Anda di halaman 1dari 22

Pasar Monopoli

DISUSUN OLEH :

NAMA : Arman Kurniawan

JURUSAN : MANAJEMEN

MATA KULIAH : TEORI EKONOMI MIKRO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI TEORI EKONOMI MIKRO

UNIVERSITAS MUSLIM MAROS


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .....................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Terbentuknya Monopoli .............................

B. Daya Monopoli (Monopoly Power) .........................................

C. Monopoli Alamiah (Natural Monopoly) ..................................

D. Diskriminasi Harga (Price Discrimination) .............................

E. Biaya Sosial Monopoli (Sosial Cost Monopoly) ......................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................

B. Saran ......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mari kita menambah wawasan mengenai apa itu Pasar Monopoli, di

makalah ini kami akan menjelaskan tentang apa itu monopoli sehingga

kita bisa lebih mengenal apa itu Pasar Monopoli


BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Terbentuknya Monopoli

1.Hambatan Teknis (Technical barrier to entry)

Ketidakmampuan bersaing secara teknis menyebabkan perusahaan lain

sulit bersaing

dengan perusahaan yang sudah ada. Keunggulan secara teknis ini

disebabkan oleh

beberapa hal:

a. Perusahaan memiliki kemampuan dan atau pengetahuan khusus yang

memungkinkan berproduksi sangat efisien.

b. Tingginya tingkat efisiensi memungkinkan perusahaan monopolis

mempunyai kurva biaya (MC dan AC) yang menurun.

c. Perusahaan memiliki kemampuan control sumber factor produksi, baik

berupa sumber daya alam , sumber day manusia maupun lokasi produksi.
2. Hambatan Legalitas

a. Undang-undang dan Hak khusus.

Tidak semua perusahaan mempunyai daya monopoli karena kemampuan

teknis. Dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan perusahaan-

perusahaan yang tidak efisien tetapi memiliki daya monopoli. Hal itu

dimungkin karena secara hokum mereka diberi hak monopili.

Misal BUMN-BUMN banayak yang memiliki daya monopoli karena

undang-undang. Hak khusus tidak hanya diberikan oleh pemerintah, tetapi

juga oleh satu perusahaan dengan perusahaan lain, Misalnya : Agen

Tunggal, Importil tunggal, lisensi, bisnis wara laba (franchise)

b. Hak Paten ( Paten Right) atau hak cipta.

Tidak semua monopoli berdasar undang-undang, hak paten atau hak cipta

adalah monopoli berdasarkan hokum karena pengetahuan-kemampuan

khusus yang menciptakan daya monopoli secara teknik.

Misal : Sesorang yang mempunyai kemampuan menulis dengan baik

mempunyai hak monopoli terhadap bukunya bila mengurus hak cipta.

B. Daya Monopoli (Monopoly Power)

Dalam kenyataan, jarang sekali struktur pasar tanpa persaingan.

Umumnya yang ada adalah satu atau beberapa perusahaan lebih

dominan dibanding perusahaan lainnya (oligopoli). Karenanya pengertian


monopoli dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian awam

(masyarakat umum) dalam kehidupan sehari-hari.

Kaum awam membayangkan monopoli sebagai kemampuan melakukan

apa saja untuk memperoleh laba sebesar-besarnya; Perusahaan

monopoli yang memiliki kekuatan tanpa batas, sehingga mampu

mengeruk laba tanpa batas pula.

Pengertian di atas adalah keliru. Daya monopoli (monopoly power) yaitu

kemampuan perusahaan melakukan eksploitasi pasar dalam rangka

mencapai laba maksimum hanyalah sebatas kemampuan mengatur

jumlah output dan harga.

Daya monopoli dikatakan makin besar bila keputusan harga dan output

perusahaan makin sulit dilawan oleh pasar. Abba Lerner mengukur

kemampuan perusahaan berlandaskan permintaan yang dihadapi

perusahaan dengan menghitung angka indeks, yang dikenal sebagai

indeks Lerner (Lerner Index).

di mana:
L = indeks Lerner
P = harga output
MC = biaya marjinal
Berdasarkan persamaan di atas, daya monopoli makin besar bila nilai L

makin besar. Indeks Lerner mempunyai nilai antara 0 dan 1. Dalam pasar

persaingan sempurna daya monopoli adalah nol (L=0) karena dalam

keseimbangan harga sama dengan biaya marjinal (P=MC). Besarnya

indeks Lerner dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Elastisitas Harga Permintaan

Dalam pasar persaingan sempurna, elastisitas permintaan tak terhingga.

