Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fatmawati

NIM : 200105010016

Mata Kuliah : Ekonomi Mikro Islam

PERSAINGAN MONOPOLI DAN OLIGOPOLI DALAM EKONOMI ISLAM


A. Pasar Monopoli
1. Pengertian Pasar Monopoli
Monopoli dalam perspektif ekonomi Islam memiliki pengertian yang
berbeda dengan monopoli dalam perspektif ekonomi konvensional. Dalam
perspektif ekonomi Islam secara etimologi monopoli (ihtikâr) berasal dari kata al-
hukr yang artinya al-zhulm wa al-‘isâ’ah al-mu‘âsyarah, yaitu berbuat aniaya dan
sewenang-wenang. Sedangkan secara terminologis, monopoli(ihtikâr) adalah
menahan atau menimbun (hoarding) barang dengan sengaja, terutama pada saat
terjadi kelangkaan barang dengan tujuan untuk menaikkan harga di kemudian hari.
Praktik ihtikâr akan menyebabkan mekanisme pasar terganggu, di mana produsen
kemudian akan menjual dengan harga yang lebih tinggi dari harga normal. Penjual
akan mendapatkan untung besar (monopolistic rent), sedangkan konsumen akan
menderita kerugian. Jadi, akibat ihtikâr, masyarakat luas akan dirugikan akibat ulah
sekelompok kecil yang tidak bertanggung jawab.
Sedangkan monopoli (dari bahasa Yunani: monos yang berarti satu dan
polein yang berarti menjual) dalam perspektif ekonomi konvensional adalah suatu
keadaan di mana di pasar hanya ada seorang penjual suatu barang, sehingga tidak
ada pihak lain yang menyainginya. Ketentuan di atas termasuk ketentuan monopoli
murni atau pure monopoly. Dalam kenyataan sulit untuk mendapatkan perusahaan
yang tergolong monopoli murni. Di mana tidak ada unsur persaingan dari
perusahaan lain. Karena seandainya hanya ada satu penjual di pasar, tetap masih
ada kemungkinan perusahaan tidak langsung, misalnya produk-produk dari
perusahaan lain yang bisa dijadikan sebagai substitusi (meski bukan substitusi
sempurna) bagi produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan monopoli.
Misalnya, PLN mendapat persaingan dari perusahaan yang menjual genset.
Kepemilikan suatu sumber daya yang unik (istimewa) yang tidak dimiliki
oleh orang atau perusahaan lain merupakan salah satu penyebab terjadinya pasar
monopoli. Di samping sumber daya yang unik dan istimewa skala ekonomis
merupakan faktor yang dipertimbangkan terbentuknya pasar monopoli. Pada waktu
perusahaan mencapai keadaan di mana ongkos produksi mencapai batas minimum,
jumlah produksi adalah hampir menyamai jumlah permintaan yang ada di pasar.
Dengan demikian, sebagai akibat dari skala ekonomis, perusahaan dapat
menurunkan harga barangnya apabila produksi semakin tinggi. Pada tingkat
produksi yang sangat tinggi, harga secara otomatis akan semakin rendah, sehingga
perusahaan-perusahaan baru tidak sanggup bersaing dengan perusahaan yang
terlebih dahulu berkembang. Keadaan ini menyebabkan terbentuknya pasar
monopoli. Pasar monopoli juga dapat terbentuk melalui peraturan pemerintah yang
mengatur kegiatan perusahaan-perusahaan yang mewujudkan kekuasaan monopoli
seperti peraturan paten dan hak cipta, hak usaha eksklusif yang diberikan kepada
perusahaan jasa umum.
Monopoli dalam Islam dilakukan dengan cara menimbun barang, sedangkan
ekonomi konvensional bukan hanya dengan menimbun saja, akan tetapi dengan
banyak cara, seperti kepemilikan suatu sumber daya unik (istimewa) yang tidak
dimiliki oleh orang atau perusahaan lain, skala ekonomis, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, apapun yang dilakukan pihak tertentu untuk mencari keuntungan
dengan cara membuat kelangkaan suatu barang dapat disebut monopoli (ihtikâr)
dalam perspektif ekonomi Islam. Definisi-definisi monopoli dalam perspektif
konvensional yang tujuan dan motifnya menzalimi dan merugikan orang lain, maka
dapat dikategorikan monopoli, begitu pula sebaliknya, apabila motifnya tidak untuk
menzalimi pihak lain, maka tidak dikatakan monopoli.
