensif tentunya aktivitas ekonomi sebagai kegiatan vital kemanusiaan tidak luput dari perhatian. “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS Al-Baqarah [2]: 275), Pembahasan mengenai struktur pasar menjadi penting dalam ekonomi Islam, karena dalam konsep ekonomi Islam, penentuan harga didasarkan atas kekuatan-kekuatan pasar yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran. Sebagaimana Rasulullah SAW sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil, sehingga beliau menolak adanya suatu intervensi pasar apabila perubahan harga yang terjadi karena mekanisme harga yang wajar. Dengan demikian, Islam menjamin pasar bebas di mana produsen dan konsumen bersaing satu sama lain dengan arus informasi yang berjalan lancar dalam kerangka keadilan, yakni tidak ada (baik individu maupun kelompok produsen, konsumen, dan pemerintah) yang zalim atau dizalimi. Kondisi ini merupakan suatu kondisi ideal yang pada tataran praktis tidak selalu seperti itu kondisinya. Sehingga distorsi pasar (market distortion) yang menyebabkan pasar tidak bekerja pada kondisi yang ideal menjadi pembahasan paling vital dalam ekonomi Islam. 2. Faktor-faktor Penyebab Terbentuknya Pasar Oligopoli Ada dua faktor penting yang menyebabkan terbentuknya pasar oligopoli yaitu sebagai berikut : a. Efisiensi Skala Besar Dalam dunia nyata, perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri mobil, semen, kertas, pupuk dan peralatan mesin umumnya berstruktur oligopoli. Teknologi padat modal (capital intensive) yang dibutuhkan dalam proses produksi menyebabkan efisiensi (biaya rata-rata minimum) baru tercapai bila output diproduksi dalam skala sangat besar. Tidak mengherankan jika dalam pasar oligopoli hanya terdapat sedikit produsen. b. Kompleksitas Manajemen Struktur pasar oligopoli ditandai dengan kompetisi harga dan non harga. Perusahaan juga harus cermat memperhitungkan setiap keputusan agar tidak menimbulkan reaksi yang merugikan dari perusahaan pesaing. Karena itu dalam industri oligopoli, kemampuan keuangan yang besar saja tidak cukup sebagai modal untuk bertahan dalam industri. Perusahaan juga harus memiliki kemampuan manajemen yang sangat baik agar mampu bertahan dalam struktur industri yang persaingannya begitu kompleks. Tidak banyak perusahaan yang memiliki kemampuan tersebut, sehingga dalam pasar oligopoli akhirnya hanya terdapat sedikit produsen. 3. Hubungan Antara Perusahaan-perusahaan Dalam Pasar Oligopoli a. Oligopoli dengan kesepakatan (Collusive Oligopoly) Kesepakatan antara perusahaan dalam pasar oligopoli biasanya berupa kesepakatan harga dan produksi (kesepakatan ini kadang disebut sebagai “kolusi” atau “kartel”) dengan tujuan menghindari perang harga yang akan membawa kerugian bagi masing masing perusahaan pada kondisi tertentu (contoh adalah kesepakatan produksi dan harga pada OPEC). Bentuk persepakatan ini biasanya mengatur tentang banyaknya jumlah produksi yang boleh dihasilkan oleh masing-masing perusahaan berikut dengan harganya yang sama juga. Kesepakatan dalam jumlah produksi dapat berupa pembagian secara merata, yaitu pembagian produksi yang didasarkan pada banyaknya jumlah permintaan efektif di pasar terhadap jumlah perusahaan yang menghasilkan produk yang sama. b. Oligopoli tanpa kesepakatan (Non Collusive Oligopoly) Persaingan antar perusahaan dalam pasar oligopoli biasanya berupa perbedaan harga dan jumlah produk yang dihasilkan. Perbedaan harga dan jumlah produksi (bisa saling berhubungan positif timbal balik) dilakukan dalam rangka ingin mendapatkan jumlah pembeli yang lebih banyak dari sebelumnya (dari pesaingnya). Terdapat beberapa hal yang mungkin terjadi dalam pasar persaingan ini sehubungan dengan tingkat harga dan jumlah produksi (produk yang dihasilkan relatif sama) yaitusebagai berikut : 1) Bila terdapat satu perusahaan yang mencoba memperbanyak jumlah produksinya agar harga jual produknya relatif lebih murah dibandingkan dengan pesaingnya, maka biasanya langkah ini akan diikuti oleh pesaing dengan menurunkan harga jual produknya. 2) Bila satu perusahaan mulai menurunkan harga jual produknya tanpa menambah jumlah produksinya dengan maksud untuk menguasai pangsa pasar, maka langkahnya akan diikuti oleh perusahaan lain, baik dengan cara menurunkan harganya semata atau menurunkan harga dengan cara menjual lebih banyak produknya di pasar. 3) Bila satu perusahaan menaikkan harga jual produknya, baik dengan cara langsung pada penurunan harga ataupun dengan cara mengurangi jumlah produksinya, maka perusahaan lain relatif tidak akan mengikutinya. 4. Syarat-Syarat Pasar Oligopoli Dalam pasar oligopoli biasanya terdapat dua kondisi usaha, yaitu yang pertama karena adanya perbedaan penetapan harga dan jumlah produksi dari masing-masing perusahaan dan yang kedua adalah karena adanya kesepakatan mengenai jumlah produksi yang dapat dilakukan oleh masing-masing perusahaan dengan harga yang sama.Di pasar oligopoli dimana ada sedikit penjual yang menjual barang yang sama, maka penjual harus memerhatikan reaksi dari penjual lain. Ada dua tindakan yang dapat diambil seorang penjual, yaitu: a. Menentukan berapa kuantitas yang akan diproduksinya. Model yang menelaskan hal ini adalah model Cournot Quantity Competation. Model ini dikembangkan Augustin Cournot (ekonom Prancis) menyatakan hanya ada dua penjual barang yang sama. Dasar pengembangan model ini adalah keseimbangan duopolis tercapai bila biaya marginal adalah nol (MC=0). Misalnya di pasar hanya ada dua perusahaan penjual air mineral. Merk Aqua (Q1)dan merek Club (Q2). Mereka memiliki produk yang identik, sehingga mendorong mereka untuk menawarkan harga yang sama. Dalam model ini, pilihan Q1 dan Q2 adalah menentukan berapa banyak kuantitas yang akan diproduksi Q1 dan Q2. Setelah menentukan berapa banyak Q1 dan Q2, maka mereka dapat mentuikan harga yang diterima pasar dan seluruh prosuksi Q1 dan Q2 habis diserap pasar. b. Menentukan berapa harga yang akan ditawarkan. Model yang menjelaskan hal ini adalah model Bertrand Price Competation. Model ini menyatakan penjual menentukan harga untuk memperoleh keuntungan maksimal, dengan memperhatikan harga yang ia duga akan ditetapkan oleh pesaingnya.