Laba maksimum tercapai bila P=MC. Karena itu, dalam pasar persaingan

sempurnal nilai L sama dengan nol. Perusahaan tidak mempunyai daya

monopoli (price taker). Makin in-elastis permintaan, makin besar nilai L

atau daya monopoli.

2. Jumlah Perusahaan dalam Pasar

Makin sedikit jumlah perusahaan, daya monopoli makin besar. Dalam

pasar persaingan sempurna, jumlah perusahaan banyak sekali, sehingga

konsumen leluasa memilih produsen. Permintan elastis sempurna,

sehingga nilai L sama dengan nol.

3. Interaksi Antar Perusahaan

Makin solid interaksi antar perusahaan, makin besar daya monopoli.

Dalam pasar persaingan sempurna, karena jumlah perusahaan sangat

banyak, amat sulit melakukan konsolidasi untuk mencapai kekuatan

monopoli. Makin sedikit jumlan perusahaan, makin mudah melakukan


konsolidasi (interaksi). Karena itu, struktur pasar yang berpotensi besar

untuk memiliki daya monopoli besar adalah oligopoli.

Indeks Lerner bukanlah indeks laba (profit index). Sebab laba berkaitan

dengan biaya rata-rata. Walaupun memiliki daya monopoli yang besar

(nilai L besar), tanpa efisiensi perusahaan bahkan akan mengalami

kerugian.

C. Monopoli Alamiah (Natural Monopoly)

Sebelum lebih jauh membahas mengenai monopoli alamiah, terlebih

dahulu harus dikelompokkan macam-macam barang dalam perekonomian

berdasarkan dua ciri (Mankiw, 2006:276) :

 Apakah barangnya bersifat ekskludabel (excludable), yang artinya

dapatkah masyarakat diminta untuk tidak memakai atau

memanfaatkan barang tersebut?

 Apakah barangnya bersifat persaingan (rival), yang artinya apakah

jika seseorang memakai barang ini, maka peluang orang lain untuk

memakainya berkurang?

Berdasarkan dua ciri tersebut, maka terdapat empat kategorisasi jenis

barang dalam perekonomian (Mankiw, 2006: 277) :

1. Barang pribadi (private goods) adalah barang yang bersifat

eksludabel dan rival. Hampir semua barang yang terdapat dalam

pasar adalah barang pribadi, sebagai contoh adalah es krim. Es


krim jelas bersifat eksludabel karena kita bisa mencegah orang lain

mengonsumsinya, dan dia juga bersifat rival, karena jika hanya ada

sebuah corong es krim, dan ada seseorang yang

mengonsumsinya, maka orang lain tidak bisa mengonsumsinya.

2. Barang publik (public goods) adalah barang-barang yang tidak

eksludabel juga tidak rival. Maksudnya adalah siapa saja tidak

dapat dicegah untuk memanfaatkan barang ini, dan konsumsi

seseorang atas barang ini tidak mengurangi peluang orang lain

untuk melakukan hal yang sama. Contoh barang publik adalah

pertahanan nasional. Jika suatu negara aman karena mampu

melawan setiap serangan negara lain, maka siapa saja yang

tinggal di dalam negara tersebut tidak bisa dicegah untuk turut

menikmati rasa aman.

3. Sumber daya milik bersama (common resources) adalah barang

yang tidak ekskludabel, namun rival. Contohnya adalah ikan di

lautan. Tidak ada yang melarang seseorang menangkap ikan di

laut, atau meminta bayaran kepada nelayan atas ikan-ikan yang

mereka tangkap. Namun pada saat seseorang melakukannya,

maka jumlah ikan di laut berkurang, sehingga kesempatan atau

peluang orang lain melakukan hal yang sama jadi berkurang.