2. Hukum Monopoli
Jumhur ulama berpendapat bahwa monopoli hukumnya haram sebagaimana
dikemukakan oleh ulama kalangan Hanâbilah, Mâlikiyyah, Hanafiyyah, dan
mayoritas Syâfi‘iyyah. Argumentasi yang mereka bangun adalah dalil naqlî dan
‘aqlî. Di antara dalil naqlî yang mereka jadikan landasan hukum adalah Alquran
dan Sunah. Allah Swt. berfirman dalam surah al-Hajj [22] ayat 25 yang artinya
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah
dan Masjidil Haram yang telah Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang
bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa yang bermaksud di dalamnya
melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya
sebagian siksa yang pedih. (Q.s. al-Hajj [22]: 25)”
Ibn Katsîr dalam karya fenomenalnya, Tafsîr Ibn Katsîr, menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan ‫حْل‬ ِ َ‫ اد‬dalam ayat tersebut adalah perilaku monopoli yang
mana pelakunya diancam dengan siksaan yang sangat pedih. Hal ini menunjukkan
bahwa monopoli yang dapat menimbulkan kelangkaan suatu barang yang sangat
dibutuhkan masyarakat merupakan suatu kezaliman dan kejahatan. Hal ini
diperkuat oleh hadis yang diriwayatkan oleh Abû Dâwûd dari Ya‘lâ ibn Umayyah
“Dari Ya‘lâ ibn Umayyah berkata, sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda,
‚Monopoli suatu makanan di sekitar masjid al-Haram adalah suatu kejahatan‛.
(H.r. Abû Dâwud)”
Sebagian ulama menyatakan bahwa yang dimaksud ٍ‫ ادَح ِْل‬dalam ayat tersebut
adalah menyekutukan Allah Swt., menghalalkan yang haram, menghardik
pembantu, dan sebagainya. Selain Alquran dan Hadis Rasulullah, keharaman
monopoli ini diperkuat oleh âtsâr al-Shahâbah, di antaranya âtsâr ‘Umar ibn al-
Khththâb, ‘Utsmân ibn ‘Affân, dan ‘Alî ibn Abî Thâlib.
Argumentasi yang dibangun oleh ulama yang mengharamkan monopoli
(ihtikâr) tidak hanya bersumber dari dalil naql saja, akan tetapi bersumber pula dari
dalil ‘aql. Mereka mengemukakan bahwa monopoli sangat erat kaitannya dengan
hajat orang banyak yang ketika salah satu pihak melakukannya akan menghambat
pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya, kalaupun dapat memenuhinya, mereka
mendapatkannya dengan harga yang cukup tinggi. Hal tersebut merupakan
kezaliman yang tidak bisa diteloransi. Ihtikâr hanya merea-lisasikan kemaslahatan
individu, bukan kemaslahatan umum, apabila kemas-lahatan individu berbenturan
dengan kemaslahatan umum, maka kemaslahatan umumlah yang didahulukan.
Sesunguhnya islam tidak pernah mengharamkan adanya monopoli, setiap
orang di perbolehkan melakukan usaha bisnis baik dia merupakan penjual tunggal
atau tidak. Selama tidak melanggar syariat dan tidak mendzalimi pihak lain.
Sesungguhnya yang di larang oleh islam ialah perbuatan ihtikarnya. Meskipun
islam tidak melarang adanya monopoli akan tetapi apabila terjadi ketimpangan
pendapatan dan menimbulkan kerugian salah satu pihak maka negara wajib
melakukan intervensi dan koreksi. Negara bertanggung jawab penuh untuk
menciptakan keadilan ekonomi, dengan memberikan kesempatan kepada setiap
individu untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
3. Ciri-ciri Pasar Monopoli
Menurut Sadono Sukirno, ciri-ciri pasar monopoli yaitu:
a. Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan
b. Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip
c. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam industri
d. Dapat mempengaruhi penentuan harga
e. Promosi iklan kurang diperlukan
Sebab-sebab terjadinya monopoli menurut Masyhuri dalam buku
Ekonomi Mikro, dan menurut Sadono Sukirno dalam buku Mikro Ekonomi
Teori Pengantar yaitu sebagai berikut :
a. Adanya hak paten
b. Adanya hak yang diberikan pemerintah (peraturan), misalnya perusahaan
listrik, telepon dan sebagainya
c. Perusahaan monopoli mempunyai suatu sumber daya tertentu yang unik dan
tidak dimiliki oleh perusahaan lain.
d. Perusahaan monopoli umumnya dapat menikmati skala ekonomi
(economies of scale) hingga ke tingkat produksi yang sangat tinggi
B. Pasar Oligopoli
1. Pasar Oligopoli Dalam Pandangan Ekonomi Islam
Pengertian secara bahasa oligopoli berarti ada beberapa penjual di pasar.
Dapat dikatakan pasar oligopoli merupakan pertengahan dari pasar pasar
monopoli dan pasar pasar monopolistic competition. Dalam pasar monopoli
penjual dapat menentukan harga tanpa harus khawatir reaksi penjual lain.
Sedangkan pasar monoplistic competition penjual hanya dapat menentukan
harga pada kisaran tertentu, karena jika penjual lain menjual barang yang mirip
atau sama maka penjual lain bisa merebut pelanggannya.Suatu pasar dikatakan
oligopoli apabila ada dua atau beberapa penjual produk yang sama di pasar, jika
hanya ada dua perusahaaan yang menghasilkan produk yang identik dikatakan
sebagai duopoli.
Ketika pelaku ologopoli tidak melakukan kolusi secara aktual akan
berhadapan atau menemui kurva permintaan yang berorientasi islami. Secara
umum, pola struktur oligopoli yang tidak diperkenankan dalam ekonomi islam
adalah kemungkinan munculnya moral harard di dalamnya.
Sebagai agama yang komprehensif tentunya aktivitas ekonomi sebagai
kegiatan vital kemanusiaan tidak luput dari perhatian. “Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS Al-Baqarah [2]: 275),
Pembahasan mengenai struktur pasar menjadi penting dalam ekonomi Islam,
karena dalam konsep ekonomi Islam, penentuan harga didasarkan atas
kekuatan-kekuatan pasar yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran.
Sebagaimana Rasulullah SAW sangat menghargai harga yang dibentuk oleh
pasar sebagai harga yang adil, sehingga beliau menolak adanya suatu intervensi
pasar apabila perubahan harga yang terjadi karena mekanisme harga yang
wajar.
Dengan demikian, Islam menjamin pasar bebas di mana produsen dan
konsumen bersaing satu sama lain dengan arus informasi yang berjalan lancar
dalam kerangka keadilan, yakni tidak ada (baik individu maupun kelompok
produsen, konsumen, dan pemerintah) yang zalim atau dizalimi. Kondisi ini
merupakan suatu kondisi ideal yang pada tataran praktis tidak selalu seperti itu
kondisinya. Sehingga distorsi pasar (market distortion) yang menyebabkan
pasar tidak bekerja pada kondisi yang ideal menjadi pembahasan paling vital
dalam ekonomi Islam.
2. Faktor-faktor Penyebab Terbentuknya Pasar Oligopoli
Ada dua faktor penting yang menyebabkan terbentuknya pasar oligopoli
yaitu sebagai berikut :
a. Efisiensi Skala Besar
Dalam dunia nyata, perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam
industri mobil, semen, kertas, pupuk dan peralatan mesin umumnya
berstruktur oligopoli. Teknologi padat modal (capital intensive) yang
dibutuhkan dalam proses produksi menyebabkan efisiensi (biaya rata-rata
minimum) baru tercapai bila output diproduksi dalam skala sangat besar.
Tidak mengherankan jika dalam pasar oligopoli hanya terdapat sedikit
produsen.
b. Kompleksitas Manajemen
Struktur pasar oligopoli ditandai dengan kompetisi harga dan non
harga. Perusahaan juga harus cermat memperhitungkan setiap keputusan
agar tidak menimbulkan reaksi yang merugikan dari perusahaan pesaing.
Karena itu dalam industri oligopoli, kemampuan keuangan yang besar saja
tidak cukup sebagai modal untuk bertahan dalam industri. Perusahaan juga
harus memiliki kemampuan manajemen yang sangat baik agar mampu
bertahan dalam struktur industri yang persaingannya begitu kompleks.
Tidak banyak perusahaan yang memiliki kemampuan tersebut, sehingga
dalam pasar oligopoli akhirnya hanya terdapat sedikit produsen.