4. Yang terakhir adalah barang yang muncul dalam situasi monopoli

alamiah, dimana dia bersifat eksludabel, namun tidak memiliki rival.


Contoh paling mudah adalah jalan tol dalam kondisi yang kosong.

Dengan berbagai macam alasan, misalnya adanya perbaikan

secara massif, seseorang bisa saja dicegah untuk memasuki jalan

tol meski ia berada dalam kondisi yang kosong. Namun dia tidaklah

bersifat rival, karena ketika seseorang masuk ke dalam jalan tol

yang kosong, dan dia tidak ada satupun aturan yang mencegah

setiap orang untuk masuk ke dalamnya, maka karena keadaan

tersebut atau karena skala ekonomi (economies of scale) yang ia

nikmati, maka orang tersebut menikmati kondisi monopoli alamiah.

Contoh lain adalah jasa pemadam kebakaran di suatu kota kecil.

Sangatlah mudah untuk mencegah seseorang menikmati jasa ini. Petugas

pemadam kebakaran dapat membiarkan sebuah rumah terbakar begitu

saja. Namun jasa perlindungan kebakaran ini tidaklah bersifat rival, karena

kebakaran rumah tidak terjadi setiap saat, dan setiap rumah memperoleh

perlindungan yang sama. Petugas pemadam kebakaran lebih sering

bersifat reaktif menunggu adanya laporan kebakaran, sehingga

memberikan perlindungan kepada sebuah rumah tidak akan mengurangi

kualitas perlindungan pada rumah-rumah yang lain. Dengan kata lain,

begitu pemerintah kota membuat anggaran untuk jasa pemadam

kebakaran, maka biaya tambahan untuk melindungi tambahan satu rumah

baru sangatlah kecil bahkan hampir tidak ada, atau bisa dibilang, biaya

yang harus dikeluarkan tidak terlalu dipengaruhi penambahan permintaan.


Suatu industri disebut monopoli alamiah jika suatu perusahaan dapat

menyediakan barang atau jasa pada seluruh pasar yang

membutuhkannya dengan biaya yang lebih rendah daripada dua atau tiga

perusahaan sekaligus. Suatu monopoli alamiah muncul ketika terdapat

skala ekonomi (economic of scale) di suatu daerah output tertentu yang

relevan. Sebagai contoh dapat kita lihat pada grafik yang terlampir di

bawah ini:

Pada grafik terlihat biaya total rata-rata atau Average Total Cost (ATC)

dari sebuah perusahaan yang menikmati monopoli alamiah karena skala

ekonomi yang ia miliki. Pada kasus ini, suatu perusahaan tunggal dapat

menghasilkan barang sejumlah berapa pun dengan biaya minimal.

Artinya, jumlah output (quantity) berapa pun, sejumlah perusahaan akan

menghasilkan jumlah output-per-perusahaan yang lebih sedikit,

sementara biaya total rata-ratanya lebih tinggi (Winston, 2006:13).


Dalam grafik terlihat, ketika kurva biaya total (ATC) suatu perusahaan

terus menurun, perusahaan memiliki sifat monopoli alamiah. Pada kasus

ini, ketika produksi dibagikan kepada banyak perusahaan, masing-masing

perusahaan akan memproduksi lebih sedikit, dan biaya total rata-rata

meningkat. Hasilnya, dalam sebuah kondisi monopoli alamiah, suatu

perusahaan dapat memproduksi jumlah berapa pun pada biaya yang

minimal.

Suatu contoh lain dari monopoli alamiah adalah distribusi air. Untuk

memberikan air kepada penduduk suatu kota, sebuah perusahaan

membangun jaringan pipa di seluruh kota. Jika terdapat dua perusahaan

atau lebih sekaligus yang berkompetisi dalam penyediaan jasa ini,

masing-masing perusahaan harus membayar biaya tetap berupa

pembangunan jaringan. Maka dari itu, biaya total rata-rata dari

penyediaan air ini akan minimal dan menghasilkan output yang optimal

ketika hanya ada satu perusahaan yang melayani seluruh pasar.

Ketika suatu perusahaan melakukan monopoli alamiah, perusahaan

tersebut tidak akan terlalu peduli dengan perusahaan-perusahaan baru

yang masuk sebagai kompetitor dan mengurangi kemampuan

monopolinya. Hal ini berkenaan dengan kondisi di mana hampir setiap

perusahaan yang melakukan monopoli alamiah mencapai skala

ekonominya karena dua faktor, yaitu penguasaan tertentu atas sebuah

sumber daya inti atau perlindungan langsung dari pemerintah atau biasa

dikenal dengan sebutan State Monopoly (Sokol,2009: 121).


Keuntungan si pemonopoli menarik pihak-pihak lain untuk masuk ke

pasar, dan pihak-pihak yang baru ini membuat pasar tersebut lebih

kompetitif. Sebaliknya, masuk ke pasar di mana terdapat perusahaan lain

yang merupakan monopoli alamiah tidaklah menarik. Perusahaan-

perusahaan yang berminat untuk masuk sadar bahwa mereka tidak dapat

mencapai tingkat biaya yang sama rendahnya dengan si pemonopoli

karena, setelah mereka masuk ke pasar, masing-masing harus berbagi

jumlah permintaan dengan si pemonopoli di pasar tersebut (Mankiw,

2004: 390).

Sebagai contoh adalah dalam kasus monopoli alamiah yang dilakukan

oleh Pertamina dalam pasar penjualan gas elpiji. Pertamina melakukan

monopoli alamiah karena tidak ada pelaku usaha lain yang mau masuk ke

pasar dan menjadi kompetitornya karena dinilai investasi awal untuk bisnis

tersebut sangatlah tinggi. Pertamina, dalam hal ini, memiliki keuntungan

karena memiliki sektor hulu yang lebih mapan akibat hak-hak eksklusif

yang diberikan oleh negara di masa lalu, sedangkan bagi pelaku usaha

lain yang ingin menjadi kompetitior harus membangun infrastruktur dari

hulu dan tentunya untuk biayanya sangatlah tinggi (detik.com, 25 Januari

2009).

Dari contoh kasus di atas, monopoli alamiah pada dasarnya memiliki

karakteristik yang sama dengan monopoli pada umumnya, dimana

hambatan yang masuk ke pasar minimal disebabkan oleh tiga hal utama

(Mankiw, 2006: 387):


 Suatu sumber daya inti hanya dimiliki oleh suatu perusahaan.

 Pemerintah memberikan hak eksklusif kepada suatu perusahaan

untuk membuat barang atau jasa tertentu.

 Biaya produksi barang tersebut untuk satu produsen lebih efisien

daripada untuk banyak produsen

D. Diskriminasi Harga (Price Discrimination)

Diskriminasi harga adalah kebijaksanaan untuk memberlakukan harga jual

yang berbeda-beda untuk satu jenis barang yang sama di segmen pasar

yang berbeda. Diskriminasi harga terjadi jika produk yang sama dijual

kepada konsumen yang berbeda dengan harga yang berbeda, atas dasar

alasan yang tidak berkaitan dengan biaya.

Dengan melaksanakan sistem diskriminasi harga, perusahaan monopoli

memperoleh sebagian dari surplus konsumen yang sesungguhnya akan di

peroleh oleh pembeli pada keadaan-keadaan tersebut.

Contohnya : PLN mengenakan tarif dasar listrik yang lebih tinggi untuk

para pemakai industri dan komersial dari pada untuk para konsumen

biasa/rumah tangga. Dalam segmen konsumen rumah tangga pun tarif

dasar listrik dibedakan kembali per daerah ataupun per besarnya daya.

Berikut merupakan stratifikasi dalam diskriminasi harga, yaitu:


– Setiap konsumen, tanpa stratifikasi apapun, harus membayar harga

yang ditetapkan oleh produsen.

Contoh: jual beli berlian, atau souvenir di depot-depot turis wisata.

– Melihat jumlah (kuantitas) pembelian, atau semakin besar pembelian

semakin murah harganya.

Contoh: barang-barang elektronik, atau pembelian partai besar di pasar.