3. Hubungan Antara Perusahaan-perusahaan Dalam Pasar Oligopoli
a. Oligopoli dengan kesepakatan (Collusive Oligopoly)
Kesepakatan antara perusahaan dalam pasar oligopoli biasanya
berupa kesepakatan harga dan produksi (kesepakatan ini kadang disebut
sebagai “kolusi” atau “kartel”) dengan tujuan menghindari perang harga
yang akan membawa kerugian bagi masing masing perusahaan pada kondisi
tertentu (contoh adalah kesepakatan produksi dan harga pada OPEC).
Bentuk persepakatan ini biasanya mengatur tentang banyaknya
jumlah produksi yang boleh dihasilkan oleh masing-masing perusahaan
berikut dengan harganya yang sama juga. Kesepakatan dalam jumlah
produksi dapat berupa pembagian secara merata, yaitu pembagian produksi
yang didasarkan pada banyaknya jumlah permintaan efektif di pasar
terhadap jumlah perusahaan yang menghasilkan produk yang sama.
b. Oligopoli tanpa kesepakatan (Non Collusive Oligopoly)
Persaingan antar perusahaan dalam pasar oligopoli biasanya berupa
perbedaan harga dan jumlah produk yang dihasilkan. Perbedaan harga dan
jumlah produksi (bisa saling berhubungan positif timbal balik) dilakukan
dalam rangka ingin mendapatkan jumlah pembeli yang lebih banyak dari
sebelumnya (dari pesaingnya). Terdapat beberapa hal yang mungkin terjadi
dalam pasar persaingan ini sehubungan dengan tingkat harga dan jumlah
produksi (produk yang dihasilkan relatif sama) yaitusebagai berikut :
1) Bila terdapat satu perusahaan yang mencoba memperbanyak jumlah
produksinya agar harga jual produknya relatif lebih murah dibandingkan
dengan pesaingnya, maka biasanya langkah ini akan diikuti oleh pesaing
dengan menurunkan harga jual produknya.
2) Bila satu perusahaan mulai menurunkan harga jual produknya tanpa
menambah jumlah produksinya dengan maksud untuk menguasai
pangsa pasar, maka langkahnya akan diikuti oleh perusahaan lain, baik
dengan cara menurunkan harganya semata atau menurunkan harga
dengan cara menjual lebih banyak produknya di pasar.
3) Bila satu perusahaan menaikkan harga jual produknya, baik dengan cara
langsung pada penurunan harga ataupun dengan cara mengurangi
jumlah produksinya, maka perusahaan lain relatif tidak akan
mengikutinya.
4. Syarat-Syarat Pasar Oligopoli
Dalam pasar oligopoli biasanya terdapat dua kondisi usaha, yaitu yang
pertama karena adanya perbedaan penetapan harga dan jumlah produksi dari
masing-masing perusahaan dan yang kedua adalah karena adanya kesepakatan
mengenai jumlah produksi yang dapat dilakukan oleh masing-masing
perusahaan dengan harga yang sama.Di pasar oligopoli dimana ada sedikit
penjual yang menjual barang yang sama, maka penjual harus memerhatikan
reaksi dari penjual lain. Ada dua tindakan yang dapat diambil seorang penjual,
yaitu:
a. Menentukan berapa kuantitas yang akan diproduksinya. Model yang
menelaskan hal ini adalah model Cournot Quantity Competation.
Model ini dikembangkan Augustin Cournot (ekonom Prancis)
menyatakan hanya ada dua penjual barang yang sama. Dasar pengembangan
model ini adalah keseimbangan duopolis tercapai bila biaya marginal adalah
nol (MC=0). Misalnya di pasar hanya ada dua perusahaan penjual air
mineral. Merk Aqua (Q1)dan merek Club (Q2). Mereka memiliki produk
yang identik, sehingga mendorong mereka untuk menawarkan harga yang
sama. Dalam model ini, pilihan Q1 dan Q2 adalah menentukan berapa
banyak kuantitas yang akan diproduksi Q1 dan Q2. Setelah menentukan
berapa banyak Q1 dan Q2, maka mereka dapat mentuikan harga yang
diterima pasar dan seluruh prosuksi Q1 dan Q2 habis diserap pasar.
b. Menentukan berapa harga yang akan ditawarkan. Model yang menjelaskan
hal ini adalah model Bertrand Price Competation.
Model ini menyatakan penjual menentukan harga untuk memperoleh
keuntungan maksimal, dengan memperhatikan harga yang ia duga akan
ditetapkan oleh pesaingnya.

Anda mungkin juga menyukai