– Membedakan stratifikasi (kelas/kelompok) konsumen dalam penetapan

harga yang berbeda-beda.

Contoh: harga khusus untuk pelajar dan orang-orang tua.

Adapun syarat – syarat menggunakan diskriminasi harga adalah sebagai

berikut:

a. Barang tidak dapat dipisahkan dari pasar satu ke pasar yang lain.

b. Sifat barang dan jasa memungkinkan untuk melakukan diskriminasi

harga.

c. Sifat permintaan dan elastisitas permintaan di masing – masing pasar

haruslah sangat berbeda.

d. Kebijakan diskriminasi harga tidak memerlukan biaya yang melebihi

tambahan keuntungan yang diperoleh tersebut

e. Produsen dapat mengeksploiter beberapa sikap tidak rasional

konsumen.

Diskriminasi harga berdasarkan tingkatannya, sbb:

1. Diskriminasi Harga Tingkat Pertama: penjual mengenakan harga


terpisah kepada setiap pelanggan, tergantung intensitas permintaan

Contoh: jasa profesional seperti pengacara terkadang menetapkan tarif

berbeda

2. Diskriminasi Harga Tingkat Kedua: penjual mengenakan harga yang

tidak terlalu mahal kepada pembeli yang membeli dalam volume yang

lebih besar

Contoh: pembelian dalam paket dengan jumlah besar mendapat

pengurangan harga

3. Diskriminasi Harga Tingkat Ketiga: penjual mengenakan harga berbeda

pada setiap kelas pembeli

Contoh: harga untuk kelas eksekutif dan bisnis dalam penerbangan atau

kereta api berbeda

Contoh lain dari diskriminasi harga :

1. PT Pertamina menetapkan harga minyak tanah lebih tinggi untuk sektor

industri dari pada sektor rumah tangga.

2. Tarif dasar listrik per KwH ditetapkan PLN lebih rendah untuk sektor

rumah tangga yang mengkonsumsi listrik lebih sedikit dari pada sektor

rumah tangga yang mengkonsumsi listrik lebih banyak.

3. Tarif percakapan interlokal ditetapkan PT Telkom lebih rendah pada

malam hari dari pada siang hari.

4. Dokter ahli bedah menetapkan harga lebih tinggi untuk operasi

pembedahan usus buntu untuk pasien berpendapatan tinggi yang dirawat


di kamar kelas VIP, dari pada pasien berpendapatan rendah yang dirawat

di kamar kelas III.

E. Biaya Sosial Monopoli (Sosial Cost Monopoly)

Kekhawatiran akan dampak negatif dari monopoli ada benarnya sebab

ada beberapa kerugian yang di alami masyarakatnya (biaya sosial)antara

lain:

a. Hilang atau Berkurangnya Kesehjahteraan Konsumen (Dead Weight

Loss).

Monopoli mempunyai satu ciri yaitu hanya ada satu produsen yang

menguasai penawaran,sehingga tidak ada lagi orang mempunyai prilaku

konsumen,karena sudah tidak ada lagi produsen yang lainya, jadi

produsen bisa menawarkan harga yang bisa menguntungkan untuk

perusahaanya. Secara langsung perusahaan ingin mendapatkan laba

yang sebesar-besarnya.

b. Menimbulkan Eksploitasi Terhadap Konsumen dan Pekerja

Monopoli menimbulkan eksploitasi, baik terhadap konsumen maupun

terhadap tenaga kerja. Eksploitasi ini timbul karena monopolis selalu

berproduksi pada harga yang lebih tinggi dari biaya marjinalnya. Bagi

konsumen, eksploitasi timbul karena mereka harus membayar (harga)

lebih tinggi dari biaya produksi unit terakhir output-nya (MC).sedangkan

dianggap juga menimbulkan eksploitasi bagi tenaga kerja karena mereka


dibayar lebih rendah dari jumlah yang diterima monopolis (yaitu harga

jualnya). Dalam hal ini pemilik faktor produksi tenaga kerja dibayar upah

yang lebih rendah daripada kontribusinya dari tenaga kerja tersebut, bila

dinilai dengan harga pasar yang berlaku bagi output.

c. Memburuknya Kondisi Makroekonomi Nasional

Jika disetiap industri muncul gejala monopoli, maka secara makro jumlah

output akan lebih sedikit daripada kemampuan sebenarnya. Monopolis

selalu berproduksi pada tingkat output dimana AC-nya tidak minimum

(selama kurva permintaannya berbentuk menurun, maka perusahaan

akan selalu memilih tingkat output apda saat AC menurun).

Keseimbangan makro terjadi dibawah keseimbangan ekonomi karena

tidak seluruh faktor produksi terpakai sesuai dengan kapasitas produksi,

sehingga menimbulkan pengangguran tenaga kerja maupun faktor-faktor

produksi yang lain. Selanjutnya keadaan ini akan melemahkan daya beli,

menciutkan pasar, yang memaksa perusahaan memproduksi lebih sedikit

lagi. Begitu seterusnya sehingga perekeonomian secara makro dapat

mengalami stagflasi, dimana pertumbuhan ekonomi mandek,

pengangguran tinggi, tingkat inflasi juga tinggi.

d. Memburuknya Kondisi Perekonomian Internasional

Tuntutan perdagangan bebas diakui dapat meningkatkan inflasi. Tetapi

optmisme terhadap perdagangan bebas harus ditinjau ulang, karena fakta

menunjukan bahwa perusahaan-perusahaan yang besar (terutama MNC)


telah menjadi perusahaan monopoli alamiah. Karena sahamnya dimiliki

pihak swasta, tujuan perusahaan ini adalah maksimalisasi laba.

Karenanya jika dibiarkan bersaing bebas, MNC akan menggilas

perusahaan-perusahaan yang ada di NSB.

Sebagai contoh dimana Jepang juga mempunyai perusahaan yang

outputnya sama dengan PT Telkom Indonesia. Jika PT Telkom tidak

mampu lagi berproduksi, perusahaan Jepang tersebut akan berperilaku

sebagai monopolis dalam pasar produk telekomunikasi di Indonesia. Hal

ini dapat merugikan konsumen di Indonesia.

Ada banyak cara yang ditempuh pemerintah dalam pengaturan monopoli.

Misalnya dengan membuat undang-undang anti monopoli yang

membatasi dan mengatur kemampuan perusahaan untuk memiliki daya

monopoli yang besar.

Kadang-kadang karena alasan ideologis, monopoli tidak terhindarkan.

Untuk itu perusahaan-perusahaan yang diberi hak monopoli harus berada

dibawah kontrol pemerintah, dengan cara menempatkan saham

pemerintah sebagai sebagian terbesar dari saham perusahaan. Di

Indonesia hal tersebut dilakukan lewat penyertaan saham pemerintah

untuk beberapa industri strategis dan menyangkut hajat hidup orang

banyak (pasal 33 UUD 1945) Pertamina, PT. Telkom, PLN, Perusahaan

Air Minum dan perusahaan transportasi kereta api adalah contoh dare
berates-ratus badan usaha milik pemerintah yang memiliki daya monopoli

karena legalitas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Monopoli adalah sistem pasar yang dapat menguasai seluruh pasar

sehingga harga tergantung dari perusahaan yang menguasai pasar

tersebut, Monopoli menyebabkan kurang nya adu saing antar produsen

sehingga konsumen tidak akan merasakan keuntungan akibat tidak

adanya adu saing antar produsen.

B. Saran

Jika masih terdapat kesalahan dalam penulisan makalah mohon dikoreksi.


Daftar Pustaka

http://siobisnisonline.blogspot.com/2010/01/faktor-faktor-terbentuknya-

monopoli.html

http://www.pendidikanekonomi.com/2016/03/daya-monopoli-monopoly-

power-dan-indeks.html

https://mercantilisimo.wordpress.com/2011/02/21/sedikit-tentang-

monopoli-alamiah-2/

https://cintyasherry.wordpress.com/2012/10/20/diskriminasi-harga/

http://makalahterbaruku.blogspot.com/2016/12/makalah-pasar-monopoli-

dan-biaya-sosial.html

Anda mungkin juga menyukai